Anda di halaman 1dari 9

Penyajian Laporan Keuangan Menurut SAK-ETAP

OLEH:

KELOMPOK 2

A MUH. ILHAM LATENRI TATTA 36119006

DIAH INDAH SETIA RINI 36119007

PROGRAM STUDI D3-AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

MAKASSAR

2021

1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmani rahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
nikmat dan hidayah-Nya lah sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah Akuntasi
keuangan ETAP “ Penyajian Laporan Keuangan Menurut SAK-ETAP ” tepat waktu.
Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman para pembaca.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari
itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi Tugas
Makalah Akuntasi keuangan ETAP “Penyajian Laporan Keuangan Menurut SAK-
ETAP” atau dengan tema serupa yang jauh lebih baik lagi.

Makassar,11 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Penyajian Laporan Keuangan Menurut SAK-ETAP.................................................................1


KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI................................................................................................................6
2.1. Penyajian yang Wajar....................................................................................................6
2.2 Kepatuhan terhadap SAK-ETAP....................................................................................6
2.3 Kelangsungan Usaha.......................................................................................................6
2.3 Frekuensi Pelaporan........................................................................................................6
2.4 Penyajian yang Konsisten...............................................................................................6
2.5 Informasi komperatif......................................................................................................6
2.6 Materialitas dan Agregasi...............................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................7
PENUTUP................................................................................................................................7
3.1 KESIMPUALAN............................................................................................................7

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara yang berkembang terbentuk berbagai macam jenis usaha,
baik usaha berskala kecil maupun usaha berskala besar. Di era globalisasi, berbagai jenis
usaha tersebut dituntut untuk lebih maju dan dapat bertahan dalam menjalankan jenis
usahanya. Salah satu jenis usaha di Indonesia adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Menurut Delviana (2012) Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) ini mempunyai peranan yang sangat esensial bagi kondisi perekonomian
negara Indonesia. Dengan adanya UKM (Usaha Kecil dan Menengah) peluang kerja semakin
bertambah, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. UKM telah memberikan
kontribusi dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat serta
berkontribusi dalam produk domestik bruto (PDB) dan ekspor nasional. Maka tidaklah
berlebihan jika Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dianggap sebagai salah satu roda
penggerak perekonomian bangsa.

Dalam penelitian Delviana (2012), Kehadiran Standar Akuntansi Keuangan Entitas


Tanpa Akuntabilitas Punlik atau lebih dikenal dengan SAK ETAP diharapkan dapat
memberikan kemudahan untuk UKM dalam menyajikan laporan keuangan. Tujuan dari SAK
ETAP sendiri yakni untuk memberikan kemudahan bagi entitas skala kecil dan menengah.
Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP, maka standar ini dimaksudkan untuk digunakan
oleh entitas tanpa akuntabilitas publik, entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksudkan
adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan
keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal.

Selain itu, laporan keuangan juga dapat menjadi tolak ukur bagi pemilik UKM dalam
memperhitungkan keuntungan yang diperoleh, mengetahui berapa tambahan modal yang
dicapai, dan dapat mengetahui bagaimana keseimbangan hak dan kewajiban yang dimiliki.
Setiap keputusan yang diambil oleh pemilik UKM dalam mengembangkan usahanya akan
didasarkan pada kondisi keuangan yang dilaporkan secara lengkap, bukan hanya didasarkan
pada laba semata. Kehadiran Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
atau lebih dikenal dengan (SAK ETAP) diharapkan dapat memberikan kemudahan untuk
UKM dalam menyajikan laporan keuangan. SAK ETAP juga diharapkan menjadi solusi
permasalahan internal perusahaan, 3 terutama bagi manajemen yang hanya melihat hasil laba

4
yang diperoleh tanpa melihat kondisi keuangan yang sebenarnya. Banyak hambatan atau
masalah yang menyebabkan UKM kurang berkembang.

Hambatan atau masalah tersebut meliputi pemasaran produk, teknologi, permodalan,


kualitas sumber daya manusia, persaingan usaha yang ketat, kurang teknis produksi dan
keahlian dan masalah manajemen termasuk cara pengelolaan keuangan dan akuntansi.
Pengelolaan keuangan dan akuntansi menjadi masalah utama UKM. Hal ini sering diabaikan
oleh pemilik UKM, khususnya berkaitan dengan penerapan kaidah akuntansi yang benar.
Masalah ini timbul karena pemahaman dan informasi tentang kaidah akuntansi yang benar
sangat minim.

Dengan adanya PP No 46 tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas UKM,


pemerintah akan menetapkan tarif pajak sebesar 1% bagi para pemilik usaha UKM yang
memiliki laba kurang dari 4,8 Milyar per tahun. Dengan adanya peraturan pemerintah ini,
seharusnya bagi para pemilik UKM 4 menggunakan kaidah akuntansi yang benar dalam
proses pembuatan laporan keuangan. Hal ini bertujuan agar dapat memaksimalkan laba yang
ingin diperolehnya, dan tidak terkena peraturan tentang ketentuan pajak saat ini. Kendala
pembuatan laporan keuangan oleh pemilik UKM yaitu mereka tidak mengerti kalau ada
standar akuntansi yang mengaturnya, sehingga mereka tidak menerapkan standar tersebut
dalam proses pembuatan laporan keuangan usahanya. Disamping itu, Sumber Daya Manusia
(SDM) mereka kurang, mereka hanya menggunakan model tradisional atau konvensional
berupa pencatatan sederhana. Sebetulnya model pencatatan sederhana sudah baik digunakan,
akan tetapi kurang signifikan. Pembuatan laporan keuangan UKM sebaiknya menggunakan
metode khusus yaitu SAK ETAP agar memperoleh hasil yang signifikan.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana penyusunan laporan keuangan perusahaan yang sesuai dengan
SAK ETAP?

1.3. Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui bagaimana penyusunan laporan keuangan yang sesuai
menurut SAK- ETAP

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Penyajian yang Wajar


Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
suatu entitas. Pengungkapan tambahan diperlukan ketika kepatuhan atas persyaratan tertentu
dalam SAK ETAP tidak memadai bagi pemakai untuk memahami pengaruh dari transaksi
tertentu, peristiwa dan kondisi lain atas posisi keuangan dan kinerja keuangan tertentu. Entitas
yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu persyaratan eksplisit
dan secara penuh atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan.

2.2 Kepatuhan terhadap SAK-ETAP


Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat
suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas
kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak
boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan
dalam SAK ETAP.

2.3 Kelangsungan Usaha


Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan SAK
ETAP mempunyai penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan usaha.
Ketika entitas tidak menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha,
fakta tersebut harus diungkapkan, bersama dengan dasar penyusunan laporan keuangan dan
alasan mengapa entitas tidak dianggap mempunyai kelangsungan usaha.

2.3 Frekuensi Pelaporan


Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan minimum 1tahun sekali. Ketika
akhir periode yang lebih panjang atau pendek dari satu tahun.

2.4 Penyajian yang Konsisten


Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antarperiode harus
konsisten. Jika penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan diubah,
entitas harus mereklasifikasi jumlah komparatif, kecuali jika reklasifikasi tidak praktis.

2.5 Informasi komperatif


Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya kecuali
dinyatakan lain oleh SAK ETAP.

6
2.6 Materialitas dan Agregasi
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan. Sedangkan, yang
tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis.
Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos dianggap material
jika baik secara individual maupun bersama-sama dapat mempengaruhi pengguna laporan
dalam pengambilan keputusan ekonomi.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPUALAN

SAK ETAP yang merupakan kepanjangan dari Standar akuntansi keuangan untuk
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia untuk
perusahaan kecil dan menengah. SAK ETAP ini dimaksudkan agar semua unit usaha
menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sesuai
dengan ruang lingkup SAK ETAP maka Standar ini dimaksudkan untuk digunakan
oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang
dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan tidak
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Laporan
keuangan yang dipersiapkan sesuai dengan SAK ETAP adalah laporan yang
menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas
perusahaanyang berguna bagi pengguna laporan keuangan tersebut.

8
9

Anda mungkin juga menyukai