Anda di halaman 1dari 24

Modul 4: Rencana Usaha dan Manajemen Risiko

KATA PENGANTAR

U
ngkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyelenggara Pelatihan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dapat menyelesaikan mata
pelatihan ini dengan baik. Modul ini berisi pentingnya seorang Aparatur Sipil Negara memiliki
pemahaman mengenai Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.
Berbeda dengan Direktorat Jenderal lainnya, peran Ditjen Bina Konstruksi lebih berperan dalam
penyiapan perangkat lunak dalam pembangunan. Dalam memfasilitasi pembangunan
infrastruktur publik dimaksud dilakukan melalui dua hal, pembentukan iklim yang kondusif bagi
investasi, dan penyiapan kapasitas dan kompetensi berbagai komponen dalam industri
konstruksi untuk melaksanakan pembangunan tersebut. Hal tersebut telah kita ketahui semua
bahwa tuntutan publik atas layanan infrastruktur meningkat lebih cepat dibanding kemampuan
pemerintah menyediakan dana, sehingga untuk infrastruktur publik perlu dibiayai melalui
investasi swasta dengan pengaturan yang memadai, dimana motivasi swasta berinvestasi
sangat dipengaruhi oleh iklim berinvestasi yang kondusif baik dukungan keamanan investasi
dan pengembaliannya.
Pembuatan Modul ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian,
keterampilan, dan sikap Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang jasa konstruksi, agar memiliki
kompetensi dasar dalam memahami dan mengetahui Rencana Usaha dan Manajemen Risiko,
dengan waktu pembelajaran sebanyak 4 jam pelajaran.
Kami menyadari bahwa modul ini masih ada kekurangan dan kelemahannya, baik pada isi,
bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya tanggapan berupa kritik
dan saran guna penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini bermanfaat khususnya bagi
peserta Pelatihan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).

Bandung, Februari 2019


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Air dan Konstruksi

Ir. Yudha Mediawan, M.Dev.Plg.


NIP. 196610211992031003

i
Modul 4: Rencana Usaha dan Manajemen Risiko

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................................................... ii
Petunjuk Penggunaan Modul.........................................................................................iii
Pendahuluan...................................................................................................................iv
A. Latar Belakang......................................................................................................iv
B. Deskripsi Singkat...................................................................................................v
C. Tujuan Pembelajaran.............................................................................................v
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok......................................................................v
Materi Pokok 1 Identifikasi Risiko..................................................................................1
Materi Pokok 2 Pengalokasian Risiko...........................................................................3
A. Prinsip-prinsip Pengalokasian Risiko.....................................................................3
B. Keterbatasan Alokasi Risiko..................................................................................4
C. Matriks Alokasi Risiko............................................................................................5
Materi Pokok 3 Mitigasi Risiko dan Permasalahannya.................................................7
Materi Pokok 4 Pemantauan dan Pengelolaan Pelaksanaan dan Risiko KPBU.........8
A. Pemantauan dan Penerapan Kinerja Layanan dan Kepatuhan Kontrak................8
B. Pemantauan dan Pengelolaan Tanggung Jawab dan Risiko Pemerintah..............9
Materi Pokok 5 Rencana Usaha (Business Plan).........................................................12
A. Pengertian Busniness Plan...................................................................................12
B. Prinsip-prinsip Business Plan...............................................................................12
C. Manfaat Business Plan.........................................................................................12
D. Komponen-komponen Business Plan...................................................................14
E. Latihan.................................................................................................................. 18
F. Rangkuman.......................................................................................................... 18
Daftar Pustaka................................................................................................................19

ii
Modul 4: Rencana Usaha dan Manajemen Risiko

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. Petunjuk Bagi Peserta


Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal, dalam menggunakan modul Rencana
Usaha dan Manjemen Risiko, maka langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain:
1) Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada masing-
masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, peserta dapat bertanya pada
instruktur yang mengampu kegiatan belajar.
2) Kerjakan setiap tugas formatif (soal latihan) untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap
kegiatan belajar.
3) Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik, perhatikanlah hal-hal berikut ini:
a. Perhatikan petunjuk-petunjuk yang berlaku.
b. Pahami setiap langkah kerja dengan baik.
4) Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar
sebelumnya atau bertanyalah kepada instruktur atau instruktur yang mengampu
kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.

B. Petunjuk Bagi Instruktur


Dalam setiap kegiatan belajar instruktur berperan untuk:
1. Membantu peserta dalam merencanakan proses belajar.
2. Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap
belajar.
3. Membantu peserta dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab pertanyaan
peserta mengenai proses belajar peserta.
4. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang
diperlukan untuk belajar.

iii
Modul 4: Rencana Usaha dan Manajemen Risiko

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebagai unsur utama Sumber Daya Manusia (SDM)
Aparatur Negara mempunyai peranan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan sosok CPNS yang mampu memainkan peran tersebut adalah CPNS yang
mempunyai kompetensi yang diindikasikan dari sikap dan perilakunya yang penuh dengan
kesetiaan dan ketaatan kepada Negara, bermoral dan mampu menjadi perekat persatuan
dan kesatuan bangsa.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mempunyai tugas dan tanggung
jawab melaksanakan sebagian tugas umum Pemerintahan dan tugas pembangunan
dibidang ke-PUPR-an yang meliputi bidang Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Air, Bina
Marga, Cipta Karya, Pengembangan Wilayah, Perumahan Rakyat, Penelitian dan
Pengembangan bidang PUPR dan Bina Konstruksi. Dalam pembangunan infrastruktur
bidang PUPR tersebut telah banyak dibangun berbagai macam sarana prasaran fisik
diseluruh wilayah Indonesia yang tujuan untuk mendukung sektor-sektor pembangunan
lainnya agar dapat berkembang, sehingga perekonomian masyarakat akan meningkat
dengan pesat yang pada akhirnya kesejahteraan rakyat akan segera tercapai. Untuk dapat
membentuk sosok Calon Pegawai Negeri Sipil tersebut di atas, perlu dilaksanakan
pembinaan melalui jalur pelatihan yang mengarah kepada upaya peningkatan:
a. Sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada kepentingan masyarakat,
bangsa, Negara dan tanah air;
b. Kompetensi teknik, manajerial, dan atau kepemimpinannya;
c. Efisiensi, efektifitas dan kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan semangat
kerjasama dan tanggung jawab sesuai dengan lingkungan kerja organisasinya.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil,
mengatur juga tentang Pendidikan dan Pelatihan Terintegrasi yang selanjutnya disebut
Pelatihan Prajabatan sesuai pasal 1 ayat 28, dan juga dalam rangka meningkatkan tertib
penyelenggaraan pembangunan guna mewujudkan prasarana dan sarana bidang pekerjaan
umum yang efisien, efektif, dan produktif, dipandang perlu menyempurnakan materi sistem
pengendalian manajemen.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 603/PRT/M/2005 ditetapkan
dengan maksud agar para penyelenggara proyek/satuan kerja di lingkungan Departemen
Pekerjaan Umum dapat melaksanakan tugasnya secara profesional dengan tidak
menyimpang dari peraturan dan ketentuan yang berlaku, sehingga diperoleh hasil yang
tepat mutu, tepat waktu, tepat biaya, dan tepat manfaat.

