Kelompok 1 :
- Siti Saidha Rahma Amalia (032119010)
- Irma Yolanda (032119021)
- Hanifah (032119033)
- Abriella Supriatna (032119040)
- Aryo Prasetio (032119048)
Universitas Pakuan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
2.1 PENENTUAN KALIMAT
Pengertian Kalimat
Menurut Ramlan Kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang dan
disertai nada akhir turun atau naik.
Contoh:
1) Majalah Optimis menyajikan berita perbukuan.
2) Beberapa hari bapak hanya termangu-mangu saja.
3) Rupanya berita itu sudah sampai pula ke sekolahku.
Dalam struktur (1, 2, dan 3) diperlihatkan adanya jeda panjang yang mengawali kalimat dan
nada akhir turun untuk mengakhiri kalimat (dalam bahasa tulis dapat digunakan tanda titik).
Karena sudah memenuhi kriteria sebagai satuan kalimat maka struktur tersebut sudah dapat
disebut kalimat.
Jadi yang menentukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan
intonasinya.
2.2 KALIMAT BERKLAUSA DAN KALIMAT TAK BERKLAUSA
Kalimat yang berklausa ialah kalimat yang terdiri dari satuan yang berupa klausa. Dengan
ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam
kurung itu bersifat manasuka (dapat hadir atau tidak).
Contoh:
1. Lembaga itu menerbitkan majalah sastra.
Kalimat (1) terdiri dari satu klausa yaitu Lembaga itu menerbitkan majalah sastra, yang terdiri
dari S Ialah lembaga itu, P ialah menerbitkan, dan O ialah majalah sastra.
2. Tengah Karmila menangis menghadapi tembok, bapak Daud masuk diantar suster Meta.
Kalimat (2) terdiri dari empat klausa yaitu Karmila menangis sebagai klausa pertama,
menghadapi tembok sebagai klausa kedua, bapak Daud masuk sebagai klausa ketiga, dan
diantar suster Meta sebagai klausa keempat.
Pada kalimat luas, yaitu kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih, sering terjadi
penghilangan S, seperti yang terjadi pada kalimat (2) kalimat tersebut terdiri dari empat klausa.
Klausa pertama merupakan klausa lengkap, terdiri dari S P, klausa kedua merupakan tak
lengkap, terdiri dari P diikuti O, Klausa ketiga merupakan klausa lengkap, terdiri dari S P, dan
klausa keempat merupakan klausa tak lengkap, terdiri dari P diikuti KET. Jadi terjadi
penghilangan S pada klausa kedua dan keempat.
Sedangkan Kalimat tak berklausa ialah kalimat yang tidak terdiri dari klausa. misalnya:
1. Astaga!
2. Selamat malam!
3. Selamat belajar!
Apa
Kata tanya apa digunakan untuk menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Misalnya:
• Petani itu membawa apa?
Kata apa dalam kalimat-kalimat di atas dapat dipindahkan ke awal kalimat. Jika demikian, kata kerja kalimat-kalimat harus
diubah menjadi kata kerja pasif dan didahului kata yang hingga kalimat-kalimat tersebut menjadi:
• Apa yang dibawa petani itu?
Selain penggunaan di atas, katanya apa digunakan juga untuk menanyakan identitas. Misalnya:
• Anak itu membaca buku apa?
Kata apa di situ dapat dipindahkan ke awal kalimat karena kata itu membentuk satu frase dan berfungsi sebagai atribut
yang mempunyai letak yang tetap di belakang unsur pusatnya. Perhatikan kalimat berikut:
• Buku apa yang dibaca anak itu?
Siapa
Kata tanya siapa ditunjukan untuk menanyakan Tuhan, Malaikat, dan manusia. Misalnya:
(94). Yang menulis surat ini siapa? (95). Yang patut disembah siapa? (97).Yang mencabut nyawa manusia
siapa?
Dalam kalimat-kalimat di atas, kecuali dalam kalimat (97) dan (98), kata siapa dapat dipindahkan ke awal kalimat sehingga
kalimat-kalimat itu menjadi: (101). Siapa nama anak itu? (102). Siapa yang patut disembah?
Dalam kalimat (97) kata siapa yang berfungsi sebagai aksis kata dengan harus terletak dibelakangnya,
sebab seperti halnya kata tanya mengapa. Misalnya:
(116). Kenapa musuh tidak berani menyerang pertahanan tentara Indonesia?
. Mengapa
Kata tanya mengapa digunakan untuk menanyakan perbutan. Misalnya:
(108)Anak-anak itu sedang mengapa?
Kenapa
Kata tanya kenapa digunakan untuk menanyakan sebab seperti halnya kata tanya mengapa. Misalnya:
(116) Kenapa musuh tidak berani menyerang pertahanan tentara Indonesia?
Bagaimana
Kata tanya bagaimana digunakan untuk menyatakan keadaan. Misalnya:
(119) Bagaimana nasib anak itu?
Mana
Kata tanya mana dipakai untuk menanyakan tempat. Dimana menanyakan tempat berada, dari mana
menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan, dan ke mana menanyakan tempat yang dituju. Misalnya:
(126) Pengusaha itu bertempat tinggal di mana?
Bilamana, bila, dan kapan
Ketiga kata tanya itu digunakan untuk menanyakan waktu. Misalnya:
(136) Bilamana karyawan itu akan menyelesaikan pekerjaannya?
(137) Sejak kapan kapal terbang itu mengalami kerusakan?
(138) Bila Bapak guru akan pulang?
Berapa
Kata tanya berapa digunakan untuk menanyakan jumlah dan bilangan. Yang menanyakan jumlah, misalnya:
(139) Ayam peternak itu berapa?
Berikut kalimat-kalimat lainnya yang terdiri dari :
5. Kalimat
larangan
Kalimat (190) terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Ia mnegakui, dan 2. Ia jatuh cinta kepadaku. Kalusa ke 2
sebenarnya merupakan bagian dari klausa ke 1, yaitu merupakan O klausa 1. Hal itu kelihatan jelas
apabila klausa 2 disubstitusi dengan hal itu hingga kalimat (190) itu menjadi:
(192) ia mengakui hal itu.
Kalimat (191) berbeda dengan kalimat (190). Dalam kalimat (191), masing-masing kalusa berdiri
sendiri, kalusa yang satu tidak merupakan bagian dari kalusa yang lain.
Kalimat Luas yang Setara
Berdasarkan uraian di atas, maka
kalimat luas, berdasarkan hubungan
gramatik antara kalusa yang satu
dengan klausa yang lain yang
Dalam kalimat luas yang setara klausa yang satu tidak
menjadi unsurnya, dapat dibedakan merupakan bagian dari kalusa lainnya; masing-masing berdiri
sendiri sebagai klausa yang setara, yaitu sebagai klausa inti
menjadi golongan, yaitu:
semua. Klausa-klausa itu dihubungkan dengan penghubung,
1. Kalimat luas yang setara. yang di sini disebut penghubung yang setara.
2. Kalimat luas yang tidak setara.
Penghubung yang setara itu ialah: dan, dan lagi, lagi pula, lagi pula, serta, lalu, kemudian, atau, tetapi. Tapi, akan
tetapi, sedang, sedangkan, namun, melainkan, sebaliknya, bahkan, malah, dan malahan. Penghubung lantas dan tapi
pada umumnya digunakan dalam bahasa Indonesia ragam santai.
Terdapat hubungan makna ‘penerang’ apabila klausa bawahan menerangkan salah satu unsur yang terdapat pada
klausa ini. Unsur yang diterangkan itu selalu berupa kata atau frase nominal.
Misalnya:
- Sebelum tidur, waktuku kupergunakan untuk membalas surat-surat yang jumlahnya amat terbatas.
- Bangunan itu terletak di bagian luar kota, berhadapan dengan gereja kecil yang loncengnya bersuara besar
dan nyaring.
Kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini ialah yang, di mana(bukan ragam
baku), dari mana(bukan ragam baku), dan tempat. Misalnya:
- Pintu kamar itu menuju ke kamar tamu yang sekarang ditempati oleh kedua orang tua Faisal.
- Jenazah kapten Suwarno akan dimakamkan di Yogya, di mana istri dan dua anaknya telah menunggu dengan
kesedihan yang kukira lebih parah dariku.
Terdapat hubungan makna ‘isi’ apabila klausa bawahan menyatakan apa yang dikatakan, dipikirkan, didengar,
disadari,diyakini, diketahui, dinyatakan, dijelaskan, dikemukakan, ditanyakan dalam klausa inti. Hubungan makna ini
ditandai denga kata penghubung bahwa. Misalnya:
- Aku mulai mengerti hari itu bahwa Saputro benar-benar menaruh perhatian padaku.
Sedangkan Kata kalau dan kalau-kalau digunakan juga untuk menyatakan hubungan makna ‘isi’, yaitu isi yang
ditanyakan. Misalnya:
- Seorang bertanya kalau aku mau melihat keadaan mayat.
- Sebentar-sebentar Mokar mendekati aku untuk menanyakan kalau-kalau aku memerlukan sesuatu.
Hubungan Makna ‘Cara’, ‘perkecualian’ dan ‘kegunaan’
01 01 21
Terdapat hubungan makna ‘cara’ apabila klausa bawahan menyatakan bagaimana perbuatan yang disebutkan dalam
klausa inti itu dilakukan atau bagaimana peristiwa yang disebutkan dalam klausa inti itu terjadi. Kata penghubung yang
digunakan dalam hubungan ini ialah kata dengan, tanpa, sambil, seraya, dan sembari. Misalnya:
- Narti duduk di tempat tidur dengan kedua kakinya ditumpangkan di sebuah bangku kecil.
Terdapat hubungan makna ‘perkecualian’ menyatakan sesuatu yang dikecualikan dari apa yang dinyatakan dalam klausa
inti. Kata penghubung yang digunakan ialah kecuali dan selain. Misalnya:
- Hari pertama tidak terjadi sesuatu pun kecuali kadang-kadang kami bergandengan tangan untuk melompati semak-
semak atau tanah tanggul yang agak tinggi. Kata kecuali pada kalimat tersebut dapat diganti dengan kata selain dan kata
selain pada kalimat (408) dapat diganti dengan kata kecuali.
Terdapat hubungan makna ‘kegunaan’ apabila klausa bawahan menyatakan kegunaan, menjawab pertanyaan untuk apa.
Kata penghubung yang digunakan ialah kata untuk, guna, dan buat (tidak digunakan dalam ragam bahasa baku).
Misalnya: