Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS KALIMAT MENURUT BUKU RAMLAN

BAGIAN II

2.4. KALIMAT SEDERHANA DAN KALIMAT LUAS

Kalimat yang terdiri dari satu klausa disebut kalimat sederhana, sedangkan
kalimat yang tersiri dari dua klausa atau lebih disebut kaimat luas.

Beberapa contoh kalimat sederhana, misalnya:

(181) Pada kesempatan itu angkatan muda kita mengambil alih kentor
tersebut dari tangan Jepang.
(182) Mulanya ia hanya akan menghindari kemarahan Dullah.
(183) Kisah ini sungguh-sungguh terjadi.
(184) Pengusaha itu berusia 61 tahun.
(185) Dia mengeluarkan amplol dari saku bajunya.

Beberapa contoh kalimat luas, misalnya:

(186) Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadaku


(187) Ia mengunci sepedanya, lalu masuk ke sebuah toko.

Kalimat-kalimat (181-185) merupakan kalimat sederhana karena masing-


masing terdiri dari satu kalusa, sedangkan kalimat-kalimat (186-189) merupakan
kalimat luas karena masing-masing terdiri dari dua klausa. Kalimat (186) terdiri
dari klausa 1. Ia mengakui dan 2. Jatuh cinta kepadaku; kalimat (187) terdiri dari
klausa 1. Ia mengunci sepedanya dan 2. (ia) masuk ke sebuah toko.

2.4.1. Hubungan Gramatik Antara Klausa Yang Satu Dengan Klausa Yang Lain
Dalam Kalimat Luas.

Kita perhatikan kalimat (190) dan (191) di bawah ini:

(190) ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadaku.


(191) ia mengunci sepedanya. Lalu masuik ke sebuah toko.
Kalimat (190) terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Ia mnegakui, dan 2. Ia jatuh
cinta kepadaku. Kalusa ke 2 sebenarnya merupakan bagian dari klausa ke 1, yaitu
merupakan O klausa 1. Hal itu kelihatan jelas apabila klausa 2 disubstitusi dengan
hal itu hingga kalimat (190) itu menjadi:

(192) ia mengakui hal itu.

Kalimat (191) berbeda dengan kalimat (190). Dalam kalimat (191), masing-
masing kalusa berdiri sendiri, kalusa yang satu tidak merupakan bagian dari
kalusa yang lain.

Contoh lain, kita bandingkan kalimat (193) dengan kalimat (194) di bawah
ini:

(193) Rumah itu bagus, tetapi pekarangannya tidak terpelihara.


(194) katika pergi ke Surabaya, ia bertemu dengan teman lamanya.

Kalimat (193) tersiri dari dua klausa, yaitu 1. Rumah itu bagus, dan 2.
Pekarangannya tidak terpelihara. Kedua klausa itu masing-masing berdiri sendiri,
klausa yang satu tidak merupakan bagian dari klausa lainnya. Kalimat (194) juga
terdiri dari dua klausa, yaitu 1. (ia) pergi ke Surabaya, dan 2. Ia bertemu dengan
teman lamanya. Kalusa ke 1 sebenarnya merupakan bagian dari klausa ke 2, yaitu
merupakan KET klausa 2. Hal itu akan jelas apabila klausa pertama disubstitusi
dengan kemarin hingga kalimat (194) menjadi:

(195) Kemarin ia bertemu dengan teman lamanya.

Berdasarkan uraian di atas, maka kalimat luas, berdasarkan hubungan


gramatik antara kalusa yang satu dengan klausa yang lain yang menjadi unsurnya,
dapat dibedakan menjadi golongan, yaitu:

1. Kalimat luas yang setara.


2. Kalimat luas yang tidak setara.

2.4.1.1. Kalimat Luas yang Setara


Dalam kalimat luas yang setara klausa yang satu tidak merupakan bagian dari
kalusa lainnya; masing-masing berdiri sendiri sebagai klausa yang setara, yaitu
sebagai klausa inti semua. Klausa-klausa itu dihubungkan dengan penghubung,
yang di sini disebut penghubung yang setara. Penghubung yang setara itu ialah:
dan, dan lagi, lagi pula, lagi pula, serta, lalu, kemudian, atau, tetapi. Tapi, akan
tetapi, sedang, sedangkan, namun, melainkan, sebaliknya, bahkan, malah, dan
malahan. Penghubung lantas dan tapi pada umumnya digunakan dalam bahasa
Indonesia ragam santai.

Beberapa contoh, misalnya:

(196) badannya kurus dan mukanya tirus.


(197) orang itu miskin, lagi pula sangat mahal.
(198) anak itu bodoh, lagi pulaayahnya tidak mampu emmebiayai
sekolahnya.
(199) tiba-tiba bus berbelok ke kiri, kemudian menikung tajam ke kanan.

Terdapat juga kalimat luas yang setara yang tidak menggunakan kata
penghubung. Antara klausa yang satu dengna klausa lain umumnya dibatasi oleh
adanya jedang sedang. Misalnya:

(204) Ia membuka lemarinya, mengambil sehelai baju baru.


