Anda di halaman 1dari 6

Nama : WISNU

Nim : 12010200053
Kelas : Teori-Teori Pembelajaran
Fungsi Otak Dalam Pembelajaran
Keistimewaan manusia bila dibandingkan dengan makhluk lainnya adalah terletak pada
otak dan kemampuannya dalam berfikir. Sehingga sangat disayangkan bila kemampuan otak untuk
berfikir tidak dioptimalkan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal hendaknya menjadi suatu
wadah yang bisa mengoptimalkan kemampuan otak dalam berfikir, dan memperhatikan fakta
tentang pentingnya penggunaan otak dalam proses pembelajaran.1 Chipongian (2004)
mengemukakan bahwa istilah 'pembelajaran berbasis otak' terdengar berlebihan. Bahkan yang
belum tahu, jika ditanya, akan menganggap bahwa pembelajaran terjadi di otak. Dia terus
mengatakan bahwa: 'Para pendukung pengajaran berbasis otak bersikeras bahwa ada perbedaan
antara pendidikan yang "kompatibel dengan otak", dan praktik dan metode pengajaran "antagonis
otak" yang sebenarnya dapat mencegah pembelajaran’.2 Manusia diciptakan oleh Allah Swt
dengan memiliki kecerdasan yang luar biasa dengan otak yang jika digunakan dengan benar dan
optimal maka akan menjadi manusia yang cerdas dan jenius dapat memecahkan berbagai masalah
yang ada dalam kehidupan ini.
Beberapa penelitian otak telah menunjukkan gagasan bahwa dua belahan otak memiliki
fungsi yang berbeda: ‘Otak kiri mengkhususkan diri dalam aspek pembelajaran akademis - bahasa
dan proses matematika, pemikiran logis, urutan dan analisis. Otak kanan pada prinsipnya berkaitan
dengan kreatif. kegiatan yang memanfaatkan rima, ritme, musik, kesan visual, warna dan
gambar’(Rose dan Nicholl 1997).3 Neuroscience secara sederhana adalah perkembangan ilmu
biologi manusia yang bersumber dari ilmu kedokteran, yang khusus mempelajari tentang otak.
Otak adalah organ yang mengatur seluruh aspek kehidupan makhluk hidup, manusia maupun
binatang. Semua gerakan tubuh dikontrol otak. Dari kesadaran manusia makan, tidur, belajar,
berpikir, berperasaan, sampai berpikiran inovatif dan menemukan segala sesuatu dimulai dari
otak.4 Otak manusia terbagi menjadi dua bagian yaitu otak bagiian kanan dan otak bagian kiri,
setiap bagian otak manusia memiliki fungsi yang berbeda dan manusia harus mengoptimalkan
kerja pada stiap bagian otak agar tidak sia-sia manusia diberikan kecerdasan yang luar biasa.
Sederhananya, dengan pandangan ini, satu belahan secara dominan berkaitan dengan yang
logis dan yang lainnya dengan yang lebih kreatif. Tampaknya salah satu belahan dominan dalam
aktivitas tertentu, tetapi keduanya terlibat dalam hampir semua pemikiran kita. Perbedaan
fungsional ini berimplikasi pada cara kita belajar. Masalah lateralitas otak dan perbedaan dalam
apa yang dikenal sebagai 'dominasi hemispheric' dapat dilihat terkait dengan gaya belajar individu.

1
Yulia Pratitis Yusuf, "Strategi Brain Based Learning Dalam Pengajaran Bahasa Jepang Di MAN
Mojokerto", journal.unesa.ac.id PARAMASASTRA Vol. 4 No. 1 - Maret 2017, hlm 99.
2
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 86.
3
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 87.
4
Nurasiah, Urgensi Neuroscience dalam Pendidikan (Sebagai Langkah Inovasi Pembelajaran),
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 7, Mei 2016, hlm 233.
Jika seseorang memiliki belaha bumi yang dominan, yang tampaknya menjadi kasus pada
kebanyakan dari kita, maka pendekatannya dilakukan pada aktivitas mental.5
Caine dan Caine (1997) telah menyusun daftar 12 prinsip untuk pembelajaran berbasis
otak, menjelaskan bahwa prinsip-prinsip ini belum final dan harus dipandang sebagai
perkembangan, diambil dari berbagai sumber yang berbeda, baik penelitian asli maupun menulis,
dan dari karya yang lebih baru berdasarkan ruang kelas dan penelitian praktis lainnya. Saat
membaca daftar tersebut, menarik untuk memikirkan tentang sumber yang terlibat. Banyak prinsip
yang didasarkan pada apa yang telah dijelaskan dalam isi awal buku ini. Kami akan
mempertimbangkan ini saat muncul:
1. Otak adalah sistem adaptif yang kompleks.
2. Otak adalah otak sosial.
3. Pencarian makna adalah bawaan.
4. Pencarian makna terjadi melalui pola.
5. Emosi sangat penting untuk membuat pola.
6. Setiap otak secara bersamaan mempersepsikan dan menciptakan bagian-bagian dan keutuhan.
7. Belajar melibatkan perhatian terfokus dan perhatian perifer.
8. Belajar selalu melibatkan proses sadar dan tidak sadar.
9. Kami memiliki setidaknya dua cara untuk mengatur memori.
10. Belajar adalah perkembangan.
11. Pembelajaran yang kompleks ditingkatkan oleh tantangan dan dihambat oleh ancaman.
12. Setiap otak diatur secara unik.6
Ke dua belas prinsip dasar kerja otak di atas merupakan prinsip yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis otak agar guru bisa menyusun strategi pengajaran yang
sesuai atau selaras dengan cara otak mempelajari sesuatu. Jika pembelajaran berbasis otak ini
diterapkan dengan baik maka akan membawa peserta didik ke arah perubahan dalam dunia
pendidikan terutama sebagai dasar dalam pengembangan strategi pembelajaran yang berbasis otak
sehingga seluruh potensi peserta didik dapat dirangsang secara optimal sehingga peserta didik
dapat belajar dengan baik.
Otak dapat berfungsi secara bersamaan pada banyak tingkatan dan dalam banyak cara yang
berbeda, Otak secara terus menerus memantau dan memproses pikiran, emosi, imajinasi,
kecenderungan dan beroperasi pada tingkat fisiologis, Ada juga sistem fisiologis saraf, yang
berinteraksi dengan dan bertukar informasi dengan lingkungannya dan bekerja secara paralel
dengan dan dalam hubungannya dengan elemen lain yang membentuk otak.7 Dikarenakan otak
merupakan system yang kompleks, maka pada saat memberikan tugas pada siswa, guru harus
kreatif, dengan memberikan tugas yang merangsang semua bagian otak untuk bekerja. Misalnya
pada saat mempelajari tema “Rumah”, guru bisa memberikan tugas pada siswa untuk
menceritakan situasi kamarnya dengan menunjukkan gambar kondisi kamar masing-masing dan
menceritakannya di depan kelas, sehingga kemampuan bahasa, dan imajinatif serta kreasi mereka
dirangsang secara bersamaan.

5
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 87.
6
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 91.
7
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 91.
Otak merespons keterlibatan sosial. Bekerja dengan orang lain dapat menjadi rangsangan
untuk kenikmatan belajar yang lebih besar dan ke tingkat pemikiran yang lebih dalam tentang
topik tersebut. Gagasan tentang otak sosial, meskipun tidak ditulis dalam istilah yang identik, dapat
dilihat sebagai bagian dari gerakan menuju kolaboratif. belajar dan bekerja dalam kelompok, yang
dikembangkan dari karya konstruktivis sosial, termasuk Vygotsky dan Bruner, yang keduanya
menekankan pentingnya dialog dan penggunaan bahasa sebagai media untuk belajar. Belajar
sangat dipengaruhi oleh interaksi dan hubungan sosial.8 Otak pada dasarnya menyukai kegiatan
yang dilakukan secara kelompok. Maka strategi pembelajaran guru kepada siswaa yang tepat
adalah dengan Cooperative Learning. Dalam pembelajaran banyak sekali kegiatan yang bisa
dilakukan dalam kelompok, kegiatan kelompok ini juga bermanfaat meningkatkan rasa percaya
diri siswa.
Manusia berusaha keras untuk memahami apa yang mereka alami, dan ini mungkin dapat
digambarkan sebagai otak manusia yang berfungsi secara efektif. Manusia secara naluriah ingin
mengetahui bahwa belajar memiliki tujuan dan nilai.9 maka memahami tujuan pembelajaran dari
tema yang akan dipelajari adalah penting. Guru memberikan penjelasan tentang kegunaan
mempelajari materi ini, yaitu agar siswa mampu bercerita tentang materi yang ditentukan. Dengan
memberikan pemahaman pada siswa, serta mengaitkannya dengan kehidupan nyata siswa, berarti
guru telah memberikan motivasi dan menunjukkan keterpakaian dari materi baru yang akan
dipelajari.10
Otak tampaknya memiliki kemampuan untuk menahan 'pemaksaan ketidakberartian'.
Dengan 'ketidakberartian', Caine dan Caine (1997) berarti potongan informasi yang terisolasi yang
tidak terkait dengan apa yang masuk akal bagi pelajar tertentu. Mereka melanjutkan dengan
mengatakan bahwa pendidikan yang efektif harus memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menghasilkan pola pemahaman mereka sendiri.11 guru harus dapat menciptakan situasi
belajar yang menyenangkan dan menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi untuk
menjaga mood siswa dan agar pembelajaran tidak membosankan.
Kecerdasan emosional' pertama kali dijelaskan oleh Mayer dan Salovey (1990), dan
selanjutnya dikembangkan oleh Goleman (1998). Goleman menggambarkan kecerdasan
emosional sebagai: 'kapasitas untuk mengenali perasaan kita sendiri dan orang lain, untuk
memotivasi diri kita sendiri, dan untuk mengelola emosi dengan baik dalam diri kita dan dalam
hubungan kita. Kecerdasan emosional menggambarkan kemampuan yang berbeda dari, tetapi
bekerja berdampingan, apa yang disebut “kecerdasan akademis”.12 Pada saat berfikir, semua
bagian otak, baik hemisfer kiri maupun hemisfer kanan bekerjasama secara sinergis. Karena itulah,
pembelajaran harus menggunakan pendekatan lintas disiplin untuk mengaktifkan kedua belahan
otak tersebut. Misalnya, guru menggunakan media nyanyian agar siswa mudah dan cepat hafal
materi baru yang dipelajarinya.
Penelitian otak kiri / kanan hanyalah permulaan untuk memahami cara otak membagi tugas
belajar antara verbal dan visual, analitis dan global, logis dan kreatif. Guru yang berhasil

8
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 92.
9
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 92.
10
Yulia Pratitis Yusuf, "Strategi Brain Based Learning Dalam Pengajaran Bahasa Jepang Di MAN
Mojokerto", journal.unesa.ac.id PARAMASASTRA Vol. 4 No. 1 - Maret 2017, hlm 108
11
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 93.
12
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 93.
melibatkan peserta didik dalam tugas yang membutuhkan kedua sisi otak untuk terlibat. Cara
belajar Ini mungkin menggunakan seni dalam pelajaran matematika atau musik untuk membantu
pemahaman prinsip ilmiah. Beberapa ruang kelas, pendekatan lintas disiplin diambil, yang
mencoba merangkul berbagai aspek struktur dan fungsi otak. Kadang-kadang, menurut iklim
politik, gagasan tentang pendekatan pembelajaran terpadu ini dipromosikan atau tidak disarankan.
Hal ini antara lain dapat dilihat sebagai upaya untuk mengenali dan bekerja dengan interaksi kedua
belahan kiri dan kanan.13
Otak menerima informasi secara langsung, tetapi juga mampu memberikan perhatian pada
apa yang disebut 'pikiran pinggiran' (Ruggiero 2000). Pikiran pinggiran ini, yang disebut sebagai
sinyal tepi oleh Caine dan Caine (1997), bisa sangat bermanfaat. kuat dan bahkan dapat
mengaburkan apa yang seharusnya menjadi fokus utama pengajaran.14 Sistem kerja otak dalam
belajar adalah otak siswa tidak hanya memperhatikan materi utama yang tengah diajarkan, tetapi
siswa juga memperhatikan hal-hal kecil lain yang kadang tidak diperhatikan oleh guru. Misalnya
guru memberikan contoh kalimat, intonasi, aksen, mimic, dan gesture guru pada saat bicarapun
tidak luput dari perhatian siswa. Siswa menganggap hal-hal tersebut juga harus ditiru persis, sama
dengan yang dilakukan gurunya. Maka guru harus berhati-hatil pada saat memberikan contoh pada
murid-muridnya.15
Pada tingkat permukaan, cukup mudah untuk menilai fakta apa yang mungkin telah
dipelajari atau informasi baru apa yang disimpan. Jauh lebih sulit untuk menilai kedalaman
pemahaman yang mungkin telah berkembang selama penyelesaian tugas pembelajaran. Ada
banyak sekali proses tak sadar yang terjadi di otak kita, tidak hanya pada saat pembelajaran, tetapi
hampir sepanjang waktu. dan terlebih lagi bila ada usaha yang dilakukan secara sadar dan aktivitas
mental yang disadari sedang dilakukan. Penciptaan hubungan antara ide dan pertumbuhan
pemahaman konseptual membutuhkan waktu. Seringkali waktu untuk refleksi diperlukan agar ide
dapat 'meresap'. Waktu refleksi ini adalah saat dimana ide dapat ditinjau kembali dan
dipertimbangkan kembali.16
Memori spasial / otobiografi jauh lebih terkait dengan hubungan dan asosiasi antara
peristiwa, terutama ketika pengalaman pribadi terlibat. Dalam jenis pembelajaran ini, recall bisa
terjadi secara instan dan lebih bergantung pada logika link yang terbentuk pada saat event
bersangkutan.17 Guru bisa menggunakan system hafalan. Ada sebagian dari kita yang menganggap
pembelajaran dengan sistem hafalan adalah jelek tetapi itu tidak seluruhnya benar. Agar
pembelajaran menjadi bermakna, dan siswa tidak merasa “tersiksa” saat menghafal, guru bisa
menggunakan media kartu gambar untuk kosakata yang akan dihafalkan siswa. Mengajarkan
kosakata baru dengan menggunakan media gambar akan mempermudah koordinasi antara mata,
fikiran dan ingatan siswa. Kemudian, bila siswa sudah bisa mengingat atau menghafal dengan baik
kosakata baru yang dipelajarinya, guru jangan lupa untuk memberikan reward berupa pujian untuk
memotivasi dan meningkatkan rasa percaya diri siswa.

