Anda di halaman 1dari 22

EKSTRAKSI

ELISABETH ORIANA JAWA LA M.SI.,APT


DEFINISI Ekstraksi adalah proses pemisahan
satu atau lebih komponen dari
suatu campuran homogen
menggunakan pelarut cair (solven)
sebagai separating agent.
pemisahan berdasarkan prinsip
beda kelarutan

Ekstraksi adalah suatu proses


penyarian zat aktif dari bagian
tanaman obat yang bertujuan
untuk menarik komponen kimia
yang terdapat dalam bagian
tanaman obat tersebut
TUJUAN EKSTRAKSI
1. Menarik semua zat aktif dan komponen
kimia yang terdapat dalam simplisia.
2. Pemisahan secara cepat dan bersih, baik
untuk zat organik atau anorganik, untuk
analisis makro maupun mikro
3. Digunakan untuk pekerjaan preparatif
dalam bidang kimia organik, biokimia, dan
anorganik di laboratorium
Pertimbangan Dalam Menentukan
Tujuan Ekstraksi
1. Senyawa kimia yg telah memiliki identitas
2. Mengandung kelompok senyawa kimia
tertentu
3. Organisme (Tanaman atau Hewan)
4. Penemuan Senyawa Baru
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat
ekstraksi adalah :
Jumlah simplisia yang akan di ekstraksi,
Derajat kehalusan simplisia,
Jenis pelarut yang digunakan dalam
ekstraksi,
Waktu ekstraksi,
Metode ekstraksi,
Kondisi proses ekstraksi.
JENIS-JENIS EKSTRAKSI

Berdasasarkan bentuk Ekstraksi padat-cair


substansi dalam campuran Ekstraksi cair-cair

Berdasarkan penggunaan Ekstraksi secara


dingin dan secara
panas panas

Berdasarkan proses Ekstraksi


berkesinambungan
pelaksanaan dan bertahap

Berdasarkan metode Ekstraksi Tunggal


ekstraksi dan Multi Tahap
Berdasasarkan bentuk substansi dalam
campuran

Ekstraksi Padat-Cair
Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa
komponen yang dapat larut dipisahkan dari
bahan padat dengan bantuan pelarut
Ketika bahan ekstraksi dicampur dengan
pelarut, maka pelarut menembus kapiler-
kapiler dalam bahan padat dan melarutkan
ekstrak.
Berdasasarkan bentuk substansi dalam
campuran

Larutan ekstrak dengan konsentrasi yang


tinggi terbentuk di bagian dalam bahan
ekstraksi.
Dengan cara difusi akan terjadi kesetimbangan
konsentrasi antara larutan tersebut dengan
larutan di luar bahan padat.

(Pustaka: 1)
Syarat utk mencapai kecepatan
ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi
padat-cair, yaitu
1. Karena perpindahan massa berlangsung pada
bidang kontak antara fase padat dan fase cair,
maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan
yang seluas mungkin.
2. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar
dibandingkan dengan laju alir bahan ekstraksi.
3. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih
rendah, kelarutan ekstrak lebih besar) pada
umumnya menguntungkan kerja ekstraksi.
Ekstraksi Cair-Cair
 Substansi yang diesktraksi terdapat didalam campuran yg
berbentuk cair

 Sering disebut juga Ekstraksi cair atau ekstraksi pelarut


(solvent extraction)

 Pemisahan berdasar perbedaan kelarutan

 Ekstraksi cair cair /pelarut merupakan pemisahan suatu


senyawa dalam dua macam pelarut organik diusahakan agar
kedua jenis pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak
saling tercampur satu sama lain.

 Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalam corong


pemisah dengan jalan pengocokan beberapa kali. Partisi zat-
zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur
(immiscible).
Ekstraksi cai-cair
Ekstrak methanol 1 gr + 15 ml hexan dan masukan dalam corong pisah

+kan 5 ml air ekstrak yang tdk larut n-hexan masukan dlm corong pisah

Kocok dan buka kran corong pisah tampung dlm wadah n-hexan dan air,
pisahkan wadahnya

Masukan kembali lapsan air +kan 15 ml hexan yang baru, kocok diamkan hingga
memisah
Ekstraksi cai-cair
Kumpul lapisan hexan dan uapkan, timbang ekstrak kental dan KLT

Masukan lapisan air kedalam corong pisah + n butanol jenuh

Kocok.\, diamkan smapai terdapat lapisan, buka kran tampung pada wadah yang
berbeda (ulaangi hingga 4X)

Kumpul ekstrak n-butanol uapkan dan lakukan KLT


Ekstraksi pelarut umum digunakan
untuk memisahkan sejumlah gugus
yang diinginkan dari campuran
sehingga diperoleh senyawa murni
yang diinginkan
Mengekstraksi gugus/senyawa
pengganggu dalam campuran
sehingga diperoleh sampel yang
siap dianalisis secara keseluruhan
Ekstraksi Cair-Cair
1. Pemisahan ini mengikuti 𝐶1
Koefisien Distribusi= ,
hukum koefesien partisi 𝐶2

2. Yang merupakan
tetapan keseimbangan Dimana
yakni 𝐶1 : Kadar senyawa
terlarut dalam pelarut
satu
“ Kelarutan relatif suatu
senyawa terlarut dalam dua
pelarut yang tidak 𝐶2 : Kadar senyawa
bercampur” terlarut dalam pelarut
dua
pembanding distribusi
tinggi untuk gugus yang
bersangkutan dan
pembanding distribusi
rendah untuk gugus kelarutan rendah
pengotor lainnya dalam air

Persyaratan Penggunaan
Pelarut

kekentalan rendah
dan tidak
membentuk emulsi Mudah melepas kembali
dengan air dan gugus yang terlarut
tidak mudah didalamnya untu
terbakar dan tidak keperluan analisa lebih
bersifat racun lanjut
ALAT YANG DIGUNAKAN
Corong
pemisah,
digunakan
ekstraksi cair-
cair
Berdasarkan penggunaan panas

Ekstraksi Panas Ekstraksi Dingin

Refluks, destilasi Perkolasi,


uap, infusa, Soxletasi,
dekokta maserasi
Ekstraksi berkesinambungan
dan bertahap
Ekstraksi Ekstraksi Bertahap
Berkesinambungan

Dalam ekstraksi ini Pada ekstraksi ini


pelarut yang sama setiap tahap selalu
dipakai berulang- dipakai pelarut yang
ulang sampai proses baru sampai proses
ekstrksi selesai ekstraksi selesai
Pemilihan solven menjadi sangat penting,
dipilih solven yang memiliki sifat antara lain:

Solut mempunyai kelarutan yang besar


dalam solven, tetapi solven sedikit atau
tidak melarutkan diluen,
Tidak mudah menguap pada saat
ekstraksi,
Mudah dipisahkan dari solut, sehingga
dapat dipergunakan kembali,
Tersedia dan tidak mahal.
Contoh-contoh Ekstraksi
 Pengambilan senyawa relatif murni seperti
benzena, toluen dan xylene dari reformat yang
dihasilkan secara katalitis pada industri
 Produksi asam asetat anhidrat
 Pemurnian penicilin (dari senyawaan lain
sebagai hasil fermentasi yang sangat kompleks)
 Pada industri bioteknologi (biokimia)
diperlukan ekstraktan (solven) yang sangat
“lembut” dan khusus (misal: campuran air -
polyethylene glycol – phosphat) mengingat
banyak solven organik dapat mendegradasi
bahan-bahan yang sensitif (seperti protein)

Dr.-Ing. Misri Gozan 20


DAFTAR PUSTAKA
Marjoni M.R, 2016, Dasar-Dasar Fitokima Untuk
Diploma III Farmasi, Penerbit Trans Info Media,
Jakarta
Kristanti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M.,
Kurniadi, B., 2008, Buku Ajar Fitokimia, Jurusan
Kimia-Laboratorium Kimia Organik, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Airlangga.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid VI,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Claus EP.,1961, Pharmacognosy, 4 nd Ed., Lea and
Febiger, Philadelpia
Fried, G.H., Hademenos, G.J., 2005, Biologi, Edisi
Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Penuntun
cara modern menganalisis tumbuhan, Terbitan
Kedua, Penerbit ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai