Anda di halaman 1dari 24

A.

DASAR DASAR LOGIKA

1. Pengertian logika

Secara bahasa logika berasal dari yunani dari kata logike dan logos yang berarti “pikiran dan
perkataan/ungkapan” jadi kalau di tinjau dari bahasa semata logika merupakan aktifitas akal budi
yang menghasilkan penyimpulan yang benar oleh sebab itu dalam bahasa arab logika di sebut
ilmu mantiq yang berarti ilmu tentang bertutur kata yang benar.

Dengan demikia logika merupakan hasil pertimbangan akal pikiran yang di utarakan lewat
kata dan di nyatakan lewat bahasa dan dapat di pertanggung jawabkan kerasionalannnya.

2. Sejarah logika

Banyak asumsi tentang sejarah logika ada yang menyatakan logika sudah di pelajari semenjak
zaman Nabi Daud As yang akhirnya berhilir pada filsuf yunani Ariestoteles, Adapula yang
menyatakan logika sudah di pelajari sejak Thales (624 SM – 548) yang merupakan filsuf yunani
pertama yang meninggalakan dongeng, takhayyul dan berpaling kepada akal budi untuk
memecahkan rahasia alam semesta.

Namun mengesampikan semua itu, istilah logika untuk pertama kali di kenalkan oleh Zeno
dari Citium (334 SM – 226 SM). Adapula refrensi lain yang menyatakan bahwa istilah logika
muncul pertama kali pada abad 1 SM oleh filsuf Cicero (muris Ariestoteles) tetapi logika dalam
artian seni berdebat. Sedangkan Alexander A Phrodisias (sekitar abad 3 M) merupakan orang
yang pertama kali menggunakan istilah logika dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya
pemikiran, berbada dengan Ariestoteles dia tidak menggunakan istilah logika melainkan istilah
lain yaitu Analitica dan Dialektica.

3. Objek logika

Objek merupakan bahan atau sasaran dari penelitian, objek logika ada dua yaitu objek formal
dan objek material.

Oleh karna yang berpikir itu manusia, maka yang menjadi objek material (sasaran umum)
adalah manusia itu sendiri. Namun dalam objek formal(lebih khusus) logika mempelajari
aktifitas berpikir dari manusia itu sendiri.

4. Hukum logika
Dalam aktivitas berpikir kita tidak boleh melalaikan patokan atau dasar dari berpikir atau
berlogika. Karena dasar merupakan asas atau pangkal dari pengertian atas kemunculan sesuatu.
Adapun dasar dalam berpikir adalah:

a) Keyakinan, yaitu: sikap subyek atau senantiasa berifat subyektif. Sehingga berdasarkan
subyek yang diketahui dengan sungguh-sungguh saat itu, tidak ada alasan untuk berpendapat
lain. Namun, keyakinan mungkin keliru sehingga terkadang diperlukan adanya sebuah
pembetulanm higga muncullah keyakinan baru yang benar. Contoh: seseorang meyakini bahwa
warna bunga mawar adalah merah.

b) Kepastian, yaitu: keyakinan atas suatu hal yang disampaikan hingga tidak ada keraguan
didalamnya. Contohnya dalam ilmu pasti adalah 2 x 2 = 4, sehingga jawaban untuk 2 x 2 = 5
adalah salah.

c) Wilayah kesungguhan, berawal dari sebuah keyakinan yang melahirkan kepastian lalu
muncullah kesungguhan yang biasa disebut realitas. Dan wilayahnya meliputi: kesungguhan
yang disebut kongkrit, dan kesungguhan yang merupakan asal dari pemikiran.

d) Hukum kesungguhan dan hukum pikir, yaitu: keduanya saling berkatian, karena
kesungguhan merupakan objek dari berpikir, sehingga gerak dari berpikir harus sejalan dengan
hukum kesungguhan.

e) Hukum buatan, yaitu: hukum-hukum dalam berpikir bukanlah buatan dari logika namun
ia hanya mengikuti realitas saja, meskipun yang menemukan hukum tersebut adalah logika

Adapun macam-macam dari dasar pemikirian berdasarkan logika formal adalah:

1) Asas identitas (principium identitas), adalah dasar dari semua pemikiran manusia. Karena
asas ini menerangkan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri dan bukan lainnya. Contoh: jika
seseorang mengajui bahwa sesuatu itu Z, maka ia adalah Z dan bukan A.

2) Asas kontradiksi (Principium Contradictoris), adalah: pernyataan pengingkaran atas


sesuatu dan menyatakan bahwa sesuatu itu tidak sesuai dengan pengakuannya. Contoh: Jika kita
mengakui bahwa sesuatu itu bukan A, maka tidak mungkin ia adalah A.

3) Principium Exclusi Tertii (Law of Excluded Middle)Hukum penyisihan jalan tengah


adalah kaidah yang menjelaskan bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat tertentu atau tidak
memiliki sifat tertentu itu dan tidak ada kemungkinan lain. Jadi p = q atau p / q.

4) Principium Rationis Sufficientis (Law of Sufficient Reason)Bahwa jika terjadi perubahan


pada sesuatu, perubahan itu haruslah berdasarkan alasan yang cukup. Itu berarti tidak ada
perubahan yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional. Hukum ini merupakan pelengkap hukum identitas.
5. Pembagian logika

Logika menurut The Liang Gie (1980) dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu;a. Logika
Makna Luas dan Logika Makna SempitMenurut John C. Cooley, The Liang Gie membagi logika
dalam arti yang luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti sempit, istilah dimaksud dipakai
searti dengan logika deduktif atau logika formal. Sedangkan dalam arti yang lebih luas,
pemakaiannya mencakup kesimpulan dari pelbagai bukti dan bagaimana system-sistem
penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi juga pembahasan mengenai logika itu sendiri

Logika Deduktif dan Logika InduktifLogika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari
asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan kesimpulan
sebagai keharusan dari pangkal pikirannya sehingga bersifat betul menurut bentuknya saja.
Dalam logika ini, yang terutama ditelaah, yaitu bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta
kesesuaiannya dengan langkah dan aturan yang berlaku sehingga penalaran yang terjadi adalah
tepat dan sah.Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas penalaran
yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat
boleh jadi.

Logika Formal dan Logika MaterialLogika formal mempelajari asas, aturan, atau hukum berfikir
yang harus ditaati, agar orang dapat berfikir dengan benar dan mencapai kebenaran. kenyataan
praktis yang sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber dan asal pengetahuan, alat
pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu
pengetahuan itu sendiri.

Logika Murni dan Logika TerapanLogika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas
dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa
mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam
pernyataan dimaksud.Logika terapan merupakan pengetahuan logika yang diterapkan dalam
setiap cabang keilmuan, bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan
bahasa sehari-hari. f. Logika Filsafati dan Logika MatematikLogika filsafati dapat digolongkan
sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam
bidang filsafat, misalnya logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika.
Adapun logika matematik merupakan suatu ragam logika yang menelaah penalaran yang benar
dengan menggunakan metode matematik serta bentuk lambing yang khusus dan cermat untuk
menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa.

6. Manfaat dan kegunaan logika

Mempelajari ilmu logika sangat besar manfaatnya, antara lain :


1. Melatih kesanggupan akal dan menumbuhkan serta mengembangkan dengan pembiasaan
membahas metode berfikir.

2. Menempatkan sesuatu pada tempatnya dan menyelesaikan pekerjaan pada waktunya. Jadi
sangat bertentang dengan logika, apabila membebani seseorang dengan sesuatu di luar
kesanggupannya dan menunda pekerjaan hari ini ke hari esok.

3. Membuat seseorang mampu membedakan antara pikiran yang benar dan pikiran yang
salah. Ini merupakan manfaat yang paling asasi ilmu logika (mantik), antara urut pikir yang
benar oleh karenanya, akan menghasilkan kesimpulan yang benar dan urut pikir yang salah yang
dengan sendirinya akan menampilkan kesimpulan yang salah. Al-Ghazali memandang ilmu
logika (mantik) sangat berperan membina kebenaran berpikir, orang yang tidak mengerti ilmu
logika (mantik), pendapatnya atau kesimpulannya yang di kemukakannya tidak bisa dipercaya.

4. Dan melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus pikirannya.

Adapun kegunaan logika adalah :

1. Membantu setiap orang agar dapat berpikir secara rasional, kritis, lurus, tepat, tertib,
metodis dan koheren.

2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat dan objektif.

3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.

4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas
sistematis

5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir,


kekeliruan serta kesesatan.

6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.

7. Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )

8. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana
tersebut point 1 maka akan meningkatkan citra diri seseorang.

B. KATA
1. pengertian kata

positif, negatif dan privatif

A. Positif , Maksudnya , apabila kata tersebut memiliki pengertian positif. seperti: Gemuk
(adanya daging), kaya (adanya harta) pandai (adanya Ilmu) terang (adanya cahaya)

B. Negatif, Maksudnya, apabila diawali dengan salah satu dari, kata tidak, tak, non atau
bukan, contohnya: tidak, tak, bukan . Seperti : tidak gemuk, tak kurus, bukan kaya dan
sebagainya.

C. Privatif, apabila suatu kata mengandung makna tidak adanya sesuatu, seperti, Kurus
(tidak ada daging), bodoh (tidak ada ilmu) dst

Perbedaan tiga skema

POSITIF NEGATIF PRIVATIF

Dermawan Tidak dermawan Kikir

Cantik Tidak cantik Jelek

Rajin Tidak Rajin Malas

Kuat Tidak Kuat Lemah

Kaya Tidak Kaya Miskin

2. Universal, particular, singular dan kolektif

a. Universal,

Suatu kata mempunyai pengertian UNIVERSAL, apabila ia mengikat keseluruhan bawahannya


tanpa kecuali, seperti rumah, kursi, hewan, tumbuhan, manusia dan sebagainya.

Contoh: Rumah, ini berlaku untuk semua rumah, tanpa kecuali, rumah kita, rumah orang,
rumah tetangga, rumah teman,rumah tetangga, rumah kayu, rumah baru, rumah yang dekat,
rumah jauh (semua yang disebut rumah)
b. Particular

Partikular, Maksudnya apabila ia mengikat bawahan yang banyak, tetapi tidak mencakup
keseluruhan anggota yang diikatnya.

Kata manusia adalah Universal, tapi apabila sudah dibatai , betapapun banyaknya anggota yang
diikat, maka mempunyai pengertian partikular.

Contoh:

Sebagian manusia, berapa manusia, ada manusia, banyak manusia, tidak semua manusia,
sebagian besar manusia dll.

c. Singular

Singular, Anggota yang, menjadi bawahannya hanya satu/tunggal, berbeda dengan Universal
yang mengikat banyak tidak terbatas.

Kata yang mempunyai pengertian Singular

Nama Unik, Nama yang memberkan identitas, misalnya Presiden indonesia kedua, sungai
terpanjang di dunia, Dekan Fisipol yang tengah menjabat, termasuk kata yang diberikan
penunjuk “ini” dan “itu”

Nama diri, yaitu nama yang diberikan kepada orang atau barang untuk tujuan identifikasi.Contoh
Fatimah, Ahmad, kusen, hotel Sahid TMII dll.

d. Kolektif

Suatu kata yang pengertiannya kolektif, apabila ia mengikat sejumlah barang yang mempunyai
persamaan fungsi yang membentuk satu kesatuan.

Contoh:

Tim , Regu , kesebelasan, panitia, dewan dan lain-lain

Jadi kata yang mempunyai pengertian Kolektif adalah keseluruhan yang

terikat, bukan individunya.


3. Konkret dan absrak

a. Konkret

Suatu kata mempunyai pengertian Konkret apabila ia menunjuk kepada suatu benda, orang atau
apa saja yang mempunyai Eksistensi tertentu, seperti buku, kursi, rumah,kuda Hasan dll.

b. Abstrak

Suatu kata yang mempunyai pengertian ABSTRAK adalah apabila ia menunjuk kepada sifat,
keadaan, kegiatan yang dilepas dari obyek tertentu, seperti kesehatan,kebodohan kekayaan,
keahlian ,kepandaian dll.

Ada kata konkret, suatu saat bermakna Abstrak, tergantung pada penggunaannya. Contoh:
“orang jawa” jika dimaksud adalah sekelompok manusia yang tinggal di Jakarta. Ini bermakna
konkret, tapi bila yang dimaksud cara dan sikap mereka, itu menjadi Abstrak, seperti kebaikan,
kenakalan,kesempurnaan dll.

4. mutlak dan relatif

- Kata Mutlak, apabila ia dapat dipahami dengan sendirinya tanpa membutuhkan hubungan
dengan benda lain, seperti, buku, pena, pensil, kucing dll.

- Sedangkan ia dapat dikatakan pengertian Relatif apabila tidak dapat dipahami dengan
sendirinya, tetapi harus selalu ada hubungannya dengan benda lain. Seperti ayah,pemimpin,
suami, kakak, kakek dll.

5. Univok, equivok, dan analoq

a. Univok

UNIVOK, adalah kata yang mempunyai satu makna yang jelas, dan tidak membingungkan.
contoh; meja,kursi, harimau, kucing , botol dan sebagainya.

b. Equivok

EQUIVOK, Kata yang mengandung makna lebih dari satu, seperti; Bunga,Bulan , Buku, Bunga
bisa bermakna tanaman, bisa juga tambahan dari nilai jasa uang, Bulan bisa bermakna Planet
(Waktu)
c. Analoq

Analoq adalah, kata yang dalam pemakaiannya mempunyai makna yang berbeda dengan makna
aslinya, tapimasih mempunyai persamaan juga.

Misalnya:

- Bunga itu, bagian dari tanaman yang paling indah

- Waktu muda, ia adalah bunga desa

- Bila hujan, bumi akan basah

6. Bermakna dan tak bermakna

BERMAKNA, artinya suatu sifat tertentu yang dimiliki oleh sesuatu (manusia). Manusia bisa
bekerja,kuliah dsb. Kata ini tidak diberikan kepada sembarang benda, tapi hanya kepada yang
memiliki sifat-sifat tertentu.

TAK BERMAKNA, kata yang tidak mempunyai makna (denotasi) yakni tidak mempunyai
cakupan, hanya sebuah istilah saja.

Misal:

Gatot Kaca, Nyai loro kidul, Gunung Emas dan semua nama-

nama yang di dalam cerita dongeng (mitologi)

- Beda dengan Malaikat, Jin,Syurga,Neraka (Dipahami dengan Iman)

C. DEFENISI

A. Tujuan Membuat Definisi

Nicholas Rescher membagi menjadi dua, yaitu :

1. Tujuan Umum, antara lain :

• Memfasilitasi proses komunikasi yang berlangsung menjadi sederhana dan lebih tepat,
atau mempersingkat kata sesuai pernyataan.

• Definisi dibuat untuk memperkenalkan kata baru dalam bahasa.

• Definisi juga dapat memberikan suatu arti baru terhadap kata yang sudah lama.
• Definisi adalah suatu cara yang terbaik dan paling efektif untuk menjamin ketepatan dan
kebenaran dari penggunaan kata tersebut.

2. Tujuan Khusus, terdiri dari :

• Definisi yang tepat (Precising definition), yaitu definisi yang biasa digunakan dalam
bahasa mempunyai arti dan tujuan khusus atau tertentu.

• Definisi yang bersifat teoritis (Theoritical definition), Definisi ini tidak saja merupakan
penjelasan sederhana dari suatu kata tetapi juga merupakan suatu penjelasan yang bersifat teoritis
yang didapat dari ilmu pengetahuan/ penelitian dan juga kehidupan sehari-hari.

B. Jenis-jenis Definisi

Menurut Alex Lanur, Poespoprodjo dan Nicholas Rescher secara garis besar jenis definisi dibagi
menjadi 2, yaitu :

1. Definisi Nominal (Nominal Definition or Stipulative Definition). Suatu jenis definisi


yang memberikan suatu arti baru pada kata yang sudah lama ada. Dan definisi ini merupakan
suatu cara untuk menjelaskan sesuatu dengan menguraikan arti katanya.

2. Definisi Riil (Real Definition or Lexical Definition). Mendefinisikan kata yang sudah
umum digunakan, biasanya yang terdapat dalam kamus bahasa.