(205) mereka duduk, memperhatikan orang yang lalu lalang di muka
rumahnya.
(206) orang itu sangat ramah, adiknya sangat pendiam.

2.4.1.2. Kalimat Luas yang Tidak Setara

Dalam kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari
klausa lainnya. Kalusa yang merupakan bagian dari klausa lainnya itu disebut
klausa bawahan, sedangkan kalusa laiinya disebut klausa inti. Jadi, kalimat luas
yang tidak setara terdiri dari kalusa inti dan klausa bawahan, sedangkan kalimat
luas yang setara terdiri dari klausa inti semua.

Klausa bawahan kadang-kadang merupakan O bagi klausa inti. Misalnya:


(207) ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadaku.

Kalimat (207) itu terdiri dari dua klausa, yaitu klausa ia mengakui sebagai
kalusa inti dan klausa ia jatuh cinta kepadaku sebagai klausa bawahan. Kata
bahwa dalam kalimat itu berfungsi sebagai penghubung klausa. Dalam
hubungannya dengan klausa inti, kalusa bawahan itu menduduki fungsi O. Hal itu
akan menjadi jelas apabila klausa bawahan itu disubstitusi dengan hal itu sehingga
kalimat (207) di atas menjadi

(208) ia mengakui hal itu.

Contoh lain, misalnya:

(209) Miryati dan kepala regu penyiar pria mengetahui bahwa aku mendapat
dukungan yang kuat dari kepala bagian siaran.

Kalimat (209) di atsa terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Miryati dan kepala regu
penyiar pria mengetahui sebagai klausa ini. 2. aku mendapat dukungan yang kuat
dari kepala bagian siaran sebagai kalusa bawahan. Dalam hubungannya dengan
klausa inti. Kalusa bawahan menduduki fungsi O. Hal itu akan menjadi jelas
apabila klausa bawahan itu di disubstitusi dengan hal itu sehingga kalimat (209)
akan menjadi:

(210) Miryati dan kepala regu penyiar pria mengetahui hal itu.

Kata bahwa merupakan kata penghubung yang berfungsi menghubungkan


klausa inti dengan klausa bawahan.

Kadang-kadang kalusa bawahan itu merupakan S klausa inti. Misalnya


bentuk pasif dari kalimat (207) dan (209) di atas:

(211) Diakuinya bahwa ia jatuh cinta kepadaku.


(212) Bahwa aku mendapat dukungan yang kuat dari kepala bagian siaran
diketahui oleh Miryati dan kepala regu penyiaran pria.

Kalimat (211) terdiri dari dua kalusa, yaitu 1. Diakuinya sebagai klausa inti
dan 2. Ia jatuh cinta kepadaku sebagai klausa bawahan yang dalam hubungannya
dengan klausa inti menduduki fungsi S. Hal itu jelas apabila klausa bawahan itu
disubstansi dengan hal itu sebingga kalimat menjadi:

(213) Diakuinya hal itu.

Diakuinya menduduki fungsi P dan hal itu menduduki fungsi S.

Kalimat (212) juga terdiri dari dua klausa, yaitu 1. aku mendapat dukungan
yang kuat dari kepala bagian siaran sebagai klausa bawahan dan 2. diketahui
oleh Miryati dan kepala regu penyiaran pria sebagai klausa inti. Dalam
hubungannya dengan klausa inti itu klausa bawahan menduduki fungsi S. Hal ini
jelas apabila klausa bawahan itu disubtitusi dengan hal itu sehingga kalimat (212)
menjadi:

(214) Hal itu diketahui oleh Miryati dan kepala regu penyiar pria.

Hal itu menduduki fungsi S dan diketahui menduduki fungsi P, sedangkan


oleh Maryati dan kepala regu penyiaran pria menduduki fungsi KET.

Demikian pula juga kalimat

(215) Saya dengar bahwa anda mengenal Bali dengan baik.

Kalimat (215) di atas juga terdiri dari dua klausa, yaitu 1 saya dengar sebagai
klausa inti dan 2. Anda mengenal Bali dengan baik sebagai klausa bawahan yang
dalam hubungannya dengan klausa inti menduduki fungsi S. Kedua kalusa itu
dihubungkan dengan kata penghubung bahwa.

Kadang-kadang klausa bawahan merupakan PEL bagi klausa ini. misalnya:

(216) Aku mulai mengerti bahwa Saputro benar-benar menaruh perhatian


kapadaku

Kalimat (216) terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Aku mulai mengerti sebagai
klausa inti dan 2. Saputro benar-benar menaruh perhatian kepadaku sebagai
klausa bawahan yang dalam hubungannya dengan klausa inti menduduki fungsi
PEL. Hal itu jelas apabila klausa bawahan kalimat itu disubstitusi dengan hal itu
hingga kalimat menjadi:
(218) aku mulai mengerti hal itu.

Kadang-kadang klausa bawahan merupakan KET bagi klausa inti. Misalnya:

(220) ketika Pahlawan Diponegoro tiba di Selarong, beliau sangat terharu.

