Teguh Triyono
Komite Nasional Keselamatan Pasien
RSUP Dr Sardjito/
Facultas Kedokteran KMK Universitas Gadjah Mada
Materi
• Pendahuluan
• Haemovigilance-Patient Safety
• Inisiasi haemovigilance
• Simpulan
Serious Hazard of Transfusion (SHOT)
(2019)
Serious Hazard of Transfusion (SHOT)
(2019)
RANTAI TRANSFUSI
Recruit
Screen Donor Pre-transfusion testing Issue
Medical Monitor &
Infectious Disease Test
Decission to transfuse Evaluate
Administer
Collect &
(Bedside)
Prepare
Transfusion Safety
Reaksi dan Insiden Transfusi
1. Belum terdeteksi
sebagai kejadian efek
samping
2. Belum tersedia media
pelaporan, atau tidak
dilaporkan
3. Sengaja tidak
diekspose dengan
pertimbangan
tertentu
PMK 11 Th 2011: Pasal 5
(5)Sasaran Keselamatan Pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi tercapainya hal-hal:
o mengidentifikasi pasien dengan benar;
o meningkatkan komunikasi yang efektif; Dimanakah posisi transfusi?
o meningkatkan keamanan obat-obatan
yang harus diwaspadai; - dalam poin obat-obatan
o memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan - risiko infeksi
pada pasienyang benar;
o mengurangi risiko infeksi akibat
perawatan kesehatan; dan
o mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh.
PMK 11 Th 2011: Pasal 5
LAPORAN TAHUNAN
KEPARAHAN
GRADE
1 Tidak berat
2 Berat-membutuhkan intervensi medis, atau penambahan
waktu perawatan, atau keduanya
3 Mengancam jiwa; dibutuhkan intervensi mayor untuk
mencegah kematian
4 Kematian
IMPUTABILITY
• Institusional
• Regional
• Nasional
HAEMOVIGILANCE
di Indonesia?
Haemovigilance is a set of SURVEILLANCE procedures covering
the entire transfusion chain, from the donation and processing of
blood and its components, to their provision and transfusion to
patients and their follow-up. It includes the MONITORING,
REPORTING, INVESTIGATION AND ANALYSIS of adverse events
related to the donation, processing and transfusion of blood, and
taking ACTIONS TO PREVENT their occurrence or recurrence
WHO, 2016
(DRAFT) Sistem Haemovigilance Nasional mengatur
mekanisme pelaporan sebagai berikut:
▪ Pelaporan dari RS dan UTD dilakukan dalam sistem yang dapat
diakses secara online, berjenjang pada tingkat kabupaten/ kota,
provinsi dan nasional
▪ Sistem ditautkan/ diintegrasikan ke dalam sistem yang sudah
berjalan di Kementerian Kesehatan
▪ Sistem merupakan kegiatan surveilans yang dilakukan oleh RS
dan UTD, dapat bersifat pasif maupun aktif
▪ Pelaporan kejadian oleh RS dan UTD ke dalam sistem bersifat
wajib
▪ Pelaporan kejadian tidak dipergunakan sebagai dasar untuk
menghukum petugas dan atau fasilitas pelayanan kesehatan
terkait
(DRAFT) Sistem Haemovigilance Nasional mengatur
mekanisme pelaporan sebagai berikut:
www.haemovigilanceindo.com
Haemovigilance di Rumah Sakit
(contoh di RSUP DR Sardjito)
• Juli 2017 → pilot system
• Terintegrasi dengan Sistem Informasi Rumah Sakit
• Sistem meliputi:
– Pengumpulan data laporan
– Input data laporan reaksi
– Notifikasi riwayat reaksi
– Langkah preventif dan korektif
Website Haemovigilance
Indonesia
WWW.HAEMOVIGILANCEINDO.COM
❑ Sosialisasi
❑ Peningkatan kesadaran
tentang keselamatan
transfusi
❑ Komite/ Panitia
Transfusi darah di RS
harus didukung
Reaksi Transfusi Berdasarkan
Jenis Reaksi
Susp TRALIi Udem Pusing Nyeri Kaki Alergi
Syok Muntah
Kulit Kemerahan 2% 0% 1% Perut Kaku 1% Gatal
0% 0% 0% 0%
6% Bradikardia Menggigil
Sesak dan Gatal 1%
Urtikaria
0%
Gatal Demam
Sesak 39%
6% Sesak
Demam Sesak dan Gatal
22%
Kulit Kemerahan
Menggigil Bradikardia
19% Susp TRALIi
Udem
Urtikaria Syok
3%
Pusing
Nyeri Perut
Jumlah Reaksi Transfusi Berdasarkan
Keparahan
Jumlah
Grade Keterangan
(%)
4 Kematian 0
Harmonisasi Sumber Daya