1. Pengertian logika
Secara bahasa logika berasal dari yunani dari kata logike dan logos yang berarti “pikiran dan
perkataan/ungkapan” jadi kalau di tinjau dari bahasa semata logika merupakan aktifitas akal budi
yang menghasilkan penyimpulan yang benar oleh sebab itu dalam bahasa arab logika di sebut
ilmu mantiq yang berarti ilmu tentang bertutur kata yang benar.
Dengan demikia logika merupakan hasil pertimbangan akal pikiran yang di utarakan lewat
kata dan di nyatakan lewat bahasa dan dapat di pertanggung jawabkan kerasionalannnya.
2. Sejarah logika
Banyak asumsi tentang sejarah logika ada yang menyatakan logika sudah di pelajari semenjak
zaman Nabi Daud As yang akhirnya berhilir pada filsuf yunani Ariestoteles, Adapula yang
menyatakan logika sudah di pelajari sejak Thales (624 SM – 548) yang merupakan filsuf yunani
pertama yang meninggalakan dongeng, takhayyul dan berpaling kepada akal budi untuk
memecahkan rahasia alam semesta.
Namun mengesampikan semua itu, istilah logika untuk pertama kali di kenalkan oleh Zeno
dari Citium (334 SM – 226 SM). Adapula refrensi lain yang menyatakan bahwa istilah logika
muncul pertama kali pada abad 1 SM oleh filsuf Cicero (muris Ariestoteles) tetapi logika dalam
artian seni berdebat. Sedangkan Alexander A Phrodisias (sekitar abad 3 M) merupakan orang
yang pertama kali menggunakan istilah logika dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya
pemikiran, berbada dengan Ariestoteles dia tidak menggunakan istilah logika melainkan istilah
lain yaitu Analitica dan Dialektica.
3. Objek logika
Objek merupakan bahan atau sasaran dari penelitian, objek logika ada dua yaitu objek formal
dan objek material.
Oleh karna yang berpikir itu manusia, maka yang menjadi objek material (sasaran umum)
adalah manusia itu sendiri. Namun dalam objek formal(lebih khusus) logika mempelajari
aktifitas berpikir dari manusia itu sendiri.
4. Hukum logika
Dalam aktivitas berpikir kita tidak boleh melalaikan patokan atau dasar dari berpikir atau
berlogika. Karena dasar merupakan asas atau pangkal dari pengertian atas kemunculan sesuatu.
Adapun dasar dalam berpikir adalah:
a) Keyakinan, yaitu: sikap subyek atau senantiasa berifat subyektif. Sehingga berdasarkan
subyek yang diketahui dengan sungguh-sungguh saat itu, tidak ada alasan untuk berpendapat
lain. Namun, keyakinan mungkin keliru sehingga terkadang diperlukan adanya sebuah
pembetulanm higga muncullah keyakinan baru yang benar. Contoh: seseorang meyakini bahwa
warna bunga mawar adalah merah.
b) Kepastian, yaitu: keyakinan atas suatu hal yang disampaikan hingga tidak ada keraguan
didalamnya. Contohnya dalam ilmu pasti adalah 2 x 2 = 4, sehingga jawaban untuk 2 x 2 = 5
adalah salah.
c) Wilayah kesungguhan, berawal dari sebuah keyakinan yang melahirkan kepastian lalu
muncullah kesungguhan yang biasa disebut realitas. Dan wilayahnya meliputi: kesungguhan
yang disebut kongkrit, dan kesungguhan yang merupakan asal dari pemikiran.
d) Hukum kesungguhan dan hukum pikir, yaitu: keduanya saling berkatian, karena
kesungguhan merupakan objek dari berpikir, sehingga gerak dari berpikir harus sejalan dengan
hukum kesungguhan.
e) Hukum buatan, yaitu: hukum-hukum dalam berpikir bukanlah buatan dari logika namun
ia hanya mengikuti realitas saja, meskipun yang menemukan hukum tersebut adalah logika
1) Asas identitas (principium identitas), adalah dasar dari semua pemikiran manusia. Karena
asas ini menerangkan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri dan bukan lainnya. Contoh: jika
seseorang mengajui bahwa sesuatu itu Z, maka ia adalah Z dan bukan A.
Logika menurut The Liang Gie (1980) dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu;a. Logika
Makna Luas dan Logika Makna SempitMenurut John C. Cooley, The Liang Gie membagi logika
dalam arti yang luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti sempit, istilah dimaksud dipakai
searti dengan logika deduktif atau logika formal. Sedangkan dalam arti yang lebih luas,
pemakaiannya mencakup kesimpulan dari pelbagai bukti dan bagaimana system-sistem
penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi juga pembahasan mengenai logika itu sendiri
Logika Deduktif dan Logika InduktifLogika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari
asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan kesimpulan
sebagai keharusan dari pangkal pikirannya sehingga bersifat betul menurut bentuknya saja.
Dalam logika ini, yang terutama ditelaah, yaitu bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta
kesesuaiannya dengan langkah dan aturan yang berlaku sehingga penalaran yang terjadi adalah
tepat dan sah.Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas penalaran
yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat
boleh jadi.
Logika Formal dan Logika MaterialLogika formal mempelajari asas, aturan, atau hukum berfikir
yang harus ditaati, agar orang dapat berfikir dengan benar dan mencapai kebenaran. kenyataan
praktis yang sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber dan asal pengetahuan, alat
pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu
pengetahuan itu sendiri.
Logika Murni dan Logika TerapanLogika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas
dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa
mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam
pernyataan dimaksud.Logika terapan merupakan pengetahuan logika yang diterapkan dalam
setiap cabang keilmuan, bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan
bahasa sehari-hari. f. Logika Filsafati dan Logika MatematikLogika filsafati dapat digolongkan
sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam
bidang filsafat, misalnya logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika.
Adapun logika matematik merupakan suatu ragam logika yang menelaah penalaran yang benar
dengan menggunakan metode matematik serta bentuk lambing yang khusus dan cermat untuk
menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa.
2. Menempatkan sesuatu pada tempatnya dan menyelesaikan pekerjaan pada waktunya. Jadi
sangat bertentang dengan logika, apabila membebani seseorang dengan sesuatu di luar
kesanggupannya dan menunda pekerjaan hari ini ke hari esok.
3. Membuat seseorang mampu membedakan antara pikiran yang benar dan pikiran yang
salah. Ini merupakan manfaat yang paling asasi ilmu logika (mantik), antara urut pikir yang
benar oleh karenanya, akan menghasilkan kesimpulan yang benar dan urut pikir yang salah yang
dengan sendirinya akan menampilkan kesimpulan yang salah. Al-Ghazali memandang ilmu
logika (mantik) sangat berperan membina kebenaran berpikir, orang yang tidak mengerti ilmu
logika (mantik), pendapatnya atau kesimpulannya yang di kemukakannya tidak bisa dipercaya.
1. Membantu setiap orang agar dapat berpikir secara rasional, kritis, lurus, tepat, tertib,
metodis dan koheren.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas
sistematis
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana
tersebut point 1 maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
B. KATA
1. pengertian kata
A. Positif , Maksudnya , apabila kata tersebut memiliki pengertian positif. seperti: Gemuk
(adanya daging), kaya (adanya harta) pandai (adanya Ilmu) terang (adanya cahaya)
B. Negatif, Maksudnya, apabila diawali dengan salah satu dari, kata tidak, tak, non atau
bukan, contohnya: tidak, tak, bukan . Seperti : tidak gemuk, tak kurus, bukan kaya dan
sebagainya.
C. Privatif, apabila suatu kata mengandung makna tidak adanya sesuatu, seperti, Kurus
(tidak ada daging), bodoh (tidak ada ilmu) dst
a. Universal,
Contoh: Rumah, ini berlaku untuk semua rumah, tanpa kecuali, rumah kita, rumah orang,
rumah tetangga, rumah teman,rumah tetangga, rumah kayu, rumah baru, rumah yang dekat,
rumah jauh (semua yang disebut rumah)
b. Particular
Partikular, Maksudnya apabila ia mengikat bawahan yang banyak, tetapi tidak mencakup
keseluruhan anggota yang diikatnya.
Kata manusia adalah Universal, tapi apabila sudah dibatai , betapapun banyaknya anggota yang
diikat, maka mempunyai pengertian partikular.
Contoh:
Sebagian manusia, berapa manusia, ada manusia, banyak manusia, tidak semua manusia,
sebagian besar manusia dll.
c. Singular
Singular, Anggota yang, menjadi bawahannya hanya satu/tunggal, berbeda dengan Universal
yang mengikat banyak tidak terbatas.
Nama Unik, Nama yang memberkan identitas, misalnya Presiden indonesia kedua, sungai
terpanjang di dunia, Dekan Fisipol yang tengah menjabat, termasuk kata yang diberikan
penunjuk “ini” dan “itu”
Nama diri, yaitu nama yang diberikan kepada orang atau barang untuk tujuan identifikasi.Contoh
Fatimah, Ahmad, kusen, hotel Sahid TMII dll.
d. Kolektif
Suatu kata yang pengertiannya kolektif, apabila ia mengikat sejumlah barang yang mempunyai
persamaan fungsi yang membentuk satu kesatuan.
Contoh:
a. Konkret
Suatu kata mempunyai pengertian Konkret apabila ia menunjuk kepada suatu benda, orang atau
apa saja yang mempunyai Eksistensi tertentu, seperti buku, kursi, rumah,kuda Hasan dll.
b. Abstrak
Suatu kata yang mempunyai pengertian ABSTRAK adalah apabila ia menunjuk kepada sifat,
keadaan, kegiatan yang dilepas dari obyek tertentu, seperti kesehatan,kebodohan kekayaan,
keahlian ,kepandaian dll.
Ada kata konkret, suatu saat bermakna Abstrak, tergantung pada penggunaannya. Contoh:
“orang jawa” jika dimaksud adalah sekelompok manusia yang tinggal di Jakarta. Ini bermakna
konkret, tapi bila yang dimaksud cara dan sikap mereka, itu menjadi Abstrak, seperti kebaikan,
kenakalan,kesempurnaan dll.
- Kata Mutlak, apabila ia dapat dipahami dengan sendirinya tanpa membutuhkan hubungan
dengan benda lain, seperti, buku, pena, pensil, kucing dll.
- Sedangkan ia dapat dikatakan pengertian Relatif apabila tidak dapat dipahami dengan
sendirinya, tetapi harus selalu ada hubungannya dengan benda lain. Seperti ayah,pemimpin,
suami, kakak, kakek dll.
a. Univok
UNIVOK, adalah kata yang mempunyai satu makna yang jelas, dan tidak membingungkan.
contoh; meja,kursi, harimau, kucing , botol dan sebagainya.
b. Equivok
EQUIVOK, Kata yang mengandung makna lebih dari satu, seperti; Bunga,Bulan , Buku, Bunga
bisa bermakna tanaman, bisa juga tambahan dari nilai jasa uang, Bulan bisa bermakna Planet
(Waktu)
c. Analoq
Analoq adalah, kata yang dalam pemakaiannya mempunyai makna yang berbeda dengan makna
aslinya, tapimasih mempunyai persamaan juga.
Misalnya:
BERMAKNA, artinya suatu sifat tertentu yang dimiliki oleh sesuatu (manusia). Manusia bisa
bekerja,kuliah dsb. Kata ini tidak diberikan kepada sembarang benda, tapi hanya kepada yang
memiliki sifat-sifat tertentu.
TAK BERMAKNA, kata yang tidak mempunyai makna (denotasi) yakni tidak mempunyai
cakupan, hanya sebuah istilah saja.
Misal:
Gatot Kaca, Nyai loro kidul, Gunung Emas dan semua nama-
C. DEFENISI
• Memfasilitasi proses komunikasi yang berlangsung menjadi sederhana dan lebih tepat,
atau mempersingkat kata sesuai pernyataan.
• Definisi juga dapat memberikan suatu arti baru terhadap kata yang sudah lama.
• Definisi adalah suatu cara yang terbaik dan paling efektif untuk menjamin ketepatan dan
kebenaran dari penggunaan kata tersebut.
• Definisi yang tepat (Precising definition), yaitu definisi yang biasa digunakan dalam
bahasa mempunyai arti dan tujuan khusus atau tertentu.
• Definisi yang bersifat teoritis (Theoritical definition), Definisi ini tidak saja merupakan
penjelasan sederhana dari suatu kata tetapi juga merupakan suatu penjelasan yang bersifat teoritis
yang didapat dari ilmu pengetahuan/ penelitian dan juga kehidupan sehari-hari.
B. Jenis-jenis Definisi
Menurut Alex Lanur, Poespoprodjo dan Nicholas Rescher secara garis besar jenis definisi dibagi
menjadi 2, yaitu :
2. Definisi Riil (Real Definition or Lexical Definition). Mendefinisikan kata yang sudah
umum digunakan, biasanya yang terdapat dalam kamus bahasa.
• Definisi Hakiki, definisi yang sungguh-sungguh menyatakan hakekat sesuatu, atau suatu
pengertian abstrak yang hanya mengadung unsur pokok yang sungguh-sungguh perlu untuk
memahami suatu golongan yang tertentu dan untuk membedakannya dari semua golongan yang
lain, sehingga sifat golongan itu tidak termasuk dalam hakekat sesuatu itu.
• Definisi Deskriptif, definisi ini menggunakan ciri khas sesuatu yang akan didefinisikan.
Ciri khas adalah ciri yang selalu dan tetap terdapat pada setiap benda tertentu.
• Definisi Final atau definisi yang menunjukkan maksud dan tujuan sesuatu.
2. Ostensive Definition, definisi dibuat dengan mengungkapkan perwakilan dari bagian kata
yang didefinisikan.
3. Dengan metode Genus dan Difference, Yaitu definisi dengan memperhatikan genus dan
difference.
Aturan-aturan Definisi
1. Definisi tidak boleh membentuk lingkaran, atau dengan kata lain apa yang didefinisikan
tidak boleh masuk ke dalam definisi.
3. Definisi harus mengacu pada atribut esensial yang dimiliki atau terdapat dalam
definiendum.
5. Definisi harus literal, definisi yang diberikan biasanya tidak sesuai dengan
definiendumnya kurang lengkap informasinya sehingga definiens tidak mencerminkan
definiendum.
8. Definisi yang dibuat harus teris konsisten dengan definisi yang sudah berlaku.
A. Proposisi
Yang dimaksud dengan proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat
dinilai benar dan salahnya. Proposisi sering juga disebut dengan keterangan. Proposisi
merupakan bentuk terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.
Suatu proposisi mempunyai tiga bagian yaitu subjek (S), predikat (P) dan satu bagian lagi
yang yang merupakan suatu tanda yang menyatakan hubunngan diantara subjek dan predikat,
inidisebut dengan kopula (K).
Contoh:
S K P
Susunan kata yang tidak dapat dinilai betul salahnya tidaklah dikatakan sebagai proposisi.
Berikut ini adalah bentuk susunan kata yang tidak dapat dijadikan sebagai proposisi:
Jenis-jenis proposisi
1.Proposisi analitik, adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang sudah
terkandung pada subjeknya.
2.Proposisi sintetik, adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang bukan
menjadi keharusan bagi subjeknya.
1.Proposisi afirmatif, adalah proposisi yang kopulanya selalu bersifat membenarkan adanya
persesuaian hubungan subjek dan predikatnya.
2.Proposisi negative, adalah proposisi yang kopulanya menyatakan bahwa antara subjek dan
predikatnya tidak ada hubungan sama sekali.
2.Proposisi kondisional adalah proposisi yang bagian-bagiannya terkandung kepada bagian yang
lain.
Contoh: Jika ia dating saya pergi
B. Oposisi
Untuk membahas masalah pertentangnan (oposisi). Maka terlebih dahulu perlu kita
ketahui macam-macam hubungan logika berikut hukum-hukumnya.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Hubungan sub-kontrari mempunyai tabiat: salah satu pernyataan harus benar dan bisa benar
kedua-duanya.
Contoh:
Hubungan implikasin mempunyai sifat, bisa benar keduanya, salah keduanya a tau satu benar
dan satu salah.
E. Penyimpulan edukasi
Penyimpulan adalah rangkaian aktifitas akal berpangkal dari pengetahuan yang telah di
miliki menuju kepada pengetahuan baru. Pengetahuan baru yang berupa hasil pemikiran itu
disebut kesimpulan (konsekuen, conclution).
2. Jalan pikiran harus lurus atau logis, yakni harus ada hubungan yang sah antara premis
dan kesimpilan.
Dalam hal ini dibedakan dua macam, yakni melalui oposisi dan edukasi.
a. Oposisi (Perlawanan), yakni penyimpulan yang di ambil dari hubungan benar dan salah
yang terdapat antara salah satu dari dua proposisi atau putusan yang mempunyai subjek dan
predikat yang sama, tetapi berbeda dalam kuantitas dan atau kualitasnya. Seperti:
B berkata; “ memang tidak ada yang pandai”. Nampak kedua perkataan itu sama.
C berkata; “Tidak semua mahasiswa kelas ini bodoh, memang ada yang yang bodoh, tetapi tidak
semua, ada juga yang pandai”.
Jika diperhatikan dalam oposisi ini terdapat empat bentuk perlawanan dalam putusan
(proposisi).
A = Semua mahasiswa kelas ini lulus ujian, >< O - sebagian mahasiswa kelas ini tidak lulus
ujian.
E = Semua mahasiswa kelas ini tidak lulus ujian, >< I – sebagian mahasiswa kelas ini lulus ujian.
2. Kontraris (berlawanan), yakni hubungan perlawanan antara dua proposisi universal yang
subyek dan predikatnya sama, tetapi kualitasnya berbeda. Disini merupakan perlawanan A – E
putusan ini menjadi, jika yang satu benar, yang lain pasti salah, jika yang satu salah, yang lain
mungkin salah, mungkin benar. Tidak mungkin keduanya sama-sama benar, tetapi mungkin
sama-sama salah. Disini ada kemungkinan sama-sama salah.
3. Sub Kontraris ( kurang berlawanan), yakni hubungan perlawanan antara dua proposisi
partikular yang subyek dan predikatnya sama, tetapi kualitasnya berbeda. Disini perlawanan
antara I – O. Proposisi disini menjadi, jika yang satu salah, maka yang lain pasti benar, tidak
mungkin kedua-duanya salah. Tetapi jika yang satu benar, maka yang lain mungkin salah,
mungkin benar. Disini ada kemungkinan sama-sama benar.
4. Sub Alternation (Implikasi), yakni perlawanan antara dua proposisi yang subyek dan
predikatnya sama, kualitasnya juga sama, tetapi kuantitasnya berbeda. Disini perlawanan antara
A – I dan E – O. Putusan disini menjadi, dapat kedua-duanya salah, dapat kedua-duanya benar
dan dapat juga yang satu benar dan yang lain salah.
A = Semua mahasiswa kelas ini lulus ujian, I = Sebagian mahasiswa kelas ini lulus ujian.
E = Semua mahasiswa ini tidak lulus ujian, O = Sebagian mahasiswa kelas ini tidak lulus ujian.
5. Hubungan independent (tidak berhubungan, yakni di anatara dua populasi tidak ada
ketergantungan logika (logical dependence). Sedang logika dependence adalah hubungan dua
proposisi yang terikat secara logis. Tetapi hubungan indepedent adalah dua proposisi yang
subyek dan predikatnya berbeda, jika diketahui salah satunya benar, maka tak ada sesuatu pun
yang dapat diketahui tentang proposisi kedua dan sebaliknya. Seperti, semua manusia adalah
binatang berfikir dengan proposisi “Semua mangga adalah buah-buahan”.
6. Hubungan equivalent (persamaan), yakni jika dua proposisi yang kedua-duanya benar
semua dan salah semua. Seperti, semua manusia adalah binatang berfikir, dengan proposis
“Tidak manusia adalah bukan binatang berfikir”.
b. Penyimpulan melalui edukasi, yakni pembuatan kesimpulan secara langsung dari suatu
proposisi kepada kesimpulan dengan cara: memutar balikkan (contra position), keterangan putar
(conversion), keterangan balik (inversion) dan hubungan balik (obversion).
1. Conversion (al aks al- mustawi ), yakni jenis penarikan kesimpulan secara langsung
denga jalan merubah letak subyek dan predikat. Artinya, merubah kedudukan pokok dalam
proposisi asal menjadi sebutan dan sebutan dalam proposisi asal menjadi pokok dalam proposisi
baru, tetapi tidak ada perubahan arti, kualitas maupun kuantitasnya.
a) Conversi A proposisi A setelah terjadi conversi menjadi I. Proposisi asal: A-semua raja
adalah manusia
d) Conversi O.proposisi o tidak dapat terjadi conversi. Jika dibuat conversi akan merubah
permasalah yang sebenarnya.
Proposisi yang dihasilkan dengan obversi yang senilai dengan obvertannya ada dua prosedur:
a) Mengubah kualitas dari proposisi asal, jika kualitasnya afirmatif, maka harus dijadikan
negatif atau sebaliknya.
Proposisi A.
b) Tak ada mahasiwa adalah orang intelek dengan menggunakan prosedur (2) terhadap no.2
itu, maka menjadi:
Proposisi E.
Proposisi I.
Proposisi O.
3. Kontrposisi, adalah suatu proses untuk menghasilkan sebuah prosisi baru dengan
menggunakan obversi, konversi dan sekali lagi obversi.
Proposisi A.
Prosedur yang dikemukakan di atas, yakni dari no.1-2-3-4, secara langsung dapat dikatakan
bahwa proposisi no.4
“Semua orang yang tidak rajin adalah bukan pelaut” dihasilkan dari proposisi no.1 “Semua
pelaut adalah orang rajin”. Kecuali itu juga dapat didentifikasi bahwa proposisi no.4 identik
dengan proposisi no.1, juga didentifikasi bahwa proposisi no.1 identik dengan proposisi no.2
melalui obversi, proposisi no.2 identik dengan proposisi no.3 melalui konversi, proposisi no.3
identik dengan proposisi no 4 melalui obversi. Jadi semua proposisi tersebut secara tidak
langsung merupakan proposisi-proposisi yang identik.
F. SILOGISME
A. PENGERTIAN SILOGISME
Silogisme adalah proses logis yang terdiri dari tiga bagian. Dua bagian pertama merupakan
premis-premis atau pangkal tolak penalaran (deduktif) syllogistik. Sedangkan bagian ketiga
merupakan perumusan hubungan yang terdapat antara kedua bagian pertama melalui pertolongan
term penengah (M). bagian ketiga ini disebut juga kesimpulan yang berupa pengetahuan baru
(konsekuens).[1] Dilihat dari bentuknya silogisme adalah contoh yang paling tegas dalam cara
berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus dari kesimpulan umum.
Suatu premis adalah suatu pernyataan yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga pernyataan
tadi menegaskan atau menolak bahwa sesuatu itu benar atau tidak benar. Suatu premis dapat
mengatakan suatu fakta, suatu generalisasi, atau sekedar suatu asumsi atau sesuatu yang spesifik.
Contoh:
Maka ketetapan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran premis mayor,
kebenaran premis minor dan keabcahan pengambilan kesimpulan.
B. STRUKTUR SILOGISME
1. Bagian pertama adalah keputusan pertama, yang biasanya disebut premis mayor. Premis
mempunyai arti kalimat yang dijadikan dasar penarikan kesimpulan. Mayor artinya besar. Premis
mayor artinya pangkal piker yang mengandung term mayor dari silogisme itu, dimana nantinya
akan muncul menjadi predikat dalam konklusi (kesimpulan).
2. Bagian kedua adalah keputusan kedua, yang umumnya disebut dengan premis minor.
Premis minor artinya pangkal pikiran yang mengandung term minor (kecil) dari silogisme itu,
dimana nantinya akan muncul menjadi subyek dalam konklusi.
3. Bagian ketiga adalah bagian-bagian yang sama dalam dua keputusan tersebut, yang
biasanya disebut medium atau term menengah (middle term), karena ia terdapat pada kedua
premis (mayor dan minor), maka bertindak sebagai penghubung (medium) antara keduanya,
tetapi tidak muncul dalam konklusi.
4. Bagian keempat adalah keputusan ketiga yang disebut konklusi atau kesimpulan, adalah
merupakan keputusan baru (dari dua keputusan sebelumnya) yang mengatakan bahwa apa yang
benar dalam mayor, juga benar dalam term minor.
C. MACAM-MACAM SILOGISME
1. Silogisme kategoris
Silogisme kategoris adalah struktur suatu deduksi berupa suatu proses logis yang terdiri dari tiga
bagian yang masing-masing bagiannya berupa pernyataan kategoris (pernyataan tanpa syarat).
Bentuk silogisme kategoris dapat membantu menunjukan jalan atau tahap-tahap penalarannya.
Misalnya seseorang ditanya, “Mengapa korupsi itu haram?” maka akan dicari alasannya,
kemudian berkata “karena korupsi adalah mencuri”. Jika kemudian diberi bentuk logis, maka
dapat diperoleh silogisme berikut[4]:
M=P
S=M
S=P
Keterangan:
→ korupsi adalah mencuri, dan mencuri termasuk hal-hal yang haram → maka korupsi haram.
Kenapa hal tersebut perlu dirumuskan demikian? Karena perumusan seperti itu dengan
jelas memperlihatkan titik pangkal pemikiran, dan jalan pikiran yang terkandung di dalamnya.
Jika penalarannya baik, maka silogisme dengan jelas memperlihatkan apa alasan-alasan atau
dasar-dasarnya.
Kebanyakan ucapan orang mengandung satu putusan atau lebih yang tersembunyi dan
menjadi titik pangkal suatu penalaran, tetapi tidak disebutkan dengan jelas, bahkan sering kali
tidak disadari oleh si penalar (pemikir). Maka, untuk menganalisis suatu pemikiran, haruslah
kita:
2. Jika kesimpulan telah dirumuskan, maka dicari apa alasannya yang dikemukakan
(“karena”-nya). Alasan ini biasanya menunjukan M.
3. Jika telah dimengerti S dan P (dari kesimpulan) serta M (dari alasan) maka dapatlah
disusun silogisme, (kesimpulan dulu) (S = P), lalu minor (yang mengandung S dan M), lalu
mayor. Mayor ini merumuskan titik pangkal yang sebenarnya.
2. Silogisme hipotetis
Silogisme hipotetis adalah argument yang premis mayornya berupa posisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalh proposisi kategorik yang menetapkan atau mengingkari term
antecedent atau term konsekuen premis mayornya.
Pada silogisme hipotetis tida mempunyai premis mayor maupun minor karena kita keahui
premis mayor itu mengandung term predikat pada konklusi, sedangkan premis minor itu
mengandung term subyek pada konklusi. Pada silogisme hipotetis term konklusi adalah term
yang kesemuanya dikandung oleh premis mayornya.
Karena premis pertama mengandung permasalahan yang lebih umum, maka kita sebut
premis mayor, bukan karena ia mengandung term mayor. Kita menggunakan premis minor,
bukan karena ia mengandung term minor, tetapi lantaran memuat pernyataan yang lebih khusus.
Sekarang hujan
Jika politik pemerintahan dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, jadi kegelisahan tidak akan timbul.
3. Silogisme Disjungtif
a. Silogisme disjungtif dalam arti luas: premis mayornya mempunyai alternative bukan
kontradiktif, seperti:
Hasan dirumah atau di pasar
Jadi di pasar
Silogisme disjungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe, yaitu:
Ia berada di sekolah