Anda di halaman 1dari 24

TUGAS PERKULIAHAN

MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN


DAN DESIGN FISIK RUMAH SAKIT

TUGAS
PRINSIP DASAR PERENCANAAN
DISAIN FISIK RUMAH SAKIT

OLEH

ROBY PRANATA
NIM : 200101107

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT DIREKTORAT PASCASARJANA
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2021
TEST/LATIHAN

1. Terdapat 14 prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam merencanakan komponen-

komponen fisik rumah sakit, meliputi perencanaan lahan, bangunan, dan infrastruktur,

diantaranya :

1) Rencanakan Rumah Sakit Sesuai Rencana Strategis.

Sering terjadi beberapa kasus kegagalan disebabkan karena pengembangan

lahan dan bangunan yang tidak didasarkan atas studi kelayakan serta

perencanaan bisnis yang matang pada tahap awal perencanaan. Akibat yang

ditimbulkan dari kurang matangnya tahap perencanaan antara lain adalah

lahan tidak sesuai, bangunan terbengkalai, serta ketidaksesuaian antara

aktivitas dengan wadahnya. Melihat kecenderungan diatas pada akhirnya

setiap organisasi baik profit maupun non profit mulai mempertimbangkan

pengelolaan dengan prinsip bisnis yang baik dan benar sehingga tercipta

sebuah bangunan yang mandiri dalam operasional, perawatan, proses tumbuh

dan berkembang. Oleh karena itu sebuah rumah sakit perlu dikembangkan

berdasarkan rencana bisnis. Suatu perencanaan yang dimulai dari perencanaan

aktivitas, sumberdaya manusia, perlengkapan fasilitas, akan membawa

implikasi pada lahan, bangunan dan infrastruktur.

Proses pengelolaan aset pada dasarnya akan sangat dipengaruhi oleh proses

perencanaan kegiatan. Dengan kata lain, proses perencanaan strategis akan

sangat mempengaruhi perencanaan masterplan keseluruhan aset (serta

masterplan masing-masing unit dan perencanaan fasilitas dalam masing-

masing unit). Meski demikian, dapat dikatakan bahwa proses perencanaan aset

akan mengikuti proses sebagaimana berikut:

• Identifikasi aset eksisting (lahan, bangunan, dan infrastruktur)


• Penentuan visi bagi keseluruhan dan masing-masing asset

• Perumusan strategi yang harus dilakukan pada keseluruhan dan

masing-masing aset.

2) Rencanakan Rumah Sakit Secara Organis, Berkembang, dan Bertahap.

Setiap rumah sakit pasti akan berkembang dalam proses daur fungsi bangunannya. Dimulai

dari tahap embrional, perkembangan awal, perkembangan lanjut, kematangan, dan dapat

berlanjut ke penurunan performansi fisik dan fungsi jika tidak segera ditindak-lanjuti dengan

tepat. Dalam hal ini, rumah sakit perlu direncanakan sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Sebagai contoh pada suatu waktu tertentu yang diperlukan dalam proses perkembangan

rumah sakit adalah proses pengembangan lahan, kemudian di waktu yang lain diperlukan

adalah pembangunan atau peningkatan fisik bangunan. Pada waktu tertentu lainnya, yang

dibutuhkan adalah konsolidasi aset-aset.

Dalam proses memanfaatkan sumberdaya lahan pun, kita perlu

mempertimbangkan pentahapan perkembangan rumah sakit. Ada beberapa

kemungkinan perkembangan rumah sakit yang dapat kita pilih sesuai dengan

kondisi yang ada seperti perkembangan secara horisontal, interstisial, ataupun

vertikal. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah masterplan yang baik, yang

memberi kesempatan pada bagian-bagian tertentu untuk berkembang secara

bertahap.

3) Rencanakan Rumah Sakit yang “Kompak”

Efisiensi dan efektivitas adalah dua parameter mutakhir yang selayaknya

menjadi isu utama perencanaan Rumah Sakit. Dibutuhkan harmonisasi dalam

mengkomposisikan kebutuhan akan kelengkapan fasilitas fisik, ketersediaan


lahan, keterbatasan anggaran, juga isu sosial yang berkembang, maupun isu

krusial lainnya.

Rule of thumb untuk pengembangan rumah sakit adalah sekitar 50m2 untuk

tiap bed. Dengan adanya arahan dasar ini, dapat diperkirakan luasan,

kebutuhan dan kompleksitas yang berbeda-beda antar rumah sakit, sebagai

contoh 70 bed x 50m2. Memulai dari sebuah rumah sakit yang kecil namun

memiliki efisiensi, efektivitas serta kompak yang tinggi sehingga dapat

beroperasi dengan baik akan jauh lebih baik dalam proses perkembangan

usaha.

4) Rencanakan Rumah Sakit yang Memberikan Harapan Sehat.

