Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf


Kalla telah membuat Visi, Misi dan slogan baru dalam konteks sistem
politik Indonesia dengan mencetuskan Visi Trisakti

Yaitu misi Nawa Cita dan slogan Revolusi Mental yang harus
dijabarkan oleh setiap Kementrian, Lembaga Negara, Instansi
Pemerintahan termasuk Polri sebagai organisasi yang berada dalam
struktur pemerintahan di bawah langsung Presiden. Polri dituntut untuk
melakukan Revolusi Mental dalam setiap pelaksanaan tugas pokok
Polri yang tertuang dalam UU No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia pasal 13 yang berisi tugas pokok
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah : memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Polri
harus mampu mengubah pola pikir ( mindset) dan kultur/ budaya
organisasi secara cepat sehingga dapat menggerakkan Revolusi
Mental dalam setiap Kesatuan Polri di tingkat Markas Besar (Mabes),
Kepolisian Daerah (Polda), Kepolisian Resor (Polres), Kepolisian
Sektor (Polsek), maupun Kepolisian Polsubsektor. Polri ditengah
dinamika masyarakat yang kompleks dihadapkan pada berbagai
tantangan substansial yang tidak dapat dielakkan. Kehidupan yang
tertib merupakan cerminan dari terselenggaranya keadilan melalui
penegakan hukum. Sebagai alat negara, Polisi menjadi pengawal dan
penegak peraturan dan hukum, dimana posisinya yang berhadapan
2

langsung dengan masyarakat membuat Polri membawa


tanggungjawab moral dan kebenaran pada aspek penegakan hukum,
dalam arti Polisi berada pada pihak yang netral, tidak pilih kasih, dan
profesional dalam penegakkan hukum.

Dapat dilihat permasalahan yang timbul adalah dari segi


penanganan para penyalahguna narkotika. Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika,Narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa narkotika adalah


zat atau obat yang sangat penting untuk keperluan pengobatan, tetapi
justru akan menimbulkan masalah yang besar apabila di salah
gunakan. Pasal 7 UU No. 35 Tahun 2009 menyatakan bahwa
Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan kondisi yang terjadi pada saat ini maka bentuk-bentuk


pelanggaran yang dilakukan personel Polri baik didalam pelaksanaan
tugas dilapangan maupun dalam kehidupan sehari-hari namun dibalik
kondisi tersebut tidak akan mungkin akan adanya berbagai
penyimpangan/ pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian oknum
anggota didalam pelaksanaan tugas pokok Polri maupun dalam
kehidupan bermasyarakat.

Polres X dalam fungsi dan perannya sebagai pelaksana dan


staf khusus yang berada dibawah Kapolres untuk tingkat kepolisian
3

Resor (Polres) membantu pimpinan di bidang pengawasan umum


mempunyai tugas pokok membina dan menyelenggarakan fungsi
pertanggung jawaban profesi, pengamanan internal markas dan
personel, penegakkan disiplin dan ketertiban di lingkungan Polres X
termasuk pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyalah gunaan
narkoba.
Polres X, dalam satuan Reserse narkoba bertugas dalam
pencegahan penyalahgunaan narkoba, Rehabilitasi/ SKTB sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian karya tulis mengenai : “Optimalisasi Satuan
Reserse Narkoba Dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaaan
Nrkoba di Masyarakat di Wilayah Hukum Polres X”.

2. Permasalahan dan Persoalan

a. Permasalahan
Permasalahan yang akan di bahas dalam karya tulis
terapan ini adalah Belum “Optimalisasi Satuan Reserse
Narkoba Dalam Upaya Pencegahan Penyalah gunaaan
Narkoba di Masyarakat di Wilayah Hukum Polres X”.
b. Persoalan
1) Masih kurangnya optimalisasi fungsi penyidik reserse
narkoba polres X dalam penanganan kasus
penyaahgunaan narkoba.

2) Masih kurangnya penyidik polres x yang belum mengikuti


diklat kejuruan.
3) Masih kurangnya anggaran satuan reserse narkoba
dalam upaya pencegahan Penyalah gunaan narkoba.
4

3. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup yang akan dibahas didalam penyusunan


karya tulis ini adalah membahas yang meliputi kinerja Satuan Reserse
Narkoba dalam penanganan kasus Pelanggaran Penyalahgunaan
Narkoba dilingkungan Polres X berkaitan dengan sumber daya
manusia serta kualitas dan kuantitas anggota Satuan Reserse
Narkoba.
4. Dasar Penulisan
Adapun dasar penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
a. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002
Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b. Peraturan Kapolri No 7 tahun 2008, tentang pedoman dasar
strategi dan implementasi pemilisian masyrakat dalam
penyelengaraan tugas polri.
c. Surat keputusan Kapolri Nomor : Kep/1974/XII/2019 Tanggal 21
Desember 2019 tetang Program Pendidikan dan Pelatihan Polri
T.A 2019.
d. Keputusan Kalemdiklat Polri Nomor : Kep/130/II2019 tentang
kurikulum Sekolah Pembentukan Perwira Angkatan Ke-48 T.A
2019
e. Surat perintah Kasetukpa Lemdiklat Polri Nomor : Sprint/ 97 / IV/
Dik.22 / 2019 Tanggal 28 Februari 2019 tentang penunjukan
personil sebagai Pendidik bagi Siswa SIP Angkatan Ke-48 T.A
2019
5

f. Surat perintah Kasetukpa Lemdiklat Polri Nomor : Sprint/ 157 / IV/


Dik.22 / 2019 Tanggal 8 April 2019 tentang penunjukan personil
sebagai Panitia dan Pembimbing karya tulis terapan bagi siswa
SIP angkatan Ke-48 T.A 2019
g. Keputusan Kasetukpa Lemdiklat Polri Nomor : KEP / 18 / IV / 2019
tentang Pengesahan Judul Karya Tulis Terapan siswa SIP
Angkatan Ke-48 T.A 2019
5. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Adapun maksud dari penyusunan karya tulis ini adalah
untuk memberikan gambaran tentang bagaimana optimalisasi
tugas Satuan reserse narkoba dalam penanganan kasus
Penyalahgunaan Narkoba dilingkungan Polres X.
b. Tujuan
Tujuan dari pembuatan karya tulis terapan ini adalah
untuk dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan yang
menyangkut aspek-aspek yang ada dalam merencanakan dan
mempersiapkan pelaksanaan tugas-tugas Polri baik bersifat
rutin maupun operasional sesuai dengan perkembangan situasi
yang dihadapi khususnya dalam penanganan penyalahgunaan
narkoba dilingkungan Polres X.

6. Metode dan Pendekatan

a. Metode
6

Penulisan karya tulis ini mempergunakan Metode Deskriptif


Analitis, yaitu suatu metode yang menggambarkan, mencatat
dan menganalisa serta menginterpretasikan kondisi saat ini
yang terjadi, untuk memperoleh informasi mengenai keadaan
saat ini dan melibatkan kaitan-kaitan antara variabel yang ada
(Mardalis, 1995 : 26).

Metode penelitian deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


Bersifat mencari dan mendeskriptifkan kejadian atau peristiwa
yang bersifat faktual.

Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara


mendetail.

Mengidentifikasikan masalah-masalah atau untuk mendapatkan


justifikasi keadaan dan praktek praktek yang sedang
berlangsung.

Mendeskripsikan subyek yang sedang dikelola oleh kelompok


orang tertentu dalam waktu yang bersamaan

b. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya tulis


terapan ini adalah pendekatan pengalaman tugas lapangan dan
pendekatan sistemik sistem kompetensi, dimana dengan
adanya pengawasan oleh fungsi Provos terhadap anggota dan
PNS Polri yang melaksanakan tugas dilapangan diharapkan
dapat mencegah terjadinya pelanggaran dan penyimpangan
aturan yang berlaku sehingga terbentuk kedisiplinan.
7. Sistematika
7

BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Permasalahan dan persoalan
a. Permasalahan
b. Persoalan
3. Ruang lingkup
4. Dasar Penulisan
5. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
b. Tujuan
6. Metode dan Pendekatan
a. Metode
b. Pendekatan
7. Sistematika
8. Pengertian – Pengertian
BAB II. PEMBAHASAN
9. Kondisi Awal
10. Faktor yang Mempengaruhi
a. Internal
1. Kekuatan
2. Kelemahan
b. Eksternal
1. Peluang
2. Hambatan
11. Kondisi yang diharapkan
12. Upaya - upaya yang dilakukan
BAB III PENUTUP
13. Kesimpulan
14. Saran
8

8. Pengertian-pengertian
a. Optimalisasi
Optimalisasi berasal dari kata dasar optimal yang berarti
yang terbaik. Optimalisasi adalah proses pencapaian suatu
pekerjaan dengan hasil dan keuntungan yang besar tanpa
harus mengurangi mutu dan kualitas dari suatu pekerjaan.
Optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, atau metedologi
untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau
keputusan) menjadi lebih/ sepenuhnya sempurna, fungsionall,
atau lebih efektif (Anton M, Kamus Besar Baha Indonesia Balai
Pustaka, Jakarta, 1988).
b. Reserse
Reserse adalah salah satu dari fungsi kepolisian yg
bertugas untuk melakukan penyelidikan untuk memecahkan
kasus kriminalitas. Dapat bertugas dalam Sat Reskrim di tingkat
Kepolisian Resort yang berada dibawah Kapolres, bertugas
dalam Direktorat Reserse Kriminal Umum (Reskrimum) atau
Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Reskrimsus) di tingkat
Kepolisian Daerah yang berada dibawah Kapolda.
c. Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan
berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan
khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif.
d. Pelanggaran
Adalah tindakan yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku yang dilakukan oleh seseorang dalam pelaksanaan
9

tugas baik dilapangan maupun dalam kehidupan


bermasyarakat. (kbbi.web.id/pelanggaran )

Anda mungkin juga menyukai