Kalimat (220) terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Pahlawan Diponegoro tiba di
Selarong dan 2. beliau sangat terharu. Klausa pertama merupakan klausa
bawahan yang dalam hubungannya dengan klausa inti menduduki fungsi KET. hal
ini jelas apabila klausa bawahan kedua kalimat itu disubstitusi dengan kata
kemarin.

(222) Kemarin beliau sangat terharu.

Di samping terdapat klausa bawahan yang merupakan S, O, PEL, dan KET


dalam hubungannya dengan klausa inti, terdapat pula klausa bawahan yang
merupakan atribut bagi suatu kata yang termasuk klausa inti. Misalnya:

(227) Bangunan itu terletak bagian luar kota, berhadapan dengan gereja kecil
yang loncengnya bersuara besar dan nyaring.

Kalimat (227) di atas terdiri dari tiga klausa, yaitu 1. Bangunan itu terletak di
bagian luar kota, 2. (bangunan itu) berhadapan dengan gereja kecil, dan
loncengnya bersuara besar dan nyaring.

Klausa 1 dan 2 meruakan klausa inti, sedangkan klausa 3 merupakan klausa


bawahan yang dalam hubungannya dengan klausa inti menduduki fungsi atribut
bagi frase gereja kecil. Hal itu menjadi jelas apabila klausa 3 itu disubstitusi
dengan kata mungil hingga kalimat (227) itu menjadi:

(228) Bangunan itu terletak di bagian luar kota, berhadapan dengan gereja
kecil yang mungil.

Contoh-contoh lain, misalnya:

(229) Sebelum tidur, waktuku kupergunakan untuk membalas surat-surat


yang jumlahnya amat terbatas.
(230) Di sana nenekku memiliki sebuah rumah berpendapa besar tempat
tetangga-tetangga datang mendengarkan radio.
(231) Di sudut terdapat lemari kecil tempat Karmila mekerakan alat-alat
operasi.
(232) Kami harus menabung untuk waktu-waktu liburan di negerinya, di
mana kehidupan amat mahal.

Klausa jumlahnya amat terbatas pada kalimat (229) merupakan atribut bagi
kata surat-surat, klausa tetangga-tetangga datang mendengarkan radio pada
kalimat (230) merupakan atribut bagi frase sebuah rumah, klausa Karmila
meletakan alat-alat operasi pada kalimat (231) merupakan atribut bagi frase
lemari kecil, dan klausa kehidupan amat mahal pada kalimat (232) merupakan
atribut bagi negerinya.

Kata penghubung yang digunakan untuk menghubungkan klausa inti dengan


klausa bawahan dalam kalimat luas yang tidak setara banyak, 1.2. ialah bahwa,
ketika, karena, asal, sekalipun, yang, tempat.

2.4.2. Hubungan Makna antara Kalusa yang Satu dengan Kaluasa Lainnya
dalam Kalimat Luas

Di samping terdapat hubungan gramatik antara kalusa yang satu dengan


klausa yang lainnya, seperti yang telah dikemukakan pada 2.4.1., dalam kalimat
luas terdapat juga hubungan makna yang timbul sebagai akibat pertemuan antara
klausa yang satu dengan yang lainnya. Dari penilitian yang dilakukan, diperoleh
17 hubungan makna, yang mungkin bisa ditambah lagi.

1. Penjumlahan
2. Perturutan
3. Pemilihan
4. Perlawanan
5. Lebih
6. Waktu
7. Perbandingan
8. Sebab
9. Akibat
10. Syarat
11. Pengandaian
12. Harapan
13. Penerang
14. Isi
15. Cara
16. Perkecualian
17. Kegunaan

2.4.2.1. Hubungan Makna Penjumlahan

Untuk menjelaskan pengertian hubungan makna ‘penjumlahan’, marilah kita


perhatikan dua kalimat di bawah ini:

(233) Setiap pagi Ali menyapu dan mengepel lantai.

(234) Setiap pagi Ali menyapu atau mengepel lantai.

Dengan kalimat (233) dinyatakan bahwa setiap pagi Ali melakukan dua
pekerjaan, yaitu pekerjaan ‘menyapu lantai’ dan ‘mengepel lantai’, sedangkan
dengan kalimat (234) dinyatakan bahwa setiap pagi Ali hanya melakukan sutu
pekerjaan, yaitu pekerjaan ‘menyapu lantai’ atau pekerjaan ‘mengepel lantai’.

Hubungan antara menyapu dan mengepel lantai pada kalimat (233) termasuk
hubungan makna ‘penjumlahan’. Yaitu hubungan makna yang bersifat
menjumlahkan, menambahkan, atau menggabungkan, sedangkan hubungan antara
menyapu dan mengepel lantai pada kalimat (234) termasuk hubungan
makna’pemilihan’.

Kata penghubung yang banyak digunakan untuk menyatakan hubungan


makna ‘penjumlahan’ ialah kata dan. Misalnya:

(235) Dia membuka tali rambutnya dan mulai menyisir.


(236) Ketika pertunjukan terbang indah selesai, pesawat jet dan luar negeri itu
mendarat satu demi satu dan berhenti berjajar di depan panggung
kehormatan.
(237) Penerbangannya turun dan berdiri disamping pesawat.

Kata penghubung lain yang digunakan untuk menyatukan hubungan makna


‘penjumlahan’ ialah dan lagi, lagi, lagi pula, serta, selain, di samping, tambah
pula, dan tambah lagi. Misalnya:

(238) Dia membentak serta membanting-banting kakinya ke lantai.


(239) Tulisan dokter itu kecil lagi tidak jelas
(240) Tenaga kami terbatas, lagi pula dari pengalaman selama ini usaha yang
kami lakukan memuaskan hasilnya
(241) Selain aku berkesampatan menemui anak-anakku, aku juga berencana
untuk mengatur kebun sebagai penenang hati dan pikiran.

Kalimat (239) di atas, yaitu kalimat Tulisan dokter itu kecil lagi tidak jelas
sesungguhnya dapat digolongkan kalimat sederhana dan dapat pula digolongkan
kalimat luas. Hal itu tergantung pada intonasinya. Jika diucapkan dengan jeda
sedang sesudah mengucapkan kata kecil, maka kalimat itu merupakan kalimat
luas, tetapi jika diucapkan dengan jeda pendek saja, kalimat itu, kalimat itu
termasuk kalimat sederhana. Sebagai kalimat luas intonasinya [2] 3 // [2] 3 2 // [2]
3 1 # dan sebagai kalimat sederhana intonasinya [2] 3 // [2] 3 1 #. Jika kalimat
dipandang sebagai kalimat sederhana, maka kecil lagi tidak jelas dipandang
sebagai frase endosentrik yang koordinatif.

2.4.2.2. Hubungan Makna ‘Perturutan’

Yang dimaksud hubungan makna ‘perturutan’ ialah hubungan makna yang


menyatakan bahwa peristiwa, keadaan, atau perbuatan yang dinyatakan dalam
klausa itu berturut-turut terjadi atau dilakukan. Secara jelas hubungan ini ditandai
dengan kata penghubung lalu. Misalnya:

(242) Ia mengunci sepedanya, lalu masuk ke sebuah toko.


(243) Aku menyalami mereka, lalu keluar.
Di samping kata penghubung lalu diginakan juga kata kemudian dan lantas.
Kata lantas lazim digunakan dalam bahasa Indonesia ragam santai. Misalnya:

(246) Kami berhenti sebentar, kemudian dengan suara sederhana kami


bertanya.
(247) Aku mandi air dingin dan bercukur, kemudian mengenakan pakaian
seragam untuk malam hari.
(248) Dia menutup jendela mobil, lantas keluar.

2.4.2.3. Hubungan Makna Pemilihan

Hubungan makna pemilihan ialah hubungan makna yang menyatakan


bahwa hanya salah satu dari yang tersebut pada klausa-klausa yang merupakan
kenyataan. Misalnya:

Engkau menyanyi atau bermain piano.

Kalimat di atas terdiri dari dua klausa, yaitu engkau menyanyi dan
(engkau) bermain piano. Kedua klausa itu dihubungkan dengan kata penghubung
atau. Dengan penghubung atau jelas bahwa orang yang diajak berbicara diminta
memilih menyanyi atau bermain piano. Berbeda halnya apabila kata penghubung
atau diganti dengan dan menjadi:

Engkau menyanyi dan bermain piano.

Di sini orang yang diajak berbicara diminta melakukan kedua pekerjaan,


yaitu menyanyi dan bermain piano.

Pada umumnya hubungan makna pemilihan dinyatakan dengan kata


penghubung atau. Akan tetapi, kadang-kadang penghubung baik … maupun,
digunakan juga untuk menyatakan hubungan makna itu. Misalnya:

Baik pemuda itu kaya maupun miskin, aku tidak mempunyai perhatian kepadanya.

Penghubung baik … maupun pada kalimat di atas dapat diganti dengan


kata penghubung atau, menjadi:

Pemuda itu kaya atau miskin, aku tidak mempunyai perhatian kepadanya.
2.4.2.4. Hubungan Makna Perlawanan

Hubungan makna perlawanan ialah hubungan makna yang menyatakan


bahwa yang dinyatakan dalam klausa yang satu berlawanan atau berbeda dengan
yang dinyatakan dalam klausa lainnya. Makna ini dinyatakan dengan kata
penghubung tetapi, tapi, akan tetapi, namun, hanya, melainkan, sedang,
sedangkan, padahal, dan sebaliknya.

Kata tetapi dan akan tetapi merupakan kata penghubung yang lazim
digunakan dalam ragam resmi, berbeda dengan kata tapi yang lazim digunakan
dalam ragam santai, dan kata namun yang sering digunakan dalam ragam sastra.

Beberapa contoh, misalnya:

1. Rumah itu bagus, tetapi pekarangannya tidak terpelihara.


2. Setelah diet, berat badan akan turun sedikit, akan tetapi begitu usaha
memperkecil timbangan badan dihentikan ia kembali menjadi gemuk.
3. Dia tidak langsung pulang, tapi berputar-putar di jalan Thamrin dan
Jenderal Sudirman.
4. Karmila sudah ingin pulang pada hari ketiga, namun dokter menyuruhnya
beristirahat di situ seminggu.
5. Di rumah dia tak kerasan, sedang di kampus teman-teman yang
dikenalnya jarang muncul.
6. Bagaimana engkau bisa melihat kakinya dan bahunya sedangkan dia
memakai baju Vietnam yang tertutup rapat.
7. Dia berjalan seperti dokar yang rodanya baling berjalan di tanah becek,
padahal ia berjalan di trotoar yang halus.
8. Teman sekelas saya terpanggil untuk masuk TC, hanya ia belum bersedia
memenuhi panggilan itu.

Berbeda dengan kata penghubung yang telah dibicarakan di atas, kata


melainkan selalu didahului klausa negatif. Misalnya:

Pujangga itu bukan tukang mimpi, melainkan orang yang berkemauan luar biasa.
Kata meski, meskipun, walau, walaupun, kendati, kendatipun, biar,
biarpun, sekalipun, dan sungguhpun termasuk pada golongan kata penghubung
yang menyatakan perlawanan. Hal ini dapat dibuktikan oleh kemungkinan kata-
kata itu bersubstitusi dengan kata tetapi. Misalnya:

Meskipun sudah kaya, ia masih juga giat mengumpulkan harta.

Kata meskipun pada kalimat di atas dapat disubstitusi dengan kata tetapi
sekalipun dengan sedikit perubahan struktur sehingga kalimat itu menjadi:

Ia sudah kaya tetapi masih juga giat mengumpulkan harta.

Di bidang makna terdapat perbedaan di antara kata-kata penghubung itu.


Meskipun semuanya dikatakan termasuk kata penghubung yang menyatakan
makna perlawanan. Tetapi sesungguhnya makna perlawanan itu masih dapat
dibedakan menjadi beberapa golongan.

Kita perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini:

1. Ahmad kaya, tetapi Ali miskin.


2. Ahmad berbaju merah, tetapi Ali berbaju putih.
3. Ahmad pandai, tetapi malas.
4. Ahmad ingin pergi ke Jakarta, tetapi tidak mempunyai bekal.

Kalimat (1) terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Ahmad kaya dan 2. Ali miskin.
Yang dinyatakan dalam dua klausa itu berlawanan dalam arti sesungguhnya
seperti halnya hitam dan putih. Makna perlawanan yang semacam ini disebut
perlawanan yang opositif.

Kalimat (2) terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Ahmad berbaju merah dan 2.
Ali berbaju putih. Makna kedua klausa ini tidak berlawanan, melainkan berbeda
seperti halnya Semarang dan Jakarta. Makna perlawanan ini disebut perlawanan
yang kontrastif.

Kalimat (3) terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Ahmad pandai dan 2. (Ahmad)
malas. Yang dinyatakan pada klausa (2) membatasi atau mengurangi sifat baik
yang dinyatakan pada klausa pertama. Makna perlawanan yang semacam ini
disebut perlawanan yang limitatif.

Kalimat (4) juga terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Ahmad ingin pergi ke
Jakarta dan 2. (Ahmad) tidak mempunyai bekal. Yang dinyatakan pada klausa
kedua sesungguhnya tidak berlawanan dengan yang dinyatakan pada klausa
pertama, melainkan berlawanan dengan implikasinya, yaitu ‘tentunya Ahmad
mempunyai bekal untuk ke Jakarta’. Hubungan makna perlawanan seperti ini
disebut perlawanan yang implikatif.

BAGAN PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG PERLAWANAN

Kata Makna Perlawanan


Penghubung Opositif Kontrastif Limitatif Implikatif
Tetapi + + + +
Tapi + + + +
Akan tetapi + + + +
Hanya - - + +
Meskipun - - + +
Meski - - + +
Walaupun - - + +
Walau - - + +
Kendatipun - - + +
Kendati - - + +
Biarpun - - + +
Biar - - + +
Sekalipun - - + +
Sungguhpun - - + +
Sedangkan + + - -
Sedang + + - -
Melainkan - + - -
Sebaliknya + - - -

Keterangan:
Tanda +: digunakan untuk menyatakan makna perlawanan yang diberi
tanda ini.

2.4.2.5. Hubungan Makna Lebih

Hubungan makan lebih adalah makna yang menyatakan apa yang


dinyatakan pada klausa yang mengikuti kata penghubung melebihi apa yang
dinyatakan pada klausa lainnya. Hubungan makna ini dinyatakan dengan kata
penghubung bahkan. Misalnya:

Dia mulai marah-marah, bahkan menuduhku telah mengabaikannya selama


bertahun-tahun.

Kata penghubung malah dan malahan dugunakan pula untuk menyatakan


makna ini. Misalnya:

Dia mulai marah-marah, malah menuduhku telah mengabaikannya selama


bertahun-tahun.

Dia mulai marah-marah, malahan menuduhku telah mengabaikannya selama


bertahun-tahun.

