Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FILSAFAT ILMU

TENTANG:
FILSAFAT SAINS

Oleh:

1. NOVA YULIASARI (18205026)


2. RATIH PERMATA SARI (18205036)
3. HERDI SETIAWAN (18205057)
4. NISA FITRIANI (18205063)
5. NOVRITA HIDAYATI (18205065)
6. SUTIAHARNI (18205069)

Dosen Pembimbing
Dr. Ali Asmar, M.Pd

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Filsafat Sains” untuk memenuhi tugas
perkuliahan Filsafat Ilmu.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Filsafat Ilmu, Bapak Dr. Ali Asmar, M.Pd yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk, motivasi dan berbagai kemudahan lainnya. Tulisan ini
disusun demi memenuhi tugas dan menambah pengetahuan tentang Filsafat Ilmu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
baik dari segi materi maupun dari segi penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk menunjang makalah
ini agar menjadi lebih baik lagi.

Padang, 24 Oktober

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang……………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………………..…………………………………………... 1
C. Tujuan dan Manfaat………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….. 2
A. Hakikast Sains……………………………………………………………….. 2
B. Ontologi Sains ………………………………………………………………. 5
C. Aksiologi Sains ……………………………………………………………... 8
D. Epistemologi Sains ……………………………………………………....... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..15
B. Saran………………………………...……………………………………….15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan sains tidak terlepas dari perkembangan teknologi, politik,
ekonomi, sosial dan filsafat di masyarakat. Sejarah mencatat terjadi perubahan
yang besar perkembangan sains pada abad ke-20. Semua perubahan tersebut
berkembang dari filsafat yang dianut oleh hampir seluruh dunia di massa
sebelumnya. Dalam membahas sains, istilah epistemologi, ontologi, dan aksiologi
harus diketahui oleh para calon peneliti. Epistemologi adalah suatu teori tentang
pengetahuan yang berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan dan metode
keilmuan. Ontologi adalah segala hal yang ingin diketahui, mencakup lingkup
batas jati diri dan keberadaan eksistensi penelaahan objek (sasaran) keilmuan dan
penafsiran tentang hakikat kenyataan yang khas serta perubahan dari objek
keilmuan. Aksiologi adalah nilai tujuan pemanfaatan dan penggunaan
pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebutuhan hidup manusia.
Kebenaran ilmiah perlu dicari karena dengan mendapatkan kebenaran
ilmiah, akan diperoleh kesesuaian atau kesamaan antara pikiran manusia dan
keadaan sebenarnya yang bersifat runtut (coherent, consistent), logis (logic), dan
saling berhubungan (correspondence) yang membentuk system tertentu.
Kebenaran ilmiah umumnya hanya dapat diperoleh dengan melakukan penelitian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hakikat Sains?
2. Apa yang dimaksud dengan Ontologi Sains?
3. Apa yang dimaksud dengan Aksiologi Sains?
4. Apa yang dimaksud dengan Epistemologi Sains?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui Hakikat sains.
2. Untuk mengetahui Ontologi sains.
3. Untuk mengetahui Aksiologi sains.
4. Untuk mengetahui Epistemologi sains.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Sains
1. Pengertian sains
Dalam bahasa Indonesia, ilmu sering disamakan dengan sains yang berasal
dari bahasa Inggris “science”. Kata “science” itu sendiri berasak dari bahasa
Yunani yaitu “scio” atau “scire” yang artinya pengetahuan. Science (dari bahasa
Latin “scientia”) yang berarti “pengetahuan” adalah aktivitas yang sistematis
yang membangun dan mengatur pengetahuan dalam bentuk penjelasan dan
prediksi tentang alam semesta (Heilborn, 2003).
Berikut ini disajikan definisi sains menurut beberapa ahli dalam Hamdani
(2013).
a. Sains adalah pengetahuan yang sistematis yang diperoleh berdasarkan hasil
pengamatan, penelaahan, dan percobaan yang dilakukan untuk mengetahui
prinsip-prinsip alam. (webster’s New World College Dictionary, hlm.1220).
b. Paul Freedman (1950) dalam bukunya The Principles of Scientific Research
menyebutkan bahwa sains adalah “suatu bentuk aktivitas manusia untuk
memperoleh suatu pembahasan dan pemahaman tentang alam yang cermat
dan lengkap, pada waktu yang lalu, masa kini, dan masa yang akan datang,
serta untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya serta untuk mengubah sifat-sifat lingkungan agar ia
dapat beradaptasi terhadap lingkungan tersebut sesuai dengan keinginannya”.
c. Blis (1929) dalam bukunya The Organization of Knowledge menyatakan
bahwa sains adalah kumpulan pengetahuan yang disusun secara teratur dan
dapat dibuktikan kebenarannya secara metodik dan rasional yang dihasilkan
dari data eksperimental dan empiris, konsep-konsep sederhana, dan kaitan-
kaitan perseptual menjadi kaidah yang dapat menggeneralisasikan teori,
kaidah, asas, dan penjelasan menjadi konsepsi-konsepsi yang lebih luas
cakupannya.
d. Laubenfels (1949) dalam bukunya Life Science, menyatakan sains adalah
“suatu pengetahuan tentang asas-asas atau fakta-fakta dalam pencarian
kebenaran yang telah diklarifikasikan secara teratur”.
e. Sporn (1970) dalam bukunya Technology, Enginering, and Economics
menyatakan sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang dapat
dibuktikan secara eksperimental, sistematis mengenai hubungan antar
fenomena kompleks dunia fisik.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli maka disimpulkan sains adalah


sekumpulan ilmu serumpun yang terdiri atas biologi, fisika, kimia, geologi dan
astronomi yang berupaya menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam dan
dapat dibuktikan dengan eksperimental.

2. Karakteristik Sains
Sejarah membuktikan bahwa dengan metode sains telah membawa manusia
pada kemajuan dalam pengetahuan. Randall dan Buchker mengemukakan
beberapa ciri umum sains:
a. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang
menyelidikinya adalah manusia.
b. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, artinya hasil
sains yang sebelumnya dapat digunakan untuk penyelidikan hal yang baru, dan
tidak memonopoli. Setiap orang dapat memanfaatkan hasil penemuan orang
lain.
c. Sains bersifat objektif ,artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode
sains tidak tergantung kepada siapa yang menggunakan, tidak tergantung pada
pemahaman secara pribadi.

3. Manfaat Sains
Menurut Liang Gie (1984), dengan berkembangnya sains, manusia dapat
terus mencari dan mengetahui sains sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya
karena sains bermanfaat untuk:
a. Mengungkap suatu kebenaran.

3
b. Menambah pengetahuan agar lebih terampil dalam mengarungi bahtera hidup.
c. Meningkatkan pemahaman (Understanding, Comprehension, insight) terhadap
suatu gejala alam.
d. Menjelaskan (explanation) proses sebab akibat dari suatu kejadian.
e. Memperkirakan (prediction) suatu kejadian yang akan terjadi.
f. Mengendalikan alam agar sesuai dengan yang diharapkan.
g. Menerapkan (Application) suatu kaidah alam.
h. Menghasilkan sesuatu yang berguna untuk kehidupan umat manusia masa kini
dan masa mendatang.

4. Hubungan Antara Filsafat dan Sains


Pada akhirnya kita memang melihat adanya sebuah hubungan antara filsafat
dengan sains. Mereka memiliki spirit dan tujuan yang sama yaitu jujur dan
mencari kebenaran. Dalam pencarian kebenaran ini sains menentukan dalam
dirinya sendiri tugas khas tertentu dan tugas ini memerlukan batas-batas tertentu.
Tetapi penyelidikan pikiran manusia yang selalu ingin tahu, melukai batas-batas
ini dan menuntut perembesan terhadap wilayah yang berada di balik bidang sains,
dengan demikian lalu filsafat muncul.

5. Perbandingan Antara Filsafat dan Sains


Dalam hal ini tidak salah bahwa keduanya memiliki persamaan, dan
merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran manusia, yaitu berfikir filosofi
spekulatif dan berfikir empiris ilmiah. Perbedaan antara keduanya, terutama untuk
aliran filsafat pendidikan tradisional, bahwa filsafat menentukan tujuan dan
science menentukan alat sarana untuk hidup. Untuk lebih jelas dan untuk lebih
mengetahui tentang perbandingan antara filsafat dan sains, maka di bawah ini
akan dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan antara keduanya, yaitu :
a. Persamaan
1) Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek
selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
2) Keduanya memberi pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada
antara kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab akibatnya.

4
3) Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang
bergandengan.
4) Keduanya mempunyai metode dan system.
5) Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya
timbul dari hasrat manusia (obyektifitas) akan pengetahuan yang lebih
mendasar.
b. Perbedaan
Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala
sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu
bersifat khusus dan empiris. Artinya ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang
masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak sedangkan kajian filsafat tidak
terkokta-kotak dalam disiplin tertentu. Obyek formal (sudut pandang) filsafat itu
bersifat fregmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu ada itu secara
luas, mendalam dan mendasar, sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan
intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik yang berarti bahwa cara-
cara ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Filsafat
dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjol daya spekulasi, kritis
dan pengawasan, sedangkan sains haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial
and error. Oleh karena itu, nilai sains terletak pada kegunaan pragmatis,
sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainya.

B. Ontologi Sains
Ahmad Tafsir (2012: 22-23) ontologi sains membahas tentang hakikat dan
struktur sains. Hakikat sains menjawab pertanyaan apa sains itu sebenarnya dan
struktur sains menjelaskan tentang cabang-cabang sains. Pada pembelajaran
hakikat sains ada dua pengetahuan yaitu pengetahuan rasional dan pengetahuan
empiris. Berikut akan dibahas masing-masing pengetahuan tersebut.
Pertama, pengetahuan rasional merupakan sebuah pengetahuan dimana kita
harus menguji atau meneliti kebenaran dengan akal. Dalam pengetahuan rasional,
dibahas mengenai masalah rasional. Dalam sains, pernyataan atau hipotesis yang
dibuat haruslah berdasarkan rasio dan harus berdasarkan sebab-akibat.

5
Contohnya: ada 2 kampung yaitu kampung A dan kampung B. Di kampung A
banyak lahan tanah yang subur sedangkan di kampung B lahan tanahnya tidak
subur. Diambil kesimpulan bahwa kampung A lahan tanahnya lebih subur
daripada lahan tanah di kampung B. Lalu kemudian di cari tahu tentang sebab
akibatnya. Ternyata di kampung A banyak penduduk yang memelihara hewan
kambing dan kotoran hewan tersebut digunakan untuk memupuk lahan tanah
mereka sehingga tanah di kampung A menjadi subur, sedangkan di kampung B
banyak juga penduduk yang memelihara hewan kambing, akan tetapi kotoran
hewan tersebut di jual ke kota lain. Dalam hal ini, hipotesis atau dugaan
sementara adalah rasional untuk menjadikan tanah yang subur diperlukan pupuk
alami yaitu kotoran dari hewan kambing karena kotoran kambing banyak
mengandung zat pupuknya. Semakin banyak lahan tanah diberi pupuk alami dari
kotoran hewan semakin subur lahan tanah tersebut. Dari hipotesis ini rasional
karena adanya hubungan pengaruh sebab akibat.
Contoh lain misalnya hipotesis yang dibuat adalah “makan telur ayam
berpengaruh positif terhadap kesehatan”. Hal ini berdasarkan rasio: untuk sehat
diperlukan gizi, telur ayam banyak mengandung nilai gizi, karena itu, logis bila
semakin banyak makan telur ayam akan semakin sehat. Hipotesis ini belum diuji
kebenarannya, kebenarannya barulah dugaan,tetapi hipotesis itu telah mencukupi
syarat dari segi kerasionalannya. Kata “rasional” di sini menunjukkan adanya
hubungan pengaruh atau hubungan sebab akibat.
Kedua, pengetahuan empiris merupakan sebuah pengetahuan dengan menguji
hipotesis melalui prosedur metode ilmiah. Hipotesis pada contoh sebelumnya,
dapat dilanjutkan dengan mengajukan bukti yang empiris karena diambil dari dua
kampung yang berbeda. Dengan menggunakan metode ilmiah dapat diambil
kesimpulan bahwa kotoran kambing sangat berguna untuk menggemburkan tanah
sehingga tanah akan menjadi subur. Berbeda dengan lahan tanah yang tidak diberi
pupuk alami kotoran kambing, tanahnya akan menjadi kurang subur. Inilah yang
dinamakan pengetahuan empiris yaitu dengan menguji hipotesis menggunakan
metode ilmiah.

6
Selanjutnya contoh yang kedua, untuk menguji hipotesisnya dengan cara
mengambil satu kelompok sebagai sampel, yang diberi makan telur ayam  secara
teratur selama enam bulan, sebagai kelompok eksperimen. Demikian juga,
mengambil satu kelompok yang lain, yang tidak boleh makan telur  ayam selama
enam bulan, sebagai kelompok kontrol. Setelah enam bulan, kesehatan kedua
kelompok diamati.  Hasilnya, kelompok yang teratur makan telur ayam rata-rata
lebih sehat. Setelah terbukti (sebaiknya eksperimen dilakukan berkali-kali), maka
hipotesis yang dibuat tadi berubah menjadi teori. Teori ”makan telur ayam
berpengaruh terhadap kesehatan” adalah teori yang rasional-empiris. Teori
seperti ini disebut sebagai teori ilmiah (scientific theory).
Cara kerja dalam memperoleh teori tadi dengan metode ilmiah. Rumus baku
metode ilmiah adalah : logico - hypotheticom - verificatif  (buktikan bahwa itu
logis - menarik hipotesis - ajukan bukti empiris). Pada dasarnya cara kerja sains
adalah kerja mencari hubungan sebab akibat, atau mencari pengaruh sesuatu
terhadap yang lain. Asumsi dasar sains adalah tidak ada kejadian tanpa sebab.
Asumsi ini benar bila sebab akibat itu memiliki hubungan rasional.
Dari kajian ontologis sains di atas memunculkan disiplin-disiplin ilmu yang
lain. Secara garis besar sains dibagi menjadi 2 yaitu sains kealaman dan sains
sosial yang menjelaskan struktur sains dalam bentuk nama-nama ilmu.
1. Sains Kealaman
a. Astronomi;
b. Fisika: mekanika, bunyi, cahaya, dan optic, fisika, nuklir;
c. Kimia: kimia organik, kimia teknik;
d. Ilmu bumi: paleontology, ekologi, geofisika, geokimia, mineralogy, geografi;
e. Ilmu hayat: biofisika, botani, zoology.
2. Sains Sosial
a. Sosiologi: sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi pendidikan.
b. Antropologi: antropologi budaya, antropologi ekonomi, antropologi
politik.
c. Psikologi: psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi abnormal.
d. Ekonomi: ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan.

7
e. Politik: politik dalam negeri, politik hukum, politik internasional.
3. Berikut ada tambahan dari dua sains di atas, yaitu :
a. Seni ; seni abstrak, seni grafik, seni pahat, seni tari
b. Hukum ; hukum pidana, hukum tata usaha negara, hukum adat
c. Filsafat ; logika, etika, estetika
d. Bahasa ; sastra
e. Agama ; Islam, Kristen, Confucius
f. Sejarah ; sejarah Indonesia, sejarah dunia

Kemudian, ada beberapa ahli menjelaskan mengenai karakteristik dari sains


yaitu Randall dan Buchker mengemukakan beberapa karakteristik umum sains
diantaranya:
1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, artinya hasil
sains yang lalu dapat digunakan untuk penyelidikan hal yang baru. Setiap
orang dapat memanfaatkan hasil penemuan orang lain.
2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang
menyelidikinya adalah manusia
3. Sains bersifat objektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode
sains tidak tergantung kepada siapa yang menggunakan, tidak tergantung
kepada pemahaman pribadi.

C. Aksiologi Sains
Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
berbagai pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh atau didapat oleh manusia.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika.
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa aksiologi merupakan ilmu yang
mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa ilmu telah memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia
dalam mengendalikan kekuatan-kekuatan alam. Ilmu pengetahuan tersebut tidak

8
ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkanya dan tentunya dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula.
1. Kegunaan Aksiologi Sains
Ahmad Tafsir (2004) berpendapat bahwa aksiologi ilmu sekurang-kurangnya
memiliki tiga kegunaan yaitu:
a. Ilmu Sebagai Alat Eksplanasi
Menurut T. Jacob (Manusia, Ilmu dan Teknologi , 1993: 7-8) sain merupakan
suatu sistem eksplanasi yang paling dapat diandalkan dibandingkan dengan sistem
lainnya dalam memahami masa lampau, sekarang, serta mengubah masa depan.
Maksudnya ilmu dapat menjelaskan tentang berbagai peristiwa, baik hubungan
antar peristiwa, gejala, ataupun sebab akibatnya.
b. Ilmu Sebagai Alat Memprediksi
Sebagai alat memprediksi, ilmu dapat memperkirakan atau melakukan suatu
cara pendekatan untuk mengetahui kejadian atau fenomena yang akan terjadi.
Misalnya: Ketika membuat eksplanasi, biasanya para ilmuwan telah mengetahui
faktor yang menyebabkan timbulnya suatu gejala. Dari faktor tersebut para
ilmuwan dapat membuat sebuah ramalan atau prediksi.
c. Ilmu Sebagai Alat Pengontrol
Sebagai alat pengontrol, ilmu dapat menghindari atau mengurangi akibat-
akibat akan datangnya suatu peristiwa yang berbahaya atau tidak menyenangkan.
Perbedaan prediksi dan kontrol ialah prediksi bersifat pasif; tatkala ada kondisi
tertentu, maka kita dapat membuat prediksi, misalnya akan terjadi ini, itu, begini
atau begitu. Sedangkan kontrol bersifat aktif; terhadap sesuatu keadaan, kita
membuat tindakan atau tindakan-tindakan agar terjadi ini, itu, begini atau begitu. 

2. Cara Sains Menyelesaian Masalah

Ketika para ilmuan dihadapkan pada suatu masalah sains, maka ilmuan akan
melakukan beberapa langkah dalam menghadapimasalah tersebut,yakni:
a. Identifikasi Masalah
Pada langkah ini, para ilmuan mengumpulkan data secara lengkap mengenai
masalah yang terjadi sebanyak-banyaknya hal terkait dengan masalah yang

9
terjadi. Biasanya para ilmuan melakukan penelitian, kemudian hasil penelitian
tersebut dianalisis.
b. Mencari Teori Tentang Sebab-Sebab Masalah
c. Menetapkan Tindakan Penyelesaian
Perlu diingat bahwa dalam menyelesaikan masalah janganlah hendaknya
terlalu mengandalkan sain tatkala timbul masalah. Ada dua sebab. Pertama, belum
tentu teori sain yang ada mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Teori itu
mungkin memadai pada zaman tertentu, digunakan untuk menghadapi masalah
yang sama pada zaman yang lain, belum tentu teori itu efektif. Kedua, belum tentu
setiap masalah tersedia teori untuk menyelesaikannya. Masalah selalu
berkembang lebih cepat daripada perkembangan teori. Ilmu kita ternyata tidak
pernah mencukupi untuk menyelesaikan masalah demi masalah yang diharapkan
kepada kita.
Apabila sain gagal menyelesaikan suatu masalah yang diajukan kepadanya,
maka sebaiknya masalah itu dihadapkan ke filsafat, mungkin filsafat mampu
menyelesaikannya. Tentu dengan cara filsafat atau mungkin pengetahuan mistik
dapat membantu. Yang terbaik ialah setiap masalah diselesaikan secara bersama-
sama oleh sain, filsafat dan mistik, yang bekerjasama secara terpadu

D. Epistemologi Sains
1. Pengertian Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata bahasa yunani episteme yang berarti
pengetahuan atau kebenaran dan logos yang berarti kata, pikiran, ilmu atau teori.
Karena itu secara etimologis, epistemologi berarti ilmu atau teori tentang
pengetahuan yang benar atau teori pengetahuan.
Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk
mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan
seperti: bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan?
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya
apa saja? Persoalan-persoalan penting yang dikaji dalam epistemology berkisar

10
pada masalah :asal-usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam
pengetahuan, hubungan pengetahuan dengan keniscayaan, hubungan pengetahuan
dengan kebenaran, kemungkinan skeptisisme universal, serta bentuk-bentuk
perubahan pengetahuan yang berasal dari konseptualisasi baru mengenai dunia.

2. Objek Pengetahuan Sains


Objek pengetahuan sain (yaitu objek-objek yang diteliti sain) ialah semua
objek yang empiris. Jujun S Suriasumantri yang telah dikutip oleh Ahmad Tafsir
menyatakan bahwa objek kajian sain hanyalah objek yang berada dalam ruang
lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman disini ialah
pengalaman indera.
Objek kajian sain haruslah objek-objek yang empiris sebab bukti-bukti yang
harus ia temukan adalah bukti-bukti yang empiris. Bukti yang empiris ini
diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis.
Objek-objek yang dapat diteliti oleh sain banyak sekali: alam, tumbuhan,
hewan, dan manusia, serta kejadian-kejadian di sekitar alam, tumbuhan, hewan
dan manusia itu; semuanya dapat diteliti oleh sain. Dari penelitian itulah muncul
teori-teori sain. Teori-teori itu berkelompok dan dikelompokkan dalam masing-
masing cabang sain. Teori-teori yang berkelompok itulah yang disebut struktur
sain, baik cabang-cabang sain maupun isi masing-masing cabang sain tersebut.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan Sain


Untuk dapat memperoleh pengetahuan sain terdapat beberapa aliran
sebagaimana dibawah ini yaitu :
a. Rasionalisme
Rasionalisme adalah madhab filsafat ilmu yang berpandangan bahwa rasio
adalah sumber dari segala pengetahuan. Dengan demikian, kriteria kebenaran
berbasis pada intelektualitas. Strategi pengembangan ilmu model rasionalisme,
dengan demikian, adalah mengeksplorasi gagasan dengan kemampuan intelektual
manusia.
Ahmad tafsir menjelaskan bahwa Rasionalisme adalah paham yang
mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan.

11
Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula. Konrad
Kebung, menjelaskan bahwa Rasionalisme adalah aliran berfikir yang
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar mengandalkan akal dan ini menjadi
dasar pengetahuan ilmiah. Mereka memandang rendah pengetahuan yang
diperoleh melalui indera bukan dalam arti menolak nilai pengalaman dan melihat
pengalaman melulu sebagai perangsang bagi akal atau pikiran. Kebenaran dan
kesesatan ada dalam pikiran kita dan bukannya pada barang yang dapat diserap
oleh indera kita. Beberapa tokoh penting rasionalisme adalah : Plato, Descartes,
Spinoza dan Leibniz.
Sumbangan rasionalisme tampak nyata dalam membangun ilmu pengetahuan
modern yang didasarkan pada kekuatan pikiran atau rasio manusia. Hasil-hasil
teknologi era industri dan era informasi tidak dapat dilepaskan dari andil
rasionalisme untuk mendorong manusia menggunakan akal pikiran dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan manusia.
b. Empirisme
Empirisisme adalah suatu metode dalam filsafat yang mengajarkan bahwa
yang benar itu ialah logis dan memiliki bukti empiris. Pengetahuan diperoleh
mendasarkan melalui pengalaman. Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang
menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan
mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani
empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Empirisme berpendapat bahwa
pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal,
melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah,
telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai
dengan pengalaman manusia.
Bagi kaum filsup empiris, sumber pengetahuan satu-satunya adalah
pengalaman dan pengamatan inderawi. Data dan fakta yang ditangkap oleh panca
indera kita adalah sumber pengetahuan. Semua ide yang benar datang dari fakta
ini. Sebab itu semua pengetahuan manusia bersifat empiris.
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan dengan
kemunculan ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah. Empirisme

12
menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang
dapat diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme memiliki sifat kritis
terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan memperoleh ilmu. Para
ilmuwan berkebangsaan Inggris seperti John Locke, George Berkeley dan David
Hume adalah pendiri utama tradisi empirisme. Sumbangan utama dari aliran
empirisme adalah lahirnya ilmu pengetahuan modern dan penerapan metode
ilmiah untuk membangun pengetahuan.
c. Positivisme
Positivisme menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris
sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian. Terminologi positivisme
dikenalkan oleh Auguste Comte untuk menolak doktrin nilai subyektif, digantikan
oleh fakta yang bisa diamati serta penerapan metode ini untuk membangun ilmu
pengetahuan yang diabdikan untuk memperbaiki kehidupan manusia.
Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti
empirisnya, yang terukur. Terukur inilah sumbangan penting positivism. Tokoh-
tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan tradisi positivisme adalah
Thomas Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O. Quine, and filosof lainnya. Pikiran-
pikiran para tokoh ini membuka jalan bagi penggunaan berbagai metodologi
dalam membangun pengetahuan dari mulai studi etnografi sampai penggunaan
analisa statistik.
Sementara menurut Ahmad Tafsir bahwa ketiga faham diatas saling
berkaitan, Rasionalisme atau berfikir logis tidak menjamin dapat memperoleh
kebenaran yang disepakati. Kalau begitu diperlukan hal lain yaitu Empirisme.
Sementara itu Empirisme hanya menemukan konsep yang sifatnya umum.
Konsep itu belum operasional, karena belum terukur. Jadi diperlukan alat lain
yaitu Positivisme. Kata positivism, ajukan logikanya, ajukan bukti empirisnya
yang terukur. Tetapi bagaimana caranya? Kita masih memerlukan alat lain. Alat
lain itu ialah Metode Ilmiah. Metode ilmiah mengatakan, untuk memperoleh
pengetahuan yang benar lakukan langkah beriku: logico-hypothetico-verificartif.
Maksudnya, mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis

13
(berdasarkan logika itu), kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara
empiris.
Metode ilmiah itu secara tekhnis dan rinci dijelaskan dalam satu bidang ilmu
yang disebut Metode Riset. Metode riset menghasilkan model-model penelitian.
Dengan menggunakan Model penelitian tertentu kita mengadakan penelitian.
Hasil-hasil penelitian itulah yang kita warisi sekarang berupa tumpukan
pengetahuan sain dalam berbagai bidang sain.

4. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sain


Ukuran kebenaran pengetahuan sain dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Uji logika, sebuah hepotesis bisa lolos apabila teori itu logis.
b. Uji Empiris, yaitu adakan eksperimen, ukuran kebenaran sains adalah benar
jika dapat ditemukan bukti empiris. Hipotesis yang terbukti maka menjadi teori
kemudian didukung bukti empiris maka teori itu menjadi hukum dan disebut
aksioma.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat sains adalah disiplin ilmu yang digunakan sebagai telaah sistematis
mengenai sains, mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah, percobaan dan
teori, serta penjelasan mengenai landasan–landasan sains. Epistemologi sains
dapat dimulai dari pengetahuan sistematik mengenai ilmu pengetahuan,
membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula
pengetahuan, sarana, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas, dan
kebenaran ilmu. Sedangkan aksiologi sains yaitu agar kegunaan ilmu itu tidak
menjadi bencana bagi manusia dan kemanusiaan, maka seorang ilmuwan haruslah
melandasi kegiatan ilmiahnya dengan asas-asas moral dan kode etik profesinya
dengan penuh tanggung jawab.

B. Saran
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan, kita dianjurkan untuk mempelajari
filsafat dengan berbagai macam cabang ilmunya. Karena, dengan cara kerjanya
yang bersifat sistematis, universal (menyeluruh) dan radikal, yang mengupas,
menganalisa sesuatu secara mendalam, ternyata sangat relevan dengan
problematika hidup dan kehidupan manusia serta mampu menjadi perekat antara
berbagai macam disiplin ilmu yang terpisah kaitannya satu sama lain. Dengan
demikian, menggunakan analisa filsafat, berbagai macam disiplin ilmu yang
berkembang sekarang ini, akan menemukan kembali relevansinya dengan hidup
dan kehidupan masyarakat dan akan lebih mampu lagi meningkatkan fungsinya
bagi kesejahteraan hidup manusia

15
DAFTAR PUSTAKA

Dampier, W. C. (1936). A History of Science. New York : The McMillan.Co.

Darmodjo, Hendro. (1986). Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Karunika.

Hamdani.2013. Filsafat sains. Jakarta: Pustaka Setia.

J.L. Heilbron. 2003. The Oxford Companion to the History of Modern Science.
New York : Oxford University Press.

Kebung, Konrad. 2011. Filsafat Ilmu Pengetahuan : Jakarta: PT. Pustakaraya.

Khun Thomas. (1993). Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Bandung: Remaja
Rosda Karya.

Liang Gie, The.1984. Konsepsi tentang Ilmu. Yogyakarta: Yayasan Studi Ilmu
dan Teknologi

Suriasumantri, Jujun S. 2010. Filsafat Ilmu , Sebuah pengantar poupuler. Jakarta:


PT. Penebar Swadaya.

Syam, Nina W. 2010. Filsafat sebagai akar Ilmu Komunikasi . Bandung: Remaja
Rosda Karya.

Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Ilmu. Badung: Remaja Rosdakarya.

16

Anda mungkin juga menyukai