Istilah 'rumah sakit' mungkin memang kurang tepat, karena bukan menyiratkan

harapan (isi gelas masih setengah) melainkan justru menyiratkan masalah (isi

gelas tinggal setengah). Hal ini tentu saja harus dirubah dengan mengarahkan

pada sifat penuh harapan sehat dan optimisme serta kecerahan, mengingat

berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa sugesti diri dan optimisme akan

meningkatkan angka kesembuhan secara mencolok.

Arsitektur rumah sakit diharapkan mampu mengubah image masyarakat

tentang rumah sakit. Dimulai dari penggunaan warna dan cahaya yang suram

yang semestinya digantikan dengan pemanfaatan warna dan cahaya yang lebih

cerah (meski tetap bersifat kalem/tenang). Meningkat pada penataan eksterior

dan interior yang semata-mata menekankan pada fungsi, dan selayaknya mulai

diolah menjadi fungsi dan fiksi (atrau bahkan fungsi dan puisi). Lebih lanjut

dapat ditingkatkan pada citra keseluruhan rumah sakit yang harus berubah dari

“penjara” ke “resort” : pasien bukanlah pesakitan melainkan customer yang


terhormat, sementara pemberi layanan kesehatan bukanlah sipir melainkan

“customer partner” menuju sehat.

5) Rencanakan Rumah Sakit dengan Pengelompokan yang Tepat.

Rumah sakit semestinya direncanakan dengan pengelompokan ruang (kerap

juga disebut pemintakatan atau zoning) yang tepat. Pengelompokan ruang yang

tepat akan mendukung efektivitas dan efisiensi kegiatan yang berlangsung di

dalamnya dan antar ruang.

Pengelompokan yang tepat juga akan memberi kedekatan ruang-ruang yang

saling membutuhkan kedekatan, dan memisahkan ruang-ruang yang

membutuhkan pemisahan.

Zona Luar adalah zona yang harus dengan mudah diakses oleh masyarakat

luas, seperti: layanan gawat darurat, layanan rawat jalan, serta layanan

administratif untuk umum. Zona Kedua adalah zona yang menerima beban

kerja dari zona terluar tadi, meliputi laboratorium, farmasi, dan radiologi. Zona

Dalam adalah zona yang menyediakan layanan rawat inap dan layanan lain

bagi pasien. Zona Terdalam adalah zona yang membutuhkan tingkat

kesterilan tertentu dalam memberikan layanan, seperti misalnya layanan bedah,

melahirkan, serta rawat intensif. Terakhir adalah Zona Layanan, yang

memberikan layanan pada kegiatan rumah sakit, seperti misalnya dapur,

laundry, IPSRS, pool kendaraan, dan kamar jenazah.

6) Rencanakan Rumah Sakit dengan Sirkulasi yang Tepat dan Aksesibel.

Sistem sirkulasi pada dasarnya terbagi dalam sirkulasi eksternal dan sirkulasi internal.

Sirkulasi eksternal akan didominasi oleh sirkulasi kendaraan bermotor dalam mengakses

rumah sakit. Perlu ada pembedaan antara akses utama rumah sakit bagi pengunjung, akses

gawat darurat yang harus dapat


dicapai dengan mudah dan tidak terganggu akses yang lain, serta akses

layanan dan karyawan. Demikian juga parkir perlu direncanakan sedemikian

rupa sehingga secara kualitatif dan kuantitatif memenuhi persyaratan yang

ada. Pada umumnya diperlukan 1 parkir mobil bagi tiap 4 bed rawat inap

dalam sebuah rumah sakit .

Sirkulasi internal akan terbagi antara sirkulasi umum dan pengunjung serta

sirkulasi pasien dan layanan medik. Ada beberapa area yang sirkulasi pasien

dan layanan medik perlu dipisahkan secara sempurna dengan sirkulasi umum.

Demikian juga pada bangunan bertingkat, adanya pemisahan elevator yang

digunakan oleh pasien berbeda dengan yang digunakan pengunjung

umum.Pemisahan sirkulasi pun terjadi pada sirkulasi pasien dan clean utilities

(utilitas bersih) dibedakan dengan alur dirty utilities (utilitas kotor).

7) Rencanakan Rumah Sakit yang Hemat Energi dan Nyaman Thermal.

Penghematan energi yang paling sederhana namun dapat berdampak sangat besar dapat

dilakukan dengan perencanaan sistem penghawaan. Penghematan ini dilakukan dengan cara

beberapa ruangan penentuan dari awal tentang beberapa bagian dari rumah sakit

direncanakan dengan sistem pengkondisian udara dengan menggunakan AC dan bagian-

bagian lain dari rumah sakit direncanakan dengan menggunakan ventilasi alami dan tidak

menggunakan AC. Bagian rumah sakit yang direncanakan dengan menggunakan AC akan

lebih efisien jika memiliki volume ruang yang lebih kecil dengan jarak lantai dan langit-

langit yang tidak terlalu tinggi. Sementara kenyamanan termal yang lebih baik akan dimiliki

bangunan berventilasi alami yang memungkinkan ventilasi silang dan dengan volume ruang

yang lebih besar dengan jarak lantai dan langit-langit yang lebih tinggi.
Perletakan dan orientasi dari massa bangunan pun sangat mempengaruhi

penghematan energi dan kenyamanan thermal. Untuk mengurangi panas

matahari di Indonesia, bangunan diorientasikan membujur timur barat, bagian

transparan atau bukaan diarahkan menghadap selatan dan utara sehingga lebih

menghemat energi pendinginan. Pada kondisi tertentu i kadang tidak

dimungkinkan untuk meletakan massa bangunan pada kondisi ideal diatas

namun hal-hal ini dapat diatasi dengan penggunaan sunshading serta

penggunaan material yang tepat (transparan atau bukaan seperti kaca dan

jendela pada bagian yang tidak terpanaskan dan pasangan masif pada bagian

yang terpanaskan).

8) Rencanakan Rumah Sakit yang Aman dan Tanggap Keadaan Darurat.

Selain keamanan dari pengguna yang selalu diperhatikan oleh pengelola fasilitas kesehatan,

masalah keamanan dari keadaan-keadaan darurat yang tidak diharapkan menjadi hal yang

patut diperhatikan. Contoh yang paling mudah adalah melihat rumah sakit dari sisi keamanan

terhadap bahaya kebakaran. Hal ini mencakup tiga hal, yaitu keamanan dari bahaya

kebakaran, kemudahan memadamkan api, serta kemudahan menyelamatkan diri dari bahaya

kebakaran. Dari hal pertama, perlu direncanakan perletakan sumber api yang dijauhkan dari

bahan-bahan yang mudah terbakar (combustible).

Penyelamatan diri dari bahaya kebakaran meliputi tangga darurat pada jarak-

jarak tertentu, dengan persayaratan dan kemudahan aksesnya. Ramp juga

merupakan sarana wajib, mengingat pada waktu kebakaran listrik akan mati.

Ramp sebaiknya dirancang dengan memperhatikan lebar, kesejajaran

(alignment), serta kemiringan yang memadai. Bukaan ke luar dari tangga-

tangga darurat maupun dari akses-akses ke ground floor perlu dilengkapi


dengan pintu-pintu yang membuka ke luar (bukan ke dalam) dengan lebar total

bukaan disesuaikan dengan jumlah jiwa yang ada dalam bangunan.

Selanjutnya perlu didukung dengan hal yang kedua, yaitu tersedianya

pemadam kebakaran dengan berbagai sistem, mulai dari hidrant hingga

pemadam portable yang dapat menjangkau seluruh bagian rumah sakit. Akses

mobil pemadam kebakaran meruapakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan,

terutama di bagian perifer lahan rumah sakit, karena hidrant kerap tidak selalu

dapat diharapkan dalam beberapa kasus darurat.

9) Rencanakan Rumah Sakit yang “Hijau”.

Tata lansekap dalam suatu rumah sakit merupakan satu komponen vital yang

perlu direncanakan dengan seksama. Komponen tata lansekap antara lain

meliputi ruang terbuka hijau, pohon peneduh, pohon pengarah, penutup tanah,

serta furnitur lansekap (lampu, bangku, ataupun signage).

Ruang terbuka hijau selayaknya menjadi salah satu pertimbangan utama dalam

perletakan massa-massa bangunan rumah sakit. Untuk bangunan berlantai

banyak, ruang terbuka setidaknya memiliki jarak 10 m antar bangunan untuk

dinding dengan dinding, 15 m untuk jendela dengan dinding, serta 20 m untuk

jendela dengan jendela, agar privasi pasien tetap terjamin. Adanya pohon-

pohon peneduh dan pengarah bisa membantu privasi pasien, dan juga

memberikan suasana hijau yang nyaman dan membuat suasana penyembuhan

lebih baik. Furnitur lansekap juga harus direncanakan, sehingga lampu yang

ada tidak menyilaukan, serta signage (penanda) yang direncanakan dapat

tertata teratur dan memudahkan wayfinding.


10) Rencanakan Rumah Sakit yang Mudah dan Murah Perawatan.

Aspek pemeliharaan kerap kali kurang diperhatikan dalam perencanaan awal

rumah sakit. Padahal aspek ini merupakan hal yang nantinya akan ditemui

terus sepanjang daur hidup fasilitas fisik rumah sakit. Tata lansekap yang tidak

menyulitkan perawatan, kulit bangunan yang tidak menyulitkan pembersihan,

serta sistem infrastruktur yang mudah dipantau dan dirawat, adalah beberapa

prinsip dalam pemeliharaan.

Penggunaan bahan bangunan juga sangat perlu dipertimbangkan, mengingat

bahan-bahan tertentu akan mudah kotor ataupun rusak, sementara bahan-bahan

yang lain dapat memiliki kualitas yang senantiasa terjaga. Pada pembahasan

sebelumnya telah dijelaskan mengenai kenyamanan thermal dan konservasi

energi. Hal ini juga berlaku bagi sistem perletakan ruangan, sehingga ruangan

yang memungkinkan dapat memanfaatkan ventilasi dan cahaya alami secara

maksimal.

11) Rencanakan Rumah Sakit yang Sesuai Target Konsumen dan

Memberikan Fasilitas Terbaik.

Setiap fasilitas publik, termasuk rumah sakit, akan memiliki target pasar

tersendiri, sehingga fasilitas-fasilitas yang dimiliki akan disesuai dengan target

pasar yang hendak dilayani tersebut. Survey pasar memungkinkan dapat

mengidentifikasi keinginan konsumen saat ini. Lebih lanjut, rencana strategis

juga akan mengarahkan target konsumen di masa

Dalam kaitan dengan pemasaran, hal ini terkait dengan korelasi antara tema

dengan positioning. Dimana terdapat beberapa pertanyaan yang perlu diajukan,

seperti misalnya “Apa business-line anda?”, “Di mana posisi produk anda?”,

“Siapa pasar produk anda?”, “Apa citra yang diharapkan?”, serta “Bagaimana
menggubah citra tersebut?”. Diharapkan rumah sakit memiliki konsep dan

tema yang kuat, yang mewadahi secara optimal kebutuhan manusia dan

aktivitas, kuantitatif dan kualitatif, maupun secara positif memberi tanggapan

terhadap lingkungan, fisik dan non-fisik, sesuai dengan tujuan dan aspirasi

sang perancang dan klien.

Sebuah rumah sakit dengan target konsumen geriatrik, misalnya, perlu

mengakomodasi berbagai keterbatasan mobilitas yang dimilki para lansia

tersebut. Sementara rumah sakit (atau bagian rumah sakit) dengan target

konsumen anak akan perlu memberi suasana ceria dan memberikan ruang-

ruang bermain yang membuat anak merasa lebih nyaman. Bagian rumah sakit

untuk mereka yang harus menjalani pengobatan terus-menerus (kemoterapi

atau hemodialisis, misalnya) juga perlu diberi citra yang lebih membuat pasien

merasa “at home” dan bukannya menjadi “preparat”.

12) Rencanakan Rumah Sakit yang Mengakomodasi Kebutuhan dan Prilaku

Manusia.

Beberapa kutipan berikut adalah aspek-aspek kebutuhan dan perilaku yang

perlu diperhatikan dalam merencanakan setting makro, meso, hingga mikro

dalam sebuah rumah sakit. Pertama, Setting Perilaku, digambarkan sebagai

kombinasi yang stabil dari aktivitas dan ruang yang terdiri dari aktivitas rutin,

penataan lingkungan yang spesifik, hubungan kongruen antara keduanya, serta

periode waktu tertentu (Barker, 1968).

Kedua, Antropometrik dan Ergonomik. Antropometri adalah studi terhadap

aspek fisik manusia yang meliputi dimensi, kapabilitas, dan batasan (Thieberg,

1970, Croney, 1971), dimana implikasi nyatanya dalam setting fisik RUmah

Sakit berupa iluminasi, warna, suara dan kebisingan, serta bebas hambatan.
Sementara Ergonomi cenderung terfokus pada 'komunikasi' antara manusia

dan mesin/peralatan (Murrell, 1965, Propst, 1970).

Ketiga, Teori Proksemik: Privasi, Teritorialitas, & Ruang Personal. Dimana

Privasi adalah kemampuan mengontrol keberadaan interaksi, untuk selalu

memiliki pilihan, yang pada akhirnya menjadi jembatan dalam mencapai

interaksi yang diharapkan (Rappoport, 1977). Teritori adalah ruang berbatas

yang dipertahankan dan dimanfaatkan keberlangsungannya secara eksklusif

oleh seorang maupun sekelompok orang yang terkumpul berdasarkan isu yang

sama, melibatkan identifikasi psikologis terhadap ruang, dipaparkan melalui

sikap kepemilikan dan pengaturan terhadap objek yang terlibat dalam area

tersebut. (Pastalan, 1970). Ruang Personal adalah wilayah dengan batasan

visual semu sekeliling lingkungan fisik seseorang dimana

penyusup/pengganggu tidak dapat masuk (Sommer, 1969).

13) Rencanakan Rumah Sakit yang Nyaman Visual dan Tanggap Lingkungan.

Desain yang dilandasi tema yang kuat sangat dibutuhkan dalam perancangan rumah sakit dewasa

ini. Dalam arsitektur, terdapat beberapa prinsip-prinsip perancangan yang perlu diperhatikan,

seperti misalnya proporsi, skala, keseimbangan, keselarasan, kesatuan dan perbedaan, ritme, serta

penekanan.

Pertimbangan lingkungan juga merupakan sesuatu yang penting. Pertimbangan

ini akan merupakan dialog antara keselarasan dan kontras. Rumah sakit di

lingkungan urban yang padat akan mempunyai nilai tambah jika bisa berperan

sebagi suatu oase bagi lingkungan di sekitarnya. Sementara pada kawasan

yang sedang berkembang, selain rumah sakit itu perlu menyiapkan

perkembangan, adanya peluang sebagai komponen dominan kawasan akan

menuntut desain yang cukup berkarakter.


14) Rencanakan Rumah Sakit Sebagai Suatu Aset Properti.

Manajemen aset adalah tata laksana, operasi, dan manajemen dari properti yang

dimiliki atau disewakan baik secara untuk keuntungan maupun non-profit, yang

meliputi lahan, fasilitas dam komitmen hukum dan finansial pemilik dan

pengguna, dengan penekanan pada kumpulan properti dalam portfolio.

Manajemen Properti akan melihat berbagai properti sebagai aset tetap perusahaan,

dan akan berperan dalam menjaga market value, meningkatkan keuntungan,

merancang tindakan strategis, networking informasi mengenai aset tetap, telaah

dan kontrol resiko, hingga perencanaan tindakan pembelian, penyewaan, dan

berbagai tindakan lain yang menyangkut properti.

Prinsip yang digunakan dalam pengelolaan aset adalah prinsip Highest and Best

Use. Dimana prinsip tersebut akan mengupayakan pemanfaatan potensi yang ada

dengan mengupayakan nilai tambah paling tinggi. Dalam hal ini meliputi lahan,

bangunan, dan infrastruktur, sehingga komponen-komponen yang memiliki nilai

produksi ekonomi tinggi tidak akan menjadi tidak produktif. Upaya

pengembangan pertambahan modal (capital gain) akan dilakukan dengan

menjadikan aset-aset tersebut benar-benar memiliki nilai kompetitif. Prinsip

Highest and Best Use ini juga mengharuskan rencana-rencana tersebut dapat

dilaksanakan secara fisik, diijinkan oleh hukum yang berlaku, didukung oleh

pasar yang ada, serta layak secara ekonomis. Hal ini pasti dipengaruhi oleh guna

lahan (dulu, kini, yang akan datang dan sekitar), serta utilitas, transportasi, dan

perkembangan lingkungan kini dan yang akan datang.


TUGAS

Sebuah Rumah Sakit Tipe-C dengan spesifikasi sebagai berikut:

• Letak Rumah Sakit di area pemukiman yang tidak terlalu padat, di tepi jalan

utama, dan dekat dengan kawasan industri rumah tangga

• Jumlah bed 120 buah

3
• Luas tanah 3500 m

• Jenis bangunan adalah superblock multi storey dengan jumlah level sebanyak

3 lantai

3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m
3
• Luas lantai 7875 m

• Memiliki zona masuk yang menyatu dengan zona keluar

• Letak IGD berada di samping kiri, tidak terlalu eye catching dan cukup sulit

untuk ditemukan dari tapak depan Rumah Sakit

• Memiliki zona rawat inap dan rawat jalan yang terpisah

• Ruang IGD memiliki Laboratorium cito 24 jam, memiliki zona triase yang

terpisah dengan zona observasi, memiliki sebuah counter pendaftaran merangkap sebagai

nurse station, ruangan lain tidak dimiliki

• Ruang rawat inap kelas-3 ada 20 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap

kamar adalah 3 bed, ruang rawat inap kelas-2 ada sebanyak 10 kamar dengan kapasitas bed

bagi setaip kamar adalah sebanyak 2 bed, ruang rawat inap kelas-1 sebanyak 26 kamar

dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed, dan ruang rawat inap kelas-VIP

sebanyak 14 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed
• Laboratorium pusat, Kamar operasi, dan CSSD berada di lantai 2 gedung

Rumah Sakit. Sedangkan Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, dan Instalasi Rawat Jalan

berada pada lantai dasar Rumah Sakit

• Tidak memiliki pemulasaraan jenazah

PERTANYAAN

Apakah rumah sakit diatas telah memenuhi 14 prinsip disain fisik rumah sakit dalam

perencanaan dan pengembangan? Jika ia sebutkan prinsip mana yang sudah dipenuhi dan

prinsip mana yang belum terpenuhi. Berikan penjelasan Anda!

JAWABAN

1. Prinsip yang dipenuhi:

a. Rencanakan Rumah Sakit Sesuai Rencana Strategis.

Pada keterangan: Letak Rumah Sakit di area pemukiman yang tidak terlalu padat,

di tepi jalan utama, dan dekat dengan kawasan industri rumah tangga

b. Rencanakan Rumah Sakit Organis, Berkembang dan Bertahap Pada keterangan:

• Letak Rumah Sakit di area pemukiman yang tidak terlalu padat, di tepi

jalan utama, dan dekat dengan kawasan industri rumah tangga

3
• Luas tanah 3500 m

• Jenis bangunan adalah superblock multi storey dengan jumlah level

sebanyak 3 lantai

3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m
3
• Luas lantai 7875 m
c. Rencanakan Rumah Sakit yang “Kompak” Hal ini dapat dilihat pada keterangan:

3
• Luas lantai 7875 m

• Ruang rawat inap kelas-3 ada 20 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap

kamar adalah 3 bed, ruang rawat inap kelas-2 ada sebanyak 10 kamar dengan kapasitas bed

bagi setaip kamar adalah sebanyak 2 bed, ruang rawat inap kelas-1 sebanyak 26 kamar

dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed, dan ruang rawat inap kelas-VIP

sebanyak 14 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed

d. Rencanakan Rumah Sakit yang Memberikan Harapan Sehat Hal ini dapat dilihat

pada keterangan:

• Ruang IGD memiliki Laboratorium cito 24 jam, memiliki zona triase yang

terpisah dengan zona observasi, memiliki sebuah counter pendaftaran merangkap sebagai

nurse station, ruangan lain tidak dimiliki

• Ruang rawat inap kelas-3 ada 20 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap

kamar adalah 3 bed, ruang rawat inap kelas-2 ada sebanyak 10 kamar dengan kapasitas bed

bagi setaip kamar adalah sebanyak 2 bed, ruang rawat inap kelas-1 sebanyak 26 kamar

dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed, dan ruang rawat inap kelas-VIP

sebanyak 14 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed

e. Rencanakan Rumah Sakit dengan Pengelompokan yang Tepat Hal ini dapat dilihat

pada keterangan:

• Laboratorium pusat, Kamar operasi, dan CSSD berada di lantai 2 gedung

Rumah Sakit. Sedangkan Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, dan Instalasi Rawat Jalan

berada pada lantai dasar Rumah Sakit


f. Rencanakan Rumah Sakit dengan Sirkulasi yang Tepat dan Aksesibel. Hal ini

dapat dilihat pada keterangan:

3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m

• Memiliki zona rawat inap dan rawat jalan yang terpisah

g. Rencanakan Rumah Sakit yang Hemat Energi dan Nyaman Thermal. Hal ini dapat

dilihat pada keterangan:

3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m

h. Rencanakan Rumah Sakit yang “Hijau”.

Hal ini dapat dilihat pada keterangan:

3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m

i. Rencanakan Rumah Sakit yang Mudah dan Murah Perawatan Hal ini dapat dilihat

pada keterangan:

• Memiliki zona rawat inap dan rawat jalan yang terpisah

• Ruang IGD memiliki Laboratorium cito 24 jam, memiliki zona triase yang

terpisah dengan zona observasi, memiliki sebuah counter pendaftaran merangkap sebagai

nurse station, ruangan lain tidak dimiliki

• Ruang rawat inap kelas-3 ada 20 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap

kamar adalah 3 bed, ruang rawat inap kelas-2 ada sebanyak 10 kamar dengan kapasitas bed

bagi setaip kamar adalah sebanyak 2 bed, ruang rawat inap kelas-1 sebanyak 26 kamar

dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed, dan ruang rawat inap kelas-VIP

sebanyak 14 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed

• Laboratorium pusat, Kamar operasi, dan CSSD berada di lantai 2 gedung

Rumah Sakit. Sedangkan Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, dan Instalasi Rawat Jalan

berada pada lantai dasar Rumah Sakit


j. Rencanakan Rumah Sakit yang Mengakomodasi Kebutuhan dan Prilaku Manusia.

Hal ini dapat dilihat pada keterangan:

• Memiliki zona rawat inap dan rawat jalan yang terpisah

• Ruang IGD memiliki Laboratorium cito 24 jam, memiliki zona triase yang

terpisah dengan zona observasi, memiliki sebuah counter pendaftaran merangkap sebagai

nurse station, ruangan lain tidak dimiliki

• Ruang rawat inap kelas-3 ada 20 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap

kamar adalah 3 bed, ruang rawat inap kelas-2 ada sebanyak 10 kamar dengan kapasitas bed

bagi setaip kamar adalah sebanyak 2 bed, ruang rawat inap kelas-1 sebanyak 26 kamar

dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed, dan ruang rawat inap kelas-VIP

sebanyak 14 kamar dengan kapasitas bed bagi setiap kamar adalah 1 bed

• Laboratorium pusat, Kamar operasi, dan CSSD berada di lantai 2 gedung

Rumah Sakit. Sedangkan Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, dan Instalasi Rawat Jalan

berada pada lantai dasar Rumah Sakit

k. Rencanakan Rumah Sakit yang Nyaman Visual dan Tanggap Lingkungan. Hal ini

dapat dilihat pada keterangan:

3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m

l. Rencanakan Rumah Sakit Sebagai Suatu Aset Properti. Hal ini dapat dilihat pada

keterangan:

• Letak Rumah Sakit di area pemukiman yang tidak terlalu padat, di tepi jalan

utama, dan dekat dengan kawasan industri rumah tangga

3
• Luas tanah 3500 m

• Jenis bangunan adalah superblock multi storey dengan jumlah level sebanyak

3 lantai
3 3
• Luas area parkir seluas 875 m , dengan luas zona hijau sebesar 100 m
3
• Luas lantai 7875 m

2. Prinisp yang tidak dipenuhi

a. Rencanakan Rumah Sakit yang Aman dan Tanggap Keadaan Darurat. Hal ini

dapat dilihat pada keterangan:

• Memiliki zona masuk yang menyatu dengan zona keluar

• Letak IGD berada di samping kiri, tidak terlalu eye catching dan cukup sulit

untuk ditemukan dari tapak depan Rumah Sakit

b. Rencanakan Rumah Sakit yang Sesuai Target Konsumen dan Memberikan

Fasilitas Terbaik.

m. Letak IGD berada di samping kiri, tidak terlalu eye catching dan cukup sulit untuk

ditemukan dari tapak depan Rumah Sakit

n. Tidak memiliki pemulasaraan jenazah


TUGAS

Uraikan tugas dan fungsi Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 3 tahun

2020.

JAWABAN

Lahirnya PMK No 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pada tanggal

14 Januari 2020 dan telah diundangkan pada tanggal 16 Januari 2020 telah memberikan

kepastian terkait ‘polemik’ dalam penyelenggaraan perizinan dan klasifikasi Rumah Sakit,

artinya dengan aturan ini maka Permenkes No 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit dinyatakan telah dicabut dan tidak berlaku.

Akhirnya Para dokter spesialis dan subspesialis yang dulu “DILARANG” berpraktik di RS

Tipe C dan D sudah dapat ‘bernafas’ lega.

1. Dalam PMK No 3 Tahun 2020 ini, Pelayanan Medik di Rumah Sakit tetap dibagi menjadi

3 Kategori, yaitu:

a. Pelayanan Medik Umum, berupa Pelayanan Medik Dasar

b. Pelayanan Medik Spesialis berupa:

1. Pelayanan Medik Dasar 2. Pelayanan Medik Spesialis Lain

(P.Dalam,Anak, Bedah, Obgyn)

c. Pelayanan Medik Subspesialis:

1. Pelayanan Subspesialis Dasar 2. Pelayanan Subspesialis Lain

3. PMK No 30/2019 ini adalah tidak disebutkan (telah dihilangkan) secara rinci jenis – jenis

pelayanan apa saja yang termasuk dalam kategori pelayanan subspesialis dasar dan apa – apa

saja kelompok pelayanan subspesials lain.


4. Hilangnya Pelayanan Penunjang Medik, yang terdiri dari 3 :

a. Pelayanan Penunjang Medik 5. Kedokteran Nuklir

Spesialis, meliputi : 6. Radioterapi

1. Pelayanan Laboratorium 7. Akupuntur

2. Radiologi 8. Gizi Klinik

3. Anestesi dan Terapi Intensif 9. Pelayanan penunjang Medik

4. Rehabilitasi Medis spesialis lainnya

b. Pelayanan Penunjang Medik Subspesialis, meliputi :

1. Pelayanan subspesialis dibidang anestesi dan terapi intensif

2. Dialisis

3. Pelayanan Penunjang Medik Subspesialis

c. Pelayanan Penunjang Medik 2. Pelayanan Darah

lain, meliputi : 3. Gizi

1. Pelayanan Sterilisasi yang 4. Rekam Medik

tersentral 5. Farmas

4. Pelayanan Farmasi dimasukkan dalam Kelompok Pelayanan Non Medik.

Sebelumnya dalam Permenkes No 30/2019 Pelatanan Farmasi masuk dalam Kelompok

Penunjang Medik.

Pelayanan Non Medik terdiri atas :

a. Pelayanan Farmasi e. Sistem Informasi dan Komunikasi

b. Pelayanan Laundry/Binatu f. Pemulasaran Jenazah

c. Pengolahan Makanan/gizi g. Pelayanan Non Medik lainnya

d. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana (tidak dijelaskan)

Alat Kesehatan
5. Dokter Spesialis untuk pelayanan medik dasar

Dokter spesialis untuk pelayanan penunjang medik, dokter spesialis untuk pelayanan

medik selain spesialis dasar dan dokter subspesialis tidak lagi disebutkan secara terperinci.

6. Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan,

Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

diklasifikasikan berdasarkan kriteria bangunan dan prasarana, kemampuan pelayanan, sumber

daya manusia dan peralatan : Dihilangkan

7. Klasifikasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A, B, C dan D tidak lagi berdasarkan

memiliki kemapuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis, tetapi hanya berdasarkan

Jumlah Tempat Tidur, sebagai berikut;

- RSU Kelas A : Paling sedikit 250buah - RSU Kelas C : Paling sedikit 100 buah

- RSU Kelas B : Paling sedikit 200 buah - RSU Kelas D : Paling sedikit 50 buah

8. Ketentuan penambahan pelayanan medik lain, pelayanan medik dasar dan penambahan

pelayanan medik spesialis tidak dijelaskan/dihilangkan dalam Permenkes No 3 Tahun 2020

9. Jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia disesuaikan dengan hasil analisis beban

kerja, kebutuhan, dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit , sebagai berikut :

a. tenagamedis; h. tenaga gizi;

b. tenaga psikologi klinis; i. tenaga keterapian fisik

c. tenaga keperawatan; j. tenaga keteknisian medis;

d. tenaga kebidanan; k. tenaga teknik biomedika;

e. tenaga kefarmasian; l. tenaga kesehatan lain dan

f. tenaga kesehatanmasyarakat; m. tenaga nonkesehatan.

g. tenaga kesehatanlingkungan;
10. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus (RSK) Kelas A, B dan C tidak lagi berdasarkan memiliki

kemapuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis, tetapi HANYA berdasarkan Jumlah

Tempat Tidur, sebagai berikut;

- RSK Kelas A : Paling sedikit 100 buah

- RSK Kelas B : Paling sedikit 75 buah

- RSK Kelas C : Paling sedikit 25 buah

11. Tenaga tetap yang bekerja secara purna waktu diangkat dan ditetapkan oleh pimpinan

rumah sakit.

12. Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan/atau konsultan berdasarkan

kebutuhan dan kemampuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

13. Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan tertentu Tidak lagi ekslusif hanya

boleh di RSU Tipe A dan B atau yang ditetapkan oleh Menteri.

a. Pelayanan radioterapi,

b. Kedokteran nuklir,

c. Kehamilan dengan bantuan atau kehamilan di luar cara alamiah,

d. Transplantasi organ, dan

e. Sel punca untuk penelitian berbasis pelayanan terapi


14. Izin Operasional penetapan kelas tidak lagi mensyaratkan berdasarkan hasil penilaian pemenuhan

kriteria klasifikasi rumah sakit berupa bangunan dan prasarana, kemampuan pelayanan, sumber daya

manusia, dan peralatan, tetapi hanya berdasarkan hasil penilaian pemenuhan jumlah tempat tidur.

15. Peningkatan kelas Rumah Sakit dilakukan dengan pemenuhan jumlah tempat tidur sesuai dengan

klasifikasi Rumah Sakit.

16. Bagi Rumah Sakit yang Menambah Jumlah Tempat Tidur harus mengubah izin operasional Rumah

Sakit sesuai dengan Klasifikasi Rumah Sakit.

17. Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan unit

transfusi darah.

18. Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta dengan penanaman modal asing tidak lagi berdasarkan

Klasifikasi RSU Kelas A dan B tetapi HANYA berdasarkan jumlah tempat tidur paling sedikit 200

(dua ratus) tempat tidur atau sesuai kesepakatan/kerjasama internasional.

19. Kepala atau direktur Rumah Sakit dan pimpinan unsur pelayanan medik di Rumah Sakit harus

seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.

Kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan sebagaimana dimaksud dapat diperoleh melalui

pendidikan formal, pelatihan, dan/atau pengalaman bekerja di Rumah Sakit.

20. Rumah Sakit dapat melakukan pengembangan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik

melalui kemitraan dengan penanam modal asing berupa pembentukan klinik utama penanaman modal

asing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak diperyaratkan harus RSU Tipe A

dan B.

21. Tidak lagi dilarang Pemberian Nama Rumah Sakit dengan mencantumkan kepemilikan institusi

atau bidang kekhususan lain yang bermakna serupa.

22. Ketentuan Peralihan;

a. Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Mendirikan dan Izin Operasional berdasarkan ketentuan

Peraturan Menteri Kesehata Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah

Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan

Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan atau Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, tetap berlaku sampai

habis masa berlakunya izin.

b. Rumah Sakit yang sedang dalam proses pengajuan Izin Mendirikan dan/atau Izin Operasional

baru atau perpanjangan Izin Operasional berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26

Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor
Kesehatan atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit, tetap diberikan Izin Mendirikan dan/atau Izin Operasional sesuai dengan

ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan

Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan atau Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;

c. Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Mendirikan dan Izin Operasional berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit,

d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan, atau

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan

Rumah Sakit harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini paling lambat

1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan

e. Reviu kelas Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Operasional berdasarkan ketentuan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit

dan / atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan

Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan tetap dilakukan menggunakan klasifikasi

Rumah Sakit yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit atau

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit

hanya untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.

f. Reviu kelas Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Operasional berdasarkan ketentuan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi

Dan Perizinan Rumah Sakit tetap dilakukan menggunakan klasifikasi rumah sakit yang diatur

dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi

dan Perizinan Rumah Sakit hanya untuk jangka waktu paling lama 1 Tahun

sejak Peraturan Menteri ini diundangkan .

Anda mungkin juga menyukai