2.4.2.6. Hubungan Makna Waktu

Hubungan makna waktu ialah hubungan makna yang menyatakan waktu,


yaitu waktu terjadinya, waktu permulaan maupun waktu berakhirnya perbuatan,
peristiwa, atau keadaan yang tersebut pada klausa inti. Kata penghubung yang
biasa digunakan untuk menyatakan hubungan makna ini adalah ketika, tatkala,
tengah, sedang, waktu, sewaktu, selagi, semasa, sementara, serta, demi, begitu,
selama, dalam, setiap, setiap kali, tiap kali, sebelum, setelah, sesudah, sehabis,
sejak, semenjak, sedari, hingga, sehingga, dan sampai.

ketika, tatkala, tengah, sedang, waktu, sewaktu, selagi, semasa,


sementara, serta, demi, begitu, selama, dan dalam menyatakan bahwa yang
dinyatakan dalam klausa inti dan klausa bawahan itu terjadi bersama-sama.
Misalnya:

Ali membaca surat kabar ketika ibunya memanggil-manggil.

Kata penghubung setiap, setiap kali, dan tiap kali sama dengan kata-kata
penghubung di atas, namun bedanya ialah yang dinyatakan pada klausa-klausa itu
beberapa kali terjadi. Misalnya:

Setiap kali dia datang, dilihatnya Karmilla bertambah cantik.

Kata penghubung sebelum digunakan apabila yang dinyatakan pada klausa


inti lebih dahulu terjadi daripada yang dinyatakan klausa bawahan. Misalnya:

Sebelum ayahku meninggal, aku telah menanam tiga batang pohon kelapa.

Apabila yang terjadi pada klausa inti terjadi lebih kemudian daripada yang
tersebut pada klausa bawahan, maka digunakan kata penghubung setelah,
sesudah, dan sehabis. Misalnya:

Setelah mencuci pakaian, aku menunggunya di geladak.

Kata penghubung sejak, semenjak, dan sedari digunakan untuk


menyatakan batas waktu permulaan. Kata sedari kurang lazim digunakan terlebih
dalam ragam resmi. Misalnya:

Semenjak ia pindah dari rumah ini, aku belum pernah bertemu.

Kata penghubung hingga, sehingga, dan sampai digunakan untuk


menyatakan batas waktu akhir. Misalnya:

Keadaan itu berlangsung terus hingga saat kopi disuguhkan.

2.4.2.7. Hubungan Makna’ Perbandingan’


Hubungan makna ‘perbandingan’ menyatakan suatu perbandingan, yaitu
perbandi-ngan antara apa yang dinyatakan pada klausa inti dengan apa yang
dinyatakan pada klausa bawahan. Jika perbandingan itu menunjukkan bahwa apa
yang dinyatakan pada klausa inti melebihi apa yang dinyatakan pada klausa
bawahan, maka digunakan kata penghubung daripada yang menuntut hadirnya
kata lebih pada klausa inti. Misalnya:
(328) Mereka lebih suka memiliki uang daripada menyimpan barang.
(329) Daripada engkau mengobrol sepanjang hari, lebih baik waktumu
kaupergunakan untuk membersihkan kamarmu.
(330) Daripada engkau berkeliaran sepanjang jalan, lebih baik tinggal di
rumah, memelihara kebun.
Apabila perbandingan itu menunjukkan adanya kesamaan atau kemiripan,
digunakan kata penghubung seperti, sebagaimana, bagai, seakan-akan, seakan,
seolah-olah, seolah, serasa-rasa dan serasa misalnya:
(331) Engkau pernah berjanji untuk memberi kebebasan kepada anakmu
dahulu seperti aku pernah berjanji pula.
(332) Mukanya jatuh ke lantai seperti tak ada keberanian untuk menatap
wajah suster kepala yang tenang dan berwibawa.
(333) Aku akan mencintai makhluk kecil itu sebagaimana seorang ibu
mencintai anaknya.
(334) Joki terloncat bagai disengat kalajengking.
(335) Aku protes terhadap kesibukannya seakan-akan hidup ini hanya untuk
kariernya, prestisenya, apa pun dalilnya.
(336) Aku menggelengkan kepala seakan aku berusaha untuk mengusir
pikiran-pikiran terhadap orang yang telah meninggalkan aku.
(337) Sampai di salon suasana berubah tenang seolah-olah kapal itu tidak
berpenghuni.
(338) Mahasiswa itu tersenyum perlahan seolah tidak menginsafi arti kata-
kata suamiku.
(339) Uang itu merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan
serasa-rasa ekonomi rumah tangga ditentukan oleh uang.
(340) Di musim kemarau udara sangat panas serasa pecah kepalaku karena
teriknya matahari.
2.4.2.8. Hubungan Makna ‘Sebab’
Terdapat hubungan makna ‘sebab’ apabila klausa bawahan menyatakan
sebab atau alasan terjadinya peristiwa atau dilakukan tindakan yang tersebut
dalam klausa inti. Hubu-ngan ini secara jelas ditandai dengan kata penghubung
karena, Misalnya:
(341) Suamiku tidak mau pindah ke gedung yang disediakan oleh
perwakilannya karena letaknya agak jauh dari kota.
Digunakan pula kata-kata penghubung oleh karena, sebab, lantaran,
berhubung, berkat, dan akibat. Misalnya:
(342) Percakapan-percakapan hadirin kadang-kadang tidak kutangkap oleh
karena pikiranku tidak ada di sana.
(343) Bibi kesepian sebab tidak memunyai anak dan pamanmu sudah tiada.
(344) Berhubung nama saya sudah cemar, lebih baik saya mengundurkan
diri.
Kata lantaran lebih lazim digunakan dalam ragam tidak resmi.
Misalnya:
(345) Kadang-kadang aku agak menyesal lantaran mengikutkan bakaran
idealisme waktu yang lalu.
(346) Teh hijau digemari orang lantaran teh hijau melancarkan air seni.
Kata penghubung berkat hanya digunakan untuk hal-hal yang baik, hal-hal
yang me-nyenangkan, sebaliknya kata penghubung akibat hanya digunakan untuk
hal-hal yang tidak baik atau tidak menyenangkan. Misalnya:
(347) Berkat rajin dan ulet, ia berhasil dalam usahanya.
(348) Akibat tertimpa longsoran batu padas pada sebuah gua, empat orang
itu telah meninggal seketika.
2.4.2.9. Hubungan Makna ‘Akibat’
Terdapat hubungan makna ‘akibat’ apabila klausa bawahan menyatakan
akibat dari apa yang dinyatakan pada klausa inti. Secara jelas hubungan makna ini
ditandai dengan kata-kata penghubung hingga, sehingga, sampai, dan sampai-
sampai. Misalnya:
(352) Matahari kuning sekali hingga warna cat terali yang putih kelihatan
seperti bertahun-tahun tidak disentuh kuas yang baru.
(353) Begitu asyik dia sehingga panggilan yang amat halus itu masih
mengejutkannya.
(355) Ditepuknya lagi mejanya dengan keras sampai tangannya sakit.
(356) Fani tertawa gelak-gelak sampai merah mukanya.
(357) Dia gusar bukan main sampai-sampai bibirnya terkatup rapat, tak
kuasa bersuara.
2.4.2.10. Hubungan Makna ‘Syarat’
Terdapat hubungan makna ‘syarat’ apabila klausa bawahan menyatakan
syarat bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti. Secara jelas
hubungan ini ditandai dengan kata penghubung jika. Misalnya:
(359) Kemauan untuk hidup ini akan ada jika di dalam diri seseorang ada
perasaan bahwa dia dibutuhkan oleh lingkungannya.
Kata-kata penghubung lain yang digunakan untuk menyatakan hubungan
makna ‘syarat’ ialah apabila, bila, bilamana, manakala, jikalau, kalau, asal, dan
asalkan. Misalnya:
(360) Apabila hal itu terjadi juga, aku akan mencelanya di depan siapa pun
tanpa memedulikannya kesopanan bahasa.
(361) Aku hanya dapat berjumpa dengan mereka pada waktu-waktu libur
sekolah atau pada hari Sabtu dan Minggu bila mereka tidak
mendapatkan hukuman.
(362) Bilamana hujan turun agak lebat, daerah itu tentu tergenang air.
(363) Sejuta rasa bergulatan dalam dada manakala melihat betapa pucatnya
muka perempuan yang lunglai itu.
(364) Jikalau aku dapat lulus dari SMA, aku akan melanjutkan pelajaranku
ke fakultas Sastra.
(365) kalau kakak perempuanku tertawa terbahak-bahak oleh sesuatu yang
amat lucu, ibuku mengerenyutkan keningnya.
(366) Lia juga cantik asal tak terlalu banyak makan coklat dan minum
eskrim.
(367) Akan tercapai cita-citamu asalkan engkau berusaha sungguh-sungguh.
2.4.2.11. Hubungan Makna ‘Pengandaian’
