Anda di halaman 1dari 68

MOZAIK 1

PERHIASAN DUNIA

Menjelang malam matahari pun terbenam dan


munculah beraneka ragam perhiasan malam,yang
merupakan anugerah ciptaan Allah SWT.

Aku takjub ‘’Subhanallah’’ terasa indah


sekali suasana malam ini, para bintang dan raja
malam menghiasi pusaran malam,semerbak
aroma kesegaran udara malam yang dihiasi raja
cahaya. Menerangi seluruh hamparan dunia fana
ini, aku terpesona dengan Dunia ciptaanmu
Tuhanku’’……..Dan aku lebih bahagia jika
mengagungkan-Mu disbanding selain-Mu.

O….Bulan’’ bagaimana engkau


diciptakan, aku syahdu jika memandangmu dan
seolah aku melihat Tuhanku. Dan
O….Bintang’’bagaimana aku mampu
menghitungmu dengan jumlahmu yang begitu
banyak, Wah……….Wah……Wah……..Luar
biasa’’. Terasa indah sekali engkau malam’’
pasalnya aku melihatmu dan aku melihat
kebesaran Allah SWT.

Bintang yang memenuhi langit, dan


suasana malam hari sungguh cerah – ceria dan
gemintang. Aku tak henti-hentinya dan tak bosan-
bosannya memandangi keindahan malam
ini,keindahan yang tuhan ciptakan begitu Alami
dan tak dapat ku bayangkan sebelumnya’’.

Saat mataku memandang nun jauh disana terlintas


aku melihat benda angkasa yang jatuh dan
berpijar. Entah itu yang dinamakan meteor atau
bintang jatuh terserah manusia mau menamainya
apa’’ yang terpenting bagiku itulah keindahan
Allah yang kuagungkan. Keindahan itu benar-
benar memukau dan menakjubkan,merupakan
Laskar dunia dan perhiasan dunia yang tak
satupun dari manusia mampu menciptakannya,
Para bintang membentuk rasi yang
memikat hati dan mengundang hati dan mata
untuk penasaran melihatnya, tidak sedikit dari
banyak manusia menggunakan rasi bintang ini
sebagai kompas dalam arah penunjuk keadaan
ataupun cuaca, memang segala apapun yang
Allah ciptakan pasti bermanfaat bagi hambanya
yang hidup di dunia. Tanpa kita meminta Allah
kasih dan Allah maha tau tanpa diberi tahu, Allah
maha pengasih tanpa harus kita kasih. Buktinya
saja kita diciptakan mempunyai mata, tanpa kita
memintanya, karena Allah itu sangat mengetahui
mahluknya kalau manusia membutuhkan mata
untuk melihat.

Rasi bintang yang ku lihat pada malam


hari itu bermacam-macam bentuknya, ada yang
menyerupai kalajengking, berbentuk segi
empat,segi tiga dan layang-layang’’. Banyak ahli
astronom yang terpikat untuk meneliti ciptaan
tuhan ini, baik dari bentuknya ataupun
macamnya. Ingin sekali rasanya Aku jalan-jalan
ke Bandung, supaya aku dapat melihat teropong
bintang dan masuk ke dalamnya, sudah sangat
lama keinginan itu terpendam dalam diriku.’’

Keindahan malam itu ditandai pada 17


Mei 2004, ketika hatiku sedang luka,
kegundahan merajut dalam jiwaku karena secuil
ulah manusia yang tak beakhlak, sehingga aku
menjadi objek dari ketidakwarasannya. Namun
apa yang ku lihat pada malam hari itu, mampu
meredam kegundahan jiwa dan hatiku yang
sedang terluka… bak obat yang ampuh lan
mujarab, ALLAH IS THE BEST AND I LOVE
YOU ALLAH…..GIVE THANKS TO ALLAH
SWT……’’.

Allah sangat mulia dan dengan


kemuliaanya aku diberi kesempatan untuk
melihat cahaya bintang yang gemilang
mengelilingi pusaran angkasa beribu-ribu,berjuta-
juta,bermilyar-milya dan bahkan bertriliyun-
tryliun…..banyaknya dan sangat jelas bintang itu
bersinar terang,gemerlap,dan bentuknya yang
beraneka ragam, dan aku melihatnya dengan mata
telanjang, sehingga mampu meredam luka hati
yang kurasakan.

MOZAIK 2
MUSUH DALAM
SELIMUT

Tak terasa sudah pukul 21.17 Wib namum


kejadian siang tadi masih jelas di mataku, masih
menerawang dan melekat di ingatanku. Teman
dekatku tega menusukku dari dari belakang, bak
musuh dalam selimut.’’ Ketika Aku masih duduk
di bangku SMP cerita itu menjadi sebuah sejarah
pahit dalam hidupku. Teman yang memiliki
penyakit hati itu,bernama ‘’Janny’’ dia
menfitnahku dan mengingkari etika persahabatan
kami, berusaha menjelek-jelekanku di depan
banyak teman-temanku yang lain.

Dengan kata-katanya yang beraroma


hasud dan fitnah itu, membuatku luluh lantak
seakan – akan gunung, sungai-sungai meluap dan
suara gaduh dimana-mana, betapa kejamnya dia
dan betapa tak mulianya dia, didepanku sikapnya
seperti seorang yang berhati sutera namun
dibelakangku seperi harimau yang melihat
mengsa.’’

Dia berusaha memalukan diriku didepan


temanku dengan cerita-cerita yang tak
sebenarnya, dia mengada- ada dan dia sangat
pandai berbohong. Dia sengaja berbuat separti itu
supaya diriku malu dan menjadi bahan hinaan
teman-temanku di sekolah.

Wira menfitnahku dengan tuduhan aku


telah mencuri jam tanganya yang baru dia beli
seminggu yang lalu. Padahal sama sekali itu tidak
benar, namun entah mengapa cerita bohong yang
dibuatnya itu mampu menghipnotis pandangan
teman-temanku terhadap ku, tuduhan Wira
menjadikan namaku buruk di mata teman-
temanku yang lain, aku tak berdaya menghadapi
semua tuduhan itu.Aku tau Wira anak orang kaya,
sedangkan aku hanya anak seorang petani biasa,
namun entah kenapa keberuntungan selalu
memihakku, hanya karena dia iri terhadapku,
karena aku yang mendapatkan rangking pertama
di kelasku, ketidakterimaan dia dilampiaskan
dengan menuduhku sebagai pencuri jam tangan.

Pad hari senin itu, 17 Mei 2004 peristiwa


terjadi, saat aku dan siswa – siswa lainnya sedang
mengikuti pelaksanaan upacara bendera, ketika
kegiatan tengah dilaksanakan tanpa disengaja aku
melihat Wira masuk dalam rungan kelas kami,
dan pada saat itu sedikitpun aku tak mempunyai
hati yang curiga, aku pikir, mungkin dia sedang
tidak enak badan. Namun setelah kegiatan
upacara selesai,……..’’peristiwa itu terjadi.

Aku dan teman-temanku sudah duduk


manis dikursi, aku duduk pada bangku nomor
dua dari depan dan pada barisan ke dua,
sedangkan Wira duduk dibangku nomor dua dari
depan dan pada barisan ketiga, jadi dia duduk
bersampingan denganku namun dengan barisan
yang berbeda.

Diwaktu suasana hening dan tenang,tiba-


tiba Wira berteriak ‘’ pencuri……..pencuri……
dasar pencuri….’’ ( teman-teman saling
memandang ) Wira mengatakan :’’ siapa yang
telah mencuri jam tanganku’’? jam tanganku
hilang ‘’. Ada salah satu dari temanku menjawab
‘’ kok bisa, gimana ceritanya jam tangan bisa
hilang’’ bukannya dipakek di tangan’’?. Wira pun
mengelak dengan alasan ‘’ tadi waktu upacara dia
lepas dan dia simpan di tas’’.

Lalu dia memandangiku dengan tatapan


yang sinis, namun aku cuek terhadapnya karena
aku tahu dia memang tidak lagi bersikap baik
terhadapku semenjak pembagian raport dan
ternyata aku yang memperoleh rangking
pertama,sedangkan Wira hanya mendapat
rangking tiga, dan itulah yang menjadikan sikap
Wira berubah terhadapku. Semula dia baik dan
ramah kepadaku bahkan kita sempat akrab,dan
sering belajar kelompok bersama, kadang di
rumahku dan kadang pula di rumahnya.

Aku tak menyangka hanya karena dia


tidak mendapat rangking, lalu memusuhiku dan
benci kepadaku, namun walau sikapnya telah
berubah terhadapku, aku tetap menganggap dia
adalah seorang temanku, mungkin memang tidak
seperti dulu, bagiku sahabat ataupun teman yang
sudah mengingkari etika persahabatan, tidak lagi
aku berikan perhatianku terhadapnya.

Kalau menolong itu memang kewajiban,


namun untuk memberikan separuh hatiku untuk
seorang teman yang sudah mengecewakan itu
akan sangat sulit bagiku.

Setelah pandangan Wira yang sinis dan


terkesan marah,kesal kepadaku seraya dia
mengatakan kepada semua teman-teman yang
berada di ruangan kelas, termasuk aku bahwa
kami harus membuka dan menggeledah tas
masing-masing.

‘’sekarang untuk penyelidikan saya harap


teman-teman memeriksa tas masing-masing’’

‘’karena aku yakin, pasti pencuri itu


menyembunyikan jam ku’’

Kami semua berusaha menuruti perintah Wira,


aku pun membuka tasku,namun aku hanya
sekedar membuka dan tidak mencari-cari sesuatu
apapun lagi pula sudah seperti pencuri segala
pakek di geledah – geledah.

Tidak hanya sampai itu saja ternyata Wira


tidak sabar ingin cepat – cepat
mempermalukanku dihadapan teman-teman,
karena dia melihatku tak menemukan jamnya,
akhirnya dia pun mengmbil tindakan cepat ;’’
‘’maaf temen-temen demi ketertiban,saya
sendiri yang akan memeriksa tas kalian’’

Ketika Wira mulai memeriksa tas kami


semua, dia tidak menemukan jamnya namun pada
saat tiba menuju meja ku, dia sangat bersemangat
sekali dan wajahnya terlihat cerah dan berbinar-
binar. Aku hanya duduk santai sambil membaca-
baca catatan kecil yang selalu aku bawa.

Dan dia sudah memegang tasku dan mulai


menggeledah semua isi tasku, namun hal yang
sangat tak terduga terjadi’’.

‘’hey kamu . pencuri…….ini jam tangan


ku,ada di dalam tas kamu’’

‘’ternyata kamu ya yang mencuri jam


tanganku’’

‘’temen-temen semua lihat ternyata dia…


yang mencuri jam tanganku’’
Aku hanya menatapi dengan tatapan yang
pasi.’’ Aku sempat tersenyum kecil’’ yang ada
dalam hatiku adalah suatu keanehan yang yang
terjadi.’’

Di situlah akhirnya ku mendapatkan


cercaan dan hinaan dari teman-temanku semua.
Aku diperlakukan sebagai seorang pencuri dan
teman-temanku yang semula banyak menjadi
tidak mau lagi berteman denganku. Hanya ada
dua orang temanku yang tetap percaya kepadaku
bahwa aku bukanlah pelakunya, yang telah
mencuri jam tangan Wira.

Aku terus bersabar dalam menghadapi


ujian dan cobaan ini, aku tau kalau aku tidak
sendirian, dan hal yang paling membuatku yakin
dan tetap Istiqomah adalah Allah’’ aku yakin
Suatu saat waktu yang akan mengungkapkan
kebenaran yang sesungguhnya. Allah maha tau
dan akupun percaya Allah tidak akan menguji
suatu kaum diluar kemampuannya.

Ada dua orang temanku yang selalu


membelaku jika aku dikatakan sebagai pencuri
jam tangan milik Wira. Aku tidak ingin dibela
ataupun dipuji namun aku ingin sekali
mengungkapkan kebenaran yang ada, kalau aku
tidak mencuri jam tangnnya.

Tapi aku bingung, aku sama sekali tidak


punya bukti,yang menunjukan bahwa bukan aku
yang mengambil jam itu’’. Akhirnya berita itu
pun tersiar ke mana-mana, sampai terdengar di
telinga para guru dan kepala sekolah.

Aku benar-benar terkecambuk, mengapa


semua ini terjadi padaku,namun walaupun hatiku
tersakiti, imanku malah semakin kuat dan tebal,
karena aku selalu berlindung dan berharap kepada
ALLAH , jika aku sedang gundah dan mulai ada
rasa kepesimisan aku sandarkan diriku pada Allah
dan bermunajat kepadanya dengan sepertiga
malamku aku selalu mencurahkan
permasalahanku yang kualami.

Dan sering aku melihat bintang di malam


hari, untuk meredakan kepenatan yang
menghampiriku. Dan kedua temanku yang selalu
membelaku dia bernama Kristin dan Diana.
Mereka selalu menyelidiki tentang kasus itu, dan
mereka juga mengatakan kepadaku akan
menolongku.’’

‘’ Seminggu sudah berlalu, namun desas-


desus itu masih saja terdengar ditelingaku.
Setiap kali aku bertemu dengan Wira, dia selalu
mengatakan aku pencuri’’ bahkan suaranya di
keras-keraskan, sengaja supaya semua orang yang
disekelilingnya dengar.’’

Aku pasrah kepada Allah, dan hal ini


tidak ku jadikan pengganggu kegiatan belajarku.
Aku pun menceritakan semua kejadian
yang menimpaku ini kepada ibiku, tadinya aku
ingin ibuku tidak mengetahuinya, namun aku
butuh seorang yang memberikan ketentraman
untuk hatiku, dan ibuku adalah seorang yang
tepat yang dapat dijadikan sebagai sandaran
hidupku,setelah tuhanku.

‘’ yang sabar ya nak….hadapi semua ini


dengan penuh kesabaran’’

‘’yakinlah Allah tidak tidur, ‘’

Aku selalu memegang petuah dari ibiku. Ternyata


benar Allah itu maha tahu, setelah selesai jam
pelajaran, aku dipanggil oleh bapak kepala
sekolah. Rasa serba penasaran mulai timbul di
benakku.’’Ada apa gerangan aku dipanggil,
padahal tidak ada tugas guru yang biasanya aku
kumpulkan di kantor.
Dengan ‘’Bismillah’’ aku melangkah
menuju ke kantor kepala sekolah dan guru.
Ternyata di ruang kepala sekolah sudah ada Wira
besreta wali kelasku.’’ Aku semakin terkejut dan
penasaran. Aku dipersilahkan duduk dan setelah
itu aku ditanya oleh Bu heni’’ beliau adalah wali
kelasku.

Ibu Heni tersenyum ramah kepadaku,


namun sebaliknya Wira tersenyum kaku dan sinis
ketika ku mulai duduk menjejeri nya.

‘’mi……apa benar kamu sudah


mengambil jam tangan milik Wira…?

Lalu aku menjawab dengan sejujurnya :

‘’untuk apa aku mengambil barang milik


orang lain’’ bukankah ibu yang mengajarkan
kalau kita tidak boleh merampas barang milik
orang, karena itu perbuatan keji, dan dosa.’’
‘’ibu tahu, bukan kamu pelakunya’’ tapi
kenapa jam Wira ada di tasmu…?’’

Tiba – tiba pak Hartono datang, dia adalah


seorang penjaga sekolah…’’ yang kebetulan
mengantarkan air minum dan masuk ke ruang
kepala sekolah untuk menjamu minuman. Ketika
kami sedang bercakap-cakap rupanya pak Har,
mendengar percakapan Aku,Wira dan Bu
Heni.Tiba-tiba pak Har menyahut pembicaraan
kami:

‘’maaf ibu heni…kalau saya lancang, saya


tidak percaya kalau anak yang memakai kerudung
ini yang mencuri”

‘’karena pada waktu kegiatan upacara,


saya melihat dia (menunjuk Wira) yang masuk ke
ruang kelas dan saya sendirilah yang melihat anak
itu sedang membuka-buka tas,’’
Mendengar perkataan sekaligus kesaksian pak
Har, ibu Heni terkejut dan langsung menanykan
kepada Wira, tentang apa yang dibicarakan oleh
pa Har’’

‘’Wira apa benar kamu yang mengada-


ngada’’

Wira terlihat gugup dan wajahnya pucat pasi,


Akhirnya semua kebenaran terungkap.’’

MOZAIK 3

MIMPI-MIMPI INDAHKU

Pengalaman indah pada kehidupanku tidak bisa


kulupakan, apalagi pengalaman pahit.

Pahit getiirnya hidup ini telah aku


rasakan, kalau boleh jadi rasanya empedu belum
mampu mengalahkan pahitnya kehidupanku.
Akan tetapi di sela-sela manis pahitnya
kehidupanku di dunia ini masih ada ibuku yang
selalu menjagaku,melindungiku

dan menyayangiku.

Ibu adalah intan berlian, ibu bagaikan


bintang yang menyinari gelapnya malam, sinar
matanya membuatku tenang, bila didekatnya aku
merasakan kehangatan dan kelembutan.Bila aku
memeluknya seakan-akan aku memeluk
keindahan dunia yang tak ternilai harganya.

Hal yang paling bahagia yang tak pernah


kurasakan apabila hari-hariku bersama ibuku.
Ibuku seorang yang sangat bijak. Dan untuk
Tuhan …. Terimakasih aku ucapkan dan syukur
ini aku ucapkan hanya untukmu ‘’ give thanks to
Allah’’.

Engkau menciptakan malam,namun


disamping malam yang penuh dengan kepekatan
dan kegelapan namun engkau juga menciptakan
siang, yang penuh dengan cahaya terang
benderang,pagi yang cerah dan sering acap kali
matahari yang selalu tersenyum kepadaku’’.

Dan ibuku pun tersenyum kepadaku,


akupun membalas dengan keramahan dan
santunan terhadapnya. Pagi yang cerah membawa
sejuta keindahan dalam seorang anak dan ibu’’.

Mimpi-mimpi yang selama ini ku pendam


masih menjadi sebuah rahasis dalam hidupku,
kehidupan ini terasa tawar kalau belum
dibumbuhi dengan adanya mimpi dan
harapan.Namun semua apa yang diimpikan bukan
hanya sekedar mimpi,namun mimpi-mimpi itu
harus terwujudkan dalam dunia realiata dan
bersama ibuku, memotivasikan aku terhadap
sebuah mimipi.

Seolah-olah mimpi-mimpi itu berada


dekat sekali dengan kehidupanku,berada dekat
sekali dihadapan mataku’’ingin rasanya ku
meraih dengan segera namun tersadar dalam
otakku yang masih normal, tidak semudah
itu……

Di alam bawah sadarku aku melihat


bintang yang sangat indah menemani malam yang
pekat dan rasi bintang pun menambah indahnya
suasana malam. Aku menari-nari diangkasa,
seolah –olah aku sudah bertemu Tuhanku,yang
menciptakan keindahan ini namun akalku tak
sampai menjangkau zatnya, aku hanya dapat
melihat ciptaannya belum sampai disitu,
akhirnya akupun melihat lorong kecil yang
bercahaya dan akhirnya aku masuk dan yang
diriku lihat belum pernah sebelumnya aku lihat
suasana seindah dan secantik itu…’’ Aku duduk
di atas permadani yang halus dan lembut aku
melihat istana yang megah di dalamnya terdapat
sungai-sungai yang mengalir ,pohon-pohon yang
berbuah amat rendah dan buahnya siap untuk di
makan,piring-piring tertata rapi, dan ada juga
tempat tidur yang sangat empuk yang belim
pernah aku temui keberadaanya di DUnia.

o……. indahnya apa yang kulihat


ini…’’tapi tiba-tiba……..zzzzzztt mataku terbuka
lebar, aku terbangun , kesadaranku bangkit,
yah…….ternyata semua ini hanya mimpi.
Ah….hanya mimpi.’’

Walaupun hanya mimipi tapi aku


berusaha lari untuk mengejarnya. Allah SWT
mengatakan ‘’ sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sebelum kaum itu
sendiri mengubah apa yang ada pada diri
mereka’’.

Aku selalu yakin diriku dapat menggapai


mimpi yang selama ini aku pendam dank u
sembunyikan pada hati dan jiwaku yang amat
dalam. Sedalm-dalamnya samudera atlantik
mungkin masih dalam lagi hatiku ini dalam
menyeberangi mimpi,untuk dapat menggapainya.
Ibu yang selalu hadir dan menemaniku dikala aku
gundah dan resah dan dikala kabut hitam
berusaha menyelimutiku.

Ibu adalah seorang yang menyemangati


aku dalam menggapai impianku’’ (best duniawi
and ukhrawi) kehadiranya sebagai penerang
diriku dikala aku terpuruk, beliau bagaikan
PELAPIS TUJUH WARNA PELANGI yang
mengubah malam pekat menjadi siang yang cerah
ceria.

Ia bagaikan malaikat yang turun dari


singgasana dan menghampiriku melenyapkan
rasa gundahku, keceriaan selalu menghinggapi
suasana hatiku tatkala dia berada disamping
hidupku.Serta harapan dan keinginan ku seolah
terjawab semua oleh mimpi. Mimpiku yang indah
yang sampai sekarang masih menjadi rahasia
dalam hidupku, yang menggugahku dalam
nyenyaknya tidur. Dan dalam keimanan yang
kuat beserta ibuku yang hebat menambah
kehadiran mimpi indahku.’’

MOZAIK 4

PAGI YANG CERAH -


CERIA

Aku paling senang mendengar burung berkicau


di pagi hari seraya burung-burung itu bernyanyi
senandung irama ceria untukku,suasana pagi
menambah permai jiwaku,meredupkan panas
hatiku, saat ku membuka jendela kamar seakan –
akan aku membuka jendela dunia. Aku melihat
semua isi alam semesta, yang nampak adalah
keheningan dan kesejukan pohon-pohon berdiri
tegak, bunga-bunga segar seakan member ku
salam persahabatan.
Dan embun pagi menambah bening di
wajahku. Tuhan…….’’diriku sangat bahagia rasa
syukurku tak terkira, kepada Allah SWT sang
kholik yang menciptakan segala sesuatu dengan
keindahannya. Diriku bahagia memiliki seorang
ibu yang baik. Ketika aku berumur 15 tahun
masih ingat dibenak pikiranku, rasa takut dan
gundah tak terkira. Ibuku terbaring lema
berselimut dan berbaring di tempat tidur tak
berdaya.

Ibuku tergeletak lemah tak sadarkan diri ,


dan aku pun sangat kasihan melihatnya serta
diiringi rasa takut yang mendalam. Lamunanku
entah menjalar kemana, aku hampir putus asa
dengan kondisi ibuku yang semakin parah,dan tak
kunjung sembuh.

Bibirnya beku, sunyi dan biru seakan ada


sesuatu kata yang ingin dia ucapkan namun apa
daya fisiknya lemah dan dia hanya mampu
diam,namun sesaat meneteskan air mata. Hari-
hari selanjutnya ku tetapseperti biasa, menemani
ibuku yang terbaring lemah diatas kasur.

Ibuku adalah pelita hidupku, bintang di


malam hariku ibuku adalah seorang yang sangat
aku sayangi aku ingin sekali membahagiakan dia,
sebelum wafatnya. Aku ingin melihat ibuku
tersenyum bahagia dan menangis bahagia.Aku
ingin merawat beliau sampai ajal menjemputnya
tapi saat ini apa yang terjadi, ibuku tergeletak tak
berdaya.

Aku takut mimpi-mimpiku sirna, aku


masih takut kehilangan ibuku. Ibuku menderita
demam yang sangat tinggi, bayangannya samar-
samar dan tak mampu berucap. Hanya kesabaran
yang tersisa dalam diriku, aku berusaha untuk
sabar, ikhlas dan ridho. Ku serahkan semua ini
kepada Allah SWT.
Karena hanya Dia-lah tempat kita semua
kembali, karena hanya Dia-lah yang berhak
member kita ujian dan cobaan. Meski sangat
berat ujian ini tapi semua ini adalah kehendaknya.
Jadi tidak ada yang bisa aku lakukan selain
bersabar dan ikhtar . Hampir setiap hari aku
menjerang air, untuk mengompres badan ibuku,
Ibuku tidak di bawa ke rumah sakit karena
minimnya finansial.

Hanya cukup di rumah dan dengan


perawatan yang sederhana. Hal yang aku kerjakan
setelah bangun adalah rutinitas layaknya ibu
rumah tangga. Selama ibuku sakit kurang lebih
satu minggu dan satu minggu itula aku belajar
banyak hal. Mulai dari menjerang air, memasak
sayur dan nasi serta pengalaman lain yang biasa
dikerjakan oleh ibu rumah tangga pada umumnya.
Ternyata menjadi seorang ibu rumah tangga
tidaklah mudah, banyak hal yang harus
dikerjakan, mulai dari mencuci piring, menyapu
dan memasak.mempersiapkan makanan pagi .

Hal tersebut membuatku lelah, kehilangan


energy dan akhirnya waktu belajarku pun tersita.
Namun hal ini tidak membuatku patah semangat.
Aku tetap optimis dengan mimpi-mimpiku. Yang
ingin membahagiakan ibuku aku ingin ibuku
tersenyum dan sembuh, sehat kembali seperti
semula.

Hampir tiap hari aku menyuapkan serta


melayani ibuku dengan penuh kelembutan,kasih
sayang dan harapan. Setiap hari aku memberikan
ibuku obat ,menemaninya dikala dia tertidur
maupun terbangun,mengipasinya jika ibu merasa
gerah, melayani ibu tanpa rasa gerah dan letih.
Saat ini hanya doa dan harapan yang aku punya.

Sudah 7 hari ibuku terbaring lemah


ditempat tidurnya dan untuk hari ketujuhnya itu
Alhamdulillah ibuku sadar,tepat bulan
tujuh,tanggal tujuh, dan hari ketujuh bertepatan
jam tujuh.Semuanya serba anggka tujuh, separti
warna pelangi yang menebarkan warna tujuh ,
ME JI KU HI BI NI U. Pada hari yang cerah-
ceria sinar-sinar kebahagiaan mewarnai hari-
hariku.

Ibuku kembali sehat, syukurku tak terkira


kepada Allah SWT dengan limpahan rahmat dan
kasi sayangnya dengan sifat Arrahman-Arrahim-
Nya ibuku kembali sehat. Allah mendengarkan
doa anak terhadap ibunya, Allah mendengarkan
doa hambanya yang menangis disepertiga malam,
Allah mengabulakan doa hambanya yang
meminta harapan dan keinginan.

Habis gelap terbitlah terang, setaelah


kesedihan ada kemudahan,setelah malam ada
siang. Begitulah kehidupan banyak warna di
dalamnya ,walaupun kita dilanda kesedihan,
kebahagiaan, tawa-duka, semua itu merupakan
ujian dan ujian itu datangnya dari Allah SWT dan
kepadanya kita semua akan dikembalikan.

Kesembuhan ibuku tidak lain adalah


pertolongan dan kehendak-Nya, dengan ujian itu
membuatku sadar betapa penting dan berartinya
seorang ibu, dimata kita ibu yang merawat kita,
ketika kita masih dalam kandungan sampai kita
lahir di dunia. Setelah itu kita menjadi anak-anak
dan ketika tumbuh menjadi dewasa sampai
sekarang ini. Kasih sayang dan belaian seorang
ibu takkan pernah lepas di hatinya dan di hatiku.

Aku bahagia melihat ibu tersenyum dan


kembali ceria sepeti biasanya. Pagi yang ceria ini
menjadi sebuah cerita dalam hidupku
kesembuhan ibu adalah keceriaan untukku
dimana jendela-jendela dunia terbuka senyum
lebar di muka, dan semua itu adalah karunia dan
rahmat-Nya yang tak terhingga.
Binang kembali bersinar malam hari ini
nampak indah dan cerah, pagi harinya matahari
menyapaku dengan keramahan dan penuh dengan
keceriaan , semua alam menyambut dengan
penuh kebaikan dan kerahmatan, terutama pagi
yang ceria penuh dengan kesegaran bunga dan
keindahan warnanya.

Selamat datang pagi…….’’ Kubuka


dengan senandung doa yang penuh harapan dan
tekad, meraih mimpi untuk massa nanti. Ibu
kembali melaksanakan aktivitas sebagai seorang
rumah tangga, dan akupun kembali menikmati
hidup ini dengan penuh kesadaran dan
pengalaman.

Seperti biasanya ibu menyiapkan sarapan


pagi, dia membawa piring-piring yang sudah
dipenuhi makanan dan meletakkannya di atas
meja makan. Menyuruhku agar aku segera
sarapan pagi dia merasa senang jika aku
menghabiskan makanan dan tidak
menyisahkannya di piring, katanya sambil
bersabda:

‘’habiskan makanan mu yang sudah


engkau ambil’’

‘’kalau tidak habis mubazir…..’’

Dengan penuh penghormatan dan kasih


sayang diriku kepadanya, sehingga aku
menghabiskannya. Karena mubazir juga kalau
makanan-makanan itu tidak aku
habiskan,merupakan tanda syukur kita kepada
Allah jika kita hari ini dapat makan.

Sesudah selesai aku mengambil segelas


air putih lalu dengan ‘’Bissmillah’’ perlahan-
lahan aku meneguknya…..’’Alhamdulillah..’’
betapa nikmatnya karunia Allah’’ sehingga aku
dapat makan dan minum , serta merasakan
nikmatnya enaknya makan dan segarnya minum.
Aku membayangkan dengan orang-orang
yang berada di jalanan orang-orang yang
hidupnya sebagai gelandangan tidak mempunyai
tempat tinggal dan hidupnya penuh dengan
kesengsaraan,duka dan kesedihan para pengemis
ketika dia lapar ingin makan, dia harus terlebih
dahuli meminta-minta , meraung-raung,dan
terkadang dihadapan para orang berdasi dia
menyanyi-nyanyi dengan suara lemah serta
menahan rasa lapar, dengan itu baru dia akan bisa
merasakan nasi.

Dia makan sebungkus nasi, dan aku


makan dengan sepiring nasi, dan belum tentu
dalam sehari dia bisa makan . Begitupun dengan
orang – orang yang hidupnya sebagai
gelandangan, tak ubahnya mereka seperti anjing-
anjing yang menggonggong kelaparan di tengah –
tengah penguasa yang kenyang.’’
Mereka para pengemis, mengemis-
ngemis sambil menangis tangannya meminta –
minta, banyak orang tak hirau, sehari dia makan,
sehari dia tidak makan. Seperti inilah yang dapat
dilihat entah itu sudah takdir ataupun memang
karena kegagalan pemimpin Negara. Tapi aku
masih besyukur dengan kehidupanku sekarang,
dengan kehidupan yang baik, memiliki keluarga
yang baik dan seorang ibu yang menyayangiku.

Aku berpamitan sambil mencium tangan


ibu,

‘’Assalamuallaikum..’’

‘’ibu menjwab dengan penuh kemesraan’’


Wa’alaikumssallam’’

Ketika itu aku berangkat dengan berjalan kaki,


aku lebih senang menggunakan kaki ini daripada
motorku, karena memang rumahku tidak begitu
jauh dari sekolah SMP PGRI 1 PAGELARAN.
Dan aku bersyukur karena diriku bisa berjalan
dengan normal, memiliki kedua kaki yang bisa
untuk berjalan, sambil berjalan aku
membayangkan kepada orang-orang yang
kakinya diamputasi, betapa sedih dan gundanya
dia, tidak memiliki indahnya jalan kaki.

Aku berjalan sambil melihat-lihat


pemandangan yang ada, terlihat luasnya sawah
bapak tani yang sudah ditanami padi, berjajar
rapih dan nampak hijau segar daunnya, kupu-
kupu nampak indah yang mampu mewarnai
suasana pagi ini, ‘’ Subhanallah,,’’
indahnya….apa yang telah aku lihat ini, awan
putih menggumpal di udara terlihat putih dan
cerah dan aku berjalan sambil bertasbih.

Yang tak henti-hentinya mengagungkan


ciptaan Allah.

‘’B ersama – sama teman yang lainnya


aku tiba di sekolah.
Aku masih ingat hari itu materi Bahasa
Indonesia’’, yang diajarkan oleh ibu Teti, aku
paling senang kalau ibu Teti yang mengajar
karena memang aku menyenangi pelajaran
bahasa. Awalnya ibu Teti menerangkan macam-
macam kata, ada kata homogeny, homofon dan
kata homonim hipernim. Ketika ibu Teti bertanya
kepada ku dan kepada teman-teman yang lainnya.

‘’ anak-anak ada yang tahu contoh dari


kata homonym itu apa?’’

‘’ coba siapa yang tahu,,,,,?

Langsung aku jawab’’

‘’ contohnya kata Beruang bu….’

Lalu ibu Teti mengangguk-anggukan kepala


tanda setuju dan berarti jawaban ku itu memang
benar. Serta teman-teman yang lainnya
melihatku, seakan-akan aku ini seorang jenius’’
padahal jawabanku memang sudah ada di buku
LKS.’’ He…he..

Dari pertama aku masuk sekolah, mimpi-


mimpiku telah membumbung tinggi, merajud
semangat dan tekad untuk dapat ku raih. Ibuku
yang selalu membimbing dan memotivasiku.

‘’Waktu itu ….malam-malam gelap,


disertai hujan gerimis tidak ada satupun manusia,
hal ini menjadi sebuah pengalamanku watu smp,
aku pulang sekolah sendiri tanpa didampingi oleh
teman, karena teman-temanku sudah pulang lebih
awal dariku. Aku pulang terakhir sampai sore
karena mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Aku
pulang sampai larut malam sekitar pukul 19.00
WIB malam itu suasana terasa sepi, gelap-gulita,
namun hanya ada setitik sinar kecil yang
memencar dan warnanya penuh dengan
kemerah-merahan.
Pada umumnya banyak orang yang
menyebutnya kunang-kunang. Konon kunang –
kunang adalah hantu….akupun tidak mengerti
bagaimana kisahnya kenapa kunang-kunang itu
bisa di sebut dengan hantu. Mungkin hanya kata
orang jaman dahulu saja, namun dengan
keimananku aku yakin kunang – kunang itu
hanya seekor mahluk kecil,yag merupakan
ciptaan Allah.

Disamping kanan dan kiri ku tidak ada


yang dapat aku lihat selain batu nisan dan pohon
kamboja serta terdengar suara burung hantu yang
begitu ramai menambah suasana semakin
menjadi-jadi.

Dengan iman dan taqwa aku berjalan


tanpa rasa takut dan ngeri. Justru aku ingat kelak
aku akan tiada, sekarang aku ada karena dulu aku
tak ada menjadi ada dan nanti akan tiada. Aku
teringat hidup di dunia ini tiada lama semua
hanya titipan ,ayah , ibu , anak,harta, jabatan
tahta, semua itu titipan dan ujian bagi kehidupan
ini.

Sampai dirumah aku langsung bergegas


cepat membersihkan diri, setelah itu ibuku
menyiapakan makanan dan secangkir the hangat,
lalu ibu tersenyum kepadaku . Senyum ibuku
membuat aku bersemangat hidup untuk meraih
mimpi-mimpiku.

MOZAIK 4
BUKUKU TEMANKU

Merupakan hal yang sangat menyenangkan jika


aku memiliki kenalan atau teman baru waktu itu
aku sedang duduk sendiri di teras sekolah, sepi
dan tidak ada satupun anak-anak, teman-temanku
semua pergi ke kantin, sedangkan aku ingin saja
menyendiri, diajak ke kantin pun aku tidak mau.

Aku lebih senang duduk sendiri


menghabiskan waktu istirahat dengan membaca
buku kesayanganku, yang setiap hari aku bawa ke
sekolah. Aku lebih senang bermain dan
bergumam dengan temanku yang satu ini.
Apalagi dengan buku yang berbau sastra, cerita
wah…..gemar sekali aku membacanya dan yang
lebih aku sukai lagi jika buku yang aku baca
adalah buku yang berbau religious.

Dari kecil hobyku memang membaca.


Bagiku teman yang palaing mengerti akan diriku
adalah buku, buku merupakan teman
kesayanganku setelah manusia. Jika aku
membacanya dia akan memberikan berbagai
macam pengalaman dan ilmu dia tidak pernah
memarahiku, dan dia tidak pernah
mencemoohhiku. Dia sangat baik dan merupakan
temanku yang paling setia.

Jika aku membukanya, dia memberiku


salam berupa pendahuluan,dia memaparkan
sebuah pengalaman dan isi lewat kata pengantar
memberikan aku kemudahan untuk mencari jalan
petunjuk pengalaman dan cerita lewat sebuah
daftar isi, serta memaparkan melalui halaman
demi halaman . Aku asyik dan merasa merasa
terhibur jika apa yang diceritakannya adalah
pengetahuan, pengalaman dan cerita seseorang.

Dan aku akan tertawa jika di dalamnya


bercerita tentang kelucuan-kelucuan ataupun aku
akan merasa sedih bahkan terkadang diriku
menangis sampai menetes air mata, jika apa yang
diceritakan di dalamnya adalah berupa kesedihan-
kesedihan , seolah-olah aku berhadapan langsung
dengan seorang yang diceritakan. Dengan dia aku
mendapat sebuah nasehat kadang ilmu dan
pencerahan, dia tidak pernah berkata kasar
bahkan kata-katanya halus dan mendinginkan
hati. Dia teman yang paling mengerti dan
bersahabat bahkan dia tidak pernah memaksaku
apalagi menyuruhku.

Disaat aku sepi dan sendiri dia berusaha


menghiburku, dan membantuku melupakan
sejenak permasalahanku di sekolah yang
terkadang melelahkan dan menjenuhkan. Aku
paling senang jika dia menceritakan sesuatu yang
haru dan memotivasiku untuk mengejar mimpi-
mimpiku , apalagi terkadang dengan nasehatnya
yang mampu membuatku mengerti tentang makna
hidup ini.
Dia teman baru dalm hidupku walau dia
tidak mampu berbicara namun dia memberikan
sejuta makna yang tersampaikan lewat lambang
huruf, yang tersurat lewat sebuah kertas, yang
bertuliskan lewat sebuah cerita.

Sesudah membacanya aku tutup kembali


dan aku berjalan menuju ruang kelas. Aku simpan
dia di dalam tas, lalu aku mulai belajar dengan
teman-temanku di kelas . suasana kelas terasa
ramai dan berisik sekali ada yang gedor-gedor
meja dan yang lain ngobrol dan ada juga yang
asyik berdandan serta makan di kelas karena ibu
guru tidak datang.

Lantas anak-anak di suruh mengerjakan


tugas sebagai ganti ketidakhadirannya. Tapi
kenyataannya mereka teman-temanku tidak
mengerjakn malah mereka asyik ngobrol dan
ngerumpi sendiri-sendiri, anehnya hanya aku dan
keempat temanku yang asyik berdiskusi
mengerjakan tugas, dan yang lebih menyebalkan
lagi setelah aku selesai mengerjakan semua
temen-teman yang tadinya hanya asyik rebut,
dengan rasa tidak malunya seenaknya mencontek,
jadi jawaban satu kelas sama semua.

Semula aku tidak mau meberi contekkan


kepada mereka semua, akan tetapi aku melihat
banyak teman-teman yang belum mengerjakan
bahkan hampir semua tidak mengerjakan dan
mereka sangat memaksa aku untuk membantunya
memberikan jawaban. Jadi dengan berat hati dan
rasa kesal terpaksa aku memberikan jawaban
tugas kepada teman-teman semua. Suasana gaduh
dan sangat memusingkan kepala. Setelah selesai
mengutip jwaban yang aku kerjakan akhirnya pun
tugas di kumpulkan oleh ketua kelas.

Sesudah sampai di ruang kantor guru,


terlihat semua tugas sedang diperiksa oleh salah
seorang guru yang duduk di meja itu dia berkata’’
‘’wah……kreatif sekali anak kelas 3 ini,
sampai-sampai jawaban sama semua dilihat dari
segi bahasa struktur kalimat, sampai fungtuasinya
pun sama semua’’ kok bisa ya? Siapa pelakunya
dan siapa juga yang menjadi korban’’.
MOZAIK 5

KETIKA DI RUMAH
TUA

Ketika Perutku menandakan bahwa dirinya


sudah lapar dan rohku berteriak-teriak agar aku
segera melaksanakan waktu dzuhurku, sesampai
rumah aku langsung berganti pakaian , setelah itu
mengambil air wudhu adan akupun melaksanakan
kewajiban yaitu sholat dzuhur. Setelah itu aku
memenuhi tuntutan jasmaniku yang sepertinya
sudah tidak tahan menahan rasa lapar.
Nasi dan lauk-pauk serta yang lainnya
sudah ibuku siapkan di meja makan. Ibuku sambil
menatapku dan tersenyum kepadaku dan seperti
biasanya ibuku menatapku penuh kasih dan
sayang, hal inilah yang membuatku semangat
dalam hidup. Kasih sayang yang ibu berikan
kepadaku layaknya sebuah sinar yang menerangi
kegelapan di malam hari dan akupun begitu
sayang kepadanya.

Sengaja dan sudah menjadi kegiatan yang


tak asing lagi ketika aku disuruh ibuku untuk
berbelanja ke pasar, biasanya untuk membeli
berbagai macam bumbu-bumbu dapur, seperti
bawang putih , bawang merah, cabai dan lain-
lain. Kebetulan pada waktu itu ibu tidak ikut
pergi karena aku masih sangat ingat di rumah aka
nada acara , merupakan tradisi di desaku setiap
malam jum’at diadakan pengajian bergilir dari
rumah ke rumah.
Hari itu kebetulan giliran bapakku yang
menggilir, jadi bapakku dijatah utuk mengadakan
yasinan di malam jum’at itu. Padahal kalau kita
berfikir membaca yasin itu tidak harus pada
waktu hari atau malam jum’at, dan anehnya
kenapa yang terus-terusan di baca itu adalah surat
yasin, padahal masih banyak lagi surat-surat lain
yang merupakan kalamullah’’.

Jika kita berfikir dan kita hitung di Al-


Quran ada banyak ayat dan surat, 6666
diantaranya adalah ayat Al-Quran dan 214
diantaranya adalah surat Al-Quran tetapi
mengapa hanya surat yasin saja yang terus di kaji
dan di baca?’’ ya…begitulah,,,’’ namanya juga
sudah tradisi, sudah menjadi kepercayaan bagi
warga dan masyarakat. Membaca yasin itu
memang bagus, bagaimana tidak itu kan
perbuatan ibadah … tapi kalau cara membacanya
secara beramai-ramai itu kurang baik.
Terkadang aku pusing memikirkan hal
seperti itu, tapi aku tetap pada aqidah yang ku
jalani, keyakinan terhadap semua ketentuan
tuhanku, dimana aku yakin secara mutlak dan
tidak ada keraguan di hatiku untuk meragukannya
tentang zatnya, malaikatnya, kitabnya , rasulnya ,
hari kiamat dan qodho qadar baik buruk
datangnya dari Allah.

Aku terkadang menangis sendiri, tentang


sesuatu yang kusadari tentang sesuatu yang ada
dalam diriku tentang sesuatu yang ada di dunia
ini, aku menangis karena takut pada tuhanku
‘’ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA’’,. Aku
takut tidak mampu menjalankan perintahnya
dengan baik, dan akupun menyadari eksistensi
diriku adalah sebagai seorang mahluk bukan
pencipta, jadi aku sadar banyak sekali kekurangan
dan kelemahan pada diriku ini, sehingga
meneteslah air mataku sebagai bukti bahwa aku
ini adalah secuil mahluk yang serba kurang ,
lemah dan terbatas,

Aku jadi mengingat bahwa kehidupan di


dunia ini tidak lah selamanya titik manusia adalah
mati, yang dahulu tidak ada sekarang ada dan
nanti akan tidak ada. Sejenak hal itu terlintas
dalam pikiranku….zzzzzztT pesan ibuku apa saja
ya…….?’’

Sesampainya di pasar tiba-tiba lamunanku


buyar, ternyata aku telah sampai di pasar. Aku
tinggalkan sepeda motorku di parkir yaitu di
depan TOKO ASENG. Sambil memegang
sangkek aku terus berjalan dengan ekspresi wajah
yang kepanasan karena suasana yang sangat
panas dan menyengat luar biasa, biasanya kalau
seperti itu mau hujan ( gumam di hati).

Sampai – sampai aku mandi keringat ,


namun aku tetap semangat karena ini semua demi
ibuku tercinta. Aku yang pada waktu itu
mengelilingi pasar, mencari-cari bumbu dapur
dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
keperluan nanti malam, membuatku letih, namun
ketika aku ingat ini adalah amanah dari ibu ketika
itu pun aku sadar, dan rasa letih pun tiba-tiba
lenyap.

Rasa optimispun kembali bangkit segara


aku mencari segala keperluan yang ibuku pesan
dan aku kembali mengelilingi luasnya pasar, dan
suasana yang semakin tak bersahabat,
membuatku semakin gelisah, tiba- tiba awan
putih menjadi hitam kelam, awan hitam banyak
yang berhamburan di atas langit, rintik-rinti air
mulai berjatuhan , aku lari terbirit – birit sambil
melihat tempat – tempat disekelilingnya mencari
tempat untuk bersinggah, dan rupanya hujan
semakin deras serta suasana pasar yang dipenuhi
dengan keributan, dimana banyak orang – orang
baik penjual ataupun pembeli masing-masing
ingin melindungi barang-barang dagangannya
dari air hujan yang semakin mencucur deras.

Akhirnya aku melihat tempat yang


sepertinya nyaman untuk berteduh, paling tidak
untuk menyelamatkan belanjaanku yang sudah ku
beli. Yaitu sebuah RUMAH TUA dimana aku
menghampirinya dan akupun kemudian duduk
dikursi panjangnya, rumah tua yang ku singgahi
berada di belakang pasar, aku sengaja kerumah
tua itu untuk berteduh karena hujan semakin
deras.

Di samping rumah tua itu, terdapat pohon


cemara yang sangat tinggi dan daunnya yang
sangat lebat serta warnanya yang hijau semakin
menambah kesejukan di hatiku. Aku mersakan
dingin bukan main hujan yang semakin deras
meruntuhkan atap rumah tua yang ku singgahi,
tapi walau begitu masih untung karena aku masih
bisa berteduh di rumah tua itu.
Disaat ku sendiri dan tidak ada siapa-siapa
di sekelilingku ada satu genteng yang jatuh dari
atap atap rumah itu, aku kaget bukan main.
Ternyata rumah tua itu memang sudah tidak layak
pakai. Aku hanya berada di teras karena aku
sedikit tidak berani untuk memasuki rumah itu
walaupun sudah tidak ada penghuninya dan
pintunya pun terbuka lebar’’.

Tiba – tiba muncul seorang lelaki dari


arah timur tempat aku duduk, ternyata
kedatangannya sama sepertiku dia hanya
numpang sejenak untuk berteduh. Yang aku lihat
laki-laki itu membawa banyak sekali buku, dia
memakai sepatu berwarna hitam, serta memakai
jaz yang berwarma hitam juga. Walaupun kami
sama-sama berada di rumah itu dan hanya aku
dan laki-laki itu namun kita tidak saling
memandang.
Seketika terdengar suara petir yang sangat
keras dan menggelegar, aku sangat kaget dan
reflex akupun langsung mengucapkan tasbih
‘’SUBHANALLAH’ 3X’’ laki – laki itu tiba-tiba
menatapku. Akupun tak sengaja memandangnya
karena memang hanya ada dia di saat itu.

Sebenarnya aku sangat takut, ketika di


sampingku ada seorang laki-laki yang tak ku
kenal, namun ketika aku tak sengaja
memandangnya , terlihat cahaya baik di
wajahnya. Kami yang berada di rumah tua itu,
hanya bisa duduk dan diam. Akhirnya setelah
lama aku menunggu hujan pun reda. Ketika ku
mulai bergegas untuk meninggalkan bangku tua
itu, tiba-tiba laki-laki itu memandangku, seakan
– akan mulutnya ingin berucap, tapi dibalik
semua itu aku melihat dia merasa malu-malu
untuk bicara padaku, begitu pun dengan diriku.
Aku tak mengenal siapa dia begitu pula
dengannya yang tak mengenal siapa diriku,
namun jelas sekali di mataku aku selalu ingat
pancaran wajahnya yang melan konis dan terlihat
ada tahi lalat di dagu serta dia sedikit berjenggot,
rambutnya lurus dan nampak sedikit pendiam.

Segera ku hapus senyuman di wajahku,


dan tidak perlu senyum terlalu lama dengannya
karena itu bisa membahayakan diriku dan dia,
segera ku lari dari rumah tua itu, aku tidak mau
berlama-lama di sana, hujan sudah reda dan
ibuku sudah pasti menungguku di rumah dan
mengharapkan anaknya membawa oleh-oleh dan
semua pesanannya.

Sedikitpun aku tidak melupakan apa yang


telah ibuku sampaikan. Dan aku membelikan
makanan kesukaan ibu yaitu kue Bijian, ibu
sangat menyukai kue bijian serta akupun
membelikannya special untuk ibuku tercinta.
Dengan segera aku mengambil sepeda
motorku yang telah lama menungguku di parkiran
depan Toko Aseng, sesampainya aku disana,
ternyata sepeda motorku basah kuyup dan hal
yang membuatku bingung adalah aku tidak
membawa lap.

Aku ingat kalau aku membawa sebuah


tisu yang aku simpan di saku baju, ketika aku
berusaha merogoh saku bajuku tisu yang aku
simpan sudah tidak ada, padahal tisu yang ku
punya itu bukan sembarang tisu melainkan
sebuah tisu yang berharga yang ibu berikan
kepadaku sebagai tanda sayangnya kepadaku.
Tapi sudahlah bagiku sesuatu yang sudah hilang
tidak usah di cari, mungkin itu belum rejekiku.

Sesampainya di rumah ibu langsung


menyambutku dengan penuh perhatian dan rasa
kawatir, dia sangat lega melihatku pulang dengan
membawa pesanannya dan ditambah lagi dengan
aku yang membelikan kue bijian untuknya, rasa
senang terlihat sangat jelas di wajah ibu.

Dan akupun ikut senang dengan ekspresi


ibu. Namun entah mengapa rumah tua itu selalu
terbayang diingatanku, jangan-jangan karena laki-
laki itu, ah….sudahlah aku hapus cengiran di
wajahku.
MOZAIK 6

AWAL AKU BERJUMPA

Kejadian di rumah tua itu membawa kisah yang


terus berlanjut dalam kehidupanku yang pada
akhirnya kisah itu menjadi batang tubuh dalam
hidupku dan sampai sekarang masih terbesit
dalam ingatanku. Awal mula perjumpaanku
dengannya tak terduga dan tak kusangka, dalam
hidupku aku hanya mengenal sesosok perempuan
di hatiku dan hanya dialah yang ada di hati ku tak
lain adalah ibuku sendiri.

Sedikitpun tak terbayang di dalam hati


dan perasaanku kalau ternyata sesosok kaum
adam telah menyelimuti hati dan perasaanku.
Awalnya di mulai ketika aku menginjak bangku
SMK sekarang aku bukan lagi anak-anak yang
suka menangis dan cengeng namun diriku telah
menjadi seorang remaja belia yang mempunyai
mata hati dan mata kedewasaan, dimana aku
sudah mulai mengenal yang namanya dunia luar
dan dunia dalam, di dalam dunia luar aku mulai
bergaul dengan banyak teman-teman seusiaku
yang rawan dengan yang namanya percintaan dan
persahabatan.

Sedangkan dunia dalamku yaitu aku selalu


ingin memperkokoh agama dan keyakinanku
terhadap Allah SWT. Ketika kedua duniaku itu
disatukan ada hal yang tidak bisa dipadukan dan
ketika itupun diriku menjadi seorang yang
memiliki sebuah komitmen dan keyakinan
terhadap kehidapan.

Dalam masalah persahabatan diriku selalu


taat terhadap etika berteman, walau terkadang aku
menentang mungkin karena itu tidak sejalan
dengan keyakinanku. Tidak sedikit kawan yang
mengajakku untuk mengenal sebuah percintaan,
dan hal tersebut sangat bertentangan dengan
agamaku karena sebisa mungkin aku harus tetap
bisa dan mampu menjaga aqidahku yang telah
menjadi sebuah landasan dasar dalam hidupku.

Namun entah aku ini berdosa atau tidak,


hanya tuhanku yang tahu, perasaanku sering
membohongi diriku sendiri, awal aku mengetahui
hal ini ketika aku mengenal sesosok kaum adam
yang terus menghantui pikiranku bahkan dia
selalu hadir di tengah – tengah kehidupanku.
Tadinya hanya ada seorang ibuku di hatiku
namun ketika aku mengenal lebih jauh dunia ini,
muncul sesosok kaum adam yang mulai
menempati ruang hatiku.

Walau sepertinya dia tidak jelas di mataku


namun aku pernah melihatnya di masa yang
sangat jauh. Sesosok laki-laki yang pernah
singgah di rumah tua… yang aku tau waktu itu
dia mempunyai hubungan khusus dengan salah
satu teman dari sahabat karibku sendiri. Awalnya
aku juga tak tau mengapa bisa terjadi dalam
diriku, pertemuanku dengannya tidaklah begitu
penting namun ketika perasaanku harus
menjawab sebuah arti daripada kejujuran ‘’diriku
pun tak mampu lagi berkata bohong’’.

Ada bayangan di wajahnya yang mampu


menggetarkan hati ini, namun aku tetap menjaga
hatiku dengan keimananku aku berusaha
menjauhkan bayangannya dari hatiku. Karena aku
tau di dalam agamaku hanya ada jalinan dan
hubungan setelah menikah, dan akhirnya aku
tidak berani untuk menatapnya lagi, dan akupun
tidak berani untuk bertemu dengannya lagi,
semua itu karena tuhanku.
Komitmen itu selalu ku jaga sampai batas
akhirnya aku bertemu dengannya di sebuah Via
sms yang tidak disengaja , ketika temanku
meminjam hp ku, dan dia menggunakan nomorku
untuk bersms dengannya dan disitulah terjadi
sebuah interaksi antara aku dan dia. Aku kira
teman sms yang selama ini terjalin denganku
adalah seorang perempuan dan akhirnya aku tak
mengira ternyata dia adalah sesosok kaum adam
yang selama ini menyelimuti hati dan perasaanku.

Setelah aku tau bahwa seseorang yang


selama ini berinteraksi denganku adalah dia,
maka aku mulai menjauh dan pada akhirnya kita
terpisah dengan mengambil jalan masing-masing,
yang ku tau saat itu dia adalah seorang
mahasiswa sedangkan aku masih duduk dibangku
SMK.

Didalam kehidupku yang sekarang ku


jalani ada tiga warna dimensi yang mengisi ruang
hatiku, diantaranya seorang wanita yang sangat
kusayangi dan ku cintai dialah ibuku yang sudah
merawat serta mengasuhku sejak kecil,
membimbingku dan di bola matanya ada sinar –
sinar terang yang mampu menyejukkan jiwa ini,

ibu selalu ada disaat aku lelah dan letih ia


menjadi penghibur laraku, menjadi motivasi
dalam mimipi – mimpi ku.. serta mimpi – mimpi
ku lah yang menjadikan hidupku semakin berarti,
di dalam mimpiku aku mengharapkan
kebahagiaan yang kekal dan abadi ( Duniawi dan
ukhrawi) serta menyusul yang ketiga adalah
sesosok kaum adam yang tiba-tiba datang
kepadaku dan dengan sendirinya telah menempati
ruang hatiku, dan kehadirannya menjadi warna
tersendiri dalam hidupku setelah mimpiku dan
ibuku.’’ Inilah yang yang terjadi dan akupun tetap
menjaga ketiganya sampai pada akhirnya aku
meluluskan sekolah SMK.
MOZAIK 7

SAAT BAYANGAN
MENYATU

Peristiwa itu berlanjut sampai aku duduk


dibangku kuliah, ternyata tuhan masih
mempertemukan aku dengannya, selama 2 tahun
silam aku hanya dapat melihatnya melalui
bayangan semu yang tidak nampak jelas seperti
apa wajahnya, sekarang dia benar-benar nampak
di depanku saat aku menatapnya bergetar seluruh
denyut nadiku, wajahnya masih saja seperti yang
dulu yang pernah ku temui saat di rumah tua dia
masih memiliki tahi lalat di dagunya dan sedikit
berjenggot, ‘’aku tak sadar telah memandang
dia’’ lalu akupun dengan segera menundukkan
pandanganku dan dengan segera menuju ruang
kelas.

Diantara mimpi-mimpiku, sayangku terhadap ibu


dan dia, ketiganya hadir menyelimuti
kehidupanku dan sampai saat ini masih berlanjut.
Akhirnya di kampus STKIP Muhamadiyah aku
dapat melihatnya walau hanya dari jauh, tapi
itulah yang terbaik demi menjaga agamaku dan
aqidahku, jika memang dia yang benar-benar
akan menjadi pelabuhan hidupku kelak tak
mengapa, namun semuanya aku serahkan dan aku
kembalikan kepada tuhanku yang maha pengatur.

Ketiga bayangan itu telah menyatu dan


kini aku menjalani kehidupan ini diatas landasan
aqidah yang ku pilih, disaat aku mengalami hal-
hal sulit dan hampir membuat aku pesimis dan
lepas semangat dalam meraih harapan dan mimpi
masih ada ibuku yang selalu siap menjagaku dan
yang utama adalah tuhanku, dan disaat aku
bingung dalam menjalani kehidupan ku ini masih
ada mimipi-mimpi yang memberikan secerca
harapan yang menjadikan kehidupanku lebih
berarti.

Anda mungkin juga menyukai