Definisi Riil dapat dibedakan dalam 4 jenis definisi, yaitu :

• Definisi Hakiki, definisi yang sungguh-sungguh menyatakan hakekat sesuatu, atau suatu
pengertian abstrak yang hanya mengadung unsur pokok yang sungguh-sungguh perlu untuk
memahami suatu golongan yang tertentu dan untuk membedakannya dari semua golongan yang
lain, sehingga sifat golongan itu tidak termasuk dalam hakekat sesuatu itu.

• Definisi Deskriptif, definisi ini menggunakan ciri khas sesuatu yang akan didefinisikan.
Ciri khas adalah ciri yang selalu dan tetap terdapat pada setiap benda tertentu.

• Definisi Final atau definisi yang menunjukkan maksud dan tujuan sesuatu.

• Definisi Kausalitas, yaitu definisi yang menunjukkan sebab akibat.

C. Teknik Mendefinisikan dan Aturan membuat Definisi

Ada 8 teknik yang dikemukakan oleh Nicholas Rescher, yaitu :


1. Enumerative Definition, yaitu suatu teknik pendefinisian dengan cara memberikan daftar
lengkap dari setia bagian kata yang didefinisikan.

2. Ostensive Definition, definisi dibuat dengan mengungkapkan perwakilan dari bagian kata
yang didefinisikan.

3. Dengan metode Genus dan Difference, Yaitu definisi dengan memperhatikan genus dan
difference.

4. Genetic Definition, definisi dibuat dengan memaparkan organisasi atau unsur-unsur


pembangun kata yang didefinisikan.

5. Constructive Definition, definisi yang dibuat dengan mengungkapkan instruksi atau


perintah.

6. Operational Definition,Definisi yang dibuat berdasarkan serangkaian percobaan yang


dapat menentukan cocok atau tidaknya kata itu dalam kasus yang khusus sifatnya.

7. Synonymous Definition,defini yang dibuat dengan menacu pada definiendum yang


sama.

8. Abbreviative Definition, Definisi yang dibuat dengan menjelaskan kepanjangan, simbol


dari definiendum.

Aturan-aturan Definisi

Definisi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Definisi tidak boleh membentuk lingkaran, atau dengan kata lain apa yang didefinisikan
tidak boleh masuk ke dalam definisi.

2. Definis tidak boleh terlalu luas dan terlalu sempit.

3. Definisi harus mengacu pada atribut esensial yang dimiliki atau terdapat dalam
definiendum.

4. Definisi harus jelas, harus menghindari kerancuan dan kesamar-samaran.

5. Definisi harus literal, definisi yang diberikan biasanya tidak sesuai dengan
definiendumnya kurang lengkap informasinya sehingga definiens tidak mencerminkan
definiendum.

6. Definisi tidak boleh dalam bentuk kaimat negative.


7. Definisi harus dievaluasi senetral mungkin, ini ada kaitannya dengan “Loaded”
Definition.

8. Definisi yang dibuat harus teris konsisten dengan definisi yang sudah berlaku.

9. Definisi harus dapat dibolak-balikkan dengan hal yang didefinisikan.

D. PROPOSISI DAN OPOSISI

A. Proposisi

Yang dimaksud dengan proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat
dinilai benar dan salahnya. Proposisi sering juga disebut dengan keterangan. Proposisi
merupakan bentuk terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.

Suatu proposisi mempunyai tiga bagian yaitu subjek (S), predikat (P) dan satu bagian lagi
yang yang merupakan suatu tanda yang menyatakan hubunngan diantara subjek dan predikat,
inidisebut dengan kopula (K).

Contoh:

Manusia adalah moral

S K P

Susunan kata yang tidak dapat dinilai betul salahnya tidaklah dikatakan sebagai proposisi.
Berikut ini adalah bentuk susunan kata yang tidak dapat dijadikan sebagai proposisi:

1. Ungkapan yang mengandung keinginan, seperti: semoga Tuhan selslu melindungimu.

2. Bentuk perintah, seperti: ambilah buku itu.

3. Bentuk larangan, seperti: janganlah kamu bergadang sampai pagi.

4. Permohonan, seperti: ya Allah berilah aku ilmu yang bermanfaat.

Jenis-jenis proposisi

a. Dilihat dari bentuknya, proposisi dibagi menjadi dua:

1.Proposisi tunggal adalah proposisi yang hanya mengandung satu pernyataan.

Contoh: Kuda adalah hewan


2.Proposisi majemuk adalah proposisi yang disusun lebih dari satu pernyataan.

Contoh: M.Yamin adalah seorang ahli hukum dan sastrawan kenamaan

b. Dilihat dari sumbernya, proposisi dibagi menjadi dua:

1.Proposisi analitik, adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang sudah
terkandung pada subjeknya.

Contoh: Ayah adalah orang laki-laki

2.Proposisi sintetik, adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang bukan
menjadi keharusan bagi subjeknya.

Contoh: Papaya ini manis

Gadis itu gendut

c. Dilihat dari kualitasnya, proposisi dibagi menjadi dua:

1.Proposisi afirmatif, adalah proposisi yang kopulanya selalu bersifat membenarkan adanya
persesuaian hubungan subjek dan predikatnya.

Contih: Manusia adalah moral

Sebagian manusia adalah bijaksana

2.Proposisi negative, adalah proposisi yang kopulanya menyatakan bahwa antara subjek dan
predikatnya tidak ada hubungan sama sekali.

Contoh: Semua gajah bukanlah semut

d. Dilihat dari hubungannya, proposisi dibagi menjadi dua:

1.Proposisi kategori adalah proposisi yang mengandung pernyataan tanpa syarat.

Contoh: Sebagian buah-buahan tidak manis rasanya

2.Proposisi kondisional adalah proposisi yang bagian-bagiannya terkandung kepada bagian yang
lain.
Contoh: Jika ia dating saya pergi

B. Oposisi

Untuk membahas masalah pertentangnan (oposisi). Maka terlebih dahulu perlu kita
ketahui macam-macam hubungan logika berikut hukum-hukumnya.

Ada enam macam hubungan logika:

1. Hubungan independent (tak beraturan): Dua pernyataan mempunyai hubungan


independent manakala keduanya menampilkan permasalahan yang sama sekali terpisah.

Contoh:

Kuda sumbawa kuat-kuat

Pohon asam berakar tunggang

Semua kelinci adalah lemah

Semua kelinci pemakan daun-daunan

Bahasa arab adalah sukar

Logika adalah sukar

2. Hubungan ekuivalen (persamaan): Dua pernyataan mempunyai hubungan ekuivalen


manakala keduanya mempunyai hubungan yang sama.

Contoh:

Semua besi adalah logam

Sebagian logam adalah besi

Sebagian cendikiawan menjadi mentri

Sebagian cendikiawan bukan tak menjadi mentri

3. Hubungan kontradiktori (pertentangan): Dua pernyataan mempunyai hubungan


kontradiktori manakala keduanya terdiri dari term subjek dan predikat yang sama tetapi berbeda
dalam kualitas maupun kuantitas. Pertentangan ini hanya mempunyai satu ciri, jika salah satu
diantaranya benar, malka yang lainnya palsu.
Contoh:

Semua yang sukses rajin

Sebagian yang sukses tidak rajin

4. Hubungan kontrari (perlawanan): Dua pernyataan mempunyai hibungan kontrari


manakala term subjek dan predikat kedua pernyataan itu sama, kuantitasnya sama-sama
universal tetapi berbeda dalam kualitas.

Contoh:

Semua harimau tidak pemarah

Semua harimau pemaraah

5. Hubungan sub-kontrari (setengah perlawanan): Dua pernyataan mempunyai hubungan


sub-kontrari manakala term subjek dan predikat itu sama, kualitasnya sama-sama pertikular
berbeda dalam kualitas.

Contoh:

Sebagian pedagang kikir

Sebagian pedagang tidak kikir

Sebagian mahasiswa tidak malas

Sebagian mahasiswa malas

Hubungan sub-kontrari mempunyai tabiat: salah satu pernyataan harus benar dan bisa benar
kedua-duanya.

6. Hubungan implikasi (mencakup): Dua pernyataan mempunyai implikasi manakala term


subjek dan predikat pernyataan itu sama, sama-sama dalam kualitas tetapi berbeda dalam
kuantitas.

Contoh:

Semua mahasiswa kelas C rajin

Sebagian mahasiswa kelas C rajin

Hubungan implikasin mempunyai sifat, bisa benar keduanya, salah keduanya a tau satu benar
dan satu salah.
E. Penyimpulan edukasi

A. Pengertian Penyimpulan (Inference)

Penyimpulan adalah rangkaian aktifitas akal berpangkal dari pengetahuan yang telah di
miliki menuju kepada pengetahuan baru. Pengetahuan baru yang berupa hasil pemikiran itu
disebut kesimpulan (konsekuen, conclution).

Agar suatu kesimpulan itu benar harus dipenuhi dua syarat:

1. Titik pangkal, yakni premis-premis harus benar dan tepat.

2. Jalan pikiran harus lurus atau logis, yakni harus ada hubungan yang sah antara premis
dan kesimpilan.

B. Definisi Penyimpulan Langsung dan Macam-macamnya

Penyimpulan dibedakan menjadi dua macam:

1. Penyimpulan langsung (Immediate inference), yakni jenis penyimpulan yang premisnya


hanya terdiri dari satu putusan, atau premisnya langsung digunakan untuk menarik kesimpulan.

Dalam hal ini dibedakan dua macam, yakni melalui oposisi dan edukasi.

a. Oposisi (Perlawanan), yakni penyimpulan yang di ambil dari hubungan benar dan salah
yang terdapat antara salah satu dari dua proposisi atau putusan yang mempunyai subjek dan
predikat yang sama, tetapi berbeda dalam kuantitas dan atau kualitasnya. Seperti:

A berkata; “Semua mahasisiwa kelas ini bodoh”.

B berkata; “ memang tidak ada yang pandai”. Nampak kedua perkataan itu sama.

C berkata; “Tidak semua mahasiswa kelas ini bodoh, memang ada yang yang bodoh, tetapi tidak
semua, ada juga yang pandai”.

Jika diperhatikan dalam oposisi ini terdapat empat bentuk perlawanan dalam putusan
(proposisi).

1. Kontradiktoris (pertentangan penuh, tanaqud), yakni pertentangan antara kuantitas dan


kualitasnya, yaitu perlawanan antara dua proposisi (dengan subyek dan predikat yang sama),
yang satu hanya menyangkal yang lain, tanpa menambah suatu pernyataan positif. Perlawanan
ini terdapat pada antara proposisi A – O dan E – I.
Seperti;

A = Semua mahasiswa kelas ini lulus ujian, >< O - sebagian mahasiswa kelas ini tidak lulus
ujian.

E = Semua mahasiswa kelas ini tidak lulus ujian, >< I – sebagian mahasiswa kelas ini lulus ujian.

2. Kontraris (berlawanan), yakni hubungan perlawanan antara dua proposisi universal yang
subyek dan predikatnya sama, tetapi kualitasnya berbeda. Disini merupakan perlawanan A – E
putusan ini menjadi, jika yang satu benar, yang lain pasti salah, jika yang satu salah, yang lain
mungkin salah, mungkin benar. Tidak mungkin keduanya sama-sama benar, tetapi mungkin
sama-sama salah. Disini ada kemungkinan sama-sama salah.

A = Semua mahasiswa kelas ini lulus ujian.

E = Semua mahasiswa kelas ini tidak lulus ujian.

3. Sub Kontraris ( kurang berlawanan), yakni hubungan perlawanan antara dua proposisi
partikular yang subyek dan predikatnya sama, tetapi kualitasnya berbeda. Disini perlawanan
antara I – O. Proposisi disini menjadi, jika yang satu salah, maka yang lain pasti benar, tidak
mungkin kedua-duanya salah. Tetapi jika yang satu benar, maka yang lain mungkin salah,
mungkin benar. Disini ada kemungkinan sama-sama benar.

I = Sebagian mahasiswa kelas ini lulus ujian.

O = Sebagian mahasiswa kelas ini tidak lulus ujian.

4. Sub Alternation (Implikasi), yakni perlawanan antara dua proposisi yang subyek dan
predikatnya sama, kualitasnya juga sama, tetapi kuantitasnya berbeda. Disini perlawanan antara
A – I dan E – O. Putusan disini menjadi, dapat kedua-duanya salah, dapat kedua-duanya benar
dan dapat juga yang satu benar dan yang lain salah.

A = Semua mahasiswa kelas ini lulus ujian, I = Sebagian mahasiswa kelas ini lulus ujian.

E = Semua mahasiswa ini tidak lulus ujian, O = Sebagian mahasiswa kelas ini tidak lulus ujian.

Bentuk penyimpulan secara langsung lainnya adalah:

5. Hubungan independent (tidak berhubungan, yakni di anatara dua populasi tidak ada
ketergantungan logika (logical dependence). Sedang logika dependence adalah hubungan dua
proposisi yang terikat secara logis. Tetapi hubungan indepedent adalah dua proposisi yang
subyek dan predikatnya berbeda, jika diketahui salah satunya benar, maka tak ada sesuatu pun
yang dapat diketahui tentang proposisi kedua dan sebaliknya. Seperti, semua manusia adalah
binatang berfikir dengan proposisi “Semua mangga adalah buah-buahan”.
6. Hubungan equivalent (persamaan), yakni jika dua proposisi yang kedua-duanya benar
semua dan salah semua. Seperti, semua manusia adalah binatang berfikir, dengan proposis
“Tidak manusia adalah bukan binatang berfikir”.

7. Hubungan added determinent (penentu tambahan), yakni pembuatan kesimpulan secara


langsung dengan cara menambah pensifatan yang sama pada subyek dan predikat dalam suatu
proposisi. Seperti, semua manusia adalah binatan berfikir, kemudian disimpulkan menjadi,
semua manusia dewasa adalah berfikir dewasa.

b. Penyimpulan melalui edukasi, yakni pembuatan kesimpulan secara langsung dari suatu
proposisi kepada kesimpulan dengan cara: memutar balikkan (contra position), keterangan putar
(conversion), keterangan balik (inversion) dan hubungan balik (obversion).

1. Conversion (al aks al- mustawi ), yakni jenis penarikan kesimpulan secara langsung
denga jalan merubah letak subyek dan predikat. Artinya, merubah kedudukan pokok dalam
proposisi asal menjadi sebutan dan sebutan dalam proposisi asal menjadi pokok dalam proposisi
baru, tetapi tidak ada perubahan arti, kualitas maupun kuantitasnya.

Proposisi asal / premisnya disebut converted.

Proposisi baru / kesimpulan disebut converse.

a) Conversi A proposisi A setelah terjadi conversi menjadi I. Proposisi asal: A-semua raja
adalah manusia

Kesimpulan :I-sebagian manusia adalah raja

b) Conversi I.proposisi I setelah terjadi conversi menjadi I. Proposisi asal: I sebagian


manusia adalah mubaligh

Kesimpulan: I-sebagian mubaligh adalah mahasisswa

c) Conversi E, proposisi E setelah terjadi conversi menjadi E.

Prorposis asal: -E tak satu pun filosofi berfikir dangkal

Kesimpulan: E tak satu pun yang berfikir dangkaladalah filosofi

d) Conversi O.proposisi o tidak dapat terjadi conversi. Jika dibuat conversi akan merubah
permasalah yang sebenarnya.

Proposisi asal: sebagian binatang bukan manusia.

Kesimpulan: sebagian manusia berfikir bukan binatang.


2. Obversi adalah sebuah proses perubahan dengan menyangkal lawan dari sesuatu
proposisi afirmatif.

Proposisi asal yang diasangkal disebut obvertan.

Proposisi yang dihasilkan dengan obversi yang senilai dengan obvertannya ada dua prosedur:

a) Mengubah kualitas dari proposisi asal, jika kualitasnya afirmatif, maka harus dijadikan
negatif atau sebaliknya.

b) Menggantikan term predikat denga komplemennya. Komplemen adalah semua perangkat


lain diluar perangkat yang diketahui, seperti komplemen dari S adalah non S. Jika term predikat
dari proposisi asal adalah p, maka P harus diganti dengan non P. Kalau term predikatnya adalah
non maka harus diganti dengan non P.

Proposisi A.

a) Semua mahasiswa adalah orang intelek dengan memakai prosedur.

(I) maka proposisi itu menjadi:

b) Tak ada mahasiwa adalah orang intelek dengan menggunakan prosedur (2) terhadap no.2
itu, maka menjadi:

c) Tak ada mahasiswa adaalah orang yang intelek.

Proposisi E.

a. Tak ada orang gila adalah orang waras.

b. Semua orang gila adalah orang waras.

c. Semua orang gila adalah orang tak waras.

Proposisi I.

Beberapa makanan adalah terlemak.

Beberapa makan adalah bukan makan berlemak.

Beberapa makanan adalah bukan makanan tak berlemak.

Proposisi O.

1. Beberapa pengajar adalah bukan diktator.

2. Beberapa pengajar adalah diktator.


3. Beberapa pengajar adalah tak diktator.

3. Kontrposisi, adalah suatu proses untuk menghasilkan sebuah prosisi baru dengan
menggunakan obversi, konversi dan sekali lagi obversi.

Proposisi A.

1) semua pelaut adalah orang rajin.

Dengan menggunakan obversi atas proposisi no.1 akan dihasilkan proposisi :

2) tak ada pelaut adalah orang yang tidak rajin.

Dengan menggunakan konversi atas proposisi no.2 akan menjadi:

3) Tak ada orang yang rajin adalah pelaut.

Kemudian dengan menggunakan obversi sekali lagi akan menjadi:

4) Semua orang tidak rajin adalah bukan pelaut.

Prosedur yang dikemukakan di atas, yakni dari no.1-2-3-4, secara langsung dapat dikatakan
bahwa proposisi no.4

“Semua orang yang tidak rajin adalah bukan pelaut” dihasilkan dari proposisi no.1 “Semua
pelaut adalah orang rajin”. Kecuali itu juga dapat didentifikasi bahwa proposisi no.4 identik
dengan proposisi no.1, juga didentifikasi bahwa proposisi no.1 identik dengan proposisi no.2
melalui obversi, proposisi no.2 identik dengan proposisi no.3 melalui konversi, proposisi no.3
identik dengan proposisi no 4 melalui obversi. Jadi semua proposisi tersebut secara tidak
langsung merupakan proposisi-proposisi yang identik.

4. Inversi, merupakan jenis penyimpulan langsung dari proposisi asal (invertend)


disimpulkan keputusan balik (inverse) yang subyeknya adalah penentang penuh dari subyek pada
keputusan (proposisi ) semula, seperti:

a. Semua seniman adalah pekerja.

b. Jadi beberapa bukan seniman adalah bukan pekerja.

F. SILOGISME

A. PENGERTIAN SILOGISME
Silogisme adalah proses logis yang terdiri dari tiga bagian. Dua bagian pertama merupakan
premis-premis atau pangkal tolak penalaran (deduktif) syllogistik. Sedangkan bagian ketiga
merupakan perumusan hubungan yang terdapat antara kedua bagian pertama melalui pertolongan
term penengah (M). bagian ketiga ini disebut juga kesimpulan yang berupa pengetahuan baru
(konsekuens).[1] Dilihat dari bentuknya silogisme adalah contoh yang paling tegas dalam cara
berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus dari kesimpulan umum.

Suatu premis adalah suatu pernyataan yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga pernyataan
tadi menegaskan atau menolak bahwa sesuatu itu benar atau tidak benar. Suatu premis dapat
mengatakan suatu fakta, suatu generalisasi, atau sekedar suatu asumsi atau sesuatu yang spesifik.

Contoh:

1. Semua makhluk mempunyai mata (premis mayor)

2. Si kacong adalah seorang makhluk hidup (premis minor)

3. Jadi si kacong mempunyai mata (kesimpulan)

Maka ketetapan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran premis mayor,
kebenaran premis minor dan keabcahan pengambilan kesimpulan.

B. STRUKTUR SILOGISME

Pada dasarnya silogisme mempunyai empat bagian[3]:

1. Bagian pertama adalah keputusan pertama, yang biasanya disebut premis mayor. Premis
mempunyai arti kalimat yang dijadikan dasar penarikan kesimpulan. Mayor artinya besar. Premis
mayor artinya pangkal piker yang mengandung term mayor dari silogisme itu, dimana nantinya
akan muncul menjadi predikat dalam konklusi (kesimpulan).

2. Bagian kedua adalah keputusan kedua, yang umumnya disebut dengan premis minor.
Premis minor artinya pangkal pikiran yang mengandung term minor (kecil) dari silogisme itu,
dimana nantinya akan muncul menjadi subyek dalam konklusi.

3. Bagian ketiga adalah bagian-bagian yang sama dalam dua keputusan tersebut, yang
biasanya disebut medium atau term menengah (middle term), karena ia terdapat pada kedua
premis (mayor dan minor), maka bertindak sebagai penghubung (medium) antara keduanya,
tetapi tidak muncul dalam konklusi.
4. Bagian keempat adalah keputusan ketiga yang disebut konklusi atau kesimpulan, adalah
merupakan keputusan baru (dari dua keputusan sebelumnya) yang mengatakan bahwa apa yang
benar dalam mayor, juga benar dalam term minor.

C. MACAM-MACAM SILOGISME

1. Silogisme kategoris

Silogisme kategoris adalah struktur suatu deduksi berupa suatu proses logis yang terdiri dari tiga
bagian yang masing-masing bagiannya berupa pernyataan kategoris (pernyataan tanpa syarat).
Bentuk silogisme kategoris dapat membantu menunjukan jalan atau tahap-tahap penalarannya.
Misalnya seseorang ditanya, “Mengapa korupsi itu haram?” maka akan dicari alasannya,
kemudian berkata “karena korupsi adalah mencuri”. Jika kemudian diberi bentuk logis, maka
dapat diperoleh silogisme berikut[4]:

M=P

S=M

S=P

Mencuri itu haram

Korupsi adalah mencuri

Maka korupsi adalah haram

Keterangan:

S = Subyek; P = Predikat; M = Middle term.

→ korupsi adalah mencuri, dan mencuri termasuk hal-hal yang haram → maka korupsi haram.

Kenapa hal tersebut perlu dirumuskan demikian? Karena perumusan seperti itu dengan
jelas memperlihatkan titik pangkal pemikiran, dan jalan pikiran yang terkandung di dalamnya.
Jika penalarannya baik, maka silogisme dengan jelas memperlihatkan apa alasan-alasan atau
dasar-dasarnya.

Kebanyakan ucapan orang mengandung satu putusan atau lebih yang tersembunyi dan
menjadi titik pangkal suatu penalaran, tetapi tidak disebutkan dengan jelas, bahkan sering kali
tidak disadari oleh si penalar (pemikir). Maka, untuk menganalisis suatu pemikiran, haruslah
kita:

• Menjabarkan putusan-putusan menjadi bentuk S = P


• Merumuskan putusan-putusan, dalil-dali, atau generalisasi-generalisasi yang tersembunyi
sehingga menjadi terlihat dengan jelas, dalam bentuk silogisme.

Misalnya : “Poligami kita tolak karena merendahkan derajat wanita”.

Kesimpulan : Poligami = kita tolak (S = P)

Alasannya : Poligami = merendahkan derajat wanita (M)

Silogismenya : Yang merendahka derajat wanita = kita tolak


(M = P)

Poligami = merendahkan derajat wanita…….(S =M)

Jadi poligami = kita tolak (S = P)

Untuk penjabaran pemikiran-pemikiran macam ini menjadi silogisme diperlukan langkah-


langkah berikut:

1. Tentukan dahulu kesimpulan yang dikemukakan, kesimpulan biasanya tidak tersembunyi


dan dinyatakan dalam kata-kata, seperti: karena itu, maka dari itu, jadi, dan sebagainya.

2. Jika kesimpulan telah dirumuskan, maka dicari apa alasannya yang dikemukakan
(“karena”-nya). Alasan ini biasanya menunjukan M.

3. Jika telah dimengerti S dan P (dari kesimpulan) serta M (dari alasan) maka dapatlah
disusun silogisme, (kesimpulan dulu) (S = P), lalu minor (yang mengandung S dan M), lalu
mayor. Mayor ini merumuskan titik pangkal yang sebenarnya.

2. Silogisme hipotetis

Silogisme hipotetis adalah argument yang premis mayornya berupa posisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalh proposisi kategorik yang menetapkan atau mengingkari term
antecedent atau term konsekuen premis mayornya.

Pada silogisme hipotetis tida mempunyai premis mayor maupun minor karena kita keahui
premis mayor itu mengandung term predikat pada konklusi, sedangkan premis minor itu
mengandung term subyek pada konklusi. Pada silogisme hipotetis term konklusi adalah term
yang kesemuanya dikandung oleh premis mayornya.
Karena premis pertama mengandung permasalahan yang lebih umum, maka kita sebut
premis mayor, bukan karena ia mengandung term mayor. Kita menggunakan premis minor,
bukan karena ia mengandung term minor, tetapi lantaran memuat pernyataan yang lebih khusus.

Macam-macam silogisme hipotetis:

a. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:

ika hujan, saya naik becak

Sekarang hujan

Jadi saya naik becak

b. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen-nya, seperti:

Bila hujan, bumi akan basah

Sekarang bumi telah basah

Jadi hujan telah turun

c. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:

Jika politik pemerintahan dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.

Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, jadi kegelisahan tidak akan timbul.

d. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuen-nya, seperti:

Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.

Pihak penguasa tidak gelisah.

Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

3. Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disjungtif


sedangkan premis minornya keputusan kategorika yang mengakui atau mengingkari salah satu
alternative yang disebut oleh premis mayor. Seperti halnya silogisme hipotetis, istilah premis
mayor dan minor disini adalah secara analog, bukan penggunaan semestinya. Macam-macam
silogisme disjungtif:

a. Silogisme disjungtif dalam arti luas: premis mayornya mempunyai alternative bukan
kontradiktif, seperti:
Hasan dirumah atau di pasar

Ternyata tidak dirumah

Jadi di pasar

b. Silogisme disjungtif dalam arti sempit: mayornya mempunyai alternative kontradiktif,


seperti:

Ia lulus atau tidak lulus.

Ternyata ia lulus, jadi

Ia bukan tidak lulus.

Silogisme disjungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe, yaitu:

1) Premis minornya mengingkari salah satu alternative, konklusi-nya adalah mengakui


alternative yang lain, seperti:

Ia berada di luar atau di dalam

Ternyata tidak berada di luar

Jadi ia berada di dalam

2) Premis minor mengakui salah satu alternative, kesimpulannya adalah mengingkari


alternative yang lain, seperti:

Budi di masjid atau di sekolah

Ia berada di sekolah

Jadi ia tidak berada di masjid

Anda mungkin juga menyukai