Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI RW I

KELURAHAN PUDAK PAYUNG KOTA SEMARANG

Disusun Oleh:

Berti Ageng Kurniasih Dwi Erna Setyani


2008020 2008029
Cicha Wahyu Nur Lidyavera Ega Jordan Atmahendra
2008022 2008033
Cindy Bella Larasady Erika Oktaviani
2008023 2008035
Dela Intan Nugraheni Methwin Dian Pariama
2008024 1908178
Dian Kartika Sari Novendry Matulessy
2008026 1908187
Diana Anik Lestari Nurhamidah
2008027 1908192
Dicky Dwispataru Rosviaziani
2008028 1908208

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan seseorang dengan usia telah mencapai 60 tahun keatas 1.
Lansia dengan usia 60–74 tahun cenderung menurun, sedangkan proporsi lansia di atas 75
tahun cenderung meningkat di dunia. Estimasi penduduk lanjut usia diatas 75 tahun akan
menjadi sekitar 21% dari total penduduk pada tahun 20352. Indonesia merupakan
3
populasi lansia terbesar kedelapan di dunia dan terbesar keempat diantara negara Asia
yang mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada
tahun 2010 menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan meningkat
dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%) 4. Lanjut usia mengalami penurunan
fisiologi seperti seperti berkurangnya ketajaman penglihatan, pendengaran, dan gangguan
keseimbangan 5 yang menyebabkan rentan terhadap penyakit 6. Penyakit tersebut meliputi
diabetes melitus 7, osteoarthritis 8, kardiovaskular 9, dementia 10
, hipertensi 11
, dan
sebagainya.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif dengan tingkat morbiditas
12
dan mortalitas tinggi yang menyebabkan tekanan darah meningkat dengan tekanan
sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg atau lebih, hal tersebut terjadi
karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi di dalam tubuh 13. Penyakit ini menyebabkan lebih dari 7 juta kematian dini
14
pertahun dan menyumbang 4,5% dari total penyakit di seluruh dunia . Tingkat
prevalensinya meningkat sebesar 5,2% di seluruh dunia 15. Berdasarkan data WHO pada
tahun 2018 terdapat 1 miliar kasus hipertensi dengan total kematian 7,5 juta (12,8%).
Angka prevalensi hipertensi juga meningkat drastis di Indonesia pada tahun 2013 sebesar
16
25,8% menjadi 34,1% pada 2018 17. Prevelansi hipertensi tertinggi di Bangka Belitung
dengan presentase 25,8%, kalimantan selatan 30,8%, kalimantan timur 29,6%, jawa barat
29,5% 17.
Hipertensi yang tidak terkontrol bisa menimbulkan berbagai komplikasi, bila
mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi infark miokard, jantung koroner, gagal
18 19 20
jantung kongestif stroke , ensevalopati hipertensif , dan retinopati hipertensif ,
sehingga bisa berdampak terhadap psikologis penderita karena kualitas hidupnya rendah
terutama pada kasus stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung 21. Faktor penyebab penyakit
ini meliputi merokok, obesitas, inaktivitas fisik dan stres psikososial. Karena angka
prevalensi hipertensi di Indonesia yang semakin tinggi maka perlu adanya penanggulan,

2
diantaranya terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Penanganan hipertensi yang tidak
tepat juga bisa menimbulkan peningkatan risiko hipotensi, terutama pada usia lebih dari
80 tahun. Risiko ini dilaporkan pada penderita diabetes, jantung koroner, atau yang
menggunakan banyak obat antihipertensi 22. Hipotensi pada lansia meningkatkan risiko
23
jatuh yang bisa menyebabkan patah tulang dan imobilitas yang serius . Selain itu,
beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa hipotensi akibat agen antihipertensi bisa
mengakibatkan stroke dan gagal ginjal akut 24.
Penanganan hipertensi seharusnya dilakukan secara komprehensif mencakup
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Perawat berperan penting dalam menangani
hipertensi pada lansia dengan intervensi atau tindakan keperawatan, observasi,
pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai pendelegasian yang
diberikan, salah satunya dengan pemberian terapi aktivitas 25. Menurut Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia 2018 salah satu terapi yang dapat diterapkan adalah terapi
aktivitas fisik seperti pengaturan posisi, ambulasi dini, latihan isometrik, dan perawatan
26
diri sesuai kebutuhan . Kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur menyebabkan
perubahan misalnya jantung akan bertambah kuat pada otot polosnya sehingga daya
tampung besar dan kontruksi atau denyutannya kuat dan teratur, selain itu elastisitas
pembuluh darah akan bertambah karena adanya relaksasi dan vasodilatasi sehingga
timbunan lemak akan berkurang dan meningkatkan kontraksi otot dinding pembuluh
27
darah tersebut . Kurangnya aktivitas fisik membuat organ tubuh dan pasokan darah
maupun oksigen menjadi tersendat sehingga meningkatkan tekanan darah. Dengan
melakukan aktivitas fisik secara rutin dan bertahap dapat menurunkan atau menstabilkan
tekanan darah 28.
Penanganan hipertensi bisa dilakukan secara non farmakologi tanpa obat untuk
menurunkan tekanan darah dengan mengatur pola hidup sehat yaitu dengan menurunkan
asupan garam dan lemak, konsumsi buah dan sayur, menghentikan kebiasaan merokok
dan alkohol, menurunkan berat badan berlebihan, istirahat cukup, olahraga teratur serta
mengelola stress. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan bagi penderita
hipertensi adalah terapi komplementer sebagai bagian dari sistem pengobatan yang
lengkap, tetapi komplementer tersebut antara lain latihan slow deep breathing, akupuntur,
fisioterapi, psikoterapi, yoga, mediasi, dan aromaterapi (Susanti, 2015).
Berdasarkan latar belakang tersebut diketahui populasi lansia dengan hipertensi di
Indonesia terus meningkat dan bisa menyebabkan berbagai komplikasi jika tidak diberi
penanganan yang tepat. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan intervensi

3
keperawatan pada lansia dengan hipertensi di RW I kelurahan Pudak Payung Kota
Semarang.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia
dengan hipertensi di RW I kelurahan Pudak Payung Kota Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kasus asuhan keperawatan asuhan
keperawatan pada lansia dengan hipertensi di RW I kelurahan Pudak Payung Kota
Semarang.
b. Memberikan intervensi keperawatan pada lansia dengan hipertensi di RW I
kelurahan Pudak Payung Kota Semarang.Mengetahui perubahan tekanan darah
lansia dengan hipertensi setelah mendapatkan asuhan keperawatan.
C. Manfaat
1. Manfaat teori
Penulisan makalah ini diharapkan bisa mengembangkan ilmu keperawatan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi di RW I kelurahan
Pudak Payung Kota Semarang.
2. Manfaat praktis
Sebagai masukan bagi instusi puskemas agar memberikan motivasi perawat dalam
melakukan perawatan yaitu dengan kegiatan promosi kesehatan dalam rangka
pencegahan penyakit dan peningkatan pelayanan kesehatan pada lansia dengan
hipertennsi di RW I kelurahan Pudak Payung Kota Semarang.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas dan
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif,
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh 1. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan,
yaitu anak, dewasa dan tua.29
2. Batasan lansia
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
c. Menurut Chalise lansia dikategorikan sebagai berikut30:
1) Young old: usia 65-74 tahun
2) Middle old: usia 75-84 tahun
3) Old-old: usia 85 tahun
4) Centenarians: usia 100 tahun keatas
3. Mekanisme Penuaan
Sel manusia hanya bisa bereplikasi beberapa kali sebelum menjadi tua, ketika sel
31
membelah, telomer pada untai DNA secara bertahap memendek . Mekanisme
menunjukkan telomer berfungsi sebagai pelindung kromosom. Panjang telomer yang
berkurang mempengaruhi kualitas perlindungan protein yang berada di ujung distal
telomer dan memungkinkan enzim perbaikan DNA untuk mengenali telomer di antara
situs kerusakan DNA, akibatnya, hilangnya panjang telomer dan hilangnya protein
pelindung ini secara bersamaan menyebabkan ujung kromosom rusak oleh enzim

5
32
perbaikan DNA . Proses ini juga dipengaruhi oleh aktivasi kompleks perbaikan
DNA dari faktor transkripsi gen p53 berhubungannya dengan cyclin-dependent kinase
inhibitor p21 bisa mengakibatkan penuaan sel dan akhirnya terjadi penghentian fungsi
metabolik dan replikatifnya 33.
4. Perubahan yang terjadi pada Lansia

Usia lanjut mengalami perubahan beberapa fungsi organ tubuh sebegai berikut:
a. Gangguan pendengaran
Kehilangan pendengaran (presbycusis) dan peningkatan produksi serumen
dengan penuaan berkontribusi pada kesulitan mendengar. Prevalensi gangguan
pendengaran meningkat karena faktor usia, akumulasi faktor risiko, dan memiliki
hubungan yang tinggi dengan penurunan kualitas hidup 34. Gangguan pendengaran
ringan dapat mengganggu pemrosesan ucapan, terutama jika ucapan berlangsung
cepat atau jika banyak pembicara diruangan besar menghasilkan suara pantul, oleh
karena itu, pada lansia mengalami kesulitan komunikasi verbal dalam lingkungan
tempat orang berkumpul. Peningkatan isolasi sosial memediasi hubungan yang
diamati antara gangguan pendengaran dan depresi, penurunan kognitif, dan
penurunan kualitas hidup. Penggunaan alat bantu dengar dapat membalikkan efek
buruk pada kualitas hidup dan fungsi kognitif pada lansia 35.
b. Gangguan visual
Ketajaman visual menurun secara normal seiring bertambahnya usia
(presbiopia). Orang dewasa yang lebih tua akan sering mengalami masalah
pandangan silau. Survei longitudinal yang dilakukan di Inggris pada populasi
berusia 75 tahun ke atas melaporkan prevalensi gangguan penglihatan yang parah
adalah 23% pada usia 85-89 dan meningkat menjadi 37% pada usia di atas 90 (9).
Ketajaman visual memburuk lebih cepat pada usia yang lebih tinggi. Operasi
katarak biasanya aman dan terkadang membantu fungsinya36.
c. Fungsi vestibular
Pusing merupakan sindrom geriatri multifaktorial yang sering menyebabkan jatuh.
Fungsi vestibular menurun secara bertahap seiring bertambahnya usia.
Rehabilitasi vestibular bisa menjadi pengobatan yang efektif 37.
d. Perubahan kekuatan otot dan lemak
Massa dan kekuatan otot menurun mulai dekade keempat kehidupan. Sekitar
20% pada usia 85 tahun, orang memenuhi kriteria sarcopenia (kehilangan massa

6
38
dan kekuatan otot) . Peradangan kronis, penurunan kadar hormon, gangguan
fungsi mitokondria otot, dan gangguan fungsi sel induk otot semuanya mungkin
39
berkontribusi pada sarcopenia . Penurunan massa otot dan peningkatan massa
lemak ini berkontribusi pada perubahan penting dalam farmakokinetik. Orang
dewasa yang lebih tua (lansia) membutuhkan dosis obat yang lebih rendah
daripada orang dewasa yang lebih muda. Kelemahan otot dan kecepatan
penurunan kekuatan yang cepat keduanya memprediksi kematian di masa depan
40
.
e. Sistem kekebalan tubuh
Terdapat berbagai macam perubahan terkait usia dalam sistem kekebalan,
beberapa dimediasi oleh peradangan kronis dan keadaan pro-inflamasi kronis,
terjadi penurunan fungsi sel B, sel T, aktivasi sel T yang berubah, dan disfungsi
imunitas bawaan (termasuk gangguan fungsi neutrofil dan kemotaksis serta
respons monosit proinflamasi yang tidak teratur). Perubahan ini melemahkan
kapasitas tubuh untuk melawan infeksi 41. Misalnya, infeksi influenza lebih umum
dan lebih serius pada orang dewasa yang lebih tua sementara vaksinnya kurang
efektif. Disfungsi kekebalan seluler juga berkontribusi pada prevalensi herpes
zoster diantara lansia. Dosis tinggi dari vaksin influenza lebih membantu daripada
dosis standar 42. Proses inflamasi yang melambat secara kronis juga berkontribusi
pada penyembuhan luka yang lambat pada lansia 43.
f. Saluran kemih
Kandung kemih seringkali tidak steril pada lansia melainkan diinfeksi oleh
bakteri yang tidak menyebabkan patogen. Bakteriuria asimtomatik lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pria dan paling sering terjadi pada pasien rawat
inap dan penghuni fasilitas perawatan jangka panjang (hingga 50% wanita dalam
kelompok berisiko tinggi) 44. Penggunaan antibiotik dalam keadaan ini tidak tepat
dan dapat menyebabkan resistensi antimikroba 45.
B. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih tinggi,
mempengaruhi 60% orang dewasa yang lebih tua dari 60 tahun dan 75% di atas usia
75 tahun dan merupakan faktor risiko paling umum yang dapat dicegah untuk
penyakit kardiovaskular (termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke,
infark miokard, fibrilasi atrium dan penyakit arteri perifer), penyakit ginjal kronis, dan

7
gangguan kognitif, serta menjadi kontributor penyebab kematian dan kecacatan di
11,18,46,47
seluruh dunia . Berikut merupakan kategori tekanan darah pada orang dewasa
(tabel 1) menurut Whelton et al 48.
Tabel 1 kategori tekanan darah pada orang dewasa
Kategori tekanan darah Keterangan
Normal sistolik <120 mmHg dan diastolik <80
mmHg
Peningkatan tekanan darah sistolik <120-129 mmHg dan diastolik <80
mmHg
Hipertensi
Stage-1 sistolik <120-139 mmHg dan diastolik <80-
89 mmHg
Stage-2 sistolik <140 mmHg dan diastolik <90
mmHg

2. Faktor Risiko Hipertensi


a. Body mass index (BMI)
Obesitas merupakan faktor risiko utama di seluruh dunia yang menyebabkan
hipertensi, dan banyak penelitian sebelumnya telah mengkonfirmasi bahwa BMI
adalah indeks untuk berat badan berlebih serta faktor risiko independen untuk
49,50
perubahan tekanan darah . Hasil penelitian Lu et al menunjukkan adanya
51
penurunan risiko hipertensi diantara pasien dengan BMI 18,5-24,9 kg/m2 .
Penurunan berat badan harus menjadi strategi gaya hidup yang efektif untuk
mencegah hipertensi. Diet sehat bisa menjadi metode yang menjanjikan untuk
mengontrol BMI 52.
b. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular, mirip
53,54
dengan hipertensi . Hasil penelitian Lu et al menunjukkan konsumsi alkohol
yang sering dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi (74%) dalam model
regresi Cox 2 51.
c. Aktivitas fisik
Olahraga dihubungkan dengan penanganan penyakit tidak menular, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi)
dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus
melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya

8
aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko
untuk menjadi obesitas. Orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak
jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula
kekuatan yang mendesak arteri 55.
c. Durasi Tidur
Sebuah meta-analisis yang mencakup 225.858 subjek yang menggunakan
kategori durasi tidur pendek dan panjang menunjukkan durasi tidur yang pendek
56
dikaitkan dengan risiko hipertensi yang lebih tinggi . Meta-analisis lain
menunjukkan bahwa durasi tidur yang lama berkaitan dengan risiko hipertensi,
terutama diantara subjek yang berusia kurang dari 65 tahun 57. Durasi tidur yang
tepat merupakan faktor pelindung yang mengurangi risiko perkembangan
hipertensi (40%) dibandingkan dengan tidur> 8 jam/hari.
3. Mekanisme hipertensi pada lansia
Mekanisme khusus yang mendasari hipertensi pada lansia meliputi perubahan
hemodinamik mekanik, kekakuan arteri, disregulasi neurohormonal dan otonom, dan
11
penuaan ginjal . Penuaan menghasilkan beberapa perubahan struktural dan
fungsional pada pembuluh darah arteri. Arteri menjadi kaku dengan fraktur lamellae
elastis dan hiperplasia intimal terlihat di aorta. Arteri yang kaku mengalami
penurunan kapasitansi dan rekoil terbatas, sehingga kesulitan untuk mengakomodasi
perubahan volume sepanjang siklus jantung. Tekanan sistolik dan diastolik meningkat
seiring bertambahnya usia, namun setelah usia 60 tahun kekakuan arteri sentral
mendominasi, tekanan darah sistolik terus meningkat sementara diastolik menurun
setelahnya 58. Keadaan tersebut menyebabkan hipertensi sistolik terisolasi dan tekanan
nadi melebar.
Selain itu, terdapat perubahan mekanis hemodinamik bisa mengubah refleksi
gelombang yang menyebabkan penurunan elastisitas aorta, serta hilangnya rekoil
selama diastol. terdapat juga peningkatan tekanan nadi dan kecepatan gelombang
nadi. Perubahan struktur arteri menyebabkan peningkatan gelombang tekanan yang
dipantulkan dan ditambahkan ke gelombang tekanan maju di aorta menaik yang
selanjutnya menambah tekanan sistolik pusat.
Lansia juga mengalami disfungsi endotel menyebabkan peningkatan endotelin-1
59
dan penurunan ketersediaan oksida nitrat yang mempengaruhi pelebaran arteri .
Mekanisme neurohormonal lainnya termasuk penurunan sistem renin‐ angiotensin

