Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pendirian dan Kepemilikan
Bank ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Hukum Perbankan.Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang segala hal yang berkaitan dengan pendirian bank dan juga
kepemilikan bank bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Wishnu Arditia S.H., M.H, selaku dosen
pengampun mata kuliah Hukum Perbankan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Dewasa ini banyak sekali kita melihat bank-bank swasta yang hadir di tiap tiap kota yang
menawarkan banyak sekali promo-promo menggiurkan sehingga menjadi daya pikat bagi
masyarakat agar mau menjadi nasabahnya. Promo promo yang ditawarkan pun memiliki iming-
iming yang cukup menggiurkan hingga tidak sedikit masyarakat yang ikut menjadi nasabanya.
Namun belakang ini kita melihat banyak sekali kasus-kasus pidana dimana uang milik nasabah
digelapkan dan dibawa lari oleh pemiliki bank tersebut sehingga akhirnya banyak nasabah yang
mengalami kerugian dari jutaan hingga milyaran rupiah. Hal ini diakibatkan oleh kurang
kewaspadaannya dari masyarakat dalam memlilih suatu bank sebagai tempat berinvestasi.
Bank sendiri merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki kewenangan untuk
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam
bentuk pinjaman modal kerja untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat umum. Istilah “Bank”
berasal dari bahasa Italia, yaitu “Banco” yang artinya bangku. 1 Sedangkan menurut Dr. B.N.
Ajuha menafsirkan bank sebagai tempat untuk menyalurkan modal dari masyarakat yang tidak
dapat menggunakan uang tersebut secara menguntungkan kepada pihak yang dapat membuat
uang tersebut lebih produktif untuk memberikan keuntungan pada masyarakat.
Dengan adanya banyak kasus penggelapan uang nasabah yang sedang marak di Indonesia
tentu ini menjadi suatu trend baru di tengah masyarakat Indonesia yang sedang dilanda krisis
ekonomi di masa Pandemi ini. Kasus terbaru yang menjadi pusat perhatian masyarakat adalah
raibnya uang tabungan milik atlet e-sport, Winda D Lunardi di salah satu bank swasta. 2 Kasus ini
menjadi salah satu kasus yang cukup panas mengingat dalam hal ini yang menjadi korban adalah
salah satu public figure di tanah air khususnya di bidang E-sports. Sehingga melibatkan banyak
pihak termasuk pengacara kondang Hotman Paris. Sehingga belajar dari kasus ini kami
1
https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/pengertian-bank.html
2
https://www.integrity-indonesia.com/id/blog/2020/11/19/penggelapan-tabungan-rp-20-miliar-milik-atlet-esport-
raib/
mengangkat tema pendirian bank dan kepemilikan bank sebagai pembahasan makalah kami agar
dapat menjadi bahan bacaan sekaligus menambah wawasan bagi masyarakat dalam menyikapi
dan menghadapi kasus perbankan khususnya di bidang pendirian dan kepemilikan bank.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang beroperasi di dalam lingkup masyarakat
yang memiliki fungsi menyimpan dan mengeluarkan uang masyarakat. Pengertian bank menurut
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang
dimaksud dengan BANK adalah “ badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak” 3. Dari pengertian
bank di atas, maka secara luas dapat kita katakan bahwa bank merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang
keuangan. Sehingga jika kita berbicara mengenai bank, maka tidak akan pernah terlepas dari
masalah keuangan.
Menurut Kasmir, SE, MM (2008:25), secara sederhana bank dapat diartikan sebagai
lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Menurut berbagai pendapat mengenai pengertian bank yang telah dijelaskan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga/perusahaan yang aktifitasnya menghimpun dana
berupa giro, deposito, tabungan, dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus
3
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan
spending unit) kemudian melemparkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana
(deficit spending unit) dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangkah
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2.2 Pembahasan
1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999
tentang Bank Umum, yang kemudian dicabut, diganti dan disempurnakan dengan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/27/PBI/2000 tentang Bank Umum, selanjutnya
diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/2009 tentang Bank
Umum;
2. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999
tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, yang kemudian dicabut, diganti dan
disempurnakan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank
Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/35/PBI/2005, selanjutnya
diperbarui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum
Syariah;
4. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/35/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999
tentang Bank Perkreditan Rakyat, yang kemudian dicabut, diganti dan disempurnakan
dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/26/PBI/2006 tentang Bank Perkreditan
Rakyat;
5. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/36/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999
tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, yang kemudian dicabut,
diganti dan disempurnakan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/17/PBI/2004
tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/25/PBI/2006, selanjutnya diperbarui dengan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2000 tentang Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
Ketentuan perizinan pendirian bank diatur dalam pasal 16 sampai dengan pasal 20
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Bank Umum hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin Gubernur
Bank Indonesia.Modal disetor untuk mendirikan Bank Umum ditetapkan minimal 3
trilliun.
Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum dari
Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat
dimaksud diatur dengan Undang-undang tersendiri. Ps 16 UUP jo Ps 2 PBI 11/01/09
2. Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam 2 (dua) tahap:
a.persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian Bank; dan
b.izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha Bank setelah
persiapan sebagaimana dimaksud dalam huruf a selesai dilakukan.
BPR hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin Bank Indonesia.
BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh :
Modal disetor bagi BPR yang berbentuk hukum koperasi adalah simpanan pokok,
simpanan wajib, dan hibah. Paling sedikit 50% ( lima puluh persen ) dari moda disetor
BPR wajib digunakan untuk modal kerja.
1. Rp 2 miliar bagi BPRS yang didirikan di wilayah DKI Jakarta dan Kabupaten/Kota
Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi.
2. Rp 1 miliar bagi BPRS yang didirikan di wilayah ibukota Provinsi di luar wilayah
sebagaimana disebutkan di atas.
3. Rp 500 juta bagi BPRS yang didirikan di luar wilayah sebagaimana disebut dia
atas.
4. Pendirian Bank Umum Syariah ( BUS )
BUS hanya dapar didirikan dan melakukan kegiatan usaha setelah memperoleh izin Bank
Indonesia.Persyaratan modal disetor untuk mendirikan BUS minimak sebesar Rp 1
triliun. Apabila modal disetor tersebut di-equivalent-kan sama dengan US$ 110 juta.
Modal disetor dimaksud adalah setoran yang dilakukan dalam setoran tunai. Modal
disetor yang berasal dari warga negara asing dan/atau badan hukum asing maksimal
sebesar 99% dari modal disetor BUS. Diperbolehkan pihak asing memiliki saham
mayoritas pada BUS dimaksudkan untuk membuka kesempatan yang lebih luas kepada
berbagai pihak, baik Indonesia maupun asing untuk turut serta memiliki BUS.
Berkenaan dengan pembukaan UUS, ketentuan dalam pasal 5 ayat (9) Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 menegaskan bahwa :
Bank Umum Konvensional yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip
Syariah wajib membuka UUS di kantor pusat Bank dengan izin Bank Indonesia.
UUS adalah unit kerja Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk
dari kantor yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit
kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit usaha syariah.
Hal ini selaras dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 yang
memberikan kemungkinan kekhususan kepada Bank Umum Konvensional untuk dapat
pula melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah melalui cara sebagai berikut :
Pembukaan UUS hanya dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia, yang dilakukan
dalam bentuk izin untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip
Syariah.Persyaratan modal kerja US$ ditetapkan, bahwa BUK menyisihkan modal kerja
paling kurang sebesar RP 100 miliar dalam bentuk tunai.
BPRS hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha setelah memperoleh izin
Bank Indonesia. Persyaratan modal disetor bagi pendirian BPRS minimal sebesar :
1. Rp 2 miliar untuk BPRS yang didirikan di wilayah Daerah Khusu Ibukota Jakarta
Raya dan Kabupaten/Kota Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
2. Rp 1 miliar untuk BPRS yang didirikan di wilayah Ibukota Provinsi di luar
wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya dan Kabupaten/Kota Bogor, Depo,
Tangerang, dan bekasi.
3. Rp 500 juta untuk BPRS yang didirikan di luar wilayah tersebut di atas.
Sementara itu, pihak yang dapat mendirikan dan/atau memiliki BPRS adalah :
B. KEPEMILIKAN BANK
3.2Saran
Dalam melakukan suatu investasi khususnya di bidang perbankan hendaknya harus melihat dulu
latar belakang bank tersebut dan mengecek baik itu perijinannya maupun kepemilikannya
sehingga menjadi jelas dan dapat dipertanggung jawabkan. Lalu bila mana ada iming-iming yang
tidak masuk akal terkait janji keuntungan yang melimpah sebaiknya patut diwaspadai agar tidak
menjadi korban selanjutnya dari penggelapan dana akibat dari perijinan dan kepemilikan bank
yang tidak jelas.