Terdapat hubungan makna ‘pengandaian’ apabila klausa bawahan
menyatakan suatu andaian, suatu syarat yang tidak mungkin terlaksana bagi
klausa inti sehingga apa yang di-nyatakan oleh klausa inti juga tidak mungkin
terlaksana. Hubungan makna ini ditandai de-ngan kata-kata andaikan, andaikata,
seandainya, sekiranya, dan seumpama. Misalnya:
(368) Andaikan gadis itu tidak suka padamu, engkau harus menjamin dia
kecuali bila ia berkeberatan.)
(369) Andaikata nona maju ke pengadilan, tentu perkara ini akan
disidangkan dan tentu perhatian pers dan publik yang sudah mereda
itu ajan hangat kembali.
(370) Seandainya engkau tidak hadir malam itu, kami tidak akan
mendapatkan uang sedemikian banyaknya.
(371) Sekiranya ia seorang dokter, tentu akan dapat menolongnya.
(372) Aku tidak dapat memikirkan apa yang akan terjadi seumpama dia
ada di sana.
2.4.2.12 Hubungan Makna ‘Harapan’
Dalam hubungan ini klausa bawahan menyatakan sesuatu yang
diharapkan, ialah dengan terlaksananya atau dikerjakannya apa yang tersebut pada
klausa inti diharapkan akan terlaksana atau dikerjakan pula apa yang tersebut pada
klausa bawahan. Hubungan makna ini ditandai dengan kata-kata penghubung
agar, supaya, agar supaya, dan biar. Misalnya:
(373) Dokter itu memberi isyarat agar Anton mengikutinya.
(375) Disapu-sapunya rambutnya supaya tampak rapi.
(377) Dibuatnya katalog bagi buku-bukunya agar supaya mudah
mencarinya.
(378) Anaknya yang sedang sakit dibawanya ke dokter biar lekas sembuh.
2.4.2.13. Hubungan Makna ‘Penerang’
Terdapat hubungan makna ‘penerang’ apabila klausa bawahan
menerangkan salah satu unsur yang terdapat pada klausa ini. Unsur yang
diterangkan itu selalu berupa kata atau frase nominal. Misalnya:
(379) Sebelum tidur, waktuku kupergunakan untuk membalas surat-surat
yang jumlahnya amat terbatas.
(380) Bangunan itu terletak di bagian luar kota, berhadapan dengan gereja
kecil yang loncengnya bersuara besar dan nyaring.
Kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini
ialah yang, di mana(bukan ragam baku), dari mana(bukan ragam baku), dan
tempat. Misalnya:
(381) Pintu kamar itu menuju ke kamar tamu yang sekarang ditempati oleh
kedua orang tua Faisal.
(383) Jenazah kapten Suwarno akan dimakamkan di Yogya, di mana istri
dan dua anaknya telah menunggu dengan kesedihan yang kukira
lebih parah dariku.
(385) Waktu-waktuku di luar sekolah kuhabiskan di gedung kecil, dari
mana orang selalu dapat mendengar suara gamelan yang lembut atau
penuh gairah dan semangat.
2.4.2.14. Hubungan Makna ‘Isi’
Terdapat hubungan makna ‘isi’ apabila klausa bawahan menyatakan apa
yang dikatakan, dipikirkan, didengar, disadari,diyakini, diketahui, dinyatakan,
dijelaskan, dikemukakan, ditanyakan dalam klausa inti. Hubungan makna ini
ditandai denga kata penghubung bahwa. Misalnya:
(388) Aku mulai mengerti hari itu bahwa Saputro benar-benar menaruh
perhatian padaku.
(389) Ada yang berkata bahwa dari surat-surat orang akan dapat
mengetahui pribadi seseorang.
Kata kalau dan kalau-kalau digunakan juga untuk menyatakan hubungan
makna ‘isi’, yaitu isi yang ditanyakan. Misalnya:
(391) Seorang bertanya kalau aku mau melihat keadaan mayat.
(392) Sebentar-sebentar Mokar mendekati aku untuk menanyakan kalau-
kalau aku memerlukan sesuatu.
Kata penghubung kalau dan kalau-kalau pada kalimat tersebut dapat
digantikan menggunakan kata apakah.
2.4.2.15. Hubungan Makna ‘Cara’
Terdapat hubungan makna ‘cara’ apabila klausa bawahan menyatakan
bagaimana perbuatan yang disebutkan dalam klausa inti itu dilakukan atau
bagaimana peristiwa yang disebutkan dalam klausa inti itu terjadi. Kata
penghubung yang digunakan dalam hubungan ini ialah kata dengan, tanpa,
sambil, seraya, dan sembari. Misalnya:
(397) Narti duduk di tempat tidur dengan kedua kakinya ditumpangkan di
sebuah bangku kecil.
(400) Tubuhmu yang suci dijamah mereka secara kurang ajar tanpa
engkau bisa berbuat apa-apa.
(402) Aku mencoba tersenyum sambil menggelengkan kepala.
(403) Anton mengangkat bahu seraya menoleh kepala kepada isterinya.
(404) Dia meletakkan buah segar di meja dekat kepala Widuri sembari
bernyanyi-nyanyi. (digunakan dalam bahasa Indonesia ragam santai)
2.4.2.16. Hubungan Makna ‘perkecualian’
Terdapat hubungan makna ‘perkecualian’ menyatakan sesuatu yang
dikecualikan dari apa yang dinyatakan dalam klausa inti. Kata penghubung yang
digunakan ialah kecuali dan selain. Misalnya:
(407) Hari pertama tidak terjadi sesuatu pun kecuali kadang-kadang kami
bergandengan tangan untuk melompati semak-semak atau tanah
tanggul yang agak tinggi.
(408) Santo tidak melakukan dan dengan sepenuhnya selain sekedar
melangkahkan kaki untuk tidak terpijak atau menginjak.
Kata kecuali pada kalimat (407) dapat diganti dengan kata selain dan kata
selain pada kalimat (408) dapat diganti dengan kata kecuali.
2.4.2.17. Hubungan Makna ‘Kegunaan’
Terdapat hubungan makna ‘kegunaan’ apabila klausa bawahan
menyatakan kegunaan, menjawab pertanyaan untuk apa. Kata penghubung yang
digunakan ialah kata untuk, guna, dan buat (tidak digunakan dalam ragam bahasa
baku). Misalnya:
(411) Dia diangkat menjadi mandor untuk memimpin beberapa pekerjaan
lainnya.
(416) Hakin mendatangkan saksi guna dimintai penjelasan.
(417) Ia bekerja keras buat mencapai cita-citanya.
(418) Banyak negara yang dikunjunginya buat memperoleh kepuasan
hidup.

Anda mungkin juga menyukai