TUGAS
PRINSIP DASAR PERENCANAAN
DISAIN FISIK RUMAH SAKIT
OLEH
ROBY PRANATA
NIM : 200101107
komponen fisik rumah sakit, meliputi perencanaan lahan, bangunan, dan infrastruktur,
diantaranya :
lahan dan bangunan yang tidak didasarkan atas studi kelayakan serta
perencanaan bisnis yang matang pada tahap awal perencanaan. Akibat yang
pengelolaan dengan prinsip bisnis yang baik dan benar sehingga tercipta
dan berkembang. Oleh karena itu sebuah rumah sakit perlu dikembangkan
Proses pengelolaan aset pada dasarnya akan sangat dipengaruhi oleh proses
masing unit). Meski demikian, dapat dikatakan bahwa proses perencanaan aset
masing-masing aset.
Setiap rumah sakit pasti akan berkembang dalam proses daur fungsi bangunannya. Dimulai
dari tahap embrional, perkembangan awal, perkembangan lanjut, kematangan, dan dapat
berlanjut ke penurunan performansi fisik dan fungsi jika tidak segera ditindak-lanjuti dengan
tepat. Dalam hal ini, rumah sakit perlu direncanakan sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Sebagai contoh pada suatu waktu tertentu yang diperlukan dalam proses perkembangan
rumah sakit adalah proses pengembangan lahan, kemudian di waktu yang lain diperlukan
adalah pembangunan atau peningkatan fisik bangunan. Pada waktu tertentu lainnya, yang
kemungkinan perkembangan rumah sakit yang dapat kita pilih sesuai dengan
vertikal. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah masterplan yang baik, yang
bertahap.
krusial lainnya.
Rule of thumb untuk pengembangan rumah sakit adalah sekitar 50m2 untuk
tiap bed. Dengan adanya arahan dasar ini, dapat diperkirakan luasan,
contoh 70 bed x 50m2. Memulai dari sebuah rumah sakit yang kecil namun
beroperasi dengan baik akan jauh lebih baik dalam proses perkembangan
usaha.
Istilah 'rumah sakit' mungkin memang kurang tepat, karena bukan menyiratkan
harapan (isi gelas masih setengah) melainkan justru menyiratkan masalah (isi
gelas tinggal setengah). Hal ini tentu saja harus dirubah dengan mengarahkan
pada sifat penuh harapan sehat dan optimisme serta kecerahan, mengingat
berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa sugesti diri dan optimisme akan
tentang rumah sakit. Dimulai dari penggunaan warna dan cahaya yang suram
yang semestinya digantikan dengan pemanfaatan warna dan cahaya yang lebih
dan interior yang semata-mata menekankan pada fungsi, dan selayaknya mulai
diolah menjadi fungsi dan fiksi (atrau bahkan fungsi dan puisi). Lebih lanjut
dapat ditingkatkan pada citra keseluruhan rumah sakit yang harus berubah dari
juga disebut pemintakatan atau zoning) yang tepat. Pengelompokan ruang yang
membutuhkan pemisahan.
Zona Luar adalah zona yang harus dengan mudah diakses oleh masyarakat
luas, seperti: layanan gawat darurat, layanan rawat jalan, serta layanan
administratif untuk umum. Zona Kedua adalah zona yang menerima beban
kerja dari zona terluar tadi, meliputi laboratorium, farmasi, dan radiologi. Zona
Dalam adalah zona yang menyediakan layanan rawat inap dan layanan lain
Sistem sirkulasi pada dasarnya terbagi dalam sirkulasi eksternal dan sirkulasi internal.
Sirkulasi eksternal akan didominasi oleh sirkulasi kendaraan bermotor dalam mengakses
rumah sakit. Perlu ada pembedaan antara akses utama rumah sakit bagi pengunjung, akses
ada. Pada umumnya diperlukan 1 parkir mobil bagi tiap 4 bed rawat inap
Sirkulasi internal akan terbagi antara sirkulasi umum dan pengunjung serta
sirkulasi pasien dan layanan medik. Ada beberapa area yang sirkulasi pasien
dan layanan medik perlu dipisahkan secara sempurna dengan sirkulasi umum.
umum.Pemisahan sirkulasi pun terjadi pada sirkulasi pasien dan clean utilities
Penghematan energi yang paling sederhana namun dapat berdampak sangat besar dapat
dilakukan dengan perencanaan sistem penghawaan. Penghematan ini dilakukan dengan cara
beberapa ruangan penentuan dari awal tentang beberapa bagian dari rumah sakit
bagian lain dari rumah sakit direncanakan dengan menggunakan ventilasi alami dan tidak
menggunakan AC. Bagian rumah sakit yang direncanakan dengan menggunakan AC akan
lebih efisien jika memiliki volume ruang yang lebih kecil dengan jarak lantai dan langit-
langit yang tidak terlalu tinggi. Sementara kenyamanan termal yang lebih baik akan dimiliki
bangunan berventilasi alami yang memungkinkan ventilasi silang dan dengan volume ruang
yang lebih besar dengan jarak lantai dan langit-langit yang lebih tinggi.
Perletakan dan orientasi dari massa bangunan pun sangat mempengaruhi
transparan atau bukaan diarahkan menghadap selatan dan utara sehingga lebih
penggunaan material yang tepat (transparan atau bukaan seperti kaca dan
jendela pada bagian yang tidak terpanaskan dan pasangan masif pada bagian
yang terpanaskan).
Selain keamanan dari pengguna yang selalu diperhatikan oleh pengelola fasilitas kesehatan,
masalah keamanan dari keadaan-keadaan darurat yang tidak diharapkan menjadi hal yang
patut diperhatikan. Contoh yang paling mudah adalah melihat rumah sakit dari sisi keamanan
terhadap bahaya kebakaran. Hal ini mencakup tiga hal, yaitu keamanan dari bahaya
kebakaran, kemudahan memadamkan api, serta kemudahan menyelamatkan diri dari bahaya
kebakaran. Dari hal pertama, perlu direncanakan perletakan sumber api yang dijauhkan dari
Penyelamatan diri dari bahaya kebakaran meliputi tangga darurat pada jarak-
merupakan sarana wajib, mengingat pada waktu kebakaran listrik akan mati.
pemadam portable yang dapat menjangkau seluruh bagian rumah sakit. Akses
terutama di bagian perifer lahan rumah sakit, karena hidrant kerap tidak selalu
Tata lansekap dalam suatu rumah sakit merupakan satu komponen vital yang
meliputi ruang terbuka hijau, pohon peneduh, pohon pengarah, penutup tanah,
Ruang terbuka hijau selayaknya menjadi salah satu pertimbangan utama dalam
jendela dengan jendela, agar privasi pasien tetap terjamin. Adanya pohon-
pohon peneduh dan pengarah bisa membantu privasi pasien, dan juga
lebih baik. Furnitur lansekap juga harus direncanakan, sehingga lampu yang
rumah sakit. Padahal aspek ini merupakan hal yang nantinya akan ditemui
terus sepanjang daur hidup fasilitas fisik rumah sakit. Tata lansekap yang tidak
serta sistem infrastruktur yang mudah dipantau dan dirawat, adalah beberapa
yang lain dapat memiliki kualitas yang senantiasa terjaga. Pada pembahasan
energi. Hal ini juga berlaku bagi sistem perletakan ruangan, sehingga ruangan
maksimal.
Setiap fasilitas publik, termasuk rumah sakit, akan memiliki target pasar
Dalam kaitan dengan pemasaran, hal ini terkait dengan korelasi antara tema
seperti misalnya “Apa business-line anda?”, “Di mana posisi produk anda?”,
“Siapa pasar produk anda?”, “Apa citra yang diharapkan?”, serta “Bagaimana
menggubah citra tersebut?”. Diharapkan rumah sakit memiliki konsep dan
tema yang kuat, yang mewadahi secara optimal kebutuhan manusia dan
terhadap lingkungan, fisik dan non-fisik, sesuai dengan tujuan dan aspirasi
tersebut. Sementara rumah sakit (atau bagian rumah sakit) dengan target
konsumen anak akan perlu memberi suasana ceria dan memberikan ruang-
ruang bermain yang membuat anak merasa lebih nyaman. Bagian rumah sakit
atau hemodialisis, misalnya) juga perlu diberi citra yang lebih membuat pasien
Manusia.
kombinasi yang stabil dari aktivitas dan ruang yang terdiri dari aktivitas rutin,
aspek fisik manusia yang meliputi dimensi, kapabilitas, dan batasan (Thieberg,
1970, Croney, 1971), dimana implikasi nyatanya dalam setting fisik RUmah
Sakit berupa iluminasi, warna, suara dan kebisingan, serta bebas hambatan.
Sementara Ergonomi cenderung terfokus pada 'komunikasi' antara manusia
oleh seorang maupun sekelompok orang yang terkumpul berdasarkan isu yang
sikap kepemilikan dan pengaturan terhadap objek yang terlibat dalam area
13) Rencanakan Rumah Sakit yang Nyaman Visual dan Tanggap Lingkungan.
Desain yang dilandasi tema yang kuat sangat dibutuhkan dalam perancangan rumah sakit dewasa
ini. Dalam arsitektur, terdapat beberapa prinsip-prinsip perancangan yang perlu diperhatikan,
seperti misalnya proporsi, skala, keseimbangan, keselarasan, kesatuan dan perbedaan, ritme, serta
penekanan.
ini akan merupakan dialog antara keselarasan dan kontras. Rumah sakit di
lingkungan urban yang padat akan mempunyai nilai tambah jika bisa berperan
Manajemen aset adalah tata laksana, operasi, dan manajemen dari properti yang
dimiliki atau disewakan baik secara untuk keuntungan maupun non-profit, yang
meliputi lahan, fasilitas dam komitmen hukum dan finansial pemilik dan
Manajemen Properti akan melihat berbagai properti sebagai aset tetap perusahaan,
Prinsip yang digunakan dalam pengelolaan aset adalah prinsip Highest and Best
Use. Dimana prinsip tersebut akan mengupayakan pemanfaatan potensi yang ada
dengan mengupayakan nilai tambah paling tinggi. Dalam hal ini meliputi lahan,
Highest and Best Use ini juga mengharuskan rencana-rencana tersebut dapat
dilaksanakan secara fisik, diijinkan oleh hukum yang berlaku, didukung oleh
pasar yang ada, serta layak secara ekonomis. Hal ini pasti dipengaruhi oleh guna
lahan (dulu, kini, yang akan datang dan sekitar), serta utilitas, transportasi, dan
• Letak Rumah Sakit di area pemukiman yang tidak terlalu padat, di tepi jalan
3
• Luas tanah 3500 m
• Jenis bangunan adalah superblock multi storey dengan jumlah level sebanyak
3 lantai
3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m
3
• Luas lantai 7875 m
• Letak IGD berada di samping kiri, tidak terlalu eye catching dan cukup sulit
• Ruang IGD memiliki Laboratorium cito 24 jam, memiliki zona triase yang
terpisah dengan zona observasi, memiliki sebuah counter pendaftaran merangkap sebagai
• Ruang rawat inap kelas-3 ada 20 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap
kamar adalah 3 bed, ruang rawat inap kelas-2 ada sebanyak 10 kamar dengan kapasitas bed
bagi setaip kamar adalah sebanyak 2 bed, ruang rawat inap kelas-1 sebanyak 26 kamar
dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed, dan ruang rawat inap kelas-VIP
sebanyak 14 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed
• Laboratorium pusat, Kamar operasi, dan CSSD berada di lantai 2 gedung
Rumah Sakit. Sedangkan Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, dan Instalasi Rawat Jalan
PERTANYAAN
Apakah rumah sakit diatas telah memenuhi 14 prinsip disain fisik rumah sakit dalam
perencanaan dan pengembangan? Jika ia sebutkan prinsip mana yang sudah dipenuhi dan
JAWABAN
Pada keterangan: Letak Rumah Sakit di area pemukiman yang tidak terlalu padat,
di tepi jalan utama, dan dekat dengan kawasan industri rumah tangga
• Letak Rumah Sakit di area pemukiman yang tidak terlalu padat, di tepi
3
• Luas tanah 3500 m
sebanyak 3 lantai
3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m
3
• Luas lantai 7875 m
c. Rencanakan Rumah Sakit yang “Kompak” Hal ini dapat dilihat pada keterangan:
3
• Luas lantai 7875 m
• Ruang rawat inap kelas-3 ada 20 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap
kamar adalah 3 bed, ruang rawat inap kelas-2 ada sebanyak 10 kamar dengan kapasitas bed
bagi setaip kamar adalah sebanyak 2 bed, ruang rawat inap kelas-1 sebanyak 26 kamar
dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed, dan ruang rawat inap kelas-VIP
sebanyak 14 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed
d. Rencanakan Rumah Sakit yang Memberikan Harapan Sehat Hal ini dapat dilihat
pada keterangan:
• Ruang IGD memiliki Laboratorium cito 24 jam, memiliki zona triase yang
terpisah dengan zona observasi, memiliki sebuah counter pendaftaran merangkap sebagai
• Ruang rawat inap kelas-3 ada 20 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap
kamar adalah 3 bed, ruang rawat inap kelas-2 ada sebanyak 10 kamar dengan kapasitas bed
bagi setaip kamar adalah sebanyak 2 bed, ruang rawat inap kelas-1 sebanyak 26 kamar
dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed, dan ruang rawat inap kelas-VIP
sebanyak 14 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed
e. Rencanakan Rumah Sakit dengan Pengelompokan yang Tepat Hal ini dapat dilihat
pada keterangan:
Rumah Sakit. Sedangkan Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, dan Instalasi Rawat Jalan
3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m
g. Rencanakan Rumah Sakit yang Hemat Energi dan Nyaman Thermal. Hal ini dapat
3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m
3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m
i. Rencanakan Rumah Sakit yang Mudah dan Murah Perawatan Hal ini dapat dilihat
pada keterangan:
• Ruang IGD memiliki Laboratorium cito 24 jam, memiliki zona triase yang
terpisah dengan zona observasi, memiliki sebuah counter pendaftaran merangkap sebagai
• Ruang rawat inap kelas-3 ada 20 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap
kamar adalah 3 bed, ruang rawat inap kelas-2 ada sebanyak 10 kamar dengan kapasitas bed
bagi setaip kamar adalah sebanyak 2 bed, ruang rawat inap kelas-1 sebanyak 26 kamar
dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed, dan ruang rawat inap kelas-VIP
sebanyak 14 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed
Rumah Sakit. Sedangkan Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, dan Instalasi Rawat Jalan
• Ruang IGD memiliki Laboratorium cito 24 jam, memiliki zona triase yang
terpisah dengan zona observasi, memiliki sebuah counter pendaftaran merangkap sebagai
• Ruang rawat inap kelas-3 ada 20 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap
kamar adalah 3 bed, ruang rawat inap kelas-2 ada sebanyak 10 kamar dengan kapasitas bed
bagi setaip kamar adalah sebanyak 2 bed, ruang rawat inap kelas-1 sebanyak 26 kamar
dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed, dan ruang rawat inap kelas-VIP
sebanyak 14 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed
Rumah Sakit. Sedangkan Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, dan Instalasi Rawat Jalan
k. Rencanakan Rumah Sakit yang Nyaman Visual dan Tanggap Lingkungan. Hal ini
3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m
l. Rencanakan Rumah Sakit Sebagai Suatu Aset Properti. Hal ini dapat dilihat pada
keterangan:
• Letak Rumah Sakit di area pemukiman yang tidak terlalu padat, di tepi jalan
3
• Luas tanah 3500 m
• Jenis bangunan adalah superblock multi storey dengan jumlah level sebanyak
3 lantai
3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m
3
• Luas lantai 7875 m
a. Rencanakan Rumah Sakit yang Aman dan Tanggap Keadaan Darurat. Hal ini
• Letak IGD berada di samping kiri, tidak terlalu eye catching dan cukup sulit
Fasilitas Terbaik.
m. Letak IGD berada di samping kiri, tidak terlalu eye catching dan cukup sulit untuk
Uraikan tugas dan fungsi Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 3 tahun
2020.
JAWABAN
Lahirnya PMK No 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pada tanggal
14 Januari 2020 dan telah diundangkan pada tanggal 16 Januari 2020 telah memberikan
kepastian terkait ‘polemik’ dalam penyelenggaraan perizinan dan klasifikasi Rumah Sakit,
artinya dengan aturan ini maka Permenkes No 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan
Akhirnya Para dokter spesialis dan subspesialis yang dulu “DILARANG” berpraktik di RS
1. Dalam PMK No 3 Tahun 2020 ini, Pelayanan Medik di Rumah Sakit tetap dibagi menjadi
3 Kategori, yaitu:
3. PMK No 30/2019 ini adalah tidak disebutkan (telah dihilangkan) secara rinci jenis – jenis
pelayanan apa saja yang termasuk dalam kategori pelayanan subspesialis dasar dan apa – apa
2. Dialisis
tersentral 5. Farmas
Penunjang Medik.
Alat Kesehatan
5. Dokter Spesialis untuk pelayanan medik dasar
Dokter spesialis untuk pelayanan penunjang medik, dokter spesialis untuk pelayanan
medik selain spesialis dasar dan dokter subspesialis tidak lagi disebutkan secara terperinci.
6. Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan,
Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
7. Klasifikasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A, B, C dan D tidak lagi berdasarkan
memiliki kemapuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis, tetapi hanya berdasarkan
- RSU Kelas A : Paling sedikit 250buah - RSU Kelas C : Paling sedikit 100 buah
- RSU Kelas B : Paling sedikit 200 buah - RSU Kelas D : Paling sedikit 50 buah
8. Ketentuan penambahan pelayanan medik lain, pelayanan medik dasar dan penambahan
9. Jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia disesuaikan dengan hasil analisis beban
g. tenaga kesehatanlingkungan;
10. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus (RSK) Kelas A, B dan C tidak lagi berdasarkan memiliki
kemapuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis, tetapi HANYA berdasarkan Jumlah
11. Tenaga tetap yang bekerja secara purna waktu diangkat dan ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit.
12. Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan/atau konsultan berdasarkan
13. Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan tertentu Tidak lagi ekslusif hanya
a. Pelayanan radioterapi,
b. Kedokteran nuklir,
kriteria klasifikasi rumah sakit berupa bangunan dan prasarana, kemampuan pelayanan, sumber daya
manusia, dan peralatan, tetapi hanya berdasarkan hasil penilaian pemenuhan jumlah tempat tidur.
15. Peningkatan kelas Rumah Sakit dilakukan dengan pemenuhan jumlah tempat tidur sesuai dengan
16. Bagi Rumah Sakit yang Menambah Jumlah Tempat Tidur harus mengubah izin operasional Rumah
17. Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan unit
transfusi darah.
18. Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta dengan penanaman modal asing tidak lagi berdasarkan
Klasifikasi RSU Kelas A dan B tetapi HANYA berdasarkan jumlah tempat tidur paling sedikit 200
19. Kepala atau direktur Rumah Sakit dan pimpinan unsur pelayanan medik di Rumah Sakit harus
seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
Kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan sebagaimana dimaksud dapat diperoleh melalui
20. Rumah Sakit dapat melakukan pengembangan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik
melalui kemitraan dengan penanam modal asing berupa pembentukan klinik utama penanaman modal
asing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak diperyaratkan harus RSU Tipe A
dan B.
21. Tidak lagi dilarang Pemberian Nama Rumah Sakit dengan mencantumkan kepemilikan institusi
a. Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Mendirikan dan Izin Operasional berdasarkan ketentuan
Peraturan Menteri Kesehata Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan atau Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, tetap berlaku sampai
b. Rumah Sakit yang sedang dalam proses pengajuan Izin Mendirikan dan/atau Izin Operasional
baru atau perpanjangan Izin Operasional berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26
Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor
Kesehatan atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit, tetap diberikan Izin Mendirikan dan/atau Izin Operasional sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan atau Peraturan Menteri Kesehatan
c. Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Mendirikan dan Izin Operasional berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini paling lambat
e. Reviu kelas Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Operasional berdasarkan ketentuan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit
dan / atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan tetap dilakukan menggunakan klasifikasi
Rumah Sakit yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang
hanya untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
f. Reviu kelas Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Operasional berdasarkan ketentuan
Dan Perizinan Rumah Sakit tetap dilakukan menggunakan klasifikasi rumah sakit yang diatur
dan Perizinan Rumah Sakit hanya untuk jangka waktu paling lama 1 Tahun