iv
Modul 4: Rencana Usaha dan Manajemen Risiko

Pelatihan ini menguraikan tentang tata cara pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, yang disusun dengan kaidah penulisan dan
penyelenggaraan dengan mengacu pada Perpres No 38 Tahun 2015, dan Permen No
21/PRT/M/2018, serta regulasi lainnya yang relevan.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai rencana usaha dan
manajemen risiko yang disajikan dengan metode ceramah dan tanya jawab.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti proses pembelajaran rencana usaha dan manajemen risiko peserta
diharapkan mampu memahami rencana usaha dan manajemen risiko dalam penyediaan
infrastruktur di lingkungan kementerian PUPR.
2. Indikator Hasil Belajar
2.1 Mampu Memahami Identifikasi Risiko
2.2 Mampu Memahami Pengalokasian Risiko
2.3 Mampu Memahami Mitigasi Risiko Dan Permasalahannya
2.4 Mampu Memahami Pemantauan Dan Pengelolaan Pelaksanaan Dan Risiko KPBU
2.5 Rencana Usaha (Business Plan)

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


1. Identifikasi Risiko
2. Pengalokasian Risiko
2.1 Prinsip-prinsip Pengalokasian Risiko
2.2 Keterbatasan Alokasi Risiko
2.3 Matriks Alokasi Risiko
3. Mitigasi Risiko dan Permasalahannya
4. Pemantauan dan Pengelolaan Pelaksanaan dan Risiko KPBU
4.1 Pemantauan dan Penerapan Kinerja Layanan dan Kepatuhan Kontrak
4.2 Pemantauan dan Pengelolaan Tanggung Jawab dan Risiko Pemerintah
5. Rencana Usaha (Business Plan)
5.1 Pengertian Business Plan
5.2 Prinsip-prinsip Business Plan
5.3 Manfaat Business Plan
5.4 Komponen-komponen Business Plan

v
MATERI POKOK 1
IDENTIFIKASI RISIKO

Mampu memahami identifikasi risiko

Langkah pertama dalam penyusunan struktur KPBU pada umumnya dimulai dengan menyusun
daftar komprehensif tentang seluruh risiko yang terkait dengan proyek. Daftar tersebut dikenal
sebagai ‘daftar risiko’. Dalam konteks ini, risiko merupakan variasi dalam nilai proyek yang tidak
dapat diperkirakan – dari sudut pandang sebagian atau seluruh pemangku kepentingan – yang
timbul dari ‘faktor risiko’ dasar tertentu. Contohnya, ‘risiko permintaan’ adalah risiko bahwa nilai
proyek, dan pendapatan proyek, akan lebih rendah (atau lebih tinggi) dari perkiraan karena
permintaan yang lebih rendah (atau lebih tinggi) dari perkiraan.
Risiko KPBU bervariasi, tergantung pada tempat proyek terkait dilaksanakan, sifat proyek, dan
aset dan layanan yang terlibat. Meskipun demikian, risiko-risiko tertentu bersifat umum dalam
berbagai jenis proyek KPBU. Risiko-risiko tersebut pada umumnya dikelompokkan dalam
kategori risiko, yang seringkali merupakan risiko yang terkait dengan fungsi tertentu (seperti
konstruksi, operasional, atau pembiayaan), atau tahap proyek tertentu (seperti pengakhiran).
Terdapat banyak sumber yang menyajikan daftar risiko ‘standar’ dan alokasi risiko yang
disarankan, dalam beberapa kasus untuk jenis proyek spesifik. Proyek KPBU seringkali
memiliki fitur atau situasi yang unik–contohnya, kondisi geologis tertentu pada rute jalan yang
diusulkan. Artinya, badan pelaksana harus memanfaatkan jasa konsultan yang berpengalaman
untuk membantu mengidentifikasi daftar risiko proyek yang komprehensif.
Penilaian dan Penentuan Prioritas Risiko
Mempertimbangkan bobot berbagai risiko seringkali berguna untuk memfokuskan upaya
pengalokasian risiko. Beberapa risiko jauh lebih signifikan dibandingkan risiko lainnya.
Misalnya saja dalam hal seberapa besar kemungkinan risiko tersebut akan terjadi, seberapa
besar dampak risiko tersebut terhadap hasil proyek, atau keduanya. Risiko dapat dinilai baik
secara kuantititatif maupun kualitatif.
Contoh: Kategori Risiko KPBU
Kategori risiko di bawah ini merupakan risiko yang umum ditemui dalam berbagai KPBU:
1) Lokasi risiko yang terkait dengan ketersediaan dan kualitas lokasi proyek, seperti biaya
dan waktu yang diperlukan untuk memperoleh loksai tersebut, perizinan yang diperlukan
atau memastikan ruang milik jalan untuk pembangunan jalan, dampak geologis atau
kondisi lokasi lainnya, serta biaya untuk memenuhi standar lingkungan hidup.

1
2) Rancangan, konstruksi, dan pelaksanaan risiko bahwa konstruksi memakan waktu lebih
lama atau biaya lebih besar dari perkiraan, atau risiko bahwa rancangan atau kualitas
konstruksi umengakibatkan aset tersebut tidak memadai untuk memenuhi persyaratan
proyek.
3) Operasional risiko keberhasilan operasional, termasuk risiko gangguan ketersediaan
layanan atau aset, risiko bahwa antarmuka jaringan tidak bekerja sebagaimana
mestinya, atau biaya untuk mengoperasikan dan memelihara aset terkait ternyata
berbeda dari perkiraan.
4) Permintaan, dan risiko komersial lainnya risiko bahwa penggunaan layanan berbeda
dari perkiraan, atau pendapatan tidak dapat dihasilkan sebagaimana diperkirakan
sebelumnya.
5) Perundang-undangan atau politik risiko keputusan perundang-undangan atau politik
atau perubahan dalam kerangka kerja perundang-undangan sektor yang membawa
dampak merugikan terhadap proyek. Contohnya, hal ini dapat berupa kegagalan
memperbaharui persetujuan dengan semestinya, keputusan perundang-undangan yang
keras dan tidak adil, atau dalam kondisi ekstrim, pelanggaran kontrak atau
pengambillalihan.
6) Perubahan dalam kerangka hukum risiko adanya perubahan dalam undang-undang
atau peraturan umum yang membawa dampak merugikan bagi proyek, seperti
perubahan dalam perpajakan perusahaan secara umum, atau dalam peraturan yang
mengatur pertukaran mata uang, atau repatriasi laba.
7) Wanprestasi risiko bahwa pihak swasta yang terlibat dalam kontrak KPBU ternyata tidak
memiliki kemampuan finansial maupun teknis untuk melaksanakan proyek.
8) Ekonomi atau finansial risiko bahwa perubahan dalam tingkat suku bunga, nilai tukar
atau inflasi membawa dampak merugikan terhadap hasil pelaksanaan proyek.
9) Keadaan kahar (Force Majeure) risiko yang tidak dapat diasuransikan bahwa kejadian
eksternal yang berada di luar kendali pihak-pihak dalam kontrak, seperti bencana alam,
perang atau kerusuhan sipil, dapat berdampak pada proyek.
10) Kepemilikan aset risiko yang terkait dengan kepemilikan aset, termasuk risiko
keusangan teknologi atau risiko bahwa nilai aset pada saat kontrak berakhir ternyata
berbeda dari perkiraan.
Pengalokasian risiko dalam konteks KPBU berarti memutuskan pihak mana dalam
kontrak KPBU yang akan menanggung biaya (atau meraih manfaat) dari perubahan
dalam hasil proyek yang diakibatkan oleh masing-masing faktor risiko. Pengalokasian
risiko proyek dengan baik adalah cara utama bagi KPBU untuk mencapai kesepadanan
nilai dengan biaya yang lebih baik. Ada dua tujuan utama pengalokasian risiko. Pertama
adalah menciptakan insentif bagi para pihak untuk mengelola risiko dengan baik dan
dengan demikian meningkatkan manfaat proyek atau mengurangi risiko. Tujuan kedua
adalah mengurangi biaya risiko proyek secara keseluruhan dengan ‘mengasuransikan’
para pihak dari risiko yang tidak bersedia mereka tanggung.

2
MATERI POKOK 2
PENGALOKASIAN RISIKO

Mampu memahami pengalokasian risiko

Pengalokasian risiko dalam konteks KPBU berarti memutuskan pihak mana dalam kontrak
KPBU yang akan menanggung biaya (atau meraih manfaat) dari perubahan dalam hasil proyek
yang diakibatkan oleh masing-masing faktor risiko. Pengalokasian risiko proyek dengan baik
adalah cara utama bagi KPBU untuk mencapai kesepadanan nilai dengan biaya yang lebih
baik. Dua tujuan utama pengalokasian risiko adalah, pertama menciptakan insentif bagi para
pihak untuk mengelola risiko dengan baik dan dengan demikian meningkatkan manfaat proyek
atau mengurangi risiko. Tujuan kedua adalah mengurangi biaya risiko proyek secara
keseluruhan dengan ‘mengasuransikan’ para pihak dari risiko yang tidak bersedia mereka
tanggung.
Contoh: Pengalokasian Risiko Pembebasan Lahan
Pembebasan lahan dapat menjadi salah satu aspek pengembangan proyek KPBU
yang paling menantang penundaan dalam menguasai lahan dapat menciptakan
gangguan yang signifikan atau bahkan menghambat proyek-proyek KPBU yang
menjanjikan. Terdapat beberapa opsi untuk menghadapi risiko-risiko yang terkait
dengan penundaan atau kesulitan pembebasan lahan. Beberapa pemerintah
mengadopsi kebijakan untuk membebaskan lahan sebelum meluncurkan suatu
proyek ke pasar, dengan demikian menanggung dan mengeluarkan risiko ini dari
persamaan kontraktual seperti yang diterapkan dalam proyek transportasi di India.
Pemerintah lainnya mengalokasikan tanggung jawab untuk mengidentifikasi lahan
yang diperlukan untuk proyek terkait, dan tanggung jawab untuk melaksanakan
proses yang diperlukan untuk memperoleh lahan tersebut, kepada pihak swasta.
Pemerintah lainnya mempersiapkan proses pembebasan lahan dengan saksama,
mememerinci kebutuhan lahan dan identifikasi pemilik, tetapi kemudian
mengalihkan tanggung jawab untuk membebaskan lahan tersebut kepada mitra
swasta. Opsi terbaik mungkin tergantung pada keadaan tak kalah pentingnya
adalah peraturan yang berlaku mengenai pembebasan lahan wajib.

A. Prinsip-Prinsip Pengalokasian Risiko

3
Prinsip sentral dalam alokasi risiko adalah setiap risiko harus dialokasikan kepada pihak
manapun yang memiliki kemampuan terbaik untuk mengelola risiko tersebut. Definisi yang
lebih tepat atas prinsip tersebut, menyatakan bahwa setiap risiko harus dialihkan kepada
pihak yang:
 Paling mampu mengendalikan kemungkinan terjadinya risiko tersebut contohnya,
pihak swasta biasanya bertanggung jawab atas konstruksi proyek, karena mereka
memiliki keahlian terbaik di area tersebut. Hal ini juga berarti pihak swasta harus
menanggung biaya penundaan atau kelebihan biaya proyek.
 Paling mampu mengendalikan dampak risiko terhadap hasil proyek, dengan menilai
dan mengantisipasi risiko dengan baik dan merespon risiko tersebut. Contohnya,
walaupun tidak ada pihak yang sanggup mengendalikan risiko gempa bumi, apabila
pihak swasta bertanggung jawab atas desain proyek, maka pihak swasta dapat
menggunakan teknik untuk mengurangi kerusakan yang mungkin timbul apabila
terjadi gempa bumi.
 Mampu menyerap risiko dengan biaya terendah, apabila kemungkinan terjadi dan
dampak risiko tersebut tidak bisa dikendalikan. Biaya suatu pihak untuk menyerap
suatu risiko tergantung pada beberapa faktor, termasuk: sejauh mana risiko tersebut
berkolerasi dengan aset dan kewajiban lain yang dimilikinya; kemampuan pihak
tersebut untuk mengalihkan risiko tersebut (contohnya, kepada pengguna layanan
melalui perubahan harga, atau kepada pihak ketiga melalui asuransi); dan sifat dari
penanggung risiko akhir. Contohnya, kemampuan pemerintah membagi risiko
kepada pembayar pajak berarti biaya pemerintah untuk menanggung risiko lebih
rendah dibandingkan pihak swasta, mengingat pemegang saham merupakan
penanggung risiko akhir.
Dalam publikasi OECD mengenai pembagian risiko dan kesepadanan nilai dengan biaya
dalam KPBU dibahas mengenai cara menerapkan prinsip-prinsip tersebut namun bukan
berarti mengalihkan risiko sebanyak-banyaknya kepada pihak swasta. Pengalihan risiko-
risiko yang dapat dikendalikan atau dimitigasi dengan baik oleh pihak swasta dapat
membantu menurunkan biaya proyek secara keseluruhan dan meningkatkan
kesepadanan nilai dengan biaya. Tetapi, semakin besar total risiko yang dialihkan kepada
pihak swasta, maka imbal hasil atau ‘premi risiko’ yang dikenakan investor penanam
modal akan semakin tinggi, dan mengumpulkan pembiayaan berbasis utang akan
semakin sulit.

B. Keterbatasan Alokasi Risiko


Terdapat beberapa batasan atas alokasi risiko dalam proyek KPBU. Keterbatasan tersebut
termasuk hal - hal di bawah ini:
o Tingkat perincian alokasi risiko secara teori, setiap risiko proyek dapat diidentifikasi,
dan dialokasikan kepada pihak yang paling mampu menanggung risiko tersebut,
dengan demikian meningkatkan kesepadanan nilai dengan biaya. Pada praktiknya,
biaya yang diperlukan untuk melakukan proses tersebut akan terlalu tinggi, dan

4
kemungkinan akan melebihi manfaat yang dihasilkan dalam hal risiko yang terlibat
tidak terlalu signifikan. Dalam banyak kasus, risiko dialokasikan per kelompok,
terkadang dengan pengecualian untuk risiko signifikan tertentu. Contohnya, pihak
swasta mungkin menanggung seluruh risiko konstruksi, kecuali beberapa risiko
geologis utama tertentu. Pemerintah dapat menyediakan kekebalan khusus untuk
risiko geologis tersebut.
o Risiko yang tidak dapat dialihkan – beberapa jenis risiko tidak dapat dialihkan
melalui kontrak KPBU. Contohnya, pihak swasta akan selalu menanggung risiko
politis tertentu risiko bahwa pemerintah akan mengingkari kontrak atau mengambil
alih aset proyek. Lembaga internasional seperti Badan Penjaminan Investasi
Multilateral atau Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) menyediakan
asuransi risiko politik untuk membantu memitigasi risiko ini.
o Besarnya risiko yang dialihkan kepada pihak swasta – penanam modal pihak
swasta dalam kontrak KPBU – yaitu perusahaan KPBU – hanya terpapar risiko
sesuai dengan nilai modal yang ditanamkan. Terlebih lagi, kreditur pada umumnya
hanya menerima risiko dengan tingkat yang relatif rendah, sejalan dengan imbal
hasil yang diharapkan. Dalam praktiknya, hal ini berarti seberapa besar risiko yang
dapat dialihkan dibatasi oleh nilai ekuitas dalam perusahaan proyek. Apabila
kerugian yang timbul atas suatu risiko ternyata lebih tinggi dibandingkan modal yang
ditanamkan, penanam modal dapat menelantarkan proyek. Karena pada akhirnya
pemerintah tetap bertanggung jawab untuk memastikan penyediaan layanan, sisa
risiko proyek tetap ditanggung oleh pemerintah.

C. Matriks Alokasi Risiko


Hasil dari proses alokasi risiko pada tahap ini seringkali disebut sebagai matriks alokasi
risiko. Matriks alokasi risiko menyajikan daftar risiko umumnya diurutkan berdasarkan
kategori dan menetapkan pihak mana yang menanggung risiko. Alokasi risiko ini kemudian
diterapkan dalam praktik dengan memasukkan klausul yang tepat dalam kontrak KPBU.
Beberapa pemerintah merangkum prinsip-prinsip alokasi risiko tersebut di atas dalam
‘alokasi risiko terpilih’, seringkali disajikan dalam bentuk matriks alokasi risiko terpilih.
Alokasi terpilih ini mungkin bersifat umum, atau spesifik untuk sektor atau jenis proyek
tertentu. Matriks tersebut pada umumnya merupakan titik awal pengalokasian risiko untuk
proyek tertentu, dengan tetap menimbang masing-masing proyek yang pada umumnya
memiliki karakteristik tertentu sehingga dibutuhkan alokasi risiko yang berbeda untuk
mencapai kesepadanan nilai dengan biaya yang lebih baik. Matriks alokasi risiko harus
ditinjau kembali sebelum penandatanganan kontrak untuk memastikan tanggung jawab tiap-
tiap pihak dalam kontrak tersebut telah sah dan mengikat menurut hukum. Pemeriksaan
akhir ini juga dapat berperan sebagai mekanisme penjaga gerbang tambahan
Berikut ini adalah contoh-contoh alokasi risiko terpilih dan matriks alokasi risiko:

5
· Infrastructure Australia telah menerbitkan ‘prinsip-prinsip komersial standar’ bagi
proyek infrastruktur ekonomi maupun sosial yang penjelaskan pengalokasian
risiko dan tanggung jawab secara terperinci.
· Panduan Pengantar tentang KPBU Hong Kong menyajikan contoh matriks risiko
proyek KPBU untuk fasilitas pengolahan air yang terperinci.
· Manual KPBU Pemerintah Rio de Janeiro menyajikan contoh matriks risiko untuk
proyek infrastruktur KPBU.
· Manual KPBU Afrika Selatan, mencakup matriks risiko KPBU standar yang
menyajikan daftar risiko dan menguraikan mekanisme mitigasi risiko dan alokasi
risiko untuk masing-masing risiko.

6
MATERI POKOK 3
MITIGASI RISIKO DAN PERMASALAHANNYA

Mampu memahami mitigasi risiko dan permasalahannya

7
MATERI POKOK 4
PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN PELAKSANAAN
DAN RISIKO KPBU

Mampu memahami pemantauan dan pengelolaan pelaksanaan dan risiko KPBU

Guna mencapai kesepadanan nilai dengan biaya yang dijanjikan KPBU, pemerintah perlu
memastikan alokasi tanggung jawab dan risiko yang direncanakan diterapkan secara
nyata. Sepanjang umur kontrak, manajer kontrak perlu:
 Memantau kepatuhan kontrak dan kinerja layanan pihak swasta, dan memastikan
penalti atau bonus dibayarkan sebagaimana mestinya.
 Memantau dan memastikan kepatuhan pemerintah pada tanggung jawabnya
berdasarkan kontrak
 Memantau dan memitigasi risiko.
Kegiatan aktual yang perlu dilaksanakan akan berbeda antar tahap pelaksanaan desain,
konstruksi, pelaksanaan, dan penutupan proyek. Untuk mendapatkan tinjauan umum
mengenai pengelolaan penyediaan layanan termasuk elemen utama manajemen risiko
dan manajemen kinerja lihat Modul Manual KPBU Afrika selatan mengenai pengelolaan
kontrak dan Seguimiento de una Concesión karya Fortea et al, yang menjelaskan proses
pemantauan proyek di Spanyol.

A. Pemantauan Dan Penerapan Kinerja Layanan Dan Kepatuhan Kontrak


Badan pelaksana perlu memastikan pihak swasta memenuhi kewajibannya berdasarkan
kemitraan, dengan memantau keluaran, atau standar layanan. Hal ini pada umumnya tidak
melibatkan pemantauan ketat atas konstruksi, yang merupakan tanggung jawab pihak
swasta. Sebaliknya, hal ini berarti melaksanakan pemantauan terhadap indikator kinerja
yang ditetapkan dalam kontrak. Panduan 4Ps mengenai pengelolaan kontrak dalam KPBU]
menyajikan tinjauan umum mengenai pengelolaan kinerja layanan (berfokus pada KPBU
yang dibiayai pemerintah), dan daftar pengecekan mengenai berbagai permasalahan
utama.

8
Bagi KPBU dalam sektor yang diregulasi, regulator sektor juga dapat melaksanakan
sebagian atau seluruh tanggun jawab pemantaun. Dalam kasus manapun, sumber
informasi pemantauan dapat terdiri dari:
· Data yang disediakan oleh pihak swasta. Pada umumnya, pihak swasta bertanggung
jawab untuk menyediakan data kinerja proyek dalam laporan berkala kepada otoritas
yang berwenang mengikat kontrak. Isi, format, dan frekuensi laporan tersebut harus
ditetapkan dalam kontrak. Sebagai contoh, Panduan Pengelolaan Kontrak
Partnerships Victoria menjelaskan prosedur penentuan persyaratan pelaporan,
termasuk templat untuk berbagai tahap kontrak.
· Tenaga ahli independen dapat digunakan untuk melaksanakan pemeriksaan atas
konstruksi, pemeliharaan standar layanan, sementara menghindari kekhawatiran
hasil yang bias. Sebagai contoh, Panduan Pengelolaan Kontrak Partnerships
Victoria menjelaskan bagaimana pemeriksa independen digunakan dalam tahap
konstruksi dan penyediaan layanan. Panduan India mengenai pemantauan proyek
KPBU juga menjelaskan penggunaan insinyur independen untuk memantau
kepatuhan selama tahap desain, konstruksi, dan operasional.
· Pengguna layanan memiliki informasi yang kaya mengenai kualitas layanan dan
prevalensi kesalahan, yang dapat dimanfaatkan pemerintah dengan menetapkan
suatu proses untuk menerima umpan balik. Sebagai contoh, Panduan 4Ps mengenai
Pengelolaan Kontrak menjelaskan bahwa pembentukan helpdesk oleh penyedia
layanan merupakan praktik terbaik.
Pengaturan tersebut harus ditetapkan dalam kontrak. Badan pelaksana juga perlu
memastikan mekanisme penerapan dilaksanakan sebagaimana mestinya, berdasarkan
infromasi pemantauan yang diterima. Hal ini dapat mencakup menyesuaikan pembayaran
(untuk KPBU yang dibiayai pemerintah) sesuai dengan peraturan dalam kontrak, atau
dalam kasus-kasus yang parah, pencairan jaminan pelaksanaan. Hal ini juga mencakup
melakukan komunikasi dengan kontraktor, dan memantau upaya untuk memperbaiki
kekurangan kinerja. Terakhir, hal ini dapat mencakup mengidentifikasi bila dan ketika
kondisi pemicu wanprestasi, campur tangan kreditur atau pemerintah, atau pengakhiran
kontrak terjadi.

B. Pemantauan Dan Pengelolaan Tanggung Jawab Dan Risiko Pemerintah


Elemen krusial dalam memastikan kinerja yang baik dan mempertahankan penyediaan
layanan dalam suatu kontrak KPBU adalah pemantauan dan pengelolaan risiko dan
tanggung jawab yang dialokasikan kepada pemerintah. Alat bantu penting yang sering
digunakan oleh badan pelaksana dalam hal ini adalah ‘rencana manajemen risiko’.
Rencana manajemen risiko pada umumnya menetapkan daftar masing-masing risiko dan
tanggung jawab terbaik yang ditanggung pemerintah atau ditanggung bersama-sama
dengan pemerintah, serta risiko yang dapat menganggu keberlanjutan KPBU (dan
dengan demikian mengakibatkan risiko wanprestasi, atau kinerja yang buruk). Rencana
tersebut juga harus mengidentifikasi informasi yang diperlukan untuk memantau risiko dan

9
tindakan yang dapat diambil untuk memitigasi risiko atau dampaknya untuk masing-
masing risiko. Persyaratan informasi ini juga harus menjadi bagian dari persyaratan
pelaporan yang ditetapkan dalam kontrak. Farquharson et al menyajikan contoh ikhtisar
rencana manajemen risiko KPBU, yang menyajikan daftar risiko, dan menjelaskan
‘pemilik’, status, estimasi dampak, kometar, tindakan mitigasi, tanggal target tindakan, dan
status risiko saat ini untuk masing-masing risiko.
Rencana manajemen risiko harus dikembangkan oleh manajer kontrak sebelum kontrak
dimulai, dan setelahnya berperan sebagai sumber daya dan panduan selama masa
berlaku kontrak. Manajer kontrak pada umumnya mengumpulkan informasi pemantauan
risiko yang relevan dari pihak swasta, dan informasi eksternal yang relevan (seperti tren
ekonomi) untuk memperbaharui rencana tersebut secara berkala. Setelah itu, manajer
kontrak perlu:
· Memantau indikator terhadap tingkat yang diharapkan, untuk mengidentifikasi risiko
yang timbul. Sebagai contoh, tingkat arus lalu lintas yang gagal mencapai tingkat
yang diharapkan mungkin mengindikasikan risiko pelaksanaan pembayaran arus lalu
lintas minimum.
· Melaksanakan tindakan mitigasi yang telah direncanakan, apabila terjadi risiko yang
dapat dikendalikan badan pelaksana (atau memastikan pihak swasta melakukan hal
yang sama). Contohnya, apabila pemerintah bertanggung jawab atas infrastruktur
terkait yang terlambat dari jadwal, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan,
tanggung jawab atas infrastruktur tersebut mungkin perlu dialihkan kepada tim
dengan level yang lebih tinggi di pemerintah, atau kepada pihak swasta.
· Mempertimbangkan tindakan dan tanggapan yang dapat diambil, bahkan apabila
risiko tidak dapat dikendalikan. Sebagai contoh, apabila banjir mengancam fasilitas
layanan air yang penting, pemerintah mungkin dapat merundingkan rencana
tanggap darurat dengan pihak swasta, termasuk rencana pasokan alternatif,
penjatahan, dan pemasangan ulang layanan. Kotak 3.15: Contoh Pemantauan
Risiko yang Lemah – Trem dan Kereta Api Victoria menyajikan contoh manajemen
risiko yang lemah, sewaktu pemantau kontrak pemerintah mengumpulkan informasi
risiko, tetapi gagal mengambil tindakan.
Contoh : Pemantauan Risiko yang Lemah –Trem dan Kereta Api Victoria
Waralaba trem dan kereta api di Melbourne, Australia, merupakan contoh implikasi
pemantauan risiko yang tidak memadai. Pemerintah memberikan serangkaian
waralaba untuk sistem transportasi urban Melbourne, yang menempatkan sebagian
risiko permintaan pada pihak swasta. Permintaan ternyata jauh lebih rendah
dibandingkan perkiraan, sehingga menimbulkan kesulitan keuangan bagi
perusahaan. Pemantau kontrak pemerintah menerima informasi dari pihak swasta,
yang menunjukkan kinerja keuangan yang terus menurun. Tetapi, pemantau tersebut
gagal mendengar alarm tanda bahaya atau mengambil tindakan korektif. Kinerja
terus menurun, hingga suatu titik ketika pilihan terbaik pihak swasta adalah
menelantarkan kontrak, dan pemerintah tidak memiliki pilihan kecuali melakukan
negosiasi ulang.

10
Guna mencapai kesepadanan nilai dengan biaya yang dijanjikan KPBU, pemerintah perlu
memastikan alokasi tanggung jawab dan risiko yang direncanakan diterapkan secara
nyata. Sepanjang umur kontrak, manajer kontrak perlu:
· Memantau kepatuhan kontrak dan kinerja layanan pihak swasta, dan memastikan
penalti atau bonus dibayarkan sebagaimana mestinya.
· Memantau dan memastikan kepatuhan pemerintah pada tanggung jawabnya
berdasarkan kontrak
· Memantau dan memitigasi risiko.
Kegiatan aktual yang perlu dilaksanakan akan berbeda antar tahap pelaksanaan desain,
konstruksi, pelaksanaan, dan penutupan proyek. Untuk mendapatkan tinjauan umum
mengenai pengelolaan penyediaan layanan termasuk elemen utama manajemen risiko
dan manajemen kinerja lihat Modul Manual KPBU Afrika selatan mengenai pengelolaan
kontrak dan Seguimiento de una Concesión karya Fortea et al, yang menjelaskan proses
pemantauan proyek di Spanyol.

11
MATERI POKOK 5
RENCANA USAHA (BUSINESS PLAN)

Mampu memahami rencana usaha (business plan)

A. Pengertian Business Plan


Business plan adalah keseluruhan proses tentang hal-hal yang akan dikerjakan pada
masa yang akan datang, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada
umumnya, business plan mengatur tentang proses kegiatan usaha, produksi, pemasaran,
penjualan, perluasan usaha, keuangan usaha, pembelian, tenaga kerja, dan penyediaan
atau pengadaan peralatan. Business Plan juga adalah rencana-rencana tentang apa yang
dikerjakan dalam suatu bisnis ke depan meliputi alokasi sumberdaya, perhatian pada
faktor-faktor kunci dan mengolah permasalahan-permasalahan dan peluang yang ada.
Business plan umumnya digunakan untuk sebuah bisnis baru atau sebuah proposal untuk
mencari pinjaman dana ke pihak perbankan atau bagaimana mendatangkan investor baru
dalam bisnis. Sebenarnya tidak sederhana hal di atas, business plan juga penting untuk
suatu bisnis yang sedang berjalan. Bisnis membutuhkan perencanaan untuk pertumbuhan
yang optimis dan pengembangan-pengembangan dengan skala prioritas. Business plan
sendiri adalah suatu hasil pemikiran, dimana isi dari perencanaan harus mampu
mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan/bisnis. Adapun hal-hal apa yang harus
ada dalam business plan, dimulai dari Ringkasan, Statemen Misi, Faktor-faktor kunci,
Analisis Pasar, Produksi, Manajemen dan Analisis Finansial seperti analisis Break Event,
dan lain-lainnya.

B. Prinsip-prinsip Business Plan


Adapun prinsip-prinsip dalam business plan itu sebagai berikut:
1) Business plan harus dapat diterima oleh semua pihak.
2) Business plan harus fleksibel dan realistis.
3) Business plan harus mencakup seluruh aspek kegiatan usaha.

12
4) Business plan harus merumuskan cara-cara kerja usaha yang efektif dan efisien.

C. Manfataat Business Plan


Adapun manfaat business plan itu di antaranya:
1) Membimbing jalannya kegiatan usaha.
2) Mengamankan kelangsungan hidup usaha.
3) Mengembangkan kemampuan manajerial di bidang usaha.
4) Sebagai pedoman/petunjuk bagi pimpinan organisasidi dalam menjalankan usahanya.
5) Mengetahui apa-apa yang akan terjadi dalam usaha.
6) Sebagai alat berkomunikasi dalam usaha.
7) Sebagai alat untuk memperkecil risiko usaha.
8) Memperbesar peluang untuk mencapai laba.
9) Memudahkan perolehan bantuan kredit modal dari bank
10) Sebagai pedoman di dalam pengawasan.
Business plan adalah sebuah selling document yang mengungkapkan daya tarik dan harapan
sebuah bisnis kepada penyandang dana potensial. Jadi, business plan merupakan dokumen
tertulis yang disiapkan oleh seorang wirausaha yang mengembangkan dan
menggambarkan semua unsur yang relevan, baik internal maupun eksternal untuk memulai
suatu usaha.
Di sini seorang wirausaha diharapkan mampu menggarap business plan jangka pendek dan
dapat merumuskan untuk mencapai sasaran dan tujuannya. Business plan itu harus
mencakup berbagai jenis kegiatan, di antaranya:
1) Mempelajari dan meramalkan masa depan usaha.
2) Menentukan sasaran beserta fasilitas yang diperlukan dalam usaha.
3) Membuat program kerja dan perhitungan usaha.
4) Menentukan prosedur kerja di dalam usaha.
5) Menentukan rencana anggaran usaha.
6) Membuat kebijaksanaan usaha.
Sebuah business plan, umumnya memiliki serangkaian elemen-elemen standar. Format dan
bentuk perencanaan sangat bervariasi, tetapi biasanya sebuah business plan akan berisi
komponen-komponen seperti deskripsi perusahaan, produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan, pasarnya, prediksi atau ramalan-ramalan ke depan, team manajemennya dan
analisis finansial/keuangannya.
Sebuah business plan juga tergantung atau dipengaruhi oleh situasi yang spesifik. Sebagai
contoh deskripsi dari team manajemen sangatlah penting untuk investor, demikian juga tentang

13
kondisi keuangan masa lalu menjadi penting untuk pihak bank atau kreditor. Akan tetapi jika
pengembangan sebuah perencanaan hanya akan digunakan oleh pihak internal, kita tidak
membutuhkan penjelasan secara detail karena semua pihak dalam organisasi sudah
mengetahuinya, justru yang terpenting adalah sudahkah perencanaan yang kita buat matching
dengan tujuan organisasi.
Apa yang Paling Penting dalam Sebuah Perencanaan?
Secara umum garis besar isi business plan yang dibuat seorang wirausaha, berusaha merinci
profit, neraca organisasi, dan proyeksi aliran khas. Sedangkan mengenai kedalaman dan
rincian business plan sangat tergantung pada luas tidaknya usaha. Oleh karena itu dalam
membuat business plan paling tidak kita harus adalah memikirkan, menimbang-nimbang,
memutuskan, dan menentukan hal- hal berikut ini:
1) Apa yang akan dikerjakan di dalam usaha?
2) Kapan pekerjaan usaha itu akan dilaksanakan?
3) Bagaimana cara mengerjakan pekerjaan usaha?
4) Siapa saja yang ditugaskan untuk melakukan pekerjaan usaha?
5) Di mana pekerjaan usaha akan dilaksanakan dan mengapa harus dikerjakan?
Sebenarnya berbicara yang paling penting dalam sebuah perencanaan sangat tergantung
kasusnya. Namun secara umum biasanya dalam sebuah perencanaan yang paling penting
adalah (1) Analisis Cash Flownya misalnya bisa untuk prediksi profit; (2) Detail Pelaksanaan
untuk prediksi apa-apa yang akan terjadi, siapa yang bertanggung jawab, kapan, dan
bagaimana anggarannya? Hasil akhir dari sebuah perencanaan adalah bagaimana kondisi
organisasi mengalami peningkatan.

D. Komponen-komponen Business Plan


Komponen-komponen utama yang dianjurkan ada dalam sebuah business plan dan
garis besar isinya adalah sebagai berikut:
1) Ringkasan (Executive Summary)
Berisi gambaran singkat kira-kira 1 sampai 2 halaman, mencakup Latar belakang
proyek, penggagas proyek, pasar yang menjadi sasaran, pengelolaan proyek sampai
dengan kelayakan proyek secara finansial, kelayakan proyek secara umum.
2) Deskripsi Organisasi (Company Description)
Berisi gambaran singkat profil organisasi yang akan menjalankan proyek, misalnya
Aspek hukum/legal dari bentuk badan usahanya apa? Sejarah/historis Organisasi,
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kepemilikan dalam organisasi dan lainnya.
3) Barang atau Jasa yang diproduksi atau dipasarkan

14
Berisi gambaran barang/jasa apa yang akan diproduksi atau dipasarkan, alasan
barang/jasa tersebut diproduksi dan manfaat/benefit yang dapat diperoleh
konsumen/customer atas barang/jasa tersebut.
4) Analisis Aspek Pasar
Berisi gambaran tentang:
a. Peluang Bisnis dan Prospeknya, hal-hal yang perlu dikupas dalam peluang bisnis
antara lain: (1) Apa yang bisa kita buat?, (2) Pasar membutuhkan Apa?, (3) Perlunya
Menciptakan Kebutuhan Konsumen (Paradigma terbaru agar bisnis kita bisa eksis
kita harus bisa menciptakan pasar)?, (4) Melihat masih adakah Peluang?, (5)
Layakkah Peluang itu kita garap?
b. Kondisi Persaingan, bagaimana bentuk atau kondisi persaingan dari pasar yang akan
kita hadapi, pembicaranya antara lain: (1) Pasarnya sudah pasti/Captive Market,
misalnya kita berproduksi atas dasar pesanan, maka kita tidak perlu memikirkan
barang yang kita buat laku atau tidak laku?; (2) Pasarnya ditentukan oleh
Pembeli/Buyer Market (jika pasar dikuasai oleh pembeli maka posisi kita sebagai
produsen akan lebih berat karena kita harus bersaing ketat berebut konsumen).
c. Posisi Organisasi dalam Pasar, yang perlu dibahas antara lain: Pasar yang hendak
dikuasai/Target Pasar berapa?, Posisi dalam Pasar/Positioning apakah sebagai
Leader (pemimpin pasar), Follower (pengikut) atau Nicher engisi ceruk/relung pasar)?
d. Usaha-usaha Pemasarannya/Marketing effort bagaimana? Jika kita sudah mempunyai
target pasar, maka agar target bisa tercapai harus didukung oleh usaha-usaha
pemasarannya. Salah satu bentuk usaha pemasaran bisa menggunakan Bauran
Pemasaran/Marketing Mix yang meliputi 4P: Product, Price, Place, dan Promotion. Di
sisi lain masalah Siklus Kehidupan Produknya/Product Life Cycles (suatu produk
akan mengalami tahap-tahap sebagai berikut: perkenalan, tumbuh, matang, jenuh dan
decline) juga harus diperhatikan.
Analisis Aspek Teknik
Berisi gambaran tentang:
1) Lokasi (Dekat konsumen atau dekat bahan baku?)
2) Layout (Layout Garis jika pengelompokan mesin atau peralatan menggunakan urutan
proses produksi atau Layout Fungsi jika pengelompokan mesin atau peralatan atas
dasar fungsi-fungsi yang sama dijadikan satu?)
3) Luas atau Skala Produksi (bisa menggunakan pertimbangan Keuntungan Maksimum
atau Biaya Rata-rata Terendah?)
4) Pemilihan Mesin atau Teknologi yang hendak dipakai (Padat Teknologi atau Padat
Karya/Tenaga?).
Analisis Aspek Manajemen
Berisi gambaran tentang:

15
1) Bisnis/proyek dalam Masa Pembangunan, berisi kajian Berapa Lama waktu yang
dibutuhkan untuk penyiapan proyek sampai proyek siap beroperasi? Dan yang
kedua harus bisa menjawab berapa biaya yang dibutuhkan untuk proyek tersebut?
2) Bisnis/proyek sudah Berjalan atau Beroperasi, berisi kajian apa Bentuk Badan Hukum
Organisasi Pengelolanya? Apakah mau berbentuk Organisasi Perseorangan, Firma,
Koperasi, PT atau yang lainnya? Bagaimana Struktur Organisasinya?; Jumlah
Karyawan Yang Dibutuhkan?; Persyaratan Karyawan untuk Jabatan Kunci?; Proses
Rekruitmentnya?; Jenjang Karir dan lainnya?
Analisis Aspek Finansial/Keuangan
Berisi gambaran tentang:
1) Kebutuhan Dana (Menghitung total kebutuhan akan dana yaitu berapa jumlah dana
yang diperlukan untuk membiayai rencana bisnis, kebutuhan ini bisa diuraikan untuk
(1) Membiayai Aktiva Tetap dan (2) Modal Kerja). Pada Neraca dapat dilihat di sisi
Aktiva.
2) Sumber Dana (Sumber dana untuk membiayai rencana bisnis bisa diperoleh
a) Hutang, dapat berupa hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang;
b) Modal Sendiri/Equity). Pada Neraca dapat dilihat dari sisi Pasiva
3) Menghitung Aliran Kas/Cash Flow dari Rencana Bisnis, aliran kas dapat
dikelompokkan menjadi:
a) Pengelompokan pertama untuk cash flow terdiri atas Cash Out Flow/COF
= Aliran kas keluar, diberi tanda negatif dan Cash In Flow/CIF = Aliran kas masuk,
diberi tanda positif.
b) Pengelompokan kedua, aliran kas atau cash flow dibagi 3, yaitu: (a) Initial Cash Flow
= Aliran kas atau dana yang dikeluarkan di awal proyek diberi tanda Negatif karena
berupa dana keluar; (b) Operational Cash Flow = Aliran dana ketika proyek
beroperasi/berjalan, ketika proyek berjalan ada dana keluar sebagai biaya-biaya
operasional tetapi juga sudah ada pendapatan operasional. Untuk sebuah proyek
komersial aliran kas operasional biasanya bertanda Positif karena pendapatan
operasional idealnya harus lebih besar dari biaya operasional; (c) Terminal Cash
Flow = Aliran kas di akhir proyek, di akhir proyek akan ada 2 (dua) aliran kas yaitu
berupa Pengembalian Modal Kerja dan Nilai Residu/Nilai Sisa, keduanya selalu
berupa aliran kas masuk jadi aliran kas di akhir proyek bertanda Positif.
4) Menilai Kelayakan Bisnis/Proyek dari sisi Keuangan.
Ada 5 (lima) metode penilaian, yaitu Pay Back Period/PP, Average Rate of
Return/ARR; Profitabilitas Indeks/PI; Internal rate of Return/IRR dan Net Present
Value/NPV. Dari 5 (lima) metode di atas yang paling sering digunakan hanya 3 (tiga)
metode yaitu:
(1) PP intinya seberapa cepat dana yang diinvestasikan bisa kembali, tentunya
semakin cepat kembali semakin baik;
16
(2) IRR mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari aliran kas keluar
(Present Value Cash Out Flow = PV COF) dengan nilai sekarang dari aliran kas
masuk (Present Value Cash In Flow = PV CIF); hasil IRR ini dibandingkan dengan
tingkat bunga pinjaman bank/ri, jika IRR > ri; maka proyek layak;
(3) NPV yaitu mencari nilai bersih sekarang, dapat dicari NPV = PV CIF – PV COF;
jika nilai NPV positif maka proyek layak, sebaliknya jika negatif proyek tidak layak.
Tujuh komponen utama dalam suatu business plan minimal harus ada sebagaimana diuraikan
di depan. Namun jika yang kita kerjakan suatu rencana bisnis/proyek yang nilai besar tentunya
masih diperlukan tinjauan aspek-aspek lain, seperti aspek ekonomi makro/nasional, aspek
hukum, aspek sosial budaya dan aspek dampak terhadap lingkungan.
Siapa saja yang Membutuhkan Business plan?
Kita membutuhkan sebuah business plan jika kita akan menjalankan suatu bisnis. Sebuah
business plan adalah ibarat sebuah peta dan kompas untuk menjalankan bisnis, sehingga
tanpa business plan maka perjalanan bisnis kita ibarat orang yang berjalan dalam kegelapan.
Dengan sebuah perencanaan kita dapat menetapkan tujuan utama bisnis kita, skala prioritas,
dan menetapkan cash flow.
Di sisi lain, kita juga membutuhkan business plan untuk dapat dikomunikasikan kepada
semua pihak, baik pihak internal maupun pihak eksternal/luar organisasi, komunikasi ini
dibutuhkan misalnya kita ingin:
1) mencari pinjaman dana ke bank
2) mencari investor
3) mengkomunikasikan dengan pihak manajemen
4) pihak-pihak lain
Bagaimana Sebuah Business plan Yang Baik?
1) Business plan yang baik adalah sebuah proses, bukan hanya sekedar perencanaan.
Business plan yang baik indikatornya antara lain:
a) Sederhana, perencanaan yang baik adalah perencanaan yang mudah dimengerti
dan mudah dilaksanakan (mengandung kemudahan dan kepraktisan)
b) Spesifik, perencanaan yang baik adalah yang konkret, terukur, spesifik dalam waktu,
personalianya dan anggarannya.
c) Realistik, perencanaan yang baik adalah perencanaan yang realistik dalam tujuan,
anggaran maupun target pencapaian waktunya.
d) Komplit atau lengkap, perencanaan yang baik adalah perencanaan yang
lengkap semua elemennya.
2) Business plan yang baik adalah Business plan yang dapat dipergunakan untuk
berbagai hal, seperti:
a) Mendefinisikan dan menetapkan tujuan

17
b) Menciptakan laporan bisnis secara reguler
c) Mendefinisikan bisnis-bisnis baru
d) Mensupport aplikasi pinjaman
e) Mendifinisikan berbagai perjanjian dengan partner
f) Serangkaian nilai untuk pencapaian tujuan secara legal
g) Untuk mengevaluasi masalah produk-produk, promosi maupun ekspansis
E. Latihan

Jawablah Pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!

1. Sebutkan dan jelaskan tentang 3 jenis laporan keuangan!


2. Apa yang dimaksud dengan struktur modal?
3. Mengapa business plan itu penting?

F. Rangkuman

Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting dalam pengambilan


keputusan mengenai pembelanjaan organisasi, karena harus memaksimalkan profit
bagi keputusan modal sendiri DAFTAR PUSTAKA
dan keuntungan yang diperoleh harus lebih besar
daripada biaya modal sebagai akibat penggunaan struktur modal tersebut. Struktur
modal merupakan struktur finansial yang terdiri atas hutang dan modal sendiri.
Dalam dunia praktek sehari-hari, ternyata banyak kendala yang ditemui baik dalam
membuat business plan maupun implementasinya. Kendala yang sering ditemui
dalam membuat business plan adalah sulitnya menemukan ide-ide yang dapat
dijadikan proyek bisnis yang menguntungkan. Kendala lahirnya ide-ide kreatif yang
punyai nilai ekonomis ini banyak terjadi karena kita sendiri sering kali kurang
menyadari bahwa ide adalah hasil proses alam bawah sadar sehingga ide tidak
akan hadir berkali-kali. Di sisi lain kita juga sering kurang peka terhadap lingkungan
sekitar dan mudah menyerah ketika menghadapi tantangan, padahal ide-ide kreatif,
inovatif dan bernilai ekonomis justru sering lahir dari kepekaan kita terhadap
lingkungan dan kemampuan kita merubah tantangan menjadi peluang.
Setelah kita mampu membuat business plan-pun seringkali tidak bisa
diimplementasikan, alasan utama adalah kendala modal. Kadangkala modal tidak
menjadi masalah tetapi keberanian untuk memulai yang belum ada atau nyaris tidak
ada. Banyak faktor yang menyebabkan semua ini terjadi, ada faktor di luar ekonomi,
misalnya kultur di Indonesia yang masih menganggap profesi wirausaha sebagai
profesi kurang terhormat, sehingga banyak orang tua yang lebih menginginkan
anak- anaknya berprofesi sebagai PNS, ABRI atau Pegawai Swasta. Faktor lain
adanya anggapan bahwa berwirausaha selalu faktor modal yang utama, padahal
banyak bukti pengusaha/entrepreneur sukses justru memulai usaha dari nol alias
tanpa modal. Banyak entrepreneur sukses menganggap dalam memulai bisnis 18
modal utamanya adalah ide-ide cemerlang, relasi ataupun impian-impian yang tinggi
yang kadang menurut orang lain tidak masuk akal, tapi dengan sedikit kecerdikan
dan keberanian mengambil risiko (ciri seorang entrepreneur) mampu melahirkan
pengusaha- pengusaha yang handal dan sukses.
Badan Perencanaan Infrastruktur Wilayah (BPIW), Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, 2015. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing
Infrastruktur, Jakarta.
Ditjen Bina Investasi Infrastruktur, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, Potensi Infrastruktur Tahun 2017 Bidang PUPR, 2017. Jakarta.
Irianto, G. 2007. Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung, Departemen
Pertanian, Jakarta.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, 2015. Laporan Kajian Pra Studi
Kelayakan untuk Penyiapan Dokumen Transaksi Kerjasama Pemerintah Swasta Pelabuhan
Baubau Sulawesi Tenggara, Jakarta.
Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor
3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, Jakarta.
Perpres No 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur
Permen Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas RI No 4 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur
Permen No 21/PRT/M/2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
Peraturan Menteri LKPP 29 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pengadaan Badan Usaha
Pelaksana Penyediaan Infrastruktur melalui Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha atas
Prakarsa Menteri/ Kepala Lembaga/ Kepala Daerah
Keputusan Menteri PUPR No 691.2/KPTS/M2016 tentang Pembentukan Simpul KPBU di
Kementerian PUPR

19

Anda mungkin juga menyukai