Dosen:
Ridho Asra, M. Farm, Apt.
Penggunaan prinsip dan cara-cara farmasi dan
Radiopharmacy radiokimia untuk membuat obat yang
mengandung atom radioaktif (radiofarmaka)
bagi keperluan diagnosa dan penyembuhan
Nuclear Pharmacy (terapi) penyakit yang diidap oleh pasien.
Radiofarmaka (radiopharmaceuticals):
Senyawa kimia atau obat, yang salah satu atom penyusun strukturnya
adalah nuklida radioaktif, untuk keperluan diagnosa atau penyembuhan
(terapi) suatu penyakit dan dapat diberikan ke pasien secara oral,
parenteral, dan inhalasi
Kedokteran Nuclear (nuclear medicine):
Bidang keahlian (specialist) kedokteran yang berhubungan dengan
penggunaan bahan radioaktif (radiofarmaka) untuk tujuan
diagnosa dan terapi suatu penyakit.
• Radiofarmaka diformulasikan dalam berbagai wujud
kimia dan fisika untuk mengarahkan (targeted)
keradioaktifan ke bagian-bagian tertentu dari tubuh
Unsur kimia yang radionuklidanya untuk diagnosa dan
terapi
C N O F
P
Sc Cu Ga
Rb Sr Y Tc Rh Pd In I
Re Au Tl Pb Bi At
Sm Dy Ho Yb Lu
Imaging
Anatomy Biochemical
Systemic Targeted
Therapy
Imaging Modalities
Anatomy Physiology Metabolism Molecular
CT
US MRI MRS
fMRI
Nuclear SPECT/PET
Optical Imaging
Nanosensor
Nuclear Medical Imaging System
Computer System
PET,SPECT (analysis of information of
(External Detecting radiactivity distribution)
system of Radiation)
Image of
radioactivity
Radiopharmaceutical distribution
(Biological active (Emitted Radiation:
molecule labeled with penetrate the body)
a gamma-emitting Radionuclide emits radiation
radioisotopes*)
Distribute to
target tissues
* 15O、 18F 、
11C 13N
、 、 PET,SPECT
、
99mTc 111In
、
67Ga
、123I
Non-invasive vizualization
of biochemical and
physiological functions in
vivo.
Prosedur imaging memberikan informasi diagnosa atas
dasar pola distribusi keradioaktifan di dalam tubuh.
Kajian dinamik memberikan informasi fungsional
melalui pengukuran laju akumulasi dan laju keluarnya
radiofarmaka oleh organ.
Kajian statik memberikan informasi morfologi
berkenaan dengan ukuran, bentuk, dan letak organ atau
adanya lesi yang menempati ruang, dan dalam beberapa
kasus mengenai fungsi relatif. Pola distribusi
radiofarmaka dalam suatu organ bervariasi dan
tergantung organ yang diamati dan ada atau tidak
adanya penyakit
Tiga jenis pengamatan melalui imaging (pencitraan):
Rejection
Normal
Rotation
SPECT
SPECT/PET
PET
PET/CT
Planar Image
ventral
ventral
With X-ray CT, no radiological change was found in medium injected right tibia. In
contrast, bone destruction was found in MRMT-1 cell injected left tibia 21 days
after inoculation. With SPECT study, 186Re-MAG3-HBP accumulated in the left tibia
around the inoculated site of tumor cells.
Telaah Fungsi In Vivo
Mengukur fungsi suatu organ atau system didasarkan
atas absorpsi, pengenceran (dilution), pemekatan, atau
ekskresi keradioaktifan setelah pemberian radiofarmaka.
Inti atom:
Berat proton = 1.6724 x 10-27 kg
proton nukleon 1.00727 amu
neutron
Berat neutron = 1.6747 x 10-27 kg
1.00866 amu
Jumlah elektron atom netral = jumlah proton yang berada di dalam inti atom
tsb.
Z = nomor atom =Z+N
= jumlah proton di dalam
inti atom
A = nomor massa
= jumlah nukleon di dalam
inti atom
Misal: inti alumunium
stabil memiliki jumlah
proton 13 (Z) dan jumlah
neutron 14 (N), maka
nomor massa (A)
alumunium adalah 27 dan
nomor atomnya (Z) adalah
13
Terminologi
Nuklida adalah sebutan umum untuk setiap inti atom, baik inti yg stabil
maupun tidak stabil atau radioaktif, yang dicirikan dengan nomor atom (Z)
dan nomor massa (A) tertentu: AX
Z
52
Misal: Mn
25
Bila nuklidanya tidak stabil atau radioaktif maka sering disebut sebagai
radionuklida.
Nuklida-nuklida yang memiliki nomor atom atau jumlah proton yang sama
disebut isotop dan nuklida-nuklida tersebut memiliki sifat kimia yang sama
karena memiliki jumlah elektron yang sama. Isotop yang tidak stabil atau
radioaktif disebut radioisotop.
Misalnya:15 O 168 , 178O dan 188 O
8 , O
Terminologi
Nuklida-nuklida yang memiliki jumlah neutron yang sama tetapi memiiki
nomor atom yang berbeda disebut isoton.
Misalnya: 59 Ni Cu
26 Fe
64
60 61 dan masing-masing memiliki 33 neutron
27 Co 28
, , 29
Nuklida-nuklida dengan jumlah nukleon yang sama atau dengan nomor massa
(A) yang sama, tetapi jumlah proton dan neutron berbeda atau nomor atom
berbeda disebut isobar.
Misalnya:67 67
dan
Cu Ge masing-masing memiliki
67 67
, Zn ,
29 Ga
30 31 32
nomor massa yang sama 67
Nuklida-nuklida yang memiliki jumlah proton dan neutron yang sama tetapi
memiiki tingkat energi dan spin yang berbeda disebut isomer.
Misalnya:99mTc dan 99 T merupakan isomer dari nuklida yang sama
43 43
Model Inti
Model tetesan cairan:
N
Salah satu indeks pendekatan utk kestabilan
nuklida Z
= 1 untuk nuklida stabil dengan nomor atom rendah,
misalnya 126 , 168 dan 147N
C
O
Diatas Z=20, nilai N/Z akan semakin tinggi dengan semakin
naiknya nomor atom dari inti atom. Misalnya N/Z = 1.40 127
untuk
I
Pb 53
dan 1.54 untuk 208
82
100
90
80
70
60
Z 50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
N
Bila suatu inti memiliki nilai N/Z berbeda dengan nilai N/Z inti stabil,
maka inti atom tersebut merupakan inti yang tidak stabil dan
selanjutnya inti akan mengalami peluruhan (decay) dengan
memancarkan partikel atau melalui tangkapan elektron
Kestabilan Inti
Massa inti (M) selalu lebih kecil dari pada massa gabungan
nukleon (A) yang berada di dalam inti tersebut
Defek massa = M - A
Defek massa digunakan sebagai energi untuk mengikat semua
nukleon yang ada di dalam inti, dan energi ini disebut energi ikat
atau binding energy
n p + +
Antineutrino merupakan partikel tanpa massa dan muatan; keberadaannya
merupakan persyaratan yang diperlukan untuk kekekalan energi
Contoh: 131
53 I
131
54Xe
+ +
59 59
26 Fe Co + +
99 27
Mo 99m + +
42 43 Tc
Bremsstrahlung sinar-x yang terjadi akibat interaksi antara
partikel dengan medium sekitarnya. Kebolehjadian terbentuknya
bremsstrahlung makin tinggi dengan semakin tinggi energi partikel
dan Z medium
Skema Peluruhan 131I
131
53 I (8 hari)
1,6%
6,9% 723 keV
90,4% 637
364
80
131
54 Xe (stabil)
Peluruhan atau positron
Terjadi bila inti miskin neutron atau kaya proton
Setelah pemancaran partikel , nuklida anak memiliki Z < satu satuan
dari pada Z nuklida induk. Pemancaran partikel disertai pemancaran
neutrino ()
Pada akhir lintasannya, positron bergabung dengan elektron dan terjadi anihilasi
yang disusul dengan muncul dua foton, masing-masing dengan energi 511 keV,
dalam arah berlawanan. Foton tersebut dinyatakan sebagai radiasi anihilasi.
511 keV
511 keV
e+e-
Pemancaran positron terjadi apabila perbedaan energi nuklida induk dan
nuklida anak > 1,02 MeV
Peluruhan atau positron
Dalam peluruhan , proton berubah menjadi neutron yang disertai
dengan pemancaran partikel dan neutrino
p n +
Contoh: 18
9F
18
8O
+ +
64
Cu
64
28 Ni
+ +
29 52
+ +
52 Mn
26 Fe 25
Tangkapan elektron (EC)
Alternative dari peluruhan
sinar-
99
Tc (2,12 x 105 tahun)
43
Proses konversi internal
Elektron konversi memiliki energi:
sinar-x Ec= E- EB
e- Elektron konversi E dan EB masing-masing
adalah energi sinar- dan
energi ikat elektron yang
sinar- terlempar
Peluruhan radionuklida merupakan proses acak (random) artinya kita tidak dapat
menyatakan atom yang mana dari sekelompok atom yang akan meluruh pada waktu
yang spesifik, tetapi kita hanya bisa menyatakan jumlah rata-rata radionuklida yang akan
mengalami disintegrasi selama perioda waktu tertentu.
Jumlah disintegrasi per satuan waktu, -dN/dt, suatu radionuklida pada setiap saat adalah
sebanding dengan jumlah total radionuklida yang berada pada saat tersebut.
dN N
dt
Persamaan peluruhan keradioaktifan
dN
N
dt (1)
N adalah jumlah radionuklida dan adalah tetapan peluruhan yang
didefenisikan sebagai kebolehjadian disintegrasi per satuan waktu untuk
suatu radionuklida tunggal
dN
N dt
ln N t tetapan integrasi (2)
N jumlah inti pada waktu t dan bila t = 0 maka jumlah inti N0, sehingga
ln
N0 tetap integr
an asi
Persamaan peluruhan keradioaktifan
Persamaan (2) disusun kembali:
ln N ln N 0
t
N
ln t
N0
N t
e
N0
N N 0e (3)
t
Dalam proses peluruhan jumlah N inti akan berkurang secara eksponensial
dengan semakin lamanya waktu
Waktu yang diperlukan agar N berubah setengahnya dinyatakan sebagai
waktu paruh, t1/2
N 0.693
1 e t 1/ t1 / 2 (
N0
2
2
4
(ln 2) )
Persamaan peluruhan keradioaktifan
Besaran lain yang berkaitan dengan radionuklida adalah umur rata-rata (mean
life), , yang dinyatakan dengan persamaan berikut:
1 t1 / 2
0.693 1.44 1/2 (5)
t
Keradioaktifan (radioactivity) suatu radionuklida atau secara sederhana
dinyatakan sebagai keaktifan atau aktifitas (activity) merupakan besaran yang
sebanding dengan N, maka:
dN
A N
dt (6)
At
0
t1/2
Ae
A0
A0/2
A0/4
1 2 3 4 5 6
Time (halve-lives)
Hubungan aktivitas terhadap
waktu
100
50
20
10
1 2 3 4 6 7
Time (half-lives)
Hubungan log Aktivitas terhadap waktu
Satuan radioaktifitas
Satuan radioaktifitas pada mulanya didasarkan atas laju peluruhan 1 g
radium dan dinyatakan dalam curie (Ci).
Sekarang besaran atau kuantitas setiap nuklida radioaktif dinyatakan dalam
jumlah disintegrasi per detik (dps atau dis s-1)
Keaktifan jenis (specific activity) adalah besaran keaktifan radionuklida yang dinyatakan
sebagai besarnya keradioaktifan per satuan massa .
Misalnya Ci/g, mCi/g, Bq/g, kBq/mol, dst.
rad adalah ukuran kuantitatif absorbsi energi radiasi biasanya disebut dosis
Paparan radiasi (radiation exposure) dinyatakan dalam roentgen ( R ), yaitu besarnya radiasi
sinar-x atau yang menimbulkan pasangan ion per gram udara.
1R terjadinya 1.61 x 1012 pasangan ion akibat serapan energi 84 erg per gram udara
Contoh perhitungan:
Hitung jumlah total atom dan massa total 131I yang berada di
dalam 5 mCi 131I dengan waktu paruh t1/2 = 8 hari
untuk 0.693
131I 1.0 x-6 10 s
-1
8 x 24 x 60 x 60 s
A 5 x 3.7 x 10 dps
7
A W
N BA N Avogadro
A x 10 8 dps
1.85 14
N
1x 1.85 x 10 atom
-
10 -1s
6
0.1155
A
Bila B > A,, dengan kata lain (t1/2)B < (t1/2)A, maka dapat diabaikan dibandingkan
B
e
dengan At dan bila t cukup besar, maka aktivitas radionuklida B:
e
A
t
B A N 0 (e A
t
) t
BA A
(9) hubungan ini disebut
B A
B A B A kesetimbangan transient
Persamaan umum peluruhan
Kesetimbangan transient berlaku apabila (t1/2)A dan (t1/2)B berbeda dengan
faktor 10-50. Misalnya 99Mo (t1/2 = 67 jam) meluruh menjadi 99mTc (t1/2 = 6
jam).
Contoh soal: Yttrium-87 (t1/2 = 80 jam) meluruh menjadi 87mSr (t1/2 = 2.53
jam). Aktivitas cuplikan murni 87Y dikalibrasi pada tengah hari di hari
Rabu dan diperoleh aktivitas sebesar 300 mCi. Hitung aktivitas 87mSr pada
jam 6 sore di hari Rabu dan hitung juga aktivitas 87mSr pada jam 6 sore di
hari Kamis.
jam = 0.0087 jam-1; jam = 0.2449 jam-1
B 0.2449
1.0368 0 300 mCi
A
A
B A 0.2449 0.0087 0.9491
et
A
e
0.0087
(jam -1 ) x 6 jam
t= 6 jam dari tengah hari s/d
jam 6 sore
e
(jam -1 ) x 6 jam
0.2301
e
Bt
0.2449
Contoh soal:
Aktivitas 87mSr pada jam 6 sore di hari Rabu adalah:
t
A B 1.3068 x 300 (mCi) x (0.9491 - 0.2301) 223.6 mCi
Aktivitas 87mSr pada jam 6 sore di hari Kamis adalah:
t = 30 jam
t
A A 300 (mCi) x e 0.0087 ( jam -1
) x 30 (jam) 231.1 mCi
Persamaan (10) berlaku apabila perbedaan waktu paruh radionuklida induk dan
waktu paruh radionuklida lebih besar dari faktor 100
Dalam reaksi inti, bisanya inti yang lebih berat sebagai reaktant dalam
keadaan diam dan reaktan lain dalam bentuk inti lebih ringan atau partikel
digerakan untuk menumbuk inti yang berat. Inti yang diam disebut target
atau sasaran dan partikel yang bergerak disebut partikel penembak atau
partikel datang. Notasi yang digunakan dalam reaksi inti analog dengan
notasi yang digunakan dalam reaksi kimia biasa.
14 17 1
4
N + O + 1
H
8
7 He
target 2
partikel penembak
14 17 1
4
N + O + 1
H
8
7 He 2
target
partikel penembak
9n
8p
2n 7n 9n
2p 7p 9p
Reaksi Inti
14
Notasi secara ringkas: ( p) 17
O
N
1
4 proton, H
2 1
27 He 30 1
Al 4
2 P + 0n
15
He
+
13
A ( n)
27 30
P
139 12
57 La + 6 l 147 1n
63 Eu + 4 0
C
139 12
La ( C, 147
Eu
4n)
Produksi Radionuklida
Hampir semua radionuklida yang disiapkan sebagai radiofarmaka
untuk keperluan kedokteran nuklir merupakan radionuklida buatan
atau radionuklida sintetis.
W k
A N
Avg
(1
tirr
w
e )
(11)
dimana adalah fluks neutron, n s-1cm-22
Produksi Radionuklida dengan reaktor
N = jumlah atom target atau sasaran
= tampang lintang (cross-section) pembentukkan radionuklida
dinyatakan dalam satuan barn; 1 barn = 10-24 cm2
= tetapan peluruhan dinyatakan dengan 0.693/t1/2 (detik-1 atau jam-1)
tirr = lamanya iradiasi (detik atau jam)
W = berat bahan yang diiradiasi (gram)
Aw = berat atom unsur yang diiradiasi
k = kelimpahan nuklida target
NAvg = bilangan Avogadro = 6.02 x 1023
Deflector
Target
Particle Beam
Siklotron (Cyclotron) Vacuum
Sumber ion
Dee 1 Dee 2
Magnet 2
Deflector
Target
~
Oscillator
Tampak Samping Tampak
Atas
Cyclotron
Cyclotron
Produksi Radionuklida dengan siklotron
Prinsip produksi:
berkas partikel bermuatan, hasil dari percepatan ion yang mengitari lingkaran
yang semakin melebar melalui penggunaan medan magnetik untuk
mengenda- likannya dan arus listrik untuk mempercepatnya, ditumbukkan ke
inti target.
Inti produk dan target dipisahkan dengan berbagai tehnik pemisahan kimia. .
At IN (1 e t ) irr
W Avg
I N (1 tirr
A w k e )
(12)
I adalah intensitas partikel penembak (jumlah partikel/cm2 detik). I sering
dinyatakan dalam bentuk arus berkas partikel (A).
Glove-Box untuk dispensing radiofarmaka
Glove-Box untuk dispensing radiofarmaka
Glove-Box untuk dispensing radiofarmaka
Glove-Box untuk dispensing radiofarmaka
Contoh soal:
Untuk menyiapkan radionuklida 24Na yang memiliki waktu paruh 15 jam,
maka sebanyak 5 gram Na2CO3 ditimbang dan dimasukkan kedalam ampul
kwarsa, kemudian dimasukkan kedalam reaktor untuk diiradiasi dengan
neutron yang mempunyai fluks 10-12 cm-2 det-1. Kelimpahan 23Na dialam
adalah 100%. Berapa radioaktivitas 24Na yang diperoleh bila target
Na2CO3 yang berada dalam ampul kwarsa tersebut diiradiasi selama 60 jam.
-2
10 (n cm
12 -1 5.68 x 10 (atom)
)
det 22
x 0.53
0.693 x 60 (jam)
- (cm ) x (1
2
15 (jam) )
x 10 e
24
10
2.8 x 10 10 dps
2.8 x 10 dps 7.57 Ci
10
3.7 x 10 dps/Ci
Hitung keradioaktifan 111In yang dihasilkan dari irradiasi 1 gram 111Cd
dengan menggunakan berkas proton yang memiliki arus 1 mikroampere
(A) di dalam suatu siklotron selama 10 jam. Diketahui 111In memiliki
waktu paruh 2.8 hari dan penampang lintang reaksi 111Cd (p, n)111In
adalah 1 barn.
Jawab: 1 ampere (A) = 1 coulomb (c)/detik; 1 proton akan
membawa muatan 1.6 x 10-19 C. Karena itu jumlah proton di dalam 1
A adalah (1 x 10-6)/(1.6 x 10-19), sehingga:
1
x 10
-6
I 6.25 x 10 proton/(cm det)
1.6 x 10
-19
1 5.42 x 10
N 111 x 6.02 x 10 atom 111
Cd
23 21
0.693
2.86 x-6 10 det
-1
untuk 111
In
2.8 x 24 x 60 x 60
t 10 x 60 x 60 3.60 x 10 det.
4 12 2
3.32 x 10 9 dps
3.70 x 10
7
89 . mCi
dps/mCi 7
Generator Radionuklida
Suatu sistem yang mengandung campuran radionuklida induk dan radionuklida
anak yang berada dalam kesetimbangan dan dirancang untuk menghasilkan
radionuklida anak yang terpisah dari radionuklida induknya.
Tujuan utama:
pengadaan suatu radionuklida tertentu, umumnya radionuklida berumur
pendek, di tempat pemakai karena terbatasnya waktu pengiriman dari
produsen ke pemakai.
Karena itu waktu paruh radionuklida induk yang berada di dalam generator
harus cukup lama dibandingkan dengan waktu yang diperlukan untuk
pengiriman generator tersebut ke tempat pemakai.
Saline solution Evacuated vial
Glass column Eluted daughter activity
Tc- 99m
Mo-99
Alumina
Pb shielding
Generator
System
Hot-Cell untuk Produksi Generator
Hot-Cell untuk Produksi Generator
Proses Produksi Generator
Proses Produksi Generator Automatic
Generator 99Mo/99mTc
Sistem Generator yang ideal
1. Radionuklida anak yang dihasilkan generator harus steril dan bebas
pyrogen karena akan digunakan untuk keperluan klinis
2. Sifat kimia radionuklida anak harus berbeda dengan sifat kimia
radionuklida induk agar pemisahan dapat dilakukan. Umumnya pemisahan
dilakukan secara kromatografi.
3. Generator harus dapat dielusi dengan larutan salin 0.9% dan harus tidak
terjadi reaksi kimia. Intervensi manusia harus seminimal mungkin
untuk meminimalkan dosis radiasi terhadap operator.
4. Radionuklida anak harus merupakan nuklida pemancar gamma
berumur pendek dalam orde waktu paruh jam, hari.
5. Waktu paruh radionuklida induk harus cukup pendek sehingga
pertumbuhan kembali radionuklida anak setelah elusi cukup cepat, tetapi
cukup panjang untuk penggunaan praktis.
6. Kimia radionuklida anak harus cocok untuk preparasi yang
menggunakan berbagai senyawa, khususnya senyawa-senyawa
dalam bentuk kit.
7. Radionuklida anak harus meluruh menjadi nuklida stabil atau
radionuklida berumur sangat panjang, sehingga dosis tambahan
yang diterima pasiendianggap tidak ada.
8. Generator memiliki perisai yang efektif, murah sehingga
bisa meminimalkan dosis radiasi terhadap pemakai.
9. Generator mudah diisi kembali.
Prinsip Kerja Generator 99Mo/99mTc
1. Larutan natrium [99Mo] molibdate dimasukkan kedalam kolom yang mengandung
alumina (Al2O3) yang berfungsi menahan molibdat melalui proses adsorpsi, karena
afinitas molibdat sangat tinggi.
2. Larutan salin (NaCl) 0.9% dilewatkan kedalam kolom dan natrium
[99mTc]pertehnetat akan terelusi, karena afinitas pertehnetat terhadap alumina
sangat rendah.
3. Larutan pertehnetat ditampung dalam suatu vial vakuum dan steril. Larutan
pertehnetat tersebut disebut eluat. Vial yang telah berisi larutan pertehnetat
ditentukan keradioaktifannya sebelum digunakan lebih lanjut.
4. Pengelusian dan penampungan secara kuantitatif pertehnetat erat kaitannya dengan
afinitasnya yang sangat rendah terhadap alumina, sementara molibdat memiliki
afinitas yang sangat tinggi terhadap alumina.
5. Volum elusi harus dikontrol hati-hati dalam setiap hari elusi agar konsentrasi
keradioaktifan tidak bervariasi terlalu jauh.
235U(n, f)99Mo + radionuklida hasil fisi lainnya
Pemisahan radiokimia
99MoO 2- pH 99 6- pH 4.5 99
4
6.0 Mo7O 24 Mo8O 284-
0.9% NaCl 99
Mo pada pH 5 dimasukan ke dalam kolom alumina bermuatan
Na
Al2O3 TcO
86%
99Mo (Sodi
um99Mo
Perte
chnet 14%
ate)
99mTc
100%
99Tc
Kesetimbangan Transient Generator 99Mo/99mTc
99Mo
99mTc 99Tc
t - t - t
0 - t
1 - )+
0
A 99mTc A (e 2 e 2
= 99
Mo e A
99mTc
Kesetimbangan transient terjadi pada saat aktivitas 99mTc melampaui aktivitas 99Mo, kira-kira
dalam orde 48 sampai 72 jam sejak pertumbuhannya, dan pada saat tersebut nilai eksponesial
e-2t sangat kecil sehingga dapat diabaikan dan persamaan dapat dinyatakan dalam bentuk
berikut:
t
0 - t
A 99mTc = A 99Mo e 1
Pengukuran keradioaktifan larutan eluate Generator 99mTc
dengan menggunakan Dose Calibrator
10 mL
Aliquot method
1 mL Syringe = 53 mCi
- Sisa tertinggal dalam = -3 mCi
needle = 50 mCi
1 mL Eluate
Aktivitas Total 50 mCi/mL x 10 mL = 500 mL
Contoh Soal
Suatu generator 99mTc diproduksi pada hari Jum`at dan dikalibrasi pada jam
8.00 pm terhadap 99Mo dengan aktivitas 2.5 Ci (92500 MBq). Hitung
aktivitas teoritis 99mTc di dalam generator pada hari Senin berikutnya pada
jam 8.00 am, jika tidak dilakukan elusi di hari-hari sebelumnya.
(99Mo) = 0.693
= 0.0105 hr-1
65.95 hr
0.693
(99mTc) = = 0.1153 hr-1
6.01 hr
2
3
5
n
U
144Ba
90Kr
236U
n
Radionuklida Hasil Fisi
235 1
92 U 0 n 236
U 131
I 102
1
92 52
Y 3 0n
39
99 135 n
43 Mo 50 Sn 2 1
0
117 117 1
46Pd 46 Pd 2 n 0
137 97
55 Cs 37
1
Rb 2 0 n
15562 Sm 78
30
Zn 3 1n
15662 Sm 77 0
30
3 1
Zn 0 n
Hot Cell untuk proses produksi radionuklida
Proses produksi radionuklida
Deteksi dan Pengukuran Radiasi
Tipe instrument dan metoda yang digunakan untuk mendeteksi radiasi
dalam radiofarmasi dan kedokteran nuklir bertujuan untuk:
LET = SI x W
SI dan LET berbanding langsung dengan massa dan muatan partikel dan
berbanding terbalik dengan kecepatan partikel.
Jangkauan
partikel
Sinar Delta
Partikel alfa memiliki SI dan LET tinggi (karena massa dan muatan
yang tinggi), dan nilainya semakin meningkat dekat akhir lintasannya
karena partikel mengalami perlambatan sehingga meningkatkan
kebolehjadian interaksiya.
Di dalam jaringan, padatnya ionisasi dari suatu partikel alfa diikuti dengan pelepasan
energi mengakibatkan lebih tingginya kebolehjadian kerusakan biologi dibandingkan
dengan radiasi yang memiliki LET rendah. Ini merupakan alasan utama mengapa pemacar
alfa tidak digunakan untuk aplikasi diagnosa.
Interaksi Radiasi dengan Materi
e- e- e-
Radiasi optik
e-
Sinar-X K
+ +
Sinar Delta
Elektron yang Elektron
K Elektron yang
Tingkat dihamburkan dihamburkan
tereksitasi
Eksitasi Ionisasi Bremsstrahlung
Paket energi diskrit ini disebut kuanta atau foton dan interaksinya dengan
materi sama seperti jika foton tersebut sebagai partikel-partikel kecil.
Tiga proses dari interaksi foton dengan materi:
Efek fotolistrik.
Hamburan Compton.
Produksi pasangan (pair production)
Efek fotolistrik.
• Foton energi rendah (≤ 50
keV) berinteraksi dengan
elektron
E= Fotoelektron kulit-K
h kulit lebih dalam, biasanya kulit
KEk= h - K, diikuti elektron keluar dari
e-
BE k
+ orbitnya.
• Seluruh energi foton dialihkan ke electron yang ditendang keluar.
Energi kinetik elektron yang keluar = energi foton awal dikurangi
energi ikat elektron
• pasangan ion terbentuk disertai terjadi sinar-x karakteristik dan elektron
Auger akibat ionisasi yang di-sertai dengan pengisian elektron kulit
dalam oleh elektron kulit luar.
Semakin rendah energi foton (<< 50 keV), semakin tinggi Z serta kerapatan jaringan, maka akan
semakin tinggi kebolejadian interaksi dengan soft-tissue.
Tulang dengan Z=13.8, kerapatan 1.92 menyerap energi 6 kali lebih banyak dari soft-tissue (Z
rata-rata 7.4, kerapatan = 1).
Radionuklida seperti 125I (30 keV), tidak baik untuk `diagnostic imaging`, karena foton diserap
jaringan cukup tinggi melalui efek fotolistrik.
Hamburan Compton
e- • Foton energi > 50 keV berinteraksi
E = h KEm= h –
h`
dengan elektron kulit lebih luar yang
terikat lemah. Elektron keluar orbit dan
+ E = h` suatu pasangan ion terbentuk.
• Sebagian energi foton dialihkan ke electron yang keluar orbit, tergantung dari
sudut hamburan (). Sisa energi dibawa foton terhambur. Energi kinetik
elektron
= selisih energi foton datang dengan energi foton terhambur
• Interaksi berlanjut oleh foton sekunder atau foton terhambur Compton, sampai
akhirnya energi foton diserap melalui efek fotolistrik.
- - - - - - -
- + -
- -
Detektor radiasi - ++ + - i = arus
berisi gas sederhana - --+ - - Elektron-elektron yang lepas
- + - -- + + - akibat ionisasi molekul gas
- -+ -
rkumpul di anoda pusat, arus
+ de akan dihasilkan sebanding
- - - te dengan jumlah pasangan ion
- kt yang terjadi akibat interaksi
or gas dengan
radiasi.
Elektroda negatip - - - be
Daerah Geiger
Daerah Rekombinasi
Non-proporsional
Arus
Arus jenuh
Tegangan
Pasangan ion bere- Elektron primer ter- Arus naik sebanding Hampir Tegangan cukup tinggi
kombinasi, tidak ada kumpul dgn laju lebih dgn naiknya tegang- seluruh utk terjadinya peristiwa
arus yang terjadi, bila cepat dgn naiknya an akibat ionisasi se- molekul ionisasi awal dalam
tegangan tidak tegangan dan arus plateau. kunder mer yang bergerak
dinaikkan jenuh dicapai sebagai elektron cepat kearah anoda
pri-
gas dalam tabung, terjadi
chamber pasangan
terionisasi ion beruntun dari
semua
molekul yang ada.
Metoda Pengumpulan Ion
Sesuai dengan kurva respon arus/tegangan, maka ada tiga tipe instrumen :
• Kamar ionisasi (ionization chamber)
memiliki tegangan kerja dalam rentang 50 sampai 150 volt (daerah plateau arus jenuh),
untuk mengukur sumber radioaktif intensitas medium sampai tinggi
Misal survey meter “Cutie Pie” dan dose calibrator yang digunakan untuk mengukur
keradioaktifan radiofarmaka dalam rentang mikrocurie sampai curie.
Isotope Corretion
Range
Selector
i→v Voltage
Amp Amp
Activity
Power Display
Supply
++++++
------
- -- -
- Sumber Radiasi
+++ +
Detektor scintilasi kristal padat yang paling umum adalah kristal natrium iodida, NaI(Tl),
yang dibungkus dengan suatu casing logam, sehingga sinar dengan energi yang memadai
mampu menembus casing logam dan selanjutnya berinteraksi dengan kristal. Hal ini tidak
dapat terjadi bila radiasi merupakan radiasi partikel.
Karena itu pencacahan radionuklida pemancar partikel murni, seperti 3H dan 14C, paling
baik dilakukan dengan menggunakan scintilasi cair. Disini cuplikan yang diukur terlebih
dahulu dilarutkan atau disuspensikan dalam suatu “cocktail” scintilasi yang merupakan
campuran pelarut dan senyawa-senyawa scintilator. Semakin intim cuplikan dan “cocktail”
bercampur, semakin efisien deteksi radiasi
Detektor scintilasi kristal padat
Sinar-
Kristal NaI(Tl)
Scaler
Rate Meter
Pulse
Pre- Linear
Height
Amplifier Amplifier
Analyzer
High
Oscilloscope
Voltage
Computer
Detektor scintilasi kristal padat
Kristal NaI(Tl) photocathode photomultiplier tube
scintilasi
Sinar- elektron
Foton cahaya dynodes
• Foton energi tinggi (sinar-) yang berinteraksi dengan kristal akan memindahkan energinya ke molekul
natrium iodida melalui hamburan Compton dan interaksi fotolistrik.
• Energi elektron yang dilepaskan dari proses ionisasi hampir seluruhnya diserap dalam bentuk panas.
Bila kristal dalam bentuk natrium iodida murni, maka proses scintilasi tidak berlangsung dengan
baik.
• Karena itu jika kristal diaktifkan dengan 0.1% thallium, maka beberapa elektron tereksitasi terperang-
kap disekitar atom thallium, dimana pada saat kembali ke keadaan dasar energi dilepaskan dalam
bentuk foton cahaya tampak dengan energi 3 eV dan proses ini disebut scintilasi.
Detektor scintilasi kristal padat
Well Counter
Larutan radiofarmaka di dalam tabung
reaksi
Perisai dari Pb
Detektor scintilasi kristal padat
Sinar- window
Linear Amplifier
ABC ABC AB C
Pulsa B
Pulse Height yang tercacah
Analyzer
LLD ULD
ULD
LLD LLD
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pulsa 2 yg tercacah Pulsa 1 dan 2 yg
Pulsa 3 yg tercacah
tercacah
Spektrum Energi Gamma
Bila suatu radionuklida dicacah dengan pencacah scintilasi, kemudian laju cacahan (count rate)
diplotkan terhadap energi, maka akan diperoleh spektrum gamma.
123I 51Cr
A B A
131I 99mTc
A : ~ 30 keV Xe x-rays B : 80 keV gamma
C : 364 keV gamma A : 140 keV gamma
D : 638 keV gamma
AB C D A
0 Energi (keV) 1024 0 Energi (keV) 1024
Detektor scintilasi cair
14
CH2NH2COOH
S* F1
RF S
F
S F1* F2
e- -
PM Tube e
F1 F2* Foton cahaya e- Cacahan
e-
S = pelarut e- pulsa
e-
F = material yang mengandung fluor
Photocathode Anode
Efisiensi Pencacahan (Counting Efficiency)
Cacahan (counts) per menit yang tercatat suatu instrument dibagi oleh
disintegrasi per menit (dpm) yang terjadi di dalam cuplikan yang sedang
dicacah.
cpm
Efisiensi =
dpm
• Efisiensi diri detektor yang dipenga-
Faktor utama yang ruhi oleh jenis radiasi dan energinya,
mempengaruhi dan ukuran serta komposisi detektor.
efisiensi: • Faktor geometri
Detektor NaI bidang
datar
Detektor sumur
NaI tipe
Efisiensi =
(Source Ci)
(2.26 x 106
dpm/Ci)
(kelimpahan
foton)
Contoh:
1.0 Ci (37 kBq) gas 133Xe yang berada di dalam vial 3 ml dicacah dengan
menggunakan pecacah scintilasi sehingga diperoleh hasil cacahan bersih sebesar 486508
cpm. Diketahui kelimpahan foton gamma energi 81 keV dari 133Xe adalah 36%. Hitung
efisiensi pencacahan dengan meggunakan pencacah scintilasi tersebut.
486508 cpm
Efisiensi = 0.61
= (1.0 Ci) (2.26 x 10 dpm/Ci) (0.36)
6
Jika kita mengetahui efisiensi detektor suatu radionuklida tertentu dalam geometri tertentu,
maka keradioaktifan sumber dapat ditentukan sebagai berikut:
Jenis radiasi berbeda bisa mendepositkan jumlah energi yang sama di dalam jaringan
yang sama, tetapi pola distribusinya bisa berbeda
Kerusakan radiasi akan lebih besar terhadap sel-sel jaringan jika energi radiasi 100 erg yang
diserap terkosentrasi dibagian terkecil dari 1 gram jaringan dari pada jika 100 erg energi
didepositkan secara merata di seluruh 1 gram jaringan.
RBE (Relative Biologic Effectiveness) merupakan ukuran yang digunakan untuk menjelaskan
derajat efek biologis yang dihasilkan oleh jenis radiasi yang berbeda dengan dosis terserap
yang sama.
RBE = dosis radiasi sinar x dan dalam Rad yang diperlukan untuk menghasilkan efek
biologis tertentu dibagi dengan dosis radiasi dalam Rad setiap radiasi pengionisasi
yang diperlukan untuk menghasilkan efek biologis yang sama.
Proteksi dan Risiko Radiasi
RBE tergantung dari besarnya LET radiasi tertentu.
Lebih besar LET makin tinggi efek biologis dari radiasi tertentu yang diserap. Energi yang
diserap dalam jarak yang pendek akan menyebakan lebih banyak “injury” yang diterima
bila dibandingkan dengan energi yang diserap dalam jarak yang jauh.
Beberapa radiasi bisa menghasilkan lebih banyak ionisasi per panjang lintasan yang dilalui.
Radiasi demikian dikatakan memiliki ionisasi spesifik yang tinggi dan karena itu akan
mendepositkan energi yang lebih banyak dalam panjang lintasan yang sama, artinya
radiasi. memiliki LET yang tinggi.
Misalnya, 0.05 rad radiasi di dalam jaringan menghasilkan efek biologis yang sama
seperti yang ditunjukkan oleh 1 rad radiasi sinar-x atau , maka RBE radiasi adalah 20.
Bila 1 rad radiasi menghasilkan efek biologis yang sama dengan 1 rad radiasi sinar-x
atau , maka RBE radiasi adalah 1.
Lain halnya dengan radiasi partikel, paparan eksternalnya terhadap tubuh sedikit memberikan
efek berbahaya, karena partikel dan mudah diserap oleh udara atau oleh beberapa mm
lapisan kulit. Meskipun demikian, beberapa pemancar energi tinggi, seperti 32P (1.7 MeV),
90
Y (2.28 MeV), dan 89Sr (1.46 MeV) dapat memiliki ancaman eksternal karena jangkauannya
(range) di udara maupun jaringan cukup tinggi.
• Jarak
Mempertahankan jarak sepraktis mungkin dari suatu sumber radiasi merupakan suatu metoda
yang efektif untuk mengurangi paparan radiasi berdasarkan `hukum kuadrat terbalik`.
Hukum ini hanya berlaku untuk radiasi- dan radiasi sinar-x, yang menyatakan bahwa jumlah radiasi
dari suatu sumber titik berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber. Secara sederhana, dengan
melipat-gandakan jarak dari suatu sumber radiasi akan mengurang paparan sampai seperempatnya.
Prinsip pengurangan paparan ini hanya terpenuhi jika ukuran fisis sumber relatif kecil bila dibandingkan
dengan ukuran tubuh yang dipapar.
Tetapan sinar- spesifik () suatu radionuklida harus diketahui bila hukum kuadrat terbalik ini
digunakan.
Tetapan ini adalah laju paparan dalam R/jam pada jarak 1 cm dari sumber radionuklida 1 mCi (37 MBq).
Satuan adalah R.cm2/mCi jam. Untuk setiap mCi tertentu N, maka laju dosis pada jarak d dari sumber
dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut: R/jam = N
d2
Proteksi dan Risiko Radiasi
Contoh Soal
Berapa laju dosis dari sumber 131I 100 mCi (3700 MBq) pada jarak 1 cm dan pada jarak 2 feet
(61 cm)? Diketahui tetapan sinar- spesifik () untuk 131I adalah 2.2 R.cm2/mCi.jam
N
R/jam @ 1 cm = (100 mCi)(2.2 R .
= /mCi.jam)
cm 2 = 220 R/jam
d2 (1 cm)2
N
R/jam @ 61 cm = (100 mCi)(2.2 R . cm2/mCi.jam) = 0.059 R/jam
= (61 cm) 2
d2
Berapa lama diperlukan untuk mengakumulasikan dosis paparan 100 mR (0.1 R) dari sumber
131
I 100 mCi (3700 MBq) pada jarak 2 feet?
0.1 R
Waktu mengakumulasikan 0.1 R = = 1.7 jam
0.059 R/jam
Berapa jarak diperlukan untuk memperendah laju dosis sampai 2 mR/jam dari sumber 131I 100
mCi (3700 MBq)?
N
d2
= mR/R
2 mR/jam d ( cm) =√ (100 mCi) (2.2 R . cm2/mCi.jam) x 1000
(
= 332 cm
Proteksi dan Risiko Radiasi
• Perisai
Keefektifan bahan perisai tergantung dari nomor atom, kerapatan, dan
ketebalan bahan perisai. Bahan yang memiliki kerapatan dan nomor atom
yang tinggi artinya memiliki banyak atom (elektron) yang terkemas dalam
volum kecil sehingga menghasilkan `stopping power` yang tinggi.
Karena itu bila energi foton gamma semakin tinggi, maka dibutuhkan perisai
yang semakin tebal untuk menghentikan foton gamma tersebut.
D adalah dosis absorbsi rerata dalam rad terhadap organ target (rk) dari
suatu radionuklida yang terdistribusi merata dalam suatu organ sumber
(rh).
~
h
A adalah aktivitas kumulatif, dalam satuan mikrocurie-jam (Ci-hr), di
daerah sumber (rh); merupakan jumlah atau akumulasi dari semua
transisi inti yang terjadi di dalam organ h selama selang waktu yang
diamati, biasanya diambil tak berhingga bila peluruhan sempurna telah
terjadi.
Proteksi dan Risiko Radiasi
Dosimetri Radiasi
Untuk peluruhan nuklida yang sempurna h ditentukan oleh jumlah aktivitas
A~
dalam organ dan waktu paruh efektifnya sebagai berikut:
~
Ah Ci - hr) A0 (Ci) A0 Ci).1.443Te (hr)
(
e ( ff
~
Nilai Ah dipengaruhi oleh besarnya fraksi keradioaktifan yang diambil oleh organ dari
sekian banyak keradioaktifan yang diberikan. Fraksi yang diambil organ ini ditentukan oleh
faktor fisiologis normal dan setiap gangguan yang disebabkan oleh patologi organ.
Nilai S berkaitan dengan data fisis radionuklida dan massa organ karena dosis akan
dinyatakan dalam rad.
S (rk
rh )
i
i (rk
m k rh ) a alah massa organ dalam gram dari
mk d organ target dan fraksi radiasi
2.13 ni Ei (gram-rad/Ci-hr) yang diabsorbsi dalam organ target
2.13 adalah tetapan konversi satuan, ni dan Ei masing-masing adalah jumlah rerata
partikel atau foton per transformasi inti dan energi rerata radiasi dalam MeV
Proteksi dan Risiko Radiasi
Dosimetri Radiasi
Dosis yang diabsorbsi suatu organ bergantung pada beberapa faktor,
diantaranya, yaitu:
• Jumlah atau besarnya keradioaktifan yang berada di organ
• Jenis dan energi radiasi
• Jumlah energi yang diabsorbsi oleh organ
• Lamanya radiasi berada di dalam organ
• Distribusi radiasi di dalam organ
• Massa organ
Proteksi dan Risiko Radiasi
Dosimetri Radiasi
Contoh soal: Suatu radiofarmaka 99mTc untuk mencitra limpa (spleen) memiliki distribusi
berikut setelah pemberian intravena: 80% spleen, 15% liver, dan 5% total body. Perkirakan
dosis radiasi terhadap spleen dari dosis 1 mCi (37 MBq). Anggap eliminasi biologis sangat
lambat, yang dapat diartikan T1/2 eff = T1/2 p (waktu paruh fisis) = 6 jam. Nilai-nilai S untuk
99m
Tc dapat diketahui dari Tabel MIRD (Medical Internal Radiation Dose). S(spl←spl) = 3.3
x 10-4 rad/Ci-hr; S(spl←liv) = 9.2 x 10-7 rad/Ci-hr; S(spl←tb) = 2.2 x 10-6 rad/Ci-hr
Besarnya keradioaktifan terakumulasi dalam organ sumber (spleen, liver dan total body) adalah:
~
Aspl = (1000 Ci)(0.80)(1.443)(6 hr) = 6926 Ci-hr
Aspl = (1000 Ci)(0.15)(1.443)(6 hr) = 1299 Ci-hr
Aspl = (1000 Ci)(0.05)(1.443)(6 hr) = 433 Ci-hr
~ ~ ~
Dspl = Aspl. S(spl←spl) + Aliv. S(spl←liv) + Atb . S(spl←tb)
= (6926 Ci-hr)(3.3 x 10-4 rad/Ci-hr) + (1299 Ci-hr)(9.2 x 10-7 rad/Ci-hr) +
(433 Ci-hr)(2.2 x 10-6 rad/Ci-hr) = 2.286 rad + 0.001 rad + 0.001 rad
Dspl = 2.288 rad
Proteksi dan Risiko Radiasi
Dosimetri Radiasi
Contoh soal: Perkirakan berapa dosis radiasi terhadap paru-paru dari 99mTc-DTPA aerosol yang
digunakan untuk `lung ventilation imaging`. Anggap uptake sesaat dalam paru-paru adalah 1
mCi (37 MBq) dengan biological removal dari paru-paru kedalam darah 1.5% per menit.
Diketahui dari Tabel MIRD nilai S(lung←lung) = 5.2 x 10-5 rad/Ci-hr
Karena adanya komponen biologic clearance, maka waktu paruh efektif perlu dihitung
pertama kali. Karena itu jika b, p dan eff masing-masing adalah tetapan peluruhan biologis,
fisik, dan efektif.
b = 0.015 min-1 . 60 min/hr = 0.900 hr-1
p = 0.693/6.02 hr = 0.1151 hr-1
eff = 0.9000 + 0.1151 = 1.015 hr-1
Aktivitas kumulatif dan dosis terhadap paru-paru adalah sebagai berikut:
Radiofarmaka diagnosa
• Prosedur imaging : memberikan informasi diagnosa
berdasarkan pola distribusi keradioaktifan di dalam tubuh
• Studi fungsi secara in vivo: mengukur fungsi suatu organ atau
sistim berdasarkan absorpsi, pengenceran, penumpukkan,
atau ekskresi keradioaktifan setelah pemberian radiofarmaka.
Radiofarmaka terapi
• Kuratif
• Paliatif
Radiofarmaka Diagnosa
Ada dua kategori: in vivo function agents dan imaging agents
In vivo function agents: melacak suatu proses fisiologis tanpa mempengaruhi
atau mengganggu proses tersebut sehingga ukuran atau
kinerja sesungguhnya dari fungsi dapat diperoleh.
Misal:
• pengukuran fungsi kelenjar thyroid dengan 131I-natrium iodida
• pengkajian metabolisme vitamin B12 dengn 57Co-cyanocobalamin
• pengukuran laju filtrasi glomerular (GFR) dengan 99mTc-
diethylenetriaminetetraaceticacid (99mTc-DTPA atau 99mTc-pentetate) atau 125I-iothalamat
• penentuan volume darah dengan sel darah merah bertanda 51Cr atau 125I-HAS (human serum
albumin)
Selama studi fungsi in vivo, senyawa radioaktif atau radiofarmaka diagnosa yang diberikan
ke pasien dan fungsi spesifik tubuh dikaji dengan mengukur radiasi yang dipancarkan secara
langsung dari organ yang diteliti atau dengan menganalisis cuplikan (sample) urin atau
darah. Tentunya radiotracer harus fisiologis, artinya harus berpartisipasi dalam fungsi
biologis yang sedang dipelajari tanpa mempengaruhi fungsi dalam cara apapun.
Radiofarmaka diagnosa
Diagnostic imaging agents dirancang untuk terlokalisasi dalam organ spesifik.
Citra distribusi radiotracer dalam organ yang diperoleh melalui kamera gamma
(gamma camera) digunakan untuk mengkaji morfologi organ (ukuran, bentuk,
posisi, atau keberadaan lesi yang menempati ruang) dan fungsi organ.
Diagnostic imaging agents yang ideal harus terlokalisasi dengan cepat dan
terikat kuat di organ yang diamati, dan tetap berada disana selama pengkajian,
dan terekskresi cepat setelah pengkajian
Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik imaging yang ideal
• Radionuklida yang ideal dan umum digunakan untuk rentang energi 100 keV
– 250 keV adalah 99m Tc, 111In, dan 123 I.
Hubungan kualitas citra dengan energi
Image Quality
Energy (keV)
Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik imaging yang ideal
3. Waktu paruh efektif = 1.5 x lamanya pemeriksaan.
• Batasan waktu ini memberikan kesesuaian antara kenginan meminimalkan
dosis yang diterima pasien dan memaksimalkan dosis yang diinjeksikan agar
statistik pencacahan dan kualitas citra memberikan hasil yang optimal. 133Xe
atau gas mulia lain yg digunakan untuk ventilation study merupakan
perkecualian.
• Radiofarmaka harus bisa dikeluarkan dari tubuh secara kuantitatif dalam
beberapa menit setelah diagnosa selesai. Kebanyakan radiofarmaka
menunjukkan pola “clearance” eksponensial sehingga waktu paruh
efektifnya cukup panjang (dalam hitungan jam atau hari
bukan detik atau menit).
• Hubungan antara waktu paruh efektif, waktu paruh biologis, dan waktu
paruh fisis dinyatakan dengan persamaan berikut:
1 = t1/2(biologi)
t1/2(efektif) 1
+
1
t1/2(fisika)
Laju efektif hilangnya keradioaktifan (Reff) dari suatu organ atau tubuh berbanding
lurus dengan laju peluruhan fisis (Rp) radionuklida dan laju ekskresi biologis (Rb)
radiofarmaka, dan dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan:
Reff = Rp+ Rb
Laju hilangnya (removal) dari kedua proses tersebut berbanding terbalik dengan
waktu paruh proses:
R (removal rate) 1
~ t1/2
1 = 1 1
t1/2(efektif)
t1/2(biologi) + t (fisika)
1/2
Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal
4. Target to non-target ratio tinggi.
• Jika ratio tidak cukup tinggi (5:1 minimum untuk planar imaging, kira-
kira 2:1 for SPECT imaging), hasil scan menunjukkan adanya “non-
diagnostic scan” dan ini menyulitkan atau tidak memungkinkan untuk
membedakan organ berpenyakit (pathology) dari latar-belakang.
Tetapi untuk kepentingan dosimetri, „liver uptake‟ dari radioiodida tidak diinginkan
sama sekali, disamping tentunya tidak mempunyai dampak di dalam proses penyidikan
(imaging) yang sesungguhnya karena tidak berada dalam daerah pandang.
Misalnya, mengapa kita tidak pernah mempersoalkan 201Tl dalam bentuk thallous
klorida, TlCl, yang dewasa ini diinjeksikan secara rutin ke pasien untuk sidik
atau diagnosa kelainan jantung?
Telah diketahui umum bahwa ion thallous (Tl+) merupakan cardiotoxin yang potent.
Hal ini bisa diterima dalam praktek sehari-hari, karena keaktifan jenis (specific
activity), 201Tl yang bebas pengemban adalah sangat tinggi dan jumlah Tl-201
yang terkandung di dalam sediaan dengan aktivitas 3 mCi hanya sekitar 42 ng,
suatu jumlah yang sangat kecil dan berada di bawah tingkat yang signifikan
untuk dapat memberikan respon fisiologis dari pasien.
Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal
7. Reaktivitas kimia
• Harus tersedia substrate atau tempat didalam molekul dimana
memungkinkan reaksi penandaan dengan atom radioaktif dapat
dilakukan.
• Tidak setiap senyawa dapat ditandai dengan setiap isotop. Dalam
kenyataannya penandaan sering memerlukan suatu posisi yang selektif
di dalam molekul atau senyawa.
Senyawa yang menunjukkan biodistribusi yang dapat diterima, sering menjadi tidak berguna
bila telah ditandai logam radioaktif atau telah mengalami iodinasi. Bahkan perubahan
sedikit saja dilakukan terhadap struktur molekul sering akan menyebabkan perubahan
biodistribusi yang drastis. Karena itu penelitian ekstensif perlu dilakukan untuk menentukan
struktur molekul optimal agar penandaan dapat dilakukan dengan menggunakan isotop
spesifik.
Misalnya, salah satu ciri khas 99mTc sebagai radioisotop yang ideal untuk sidik diagnosa
adalah kemampuannya untuk terikat dengan mudah terhadap berbagai jenis senyawa dalam
kondisi fisiologis, mulai dari molekul yang sederhana, seperti pyrophosphate, sampai sejenis
gula, seperti glucoheptonat; dari peptida sampai antibodi; dari koloid yang tidak larut sampai
dan makroaggregat sampai dengan antibiotik dan molekul komplek yang lain.
Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal
8. Tidak mahal dan tersedia dengan mudah.
• Radiofarmaka harus stabil baik sebelum dan sesudah proses
penandaan ( pre- and post-reconstitution).
Re
C
Cross-section of a coronary artery
Contoh radiofarmaka terapi yang baik dengan teff yang ideal adalah 131I-
natrium iodida untuk pengobatan hyperthyroid (teff adalah 6 hari) dan
166Ho- FHMA (ferric hydroxide macroaggregate) untuk intraarticular
Kit Radiofarmaka
Labeling
Radionuklida + Kit Radiofarmaka
Radiofarmaka
Penyiapan Formulasi dilakukan di LAF
Kit Radiofarmaka
• Larutan formulasi di dispensing kedalam vial serum yang sudah
disterilisasi
• Larutan dibekukan dan di “lyophilized” dibawah kodisi vakuum untuk
megeluarkan semua air yang ada.
• Vial kemudian diisi dengan gas nitrogen atau argon sebelum ditutup
NH HN
O S HN O NH HN H H NH HN
H H
H2C O
O
N N N N
OH
OH OH OH OH
MAG3
d,l-HMPAO
H CH3
HC N C O CH3 EtO OEt
C P P
H CH3 EtO OEt
MIBI Tetrofosmin
Ligand hasil sintesis
HOOC NH HN COOH
EtOOC COOEt
NH HN
SH HS
SH HS
L,L-EC L,L-ECD
“Metal Essential” :
Structures of 99mTc-labelled cerebral perfusion agents
Me Me O
EtOOC N HN COOEt
Tc
Me O Me
N N S S
Tc 99mTc-L,L-ECD
Me N N Me
O O
H
99mTc-d,l-HMPAO
“Metal Essential” :
Structures of 99mTc-labelled renal perfusion agents
O
O
O N N
Tc
S N
O O COOH
HOOC N HN
Tc
99mTc- COOH S S
MAG3
99mTc-EC
“Metal Essential” :
Structures of 99mTc-labelled myocardial perfusion agents
R
R R R R
N R
P O P
C N
C Tc
R N C Tc C N R
C P O P
N C
R R R R R
N
R 99mTc-Tetrofosmin
99mTc-MIBI
Senyawa Bertanda
• Isotop radioaktif atau isotop stabil menggantikan
kedudukan salah satu atom atau gugus atom
suatu senyawa
• Radionuklida lain menggantikan kedudukan salah
satu atom atau gugus atom suatu senyawa
• Radionuklida lain terikat melalui ikatan koordinasi
(chelat) dengan molekul pembawa (carrier molecules).
Pertimbangan dalam penyiapan senyawa
bertanda
2. Sintesis Kimia
untuk penyiapan senyawa bertanda yang kompleks dengan menggunakan
“intermediate compound” yang sederhana; yield reaksi tergantung
banyaknya tahap reaksi; posisi pelabelan yang dinginkan bisa dicapai
Metoda Penandaan
3. Sintesis Biokimia
- melalui reaksi enzimatis maupun proses biosintesis
- hasil penandaan seragam (keaktifan jenis tinggi)
- sederhana tetapi waktu proses lama
4. Penandaan Rekoil (“hot atom”)
- melalui reaksi atom rekoil dengan molekul sekitarnya
- reaksi satu tahap; waktu proses singkat dan radioisotop yang hilang minimal; cukup
fleksibel untuk roduksi berbagai senyawa bertanda; bebas pengemban; ideal untuk
radioiostop berumur pendek
- sulit penandaan pada posisi tertentu yang diinginkan; pemisahan dan pemurniaan
agak sulit;
Metoda Penandaan
5. Penadaan dengan nuklida asing
-nuklida yang diikatkan bukan merupakan isotop dari unsur penyusun molekul yang
ditandai dan keberadaannya adalah sebagai unsur asing di dalam molekul yang
sudah mempunyai sifat biologi tertentu
- ikatan “chelat” atau ikatan kovalen koordinasi lebih dominan, khususnya
untuk nuklida logam transisi atau lantanida
6. Penandaan Eksitasi
- melibatkan ion radionuklida anak yang sangat reaktif hasil dari proses peluruhan inti,
misalnya peluruhan atau tangkapan elektron (electron capture)
Metoda Penandaan
7. Metoda fisiko-kimia lainnya
a. sintesis yang diimbas radiasi;
b. sintesis dengan menggunakan pelepasan muatan listrik
c. sintesis elektrokimia
d. sintesis dalam suatu berkas ion dipercepat.
Faktor-faktor penting dalam penandaan
Efisiensi penandaan
- yield yang rendah bisa diterima jika produk yang diperoleh memiliki kemurnian
yang tinggi, tidak ada yang rusak selama proses penandaan, biaya penandaan cukup
murah, dan memang tidak ada lagi metoda penandaan yang lebih baik
Kestabilan kimia
- Jenis nuklida radioaktif yang ditandakan dan posisinya di dalam molekul bertanda;
energi sinar atau yang dipancarkan radionuklida; jumlah total keradioaktifan pada
waktu preparasi; keaktifan jenis senyawa bertanda; konsentrasi keradioaktifan larutan
yang mengandung senyawa bertanda
- Konsentrasi oksigen di dalam larutan; zat asing yang berfungsi sebagai katalis
ketidakstabilan; zat asing untuk mencegah ketidakstabilan; temperatur dan cahaya
Faktor-faktor penting dalam penandaan
Efek isotop
menimbulkan sifat fisis, dan mungkin juga sifat biologis, yang berbeda akibat
adanya perbedaan berat isotop
Efek fisikokimia
Struktur dan sifat biologis senyawa bertanda dapat dipengaruhi dengan serius
oleh berbagai kondisi fisiko-kimia selama proses penandaan berlangsung,
misalnya pH, panas, reagen berlebih, dst.
Faktor-faktor penting dalam penandaan
Keadaan bebas pengemban
Kondisi penyimpanan
Keaktifan jenis
Faktor-faktor penting dalam penandaan
Radiolisis
Pemurnian dan analisis
Waktu simpan
Senyawa Bertanda 32P dan 33P
• dapat disiapkan melalui metoda reaksi pertukaran isotop dan sintesis kimia
• reaksi pertukaran isotop kadang-kadang digunakan, misalnya
penandaan C3-C6 trialkilfosfat melalui pertukaran dengan ferifosfat-32P;
penandaan gugus fosfat terminal dari adenosin trifosfat, melalui
pertukaran antara
fosfat anorganik-32P dengan adenosin trifosfat dalam medium
mengandung enzim.
• sintesis kimia lebih banyak digunakan. Bahan dasar melalui sintesis
kimia adalah fosfor merah, 32P dari hasil reaksi inti 31P(n, )32P maupun
32P dari hasil reaksi inti 33S(n, p)33P yang telah diberi pengemban asam
ortofosfat
Senyawa Bertanda Radioiodium
• paling luas penggunannya untuk keperluan kedokteran
maupun penelitian biologi, terutama senyawa bertanda
131 123
I, I, dan 125I.
• Senyawa bertanda iodium dapat disiapkan dengan beberapa
metoda, mencakup pertukaran isotop, substitusi nukleofilik,
substitusi elektrofilik, addisi ikatan ganda, iodometalasi,
dan penandaan konyugasi dengan gugus prostetik.
• Pembuatan senyawa bertanda radioiodium secara
umum disebut proses iodinasi
1. Metoda
triiodida. 5 Metoda Iodinasi:
Reaksi addisi radioiodium terhadap senyawa yang akan ditandai
dengan adanya campuran iodium dan kalium iodida:
I2 + KI + 131I2 + R → R131I + K131I + RI
4. Metoda elektrolitik
- Proses elektrolisis melepaskan iodium radioaktif dari radioiodida
yang selanjutnya bereaksi dengan senyawa yang akan ditandai; yield
penandaan mencapai 80%.
5 Metoda Iodinasi:
5. Metoda enzimatik
- menambahkan enzim, laktoperoksidase dan kloroperoksidase, dan
H2O2 (hidrogen peroksida) dalam jumlah nanomolar kedalam
campuran yang mengandung radioiodium dan senyawa yang akan
diodinasi.
- Denaturasi terhadap protein sangat kecil, karena hidrogen peroksida
yang ditambahkan dalam konsentrasi yang rendah. Yield iodinasi
dengan metoda ini bisa mencapai 60% -85%; senyawa bertanda
dapat diperoleh dalam kondisi keaktifan jenis tinggi
Senyawa Bertanda Teknesium-99m
Rute preparasi:
• Reaksi reduksi
• Reaksi reduksi/substitusi
• Reaksi substitusi/pertukaran ligand
Senyawa Bertanda Teknesium-99m
TcO4-
Reaksi reduksi
radiofarmaka 99mTc
“Metal Tagged” :
Skema: Target-Specific Metaloradiopharmaceuticals
Targeting
MMolecule
C H
M E Targeting Molecule
PKM
L
Linker
TA
RO
Direct Labeling
MAb
MAb: Anti-CEA
S S
HS SH
99mTcO -/Sn2+
Sn2+ 4
MAb MAb
Tc-Glucoheptonate
SH HS H SO
S
Tc H
SH HS H
S S H
Conjugate Approach
186Re/99mTc
CH3 CH3
O O
Progesterone
Receptor Ligand
186Re/99mTc
O CH3
H3C
CH3 O
CH3
S
CH3 CH3
N
N Tc
S
O O
99mTcO4
Reduction Chelate-Conjugation
99mTcO
4
Reduction
Tc
Tc
99mTcO
Conjugation 4
Reduction
Tc Tc
Pre-labelling approach
O
O
NH HN 186ReO - ; Sn2+ O N
4 N
Rec
O
O S HN pH = 11.7; 100 oC O
S N O
O H 2C O
H2C O
OH
OH
TFP
EDC; pH = 6
O
O
N O N
Rec MAb N O N
Re
O S N
pH = 9.5 O S N O
O H2C F F
H2C
O
O O O MAb
F F
Post-labelling approach
O O
NH HN NH HN
MAb
O SH HN O O pH = 9.5 O SH HN O
H2C
H2 C O N O MAb
O O
O
186ReO - Sn2+
4
N O N
Re
O S N O
H 2C
O
O MAb
Persyaratan Radiofarmaka
radiolysis container
atmospher temperature
sensitivity sterility
stability
Acceptable
efficacy safety
Radiopharmaceuticals
purity radiotoxicity
biodistribution
chemical toxicity