9
aldosteron dengan kadar renin plasma pada usia 60 tahun menurun 40% hingga 60%
dari orang yang lebih muda. Kadar aldosteron plasma juga menurun, mempengaruhi
individu untuk hiperkalemia. Peningkatan norepinefrin plasma perifer terkait dengan
usia yang dianggap sebagai mekanisme kompensasi untuk pengurangan dalam
respons beta‐ adrenergik dengan penuaan 60.
Penurunan fungsi kerja arteri pada lansia menyebabkan hipotensi ortostatik yang
didefinisikan sebagai penurunan sistolik 20 mmHg atau diastolik 10 mmHg dalam
waktu 3 menit setelah berdiri. Hipotensi ortostatik membawa prevalensi 18% pada
orang dewasa yang lebih tua dan dikaitkan dengan peningkatan jatuh dan efek
61
serebrovaskular . Pada lansia juga terjadi perubahan penuaan pada ginjal
meningkatkan sensitivitas garam karena penurunan aktivitas pompa natrium/ kalium
dan kalsium adenosin trifosfat yang memicu vasokonstriksi dan resistensi vaskular 18.
C. Intervensi keperawatan untuk hipertensi pada lansia
Peran perawat dalam manajemen hipertensi melibatkan semua aspek perawatan,
termasuk (1) deteksi, rujukan, dan tindak lanjut; (2) diagnosa dan manajemen
pengobatan; (3) pendidikan pasien, konseling, dan pengembangan keterampilan; (4)
koordinasi perawatan; (5) manajemen klinik atau kantor; (6) manajemen kesehatan
penduduk; dan (7) pengukuran kinerja dan peningkatan kualitas. Berikut beberapa
intervensi perawat untuk hipertensi pada lansia.
1. Manajemen Diagnostik dan Obat
Perawat juga bertanggung jawab atas aspek diagnostik dan farmakologis dari
manajemen hipertensi. Menggunakan protokol yang terdefinisi dengan baik
berdasarkan pedoman pengobatan nasional, meresepkan dan mentitrasi obat untuk
62
mencapai kontrol . Manajemen hipertensi yang dipimpin perawat menghasilkan
tingkat pengendalian tekanan darah yang lebih besar daripada yang dicapai dengan
perawatan standar. Hasil yang lebih baik ini dihasilkan dari perawat yang
menempatkan lebih banyak pasien pada pengobatan, mengubah rejimen obat lebih
sering sebagai respon terhadap kontrol tekanan darah yang tidak memadai dan
menempatkan proporsi pasien yang lebih tinggi pada rejimen obat ganda untuk
mencapai kontrol yang lebih besar. manajemen hipertensi, perawat telah terbukti
efektif mengelola faktor risiko kardiovaskular lainnya, seperti diabetes dan
dislipidemia 63.
2. Pendidikan Pasien, Konseling, dan Pengembangan Keterampilan

10
Sebagian besar pengaturan perawatan hipertensi, perawat memberikan
pendidikan, konseling, dan pengembangan keterampilan yang diperlukan untuk
memastikan bahwa pasien melakukan perubahan gaya hidup yang dapat
64
mempengaruhi tekanan darah . Perawat secara aktif melibatkan pasien dalam
perawatan menggunakan kombinasi strategi untuk mencegah, mengenali, dan
menanggapi masalah kepatuhan dan kontrol tekanan darah 65.
3. Koordinasi perawatan
Perawatan jangka panjang dari pengendalian hipertensi membutuhkan
pemantauan tekanan darah secara terus menerus, pengisian ulang resep, pemberian
konseling, penguatan upaya perubahan perilaku, dan titrasi terapi sesuai indikasi.
Setiap manajemen pasien harus individual, dengan biaya yang diminimalkan. Pasien
sering menemui penyedia yang berbeda dibeberapa pengaturan untuk berbagai
masalah kesehatan, mengisi resep pada lebih dari 1 apotek, menerima pesan yang
tidak konsisten, dan mengalami gangguan terapi dan komunikasi yang tidak memadai
diantara penyedia. Perawat terampil dalam membangun dan memelihara hubungan
kolaboratif informal dan formal antara penyedia, sumber daya, dan layanan didalam
dan diluar pengaturan praktik mereka. Perawat juga membantu pasien dalam
memahami rejimen pengobatan yang kompleks dan menavigasi melalui struktur dan
sistem perawatan kesehatan yang menantang dan sangat kompleks 66.
4. Latihan slow deep breathing
Latihan slow deep breathing bisa menurunkan produksi asam laktat pada otot
dengan cara meningkatkan suplai oksigen sementara kebutuhan oksigen didalam otak
mengalami penurunan sehingga terjadi keseimbangan oksigen didalam otok. Nafas
dalam dan lambat menstimulus saraf otonom yang berefek pada penurunan respon
saraf simpatis dan meningkatkan aktifitas tubuh sementara respons saraf simpatis
akan meningkatkan aktivitas tubuh sementara respon saraf parasimpatis cenderung
menurunkan aktifitas tubuh sehingga tubuh mengalami relaksasi dan mengalami
penurunkan aktifitas metabolik 67.
Stimulasi saraf parasimpatis berdampak pada vasodilatasi pembuluh darah otak
yang memungkinkan suplai oksigen didalm otak lebih banyak sehingga perfusi
jaringan otak lebih adekuat. Penurunan kadar hormon adrenalin juga terjadi saat
latihan slow deep breathing yang akan memberika rasa tenang dan rileks sehingga
berdampak pada perlambatan denyut jantung yang akhirnya akan membuat tekanan
darah mengalami penurunan 68.

11
12
DAFTAR RUJUKAN

1. UU No. 13 Tahun 1998. Kesejahteraan Lanjut Usia Pasal 1 ayat 2.


2. United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division.
World population ageing 2020 Highlights: living arrangements of older persons. 2020.
3. UNFPA Indonesia. Indonesia on The Threshold of Population Ageing. 1st ed. Jakarta:
UNFPA Indonesia, 2014.
4. KEMENKES RI. Indonesia Masuki Periode Aging Population,
https://www.kemkes.go.id/article/view/19070500004/indonesia-masuki-periode-aging-
population.html (2019, accessed 20 April 2021).
5. Jaul E, Barron J. Age-Related Diseases and Clinical and Public Health Implications for
the 85 Years Old and Over Population. Front Public Health; 5. Epub ahead of print 11
December 2017. DOI: 10.3389/fpubh.2017.00335.
6. Setiati S, Laksmi PW, Aryana IGPS, et al. Frailty state among Indonesian elderly:
prevalence, associated factors, and frailty state transition. BMC Geriatr 2019; 19: 182.
7. Mordarska K, Godziejewska-Zawada M. Diabetes in the elderly. Prz Menopauzalny
2017; 16: 38–43.
8. LOESER RF. The Role of Aging in the Development of Osteoarthritis. Trans Am Clin
Climatol Assoc 2017; 128: 44–54.
9. Rodgers JL, Jones J, Bolleddu SI, et al. Cardiovascular Risks Associated with Gender
and Aging. JCDD 2019; 6: 19.
10. LoGiudice D, Watson R. Dementia in older people: an update: Dementia - an update.
Intern Med J 2014; 44: 1066–1073.
11. Lionakis N, Mendrinos D, Sanidas E, et al. Hypertension in the elderly. World J Cardiol
2012; 4: 135–147.
12. Mozaffarian D, Benjamin EJ, Go AS, et al. Heart disease and stroke statistics--2015
update: a report from the American Heart Association. Circulation 2015; 131: e29-322.
13. Irianto K. Epidemiologi Penyalit Menular dan Tidak Menular, Panduan Klinis.
Bandung: Alfa Beta, 2014.
14. Bramlage P, Hasford J. Blood pressure reduction, persistence and costs in the evaluation
of antihypertensive drug treatment – a review. Cardiovascular Diabetology 2009; 8: 18.
15. Mills KT, Bundy JD, Kelly TN, et al. Global Disparities of Hypertension Prevalence
and Control: A Systematic Analysis of Population-Based Studies From 90 Countries.
Circulation 2016; 134: 441–450.
16. Indonesia Ministry of Health. Basic Health Research (RISKESDAS). Jakarta: Agency
for Health Research Development, 2013.
17. Indonesia Ministry of Health. Basic Health Research (RISKESDAS). Jakarta: Agency
for Health Research Development, 2018.
18. Oliveros E, Patel H, Kyung S, et al. Hypertension in older adults: Assessment,
management, and challenges. Clinical Cardiology 2020; 43: 99–107.
19. Potter T, Schaefer TJ. Hypertensive Encephalopathy. In: StatPearls. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554499/ (2021,
accessed 20 April 2021).
20. Modi P, Arsiwalla T. Hypertensive Retinopathy. In: StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525980/ (2021,
accessed 20 April 2021).
21. Nuraini B. Risk Factor of Hypertension. J majority; 4.
22. Divisón-Garrote JA, Ruilope LM, de la Sierra A, et al. Magnitude of Hypotension
Based on Office and Ambulatory Blood Pressure Monitoring: Results From a Cohort of

13
5066 Treated Hypertensive Patients Aged 80 Years and Older. J Am Med Dir Assoc
2017; 18: 452.e1-452.e6.
23. Butt DA, Mamdani M, Austin PC, et al. The risk of hip fracture after initiating
antihypertensive drugs in the elderly. Arch Intern Med 2012; 172: 1739–1744.
24. van Bemmel T, Woittiez K, Blauw GJ, et al. Prospective study of the effect of blood
pressure on renal function in old age: the Leiden 85-Plus Study. J Am Soc Nephrol
2006; 17: 2561–2566.
25. Guedes NG, Moreira RP, Cavalcante TF, et al. Nursing interventions related to health
promotion in hypertensive patients. Acta Paulista de Enfermagem 2012; 25: 151–156.
26. Clark CE, Smith LFP, Taylor RS, et al. Nurse led interventions to improve control of
blood pressure in people with hypertension: systematic review and meta-analysis. BMJ;
341. Epub ahead of print 23 August 2010. DOI: 10.1136/bmj.c3995.
27. Nystoriak MA, Bhatnagar A. Cardiovascular Effects and Benefits of Exercise. Front
Cardiovasc Med; 5. Epub ahead of print 28 September 2018. DOI:
10.3389/fcvm.2018.00135.
28. Hegde SM, Solomon SD. Influence of Physical Activity on Hypertension and Cardiac
Structure and Function. Curr Hypertens Rep 2015; 17: 77.
29. United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division.
World Population Ageing.
30. Chalise HN. Aging: Basic Concept. AJBSR 2019; 1: 8–10.
31. de Magalhães JP, Passos JF. Stress, cell senescence and organismal ageing. Mech
Ageing Dev 2018; 170: 2–9.
32. Diotti R, Loayza D. Shelterin complex and associated factors at human telomeres.
Nucleus 2011; 2: 119–135.
33. Beauséjour CM, Krtolica A, Galimi F, et al. Reversal of human cellular senescence:
roles of the p53 and p16 pathways. EMBO J 2003; 22: 4212–4222.
34. Davis A, McMahon CM, Pichora-Fuller KM, et al. Aging and Hearing Health: The
Life-course Approach. Gerontologist 2016; 56: S256–S267.
35. Amieva H, Ouvrard C, Giulioli C, et al. Self-Reported Hearing Loss, Hearing Aids, and
Cognitive Decline in Elderly Adults: A 25-Year Study. J Am Geriatr Soc 2015; 63:
2099–2104.
36. Evans JR, Fletcher AE, Wormald RPL, et al. Prevalence of visual impairment in people
aged 75 years and older in Britain: results from the MRC trial of assessment and
management of older people in the community. Br J Ophthalmol 2002; 86: 795–800.
37. Jahn K. The Aging Vestibular System: Dizziness and Imbalance in the Elderly. Adv
Otorhinolaryngol 2019; 82: 143–149.
38. Dodds RM, Granic A, Davies K, et al. Prevalence and incidence of sarcopenia in the
very old: findings from the Newcastle 85+ Study. J Cachexia Sarcopenia Muscle 2017;
8: 229–237.
39. Walston JD. Sarcopenia in older adults. Curr Opin Rheumatol 2012; 24: 623–627.
40. Liu L-K, Chen L-Y, Yeh K-P, et al. Sarcopenia, but not sarcopenic obesity, predicts
mortality for older old men: A 3-year prospective cohort study. Journal of Clinical
Gerontology and Geriatrics 2014; 5: 42–46.
41. Bandaranayake T, Shaw AC. Host Resistance and Immune Aging. Clin Geriatr Med
2016; 32: 415–432.
42. Raviotta JM, Smith KJ, DePasse J, et al. Cost-Effectiveness and Public Health Impact of
Influenza Vaccine Strategies for US Seniors. J Am Geriatr Soc 2016; 64: 2126–2131.
43. Gould L, Abadir P, Brem H, et al. Chronic wound repair and healing in older adults:
current status and future research. J Am Geriatr Soc 2015; 63: 427–438.

14
44. Ariathianto Y. Asymptomatic bacteriuria - prevalence in the elderly population. Aust
Fam Physician 2011; 40: 805–809.
45. Zalmanovici Trestioreanu A, Lador A, Sauerbrun-Cutler M-T, et al. Antibiotics for
asymptomatic bacteriuria. Cochrane Database Syst Rev 2015; 4: CD009534.
46. Oparil S, Acelajado MC, Bakris GL, et al. Hypertension. Nat Rev Dis Primers 2018; 4:
18014.
47. Davis LL. Hypertension: How Low to Go When Treating Older Adults. J Nurse Pract
2019; 15: 1–6.
48. Whelton Paul K., Carey Robert M., Aronow Wilbert S., et al. 2017
ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/PCNA Guideline for
the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of High Blood Pressure in
Adults: A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association
Task Force on Clinical Practice Guidelines. Hypertension 2018; 71: e13–e115.
49. Adams ST, Salhab M, Hussain ZI, et al. Obesity-related hypertension and its remission
following gastric bypass surgery - a review of the mechanisms and predictive factors.
Blood Press 2013; 22: 131–137.
50. Wright ORL, Netzel GA, Sakzewski AR. A randomized, double-blind, placebo-
controlled trial of the effect of dried purple carrot on body mass, lipids, blood pressure,
body composition, and inflammatory markers in overweight and obese adults: the
QUENCH trial. Can J Physiol Pharmacol 2013; 91: 480–488.
51. Lu Y, Lu M, Dai H, et al. Lifestyle and Risk of Hypertension: Follow-Up of a Young
Pre-Hypertensive Cohort. Int J Med Sci 2015; 12: 605–612.
52. Saneei P, Hashemipour M, Kelishadi R, et al. Effects of recommendations to follow the
Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) diet v. usual dietary advice on
childhood metabolic syndrome: a randomised cross-over clinical trial. Br J Nutr 2013;
110: 2250–2259.
53. Zatu MC, Van Rooyen JM, Kruger A, et al. Alcohol intake, hypertension development
and mortality in black South Africans. Eur J Prev Cardiol 2016; 23: 308–315.
54. Tang S-M, Deng X-T, Zhou J, et al. Pharmacological basis and new insights of
quercetin action in respect to its anti-cancer effects. Biomedicine & Pharmacotherapy
2020; 121: 109604.
55. Diaz KM, Shimbo D. Physical Activity and the Prevention of Hypertension. Curr
Hypertens Rep 2013; 15: 659–668.
56. Guo X, Zheng L, Wang J, et al. Epidemiological evidence for the link between sleep
duration and high blood pressure: a systematic review and meta-analysis. Sleep Med
2013; 14: 324–332.
57. Wang Q, Xi B, Liu M, et al. Short sleep duration is associated with hypertension risk
among adults: a systematic review and meta-analysis. Hypertens Res 2012; 35: 1012–
1018.
58. Pinto E. Blood pressure and ageing. Postgrad Med J 2007; 83: 109–114.
59. McEniery CM, Yasmin null, Hall IR, et al. Normal vascular aging: differential effects
on wave reflection and aortic pulse wave velocity: the Anglo-Cardiff Collaborative Trial
(ACCT). J Am Coll Cardiol 2005; 46: 1753–1760.
60. Ferrara N, Komici K, Corbi G, et al. β-adrenergic receptor responsiveness in aging heart
and clinical implications. Front Physiol 2014; 4: 396.
61. Valbusa F, Labat C, Salvi P, et al. Orthostatic hypotension in very old individuals living
in nursing homes: the PARTAGE study. J Hypertens 2012; 30: 53–60.
62. Go AS, Bauman MA, Coleman King SM, et al. An effective approach to high blood
pressure control: a science advisory from the American Heart Association, the American

15
College of Cardiology, and the Centers for Disease Control and Prevention. J Am Coll
Cardiol 2014; 63: 1230–1238.
63. Hayman LL, Berra K, Fletcher BJ, et al. The Role of Nurses in Promoting
Cardiovascular Health Worldwide: The Global Cardiovascular Nursing Leadership
Forum. J Am Coll Cardiol 2015; 66: 864–866.
64. Eckel Robert H., Jakicic John M., Ard Jamy D., et al. 2013 AHA/ACC Guideline on
Lifestyle Management to Reduce Cardiovascular Risk. Circulation 2014; 129: S76–S99.
65. Nieuwlaat R, Wilczynski N, Navarro T, et al. Interventions for enhancing medication
adherence. Cochrane Database Syst Rev 2014; CD000011.
66. Himmelfarb CRD, Commodore-Mensah Y, Hill MN. Expanding the Role of Nurses to
Improve Hypertension Care and Control Globally. Ann Glob Health 2016; 82: 243–253.
67. Wiharja W, Pranata R, Fatah A, et al. Acute Effect of Slow Deep Breathing Maneuver
on Patient with Essential Hypertension Stage 1 and 2. Indonesian Journal of Cardiology
2016; 75–80.
68. Cipolla MJ. Control of Cerebral Blood Flow. Morgan & Claypool Life Sciences,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK53082/ (2009, accessed 21 April 2021).

16

Anda mungkin juga menyukai