13
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 93.
14
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 93.
15
Yulia Pratitis Yusuf, "Strategi Brain Based Learning Dalam Pengajaran Bahasa Jepang Di MAN
Mojokerto", journal.unesa.ac.id PARAMASASTRA Vol. 4 No. 1 - Maret 2017, hlm 108.
16
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 94.
17
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 94.
Diperkirakan bahwa struktur otak diperbaiki pada awal proses perkembangan dan
pertumbuhan jalur fisik baru bukanlah kemungkinan yang nyata. Mereka menggambarkan
kemampuan untuk menumbuhkan jaringan jalur saraf dan koneksi yang luas ini sebagai kembang
api dendritik. Ini mengacu pada terhadap gagasan bahwa dendrit cabang saraf fisik, tetapi
mikroskopis, di otak yang mengontrol pergerakan impuls saraf listrik - memiliki kemampuan
untuk tumbuh Mempelajari sesuatu yang baru sebenarnya membuat otak dan kemampuan berfikir
kita tumbuh, hal inilah yang harus diperhatikan oleh guru dengan selalu menggunakan strategi
pembelajaran yang berbeda saat mengajar. Jangan menggunakan metode yang sama terus, karena
siswa akan bosan, otaknya tidak berkembang dan mematikan daya kreasi mereka.
Gagasan 'ancaman' memiliki kaitan dengan keadaan emosional pelajar. Sudah cukup
diketahui bahwa ketika dalam keadaan stres, yang mungkin disebabkan oleh ancaman yang
dirasakan dari satu jenis atau lainnya, kita gagal berfungsi secara efektif. Gagasan melawan atau
melarikan diri mulai bermain dan sangat tidak mungkin seorang anak akan mampu untuk bekerja
bahkan pada tingkat kesulitan yang paling sederhana dalam situasi di mana mereka mengalami
stres negatif apa pun.18 Belajar dapat ditingkatkan dengan memberikan tantangan, tetapi belajar
juga bisa menjadi stagnan atau tidak berkembang bila siswa merasa mendapat ancaman. Guru
bahasa harus tahu level kemampuan siswanya. Jangan sampai memberikan materi yang terlalu
mudah, hal ini bisa membuat siswa malas belajar, karena merasa sudah bisa.Tetapi sebaiknya
memberikan materi atau tugas yang sedikit lebih diatas kemampuan mereka, agar mereka
tertantang. proses belajar mengajar guru juga tidak boleh meremehkan atau menghina siswa,
karena siswa akan menjadi rendah diri dan tidak berani mencoba karena takut salah.
Kita telah melihat sebelumnya bahwa individu berbeda satu sama lain dalam beberapa hal.
Hal ini dapat, sebagian, dijelaskan oleh pengalaman berbeda yang kita miliki, tetapi sebagian juga
terkait dengan struktur dan susunan otak individu. Kami juga telah melihat bahwa dalam situasi
pembelajaran yang hampir identik, pola koneksi yang berbeda dapat dibuat oleh individu yang
berbeda dan berbeda, tetapi serupa, template akan dibentuk. Sekali lagi ini terkait langsung dengan
pembentukan skema dan fakta bahwa pembelajaran baru bergantung pada apa yang ada. sudah
diketahui.19 Masing-masing siswa kita adalah pribadi yang unik, tidak sama antara satu dengan
yang lainnya. Karena itulah guru harus bisa membuat pembelajaran klasikal yang juga
memperhatikan kebutuhan personal masing-masing individu. Tidak ada istilah siswa bodoh bila
guru bisa menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk siswanya.

18
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 95.
19
Alan Pritchard, Ways Of Learning, (London and New York: Routledge, 2009), hlm 96.
DAFTAR PUSTAKA

Alan Pritchard. 2009. Ways Of Learning. London and New York: Routledge.
Nurasiah. 2016. “Urgensi Neuroscience dalam Pendidikan (Sebagai Langkah Inovasi
Pembelajaran)” Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam,Volume 7: 229-250, P. ISSN:
20869118 E-ISSN: 2528-2476.
Yulia Pratitis Yusuf. 2017. "Strategi Brain Based Learning Dalam Pengajaran Bahasa Jepang Di
MAN Mojokerto", journal.unesa.ac.id PARAMASASTRA, 4 (1): 98-118, p-ISSN 2355-
4126 e-ISSN 2527-8754.

Anda mungkin juga menyukai