Anda di halaman 1dari 10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Just In Time


Pada tahun 1970 konsep Just In Time mulai dipopulerkan oleh Mr.
Taiichi Ohno dan rekannya di Toyota Motor Company, Jepang. Akar dari
konsep Just In Time dapat ditelusuri ke lingkungan negara Jepang disebabkan
oleh keterbatasan wilayah dan sumber alam serta keengganan Jepang untuk
melakukan pemborosan baik persediaan, produksi, pembelian maupun waktu
pengiriman.
Just In Time berarti dalam suatu rangkaian proses produksi, bahan
baku, bahan rakitan atau suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba
pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah
yang diperlukan. Perusahaan yang menerapkan konsep ini pada seluruh lini
produksi dapat mendekati persediaan nol. Dari sudut manajemen produksi,
kondisi diatas adalah kondisi yang sangat ideal. Oleh karena itu penerapan
Just In Time dapat berhasil dijalankan, bilamana proses produksi hanya
menerima barang yang tepat pada saat diperlukan dalam jumlah yang
diperlukan. Setiap mata rantai dalam rangkaian Just In Time memiliki
hubungan yang sangat erat dan bersifat sinkron.
Lubben (1988) mengatakan The philosophy of Just In Time
manufacturing is to operate a simple and efficient manufacturing system
capable of optimizing the use of man capable of meeting a customers
quality and delivery demands at the lowest manufacturing price atau
dengan operasi yang sederhana dan efisien, perusahaan diharapkan akan
dapat menekan biaya produksi ke tingkat paling rendah, tanpa
mengabaikan kualitas produk dan kepuasan pelanggan.
Foster dan Horngren mengatakan bahwa Just In Time memiliki aspek
dasar yakni: semua aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah bagi produk
dan jasa dihilangkan karena :
1. adanya komitmen untuk mencapai tingkat mutu yang lebih tinggi.
2. selalu melaksanakan perbaikan yang berkesinambungan dalam hal
efisiensi aktivitas-aktivitasnya.
3. menyederhanakan dan meningkatkan kemungkinan aktivitas yang
memiliki nilai tambah lebih diutamakan.
Sedangkan dalam hal penggunaan teknologi informasi, konsep Just
In Time ini membutuhkan penerimaan dan penyampaian informasi yang
tinggi, lebih cepat dan tepat agar tingkat fleksibilitas yang tinggi dalam
proses produksi terhadap perubahan pesanan dan produksi dapat tercapai.
Kebanyakan pelaksanaan konsep Just In Time pada industri
manufaktur rakitan menggunakan sistem Kanban sebagai media informasi
untuk mengirim jumlah bahan rakitan yang tepat pada saat yang tepat pula.
Kanban adalah selembar kertas atau kartu yang berperan sebagai pemberi
informasi yang menghubungkan proses terdahulu dan belakangan pada setiap
tingkat alur produksi.
2.2 Pengendalian Persediaan
Pendekatan yang biasanya dilakukan perusahaan manufaktur
Jepang mengenai pengendalian berbeda sama sekali dengan Amerika. Di
Amerika , pengendalian lebih berkonotasi seseorang atau seorang yang
membatasi suatu operasi, proses atau orang. Sedangkan Noriaki Kano,seorang
konselor persatuan ilmuwan dan insinyur Jepang, berpendapat pengendalian
berarti semua aktifitas yang diperlukan untuk mencapai sasaran dalam jangka
panjang secara efisien dan ekonomis (Fernandez, 1996, p.21).
Pengendalian juga dapat didefinisikan sebagai keadaan stabil atau variasi
yang normal dan dapat diperkirakan serta proses mengatur dan membimbing suatu
operasi serta proses-proses dengan menggunakan data kuantitatif. Mekanisme
pengendalian juga digunakan untuk mendeteksi dan menghindari potensi dampak
yang merugikan akibat adanya perubahan.
Persediaan merupakan hal penting dalam kegiatan operasional suatu
organisasi atau perusahaan dan persediaan juga akan mempermudah serta
memperlancar jalannya operasi suatu perusahaan dari memproduksi produk sampai
diserahkan kepada pelanggan. Bahkan, persediaan adalah unsur yang aktif dalam
operasi perusahaan yang secara kontinu diperoleh, diubah kemudian dijual kembali
(Rangkuti, 1996,p.7).
Smith dan Skousen (1988, p.281) mendefinisikan persediaan untuk
perusahaan manufaktur sebagai berikut : bahan atau barang yang sedang diproduksi
atau digunakan dalam produksi.
Investasi dalam bentuk persediaan memberikan kemampuan bagi suatu
perusahaan dalam mengantisipasi perubahan permintaan dan gangguan operasi.
Permintaan ini meliputi persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi
atau produk akhir, persediaan bahan pembantu dan komponen-komponen lain yang
sering menjadi bagian dari barang keluaran produk perusahaan.
Dalam pengendalian persediaan disertai serangkaian kebijakan dan
pengendalian yang memonitor persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang
harus disiapkan, kapan persediaan tersebut ada dan berapa banyak jumlah pesanan
yang harus dipenuhi atau pengendalian persediaan bertujuan untuk meminimumkan
biaya persediaan.
2.3 Bahan Rakitan
Adapun jenis persediaan yang memiliki cara pengelolaan yang berbeda
antara lain persediaan bahan rakitan (purchased parts/components) yaitu persediaan
barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari
perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk
(Rangkuti, 1996,p.14).
2.4 Pemasok
Banyak perusahaan yang membiarkan pemasok mereka berada di luar
lingkaran organisasinya dan memperlakukan pemasok sebagai orang luar serta
menganggap pemasok sebagai pelayan yang harus memenuhi syarat-syarat yang
diberikan perusahaan.
Pemasok adalah salah satu mata rantai yang paling kritis bagi keuntungan,
bagian pasar dan kelangsungan hidup sebagian besar perusahaan (Fernandez, 1996,
p.7).

Gambar 2.1 Mata Rantai yang Hilang

Gambar diatas merupakan suatu rangkaian faktor yang mempengaruhi


pencapaian seluruh perbaikan dalam pasar, keuntungan dan kelangsungan
perusahaan.
Artinya suatu perusahaan yang berfokus pelanggan akan bekerja dengan
kelompok pelanggannya untuk mendefinisikan kebutuhan mereka lebih baik untuk
merundingkan kebutuhan pelanggannya. Selain gagasan visi dari kepemimpinan
organisasi, informasi tentang ekonomi, pesaing, pasar, benchmark, teknologi dan
peraturan pemerintah digunakan untuk mengembangkan visi, misi dan nilai-nilai
perusahaan yang akan diintegrasikan ke seluruh unit setiap tingkat yang berbeda
dalam perusahaan melalui pengembangan dan pengerahan strategi dan tujuan
mutu. Dan menyejajarkan berbagai produk dan layanan yang diberikan perusahaan
untuk memastikan bahwa mereka dipusatkan pada arah yang sama.
Mereka percaya kalau perusahaan dapat bertahan hidup dengan
melakukan fungsi sesuai diatas yang secara otomatis bagian pasar meningkat,
keuntungan naik. Mata rantai yang hilang dalam rantai diatas adalah pemasok.
Bila pemasok tidak diintegrasikan secara total dalam rantai tersebut,
kesempatan untuk sukses secara drastis akan berkurang. Proses internal
tidak dapat diperbaiki tanpa mengingat efek dari bahan yang masuk, hal
ini menjadi sumber utama dari variasi yang harus dibahas untuk
mengendalikan variabilitas dan untuk memegang kendali proses keseluruhan.
2.5 Teknologi Informasi
Teknologi informasi mencakup komponen teknologi yang
dibutuhkan untuk mengolah, menyimpan dan menyampaikan informasi.
2.5.1 Teknologi Pengolahan
Dalam teknlogi pengolahan terdapat komponen-komponen elektronik,
optik, mekanis dan lojik program yang dibutuhkan untuk mengolah informasi
antara lain perangkat lunak dan perangkat keras. Yang termasuk teknologi
perangkat keras adalah elektronik, optik dan mekanik (kasat mata),
sedangkan teknologi perangkat lunaknya : program
2.5.2 Teknologi Penyimpanan
Teknologi medium penyimpanan informasi dan
komponenpengelolaannya yakni:
 Teknologi media berupa komponen elektromagnetik dan optik untuk
menyimpan data.
 Teknologi data yang mereprensentasikan informasi yang terhimpun
dalam rangkuman yang punya makna bagi pihak-pihak terkait.
2.5.3 Teknologi Komunikasi
Terdiri dari :
 Teknologi komunikasi data berupa komponen dan kemudahan yang
mendukung penyampaian dan penyajian data di antara dua atau lebih
piranti pengolah
 Teknologi penyajian informasi seperti teknik tampilan dan
antarmuka antara piranti teknologi dan manusia (T/I di Indonesia,
Luhukay, 1995).
Pada saat ini EDI atau Electronic Data Interchange mulai
dipakai di beberapa perusahaan yang benar menginginkan suatu yang
otomatis, dimana komputer-komputer saling terhubung dengan basis
struktur bisnis data seperti order pembelian dan faktur penjualan diantara
dua perusahaan yang berhubungan dalam transaksi beli atau jual dari
masing-masing pihak.
EDI yang dikembangkan sejak tahun 70 an serta banyak
digunakan oleh perusahaan yang menginginkan peningkatan efisiensi
operasi dengan pengurangan biaya persediaan, pekerjaan operasional dan
kesalahan-kesalahan yang kapan saja dapat terjadi.
EDI mendukung kerja konsep Just In Time , Quick Response
Systems serta trend masa sekarang dimana hubungan pelanggan dan
pemasok menjadi penting dalam hal penyediaan produk, total quality (up
and down the supply chain), hubungan jangka panjang juga
pengurangan biaya lebih penting dari harga. (Basic EDI Module, 1997,p1-
2)
EDI sudah banyak digunakan di industri seperti industri otomotif,
retail, institusi keuangan, elektronik, transportasi, industri kimia, serta
industri manufaktur lainnya.
2.6 Tepat Waktu, Kualitas, Efisiensi dan Efektivitas
 Tepat Waktu
Tepat waktu menurut Fernandez (1996, p.368) pada
perusahaan manufaktur adalah penyerahan suku cadang dan bahan
baku lainnya oleh pemasok pada saat pabrik membutuhkannya,
sehingga mengurangi persediaan yang mahal. Dalam hal ini, pemastian
mutu sangat penting karena suku cadang atau bahan baku cacat
yang diserahkan pada saat terakhir tidak akan terdeteksi.
 Kualitas.
Peranan kualitas dalam perusahaan yang memakai konsep
Just In Time akan jauh lebih besar pengaruhnya daripada sekedar
efisiensi dari penggunaan bahan. Kualitas yang buruk tidak hanya
disingkirkan dan ditolak tetapi juga merupakan pemborosan tenaga
kerja yang dipakai untuk mengerjakan lagi dan memerlukan tingkat
pemeriksaan yang lebih tinggi dan juga memungkinkan terjadinya
kekecewaan dari pihak pelanggan.
 Efisiensi
Efisiensi menurut Prof. Chris A. Voss adalah tingkat
keberhasilan maksimum dalam suatu tindakan ekonomi, misalnya
dalam memproduksi dan memasarkan barang serta jasa. Semakin
efisien suatu perusahaan manufaktur maka produk yang ditawarkan
semakin kompetitif. Efisiensi memungkinkan terjadinya biaya rendah
karena efisiensi merupakan ukuran kinerja yang membandingkan
produksi keluaran dengan biayanya atau penggunaan sumber daya
lainnya.
 Efektifitas.
Efektifitas adalah bagaimana tepat dan baik suatu
perusahaan melaksanakan dan memilih sesuatu tersebut sesuai
dengan kriteria khusus seperti jadwal pengiriman, kemampuan
teknik gudang dan lain-lain. Dalam perusahaan manufaktur,
efektifitas dinilai juga dari jadwal dan waktu kirim yang cepat,
tepat dan dapat dipercaya dari persediaan barang si pemasok terhadap
proses produksi .
2.7 Pembahasan Teori
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu metode
manufaktur dari teori manajemen sampai teknologi penanganan bahan
baku, yang mana akan menjadi fungsi utama dalam rencana strategi.

Gambar 2.2 Faktor utama yang mempengaruhi metode manufaktur


(Sumber : Manufacturing 2000, 1994, p.34)
Dengan gambar diatas, terlihat konsep Just In Time adalah suatu teori
manajemen yang banyak digunakan dalam pengendalian persediaan dan teknologi
informasi nya bisa dari komputer, numeric control serta Electronic Data
Interchange atau pertukaran data secara elektronik.
Konsep Just In Time yang diterapkan pada pengendalian persediaan
sering kali diartikan sebagai otorisasi pembelian karena bahan rakitan yang
diterima pada waktu yang ditentukan, dengan jumlah disesuaikan dengan jalur
produksi yang telah dijadwalkan pula, kualitas yang baik dan diperlukan
dukungan teknologi informasi..
Teknologi informasi adalah teknologi pengolahan, teknologi
penyimpanan dan teknologi komunikasi yang diwujudkan dengan perangkat
keras, lunak dan jaringan komputer yang digunakan (Luhukay, 1995, p3-4).
Dengan menggunakan teknologi informasi seperti internet, e-mail, Electronid
Data Interchange atau melalui suatu jaringan on line dengan para pemasok,
perusahaan melakukan pembelian bahan sesuai dengan jadwal produksi yang
akan dilakukan bahkan apabila otoritas terhadap pemasok sudah tinggi, si
pemasok juga dapat mengetahui tingkat persediaan perusahaan.
Oleh karena itu dengan teori diatas, penulis meneliti tingkat teknologi
informasi yang seperti apa yang dapat dipakai oleh suatu perusahaan
manufaktur rakitan dalam mengendalikan persediaan bahan rakitan untuk tiba
tepat pada waktu jalur produksi dengan kualitas yang baik apabila konsep
Just In Time yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai