Anda di halaman 1dari 2

Tak kudapati anyir darah di tanah ini

21th sudah aku menpapaki hidup


21th pula ku hirup udara tanah ini
Udara yang selalu sesuai jadwal
Sejuk di pagi hari
Terik di siang hari
Dan syahdu di senja hari
Udara yang kuhirup di tanah ini
Memiliki bebauan yang berbeda setiap segmennya
Aroma tajin begitu harum membelai penciuman di pagi hari
Harum keringat para petani selalu menemani jam istirahat di siang hari
Aroma minyak wangi dari para kyai dan santri,
Menyelimuti jalan-jalan menuju surau di senja hari
21th sudah aku hidup di tanah ini
Tak pernah kudapati anyir darah di tanah ini
(wates, 3 april 2019)

Takbiran di Wates

Sudah menjadi lumrah,


Saat takbiran semuanya sumringah
Sudah hal biasa,
Takbir keliling mengelilingi desa
Sudah sewajarnya,
Petasan diletuskan di mana-mana
Tapi takbiran di Wates ada yang berbeda,
Bukan hanya sumringah,
Bukan hanya jalan mmengelilingi desa,
Sambil meletuskan petasan di mana-mana
Di Wates, takbiran pun harus bermakna,
Takbiran harus ada syi’ar di dalamnya
Kalo mau tau bagaimana takbiran di wates,
Silahkan datang tiap malam 1 Syawal,
Kalo tahun ini tak datang,
Berdoalah semoga semoga kita sampai pada syawal tahun depannya
(wates, 28 romadlon 1440)

Padang Bulan di Wates

Bau sangit dari obor penerangan

Suara “kotekan” dan nyanyian para bocah

Tumpukan sandal yang ditinggal di pinggiran


Juga gelak tawa dan teriakan panggilan,

Dari para bocah yg sedang asik dolanan

Itulah suaana wates saat padang bulang

Jika tak percaya, datang dan buktikan !!

(taman padang bulan wates, 23 juli 2019)

Anda mungkin juga menyukai