BAGIAN II
Kalimat yang terdiri dari satu klausa disebut kalimat sederhana, sedangkan
kalimat yang tersiri dari dua klausa atau lebih disebut kaimat luas.
(181) Pada kesempatan itu angkatan muda kita mengambil alih kentor
tersebut dari tangan Jepang.
(182) Mulanya ia hanya akan menghindari kemarahan Dullah.
(183) Kisah ini sungguh-sungguh terjadi.
(184) Pengusaha itu berusia 61 tahun.
(185) Dia mengeluarkan amplol dari saku bajunya.
2.4.1. Hubungan Gramatik Antara Klausa Yang Satu Dengan Klausa Yang Lain
Dalam Kalimat Luas.
Kalimat (191) berbeda dengan kalimat (190). Dalam kalimat (191), masing-
masing kalusa berdiri sendiri, kalusa yang satu tidak merupakan bagian dari
kalusa yang lain.
Contoh lain, kita bandingkan kalimat (193) dengan kalimat (194) di bawah
ini:
Kalimat (193) tersiri dari dua klausa, yaitu 1. Rumah itu bagus, dan 2.
Pekarangannya tidak terpelihara. Kedua klausa itu masing-masing berdiri sendiri,
klausa yang satu tidak merupakan bagian dari klausa lainnya. Kalimat (194) juga
terdiri dari dua klausa, yaitu 1. (ia) pergi ke Surabaya, dan 2. Ia bertemu dengan
teman lamanya. Kalusa ke 1 sebenarnya merupakan bagian dari klausa ke 2, yaitu
merupakan KET klausa 2. Hal itu akan jelas apabila klausa pertama disubstitusi
dengan kemarin hingga kalimat (194) menjadi:
Terdapat juga kalimat luas yang setara yang tidak menggunakan kata
penghubung. Antara klausa yang satu dengna klausa lain umumnya dibatasi oleh
adanya jedang sedang. Misalnya:
Dalam kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari
klausa lainnya. Kalusa yang merupakan bagian dari klausa lainnya itu disebut
klausa bawahan, sedangkan kalusa laiinya disebut klausa inti. Jadi, kalimat luas
yang tidak setara terdiri dari kalusa inti dan klausa bawahan, sedangkan kalimat
luas yang setara terdiri dari klausa inti semua.
Kalimat (207) itu terdiri dari dua klausa, yaitu klausa ia mengakui sebagai
kalusa inti dan klausa ia jatuh cinta kepadaku sebagai klausa bawahan. Kata
bahwa dalam kalimat itu berfungsi sebagai penghubung klausa. Dalam
hubungannya dengan klausa inti, kalusa bawahan itu menduduki fungsi O. Hal itu
akan menjadi jelas apabila klausa bawahan itu disubstitusi dengan hal itu sehingga
kalimat (207) di atas menjadi
(209) Miryati dan kepala regu penyiar pria mengetahui bahwa aku mendapat
dukungan yang kuat dari kepala bagian siaran.
Kalimat (209) di atsa terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Miryati dan kepala regu
penyiar pria mengetahui sebagai klausa ini. 2. aku mendapat dukungan yang kuat
dari kepala bagian siaran sebagai kalusa bawahan. Dalam hubungannya dengan
klausa inti. Kalusa bawahan menduduki fungsi O. Hal itu akan menjadi jelas
apabila klausa bawahan itu di disubstitusi dengan hal itu sehingga kalimat (209)
akan menjadi:
(210) Miryati dan kepala regu penyiar pria mengetahui hal itu.
Kalimat (211) terdiri dari dua kalusa, yaitu 1. Diakuinya sebagai klausa inti
dan 2. Ia jatuh cinta kepadaku sebagai klausa bawahan yang dalam hubungannya
dengan klausa inti menduduki fungsi S. Hal itu jelas apabila klausa bawahan itu
disubstansi dengan hal itu sebingga kalimat menjadi:
Kalimat (212) juga terdiri dari dua klausa, yaitu 1. aku mendapat dukungan
yang kuat dari kepala bagian siaran sebagai klausa bawahan dan 2. diketahui
oleh Miryati dan kepala regu penyiaran pria sebagai klausa inti. Dalam
hubungannya dengan klausa inti itu klausa bawahan menduduki fungsi S. Hal ini
jelas apabila klausa bawahan itu disubtitusi dengan hal itu sehingga kalimat (212)
menjadi:
(214) Hal itu diketahui oleh Miryati dan kepala regu penyiar pria.
Kalimat (215) di atas juga terdiri dari dua klausa, yaitu 1 saya dengar sebagai
klausa inti dan 2. Anda mengenal Bali dengan baik sebagai klausa bawahan yang
dalam hubungannya dengan klausa inti menduduki fungsi S. Kedua kalusa itu
dihubungkan dengan kata penghubung bahwa.
Kalimat (216) terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Aku mulai mengerti sebagai
klausa inti dan 2. Saputro benar-benar menaruh perhatian kepadaku sebagai
klausa bawahan yang dalam hubungannya dengan klausa inti menduduki fungsi
PEL. Hal itu jelas apabila klausa bawahan kalimat itu disubstitusi dengan hal itu
hingga kalimat menjadi:
(218) aku mulai mengerti hal itu.
Kalimat (220) terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Pahlawan Diponegoro tiba di
Selarong dan 2. beliau sangat terharu. Klausa pertama merupakan klausa
bawahan yang dalam hubungannya dengan klausa inti menduduki fungsi KET. hal
ini jelas apabila klausa bawahan kedua kalimat itu disubstitusi dengan kata
kemarin.
(227) Bangunan itu terletak bagian luar kota, berhadapan dengan gereja kecil
yang loncengnya bersuara besar dan nyaring.
Kalimat (227) di atas terdiri dari tiga klausa, yaitu 1. Bangunan itu terletak di
bagian luar kota, 2. (bangunan itu) berhadapan dengan gereja kecil, dan
loncengnya bersuara besar dan nyaring.
(228) Bangunan itu terletak di bagian luar kota, berhadapan dengan gereja
kecil yang mungil.
Klausa jumlahnya amat terbatas pada kalimat (229) merupakan atribut bagi
kata surat-surat, klausa tetangga-tetangga datang mendengarkan radio pada
kalimat (230) merupakan atribut bagi frase sebuah rumah, klausa Karmila
meletakan alat-alat operasi pada kalimat (231) merupakan atribut bagi frase
lemari kecil, dan klausa kehidupan amat mahal pada kalimat (232) merupakan
atribut bagi negerinya.
2.4.2. Hubungan Makna antara Kalusa yang Satu dengan Kaluasa Lainnya
dalam Kalimat Luas
1. Penjumlahan
2. Perturutan
3. Pemilihan
4. Perlawanan
5. Lebih
6. Waktu
7. Perbandingan
8. Sebab
9. Akibat
10. Syarat
11. Pengandaian
12. Harapan
13. Penerang
14. Isi
15. Cara
16. Perkecualian
17. Kegunaan
Dengan kalimat (233) dinyatakan bahwa setiap pagi Ali melakukan dua
pekerjaan, yaitu pekerjaan ‘menyapu lantai’ dan ‘mengepel lantai’, sedangkan
dengan kalimat (234) dinyatakan bahwa setiap pagi Ali hanya melakukan sutu
pekerjaan, yaitu pekerjaan ‘menyapu lantai’ atau pekerjaan ‘mengepel lantai’.
Hubungan antara menyapu dan mengepel lantai pada kalimat (233) termasuk
hubungan makna ‘penjumlahan’. Yaitu hubungan makna yang bersifat
menjumlahkan, menambahkan, atau menggabungkan, sedangkan hubungan antara
menyapu dan mengepel lantai pada kalimat (234) termasuk hubungan
makna’pemilihan’.
Kalimat (239) di atas, yaitu kalimat Tulisan dokter itu kecil lagi tidak jelas
sesungguhnya dapat digolongkan kalimat sederhana dan dapat pula digolongkan
kalimat luas. Hal itu tergantung pada intonasinya. Jika diucapkan dengan jeda
sedang sesudah mengucapkan kata kecil, maka kalimat itu merupakan kalimat
luas, tetapi jika diucapkan dengan jeda pendek saja, kalimat itu, kalimat itu
termasuk kalimat sederhana. Sebagai kalimat luas intonasinya [2] 3 // [2] 3 2 // [2]
3 1 # dan sebagai kalimat sederhana intonasinya [2] 3 // [2] 3 1 #. Jika kalimat
dipandang sebagai kalimat sederhana, maka kecil lagi tidak jelas dipandang
sebagai frase endosentrik yang koordinatif.
Kalimat di atas terdiri dari dua klausa, yaitu engkau menyanyi dan
(engkau) bermain piano. Kedua klausa itu dihubungkan dengan kata penghubung
atau. Dengan penghubung atau jelas bahwa orang yang diajak berbicara diminta
memilih menyanyi atau bermain piano. Berbeda halnya apabila kata penghubung
atau diganti dengan dan menjadi:
Baik pemuda itu kaya maupun miskin, aku tidak mempunyai perhatian kepadanya.
Pemuda itu kaya atau miskin, aku tidak mempunyai perhatian kepadanya.
2.4.2.4. Hubungan Makna Perlawanan
Kata tetapi dan akan tetapi merupakan kata penghubung yang lazim
digunakan dalam ragam resmi, berbeda dengan kata tapi yang lazim digunakan
dalam ragam santai, dan kata namun yang sering digunakan dalam ragam sastra.
Pujangga itu bukan tukang mimpi, melainkan orang yang berkemauan luar biasa.
Kata meski, meskipun, walau, walaupun, kendati, kendatipun, biar,
biarpun, sekalipun, dan sungguhpun termasuk pada golongan kata penghubung
yang menyatakan perlawanan. Hal ini dapat dibuktikan oleh kemungkinan kata-
kata itu bersubstitusi dengan kata tetapi. Misalnya:
Kata meskipun pada kalimat di atas dapat disubstitusi dengan kata tetapi
sekalipun dengan sedikit perubahan struktur sehingga kalimat itu menjadi:
Kalimat (1) terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Ahmad kaya dan 2. Ali miskin.
Yang dinyatakan dalam dua klausa itu berlawanan dalam arti sesungguhnya
seperti halnya hitam dan putih. Makna perlawanan yang semacam ini disebut
perlawanan yang opositif.
Kalimat (2) terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Ahmad berbaju merah dan 2.
Ali berbaju putih. Makna kedua klausa ini tidak berlawanan, melainkan berbeda
seperti halnya Semarang dan Jakarta. Makna perlawanan ini disebut perlawanan
yang kontrastif.
Kalimat (3) terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Ahmad pandai dan 2. (Ahmad)
malas. Yang dinyatakan pada klausa (2) membatasi atau mengurangi sifat baik
yang dinyatakan pada klausa pertama. Makna perlawanan yang semacam ini
disebut perlawanan yang limitatif.
Kalimat (4) juga terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Ahmad ingin pergi ke
Jakarta dan 2. (Ahmad) tidak mempunyai bekal. Yang dinyatakan pada klausa
kedua sesungguhnya tidak berlawanan dengan yang dinyatakan pada klausa
pertama, melainkan berlawanan dengan implikasinya, yaitu ‘tentunya Ahmad
mempunyai bekal untuk ke Jakarta’. Hubungan makna perlawanan seperti ini
disebut perlawanan yang implikatif.
Keterangan:
Tanda +: digunakan untuk menyatakan makna perlawanan yang diberi
tanda ini.
Kata penghubung setiap, setiap kali, dan tiap kali sama dengan kata-kata
penghubung di atas, namun bedanya ialah yang dinyatakan pada klausa-klausa itu
beberapa kali terjadi. Misalnya:
Sebelum ayahku meninggal, aku telah menanam tiga batang pohon kelapa.
Apabila yang terjadi pada klausa inti terjadi lebih kemudian daripada yang
tersebut pada klausa bawahan, maka digunakan kata penghubung setelah,
sesudah, dan sehabis. Misalnya: