Anda di halaman 1dari 38

Field Code Changed

BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh dalam wujud lisan dan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). dilihat dari predikat, kalimat-kalimat dalam bahasa indonesia ada dua macam, yaitu : Kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja, dan Kalimat-kalimat yang bukan kata kerja. Akan tetapi, dalam pemakaian sehari-hari kalimat yang berpredikat kata kerja lebih besar jumlahnya daripada kalimat yang berpredikat bukan kata kerja. Hal itu membantu kita dengan mudah untuk menentukan predikat sebuah kalimat Oleh sebab itu, kami sengaja membuat dan menyusun makalah yang membahas tentang Struktur Kalimat . 1.2 Rumusan Masalah apa itu kalimat bagaimana sistematika sebuah kalimat apa jenis-jenis kalimat

Field Code Changed

1.3 Tujuan Dalam penyusunan makalah berjudul Struktur Kalimat ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun pembaca dan masyarakat luas. Adapun tujuan berikut adalah sebagai berikut: Bagi Penulis o Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa

Indonesia yang di bimbing oleh Ibu Kasih. o Makalah ini dibuat agar penulis lebih memahami mengenai kalimat. Bagi Pembaca dan Masyarakat Luas o Makalah ini dimaksudkan untuk meminimalisir kekeliruan yang

seringkali dibuat oleh mahasiswa dalam menulis dan menjelaskan kalimat.

Field Code Changed

BAB II Landasan Teori 2.1. Landasan Teori Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurang-kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut. Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu . Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula berupa adjektiva dan nomina. Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat. Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebihtidak terdapat predikat di dalamnyadan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif.

Field Code Changed

2.2. Tinjauan Studi Dalam makalah struktur kalimat ini kami menyusun dan merangkum berdasarkan dari Buku Bahasa Indonesia untuk universitas serta dari media sosial. Judul dari makalah ini juga pernah dikaji oleh peneliti lainnya berdasarkan dari penelusuran kami pada media elektronik seperti internet, kami menemukan dua makalah yang membahas tema sama. Tiap makalah menjelaskan tentang unsur-unsur kalimat, ciri-ciri kalimat, dan sebagiannya.

Field Code Changed

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Batasan Dan Ciri-Ciri kalimat Kalimat merupakan satuan dasar wacana. Artinya, wacana akan hanya terbentuk jika ada dua kalimat, atau lebih, yang letaknya berurutan berdasarkan kaidah kewacanaan. Dengan demikian, di setiap tuturan, berupa kata atau untaian kata, yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan diatas pada suatu wacana atau teks, berstatus kalimat. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik(.), tanda tanya(?), tanda seru(!); sementara itu, didalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma(,), titik dua(: ), tanda pisah(-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedsngkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru melambangkan kesenyapan. Berikut ini adalah kutipan sebuah wacana (teks) yang terdiri atas satu paragraf. Willi sendiri masih tercekam rasa berdosa atas tewasnya sangian. Apakah sekarang ia harus mengulangi melamar tantrini? Apa akal ?ia tidak dapat menipu diri sendiri. Ia membutuhkan teman hidup. Teman bertimbang. Teman ditempat tidur. Ternyata tidak banyak manusia yang mampu hidup dalam kesendirian. Teks diatas terdiri dari delapan kalimat, dua diantaranya diakhiri dengan tanda tanya dan selebihnya diakhiri dengan tanda titik. Kedelapan kalimat yang membentuk paragraf ditulis kembali sebagai contoh (2a 2h) dibawah ini.

Field Code Changed

a. Willi sendiri masih tercekam rasa berdosa atas tewasnya sangian. b. Apakah sekarang ia harus mengulangi melamar tantrini? c. apa akal? d. ia tidak dapat menipu diri sendiri. e. ia membutuhkan teman hidup. f. teman bertimbang. h. ternyata tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian. Seperti tampak pada contoh di atas, panjang kalimat dapat beragam. Kalimat (a) dan (h), misalnya, terdiri atas sembilan kata, sedangakan kalimat (c) hanya terdiri atas dua kata. Tentu saja banyak kalimat yang lebih panjang daripada (a, h) itu ; dan yang lebih pendek daripada (c), yaitu hanya terdiri satu kata, tidak jarang. Kalimat (b) dan (c) lazim disebut Kalimat tanya atau kalimat interogatif dan yang lain disebut kalimat berita atau kalimat

deklaratif . kalimat (f) dan (g) sesungguhnya masing-masing merupakan bagian dari kalimat yang lebih panjang, yaitu (ia membutuhkan) teman bertimbang dan (ia membutuhkan) teman ditempat tidur. Karena itu, kalimat (f) dan (g) itu disebut kalimat taklengkap atau kalimat minor. 3.2 BAGIAN-BAGIAN KALIMAT Di lihat dari segi bentuknya,kalimat dapat dirumuskan sebagai konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Hubungan struktural antara kata dan kata, atau kelompok kata dan kelompok lain, berbeda-beda. Sementara itu kedudukan tiap kata atau kelompok kata dalam kalinmat itu berbeda-beda pula. Ada kata atau kelompok kata yang dapat di hilangkan dengan mengahasilkan bentuk yang tetap berupa kalimat seperti

Field Code Changed

pada (b), dan ada pula yang tidak seperti pada (b). Antara kalimat dan kata terdapat dua satuan sintaksis antara, yaitu klausa dan frasa. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi sedangkan frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur predikasi. Perlu di catat bahwa di bawah kata masih ada satu satuan kata tata bahasa, yaitu morfem. a. Ibu pergi kepasar b. ibu pergi c. Masalah itu menyangkut masa depan kita. d. *masalah itu menyangkut. 3.2.1 Kalimat dan Klausa Kecuali dalam hal intonasi akhir atau tanda baca yang menjadi ciri kalimat yang telah di singgung, Kalimat dalam banyak hal tidak berbeda klausa. Baik kalimat maupun klausa merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur predikasi. Di lihat dari segi struktur internal-nya, kalimat dan klausa keduanya terdiri atas unsur predikat dan subjek dengan atau tanpa objek, pelengkap, atau keterangan. Perhatikan contoh berikut. a. Dia cantik (Subjek + Predikat) b. Anak itu makan kue (Subjek + Predikat + Objek) c. Mereka berbicara tentang politik (Subjek + Predikat + Pelengkap) d. Ayah ada di rumah (Subjek + Predikat + Keterangan)

Field Code Changed

Bentuk-bentuk pada diatas sering diacu sebagai kalimat dan juga sebagai klausa bergantung pada cara memandangnya. Bentu-bentuk in disebut klausa jika jika cara pandangnya didasarkan pada struktur internalnya. Setiap konstruksi sintaksis yang terdiri atas unsur subjek dan predikat (tanpa memperhatikan intonasi atau tanda baca akhir) adalah klausa. Bentuk-bentuk pada(5) itu disebut kalimat jika kita melihat adanya unsur-unsur subjekpredikat lengkap dengan intonasi atau tanda baca akhir. Di samping konstruksi seperti pada diatas, terdapat konstruksi sintaksis yang mengandung dua unsur predikat atau lebih. Dalam hal demikian, konsep kalimat dan klausa terasa perlu dibedakan. Perhatikan contoh berikut. a. Dia pergi pukul 6. b. Saya sedang mandi c. Dia pergi pukul 6 ketika saya sedang mandi ketika konstruksi pada contoh diatas itu merupakan kalimat karena masing-masing tidak menjadi bagian dari konstruksi yang lebih besar. Kalimat terdiri atas satu klausa dengan struktur subjek + predikat + keterangan; kalimat juga terdiri atas satu klausa dengan struktur subjek + predikat. Pada (6c) terdapat dua klausa, yaitu dia pergi pukul 6 dengan struktur subjek + predikat + keterangandan ketika saya sedang mandi dengan struktur konjungtor + subjek + predikat. Klausa yang terakhir ini merupakan bagian dari konstruksi sintaksis lebih besar, yaitu klausa dia pergi pukul , yang berfunsi sebagai keterangan tambahan terhadap bentuk pukul 6. Klausa dia pergi pukul 6 yang lebih besar pada (c) itu lazim disebut klausa utama atau induk kalimat sedangkan klausa ketika saya sedangmandi disebut klausa subordinatif atau anak kalimat. Sementara itu, kalimat(a) dan (b), yang

Field Code Changed

masing-masing hanya terdiri atas satu klausa, disebut kalimat tunggal, sedangkan kalimat (c) yang terdiri atas dua klausa, disebut kalimat majemuk. 3.2.2. Konsistuen Kalimat Seperti yang telah disiinggung diatas, kalimat merupakan konstruksi siktaksis terbesar yang terdiri dari dua kata atau lebih. Ini berarti bahwa kalimat merupakan satuan terbesar untuk pemberian sinteksis dan kata yang terkecil. Walaupun kalimat dapat diuraikan menjadi untaian kata, penguraian itu tidak langsung dari kalimat ke kata. Diantara kalimat dan kata biasanya ada satuan antara yang berupa kelompok kata. Baik kalimat maupun kelompok kata yang menjadi unsuir kalimat dapat dipandang sebagai suatu konstruksi. satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi disebut Konstituen konstruksi tersebut. Analisis struktual bsuatu kalimat pada dasarnya adalah menetapkan pola hubungan konstituennya yang memperlihatkan secara lengkap hierarki konstituen-konstituen kalimat itu. Tiap-tiap konstituen itu terdiri atas dua konstituen yang lebih kecil, yaitu anak dan itunya untuknya anak itu, melempar, dan bolanya untuknya melempar bola, serta ke dan lapangan untuk kelapangan. Pengelompokkan kata-kata membentuk kalimat itu ke dalam satuan-satuan anak itu, melempar bola, dan kelapangan sepenuhnya didasarkan pada hubungan kata-kata tersebut. Kata itu lebih erat hubungannya dengan anak daripada dengan melempar, dank arena itu membentuk satu satuan yang lebih besar. Hubungan antara kata bola dan melempar lebih erat daripada antara bola dan kata ke lebih dekat dengan lapangan. Frasa anak itu, melempar bola, dan ke lapangan pada bagan 9.1 itu merupakan konstituen langsung biasa kalimat anak itu melempar bola ke

Field Code Changed

lapangan karena merupakan konstituen yang setingkat lebih kecil daripada konstruksi kalimat tersebut. Kata anak, itu, melempar, bola, ke, danlapangan merupakan konstituen kalimat anak itu melempar bola ke lapangan, tetapi bukan konstitusi langsung karena terdapat satu atau konstituen antara, yaitu frasa anak itu, melempar bola, dan lapangan.

3.3 Struktur Kalimat Dasar Yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang (i) terdiri atas satu klausa, (ii) unsur-unsurnya lengkap, (iii) susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang umum, dan (iv) tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran dengan kata lain, kalimat dasar ini identic dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya paling lazim. Dalam pemberian kalimat, perlu dibedakan kategori sintaksis, fungsi sintaktis, dan peran semantic unsur-unsur kalimat. Setiap bentuk kata, atau frasa, yang menjadi konsekuen kalimat termasuk dalam kategori kata atau frasa terntentu dan masing-masing mempunyai fungsi sintaksis serta peran semantic tertentu pula. 1.3.1 Bentuk, kategori, fungsi, dan peran Pada pembahasan sebelumnya telah disinggung bahwa untuk kata terdapat, antara lain, kategori seperti berikut : a. Verba (V) Adjektiva (Adi) Adverbia (Adv) Nomina (N) b. Preposisi (Prep) Kongjungtor (Koni) Interjeksi (Interj) Partikel (part)

Field Code Changed

Sejalan dengan kategori kata, terdapat kategori frasa yang dibedakan berdasarkan unsur utamanya seperti pada (25a, 25b). perlu dicatat bahwa istilah Frasa Konjongtur atau frasa partikel tidak dikenal karena kombinasi kongjungtor atau partikel dengan kategori lain, kalau ada, sangat terbatas. a. Frasa Nominal (FN) Frasa Verbal (FV) Frasa Adjectival (FAdi) Frasa Adverbial (FAdv) Kata seperti meja, pergi, sakit, sering, dan kepada masing-masing termasuk dalam kategori N, V, Adj, Adv, dan Prep; dan Frasa meja itu, sudahpergi, agak sakit, seringsekali, dan kepada saya masing-masing tergolong FN, FV, FAdj, FAdv, dan FPrep Suatu bentuk kata yang tergolong dalam kategori tertentu dapat mempunyai fungsi sintaksis dan pransmatis yang berbeda dalam kalimat. kata ali, misalnya tergolong nomina, dan fungsi sebagai S (ubjek) dengan peran sebagai pelaku pada (26a), sebagai P (redikat) dengan peran sebagai atribut terhadap subjek pada (26b), sebagai O (bjek) dengan peran sebagai sasaran pada (26c), dan sebagai pel (engkap) dengan peran sebagai peruntung (beneficiary) pada (26d). a.Ali [S,pelaku] sedang belajar. b.Nama anak itu ali [P,atribut subjek] c.Ibu meninggal ali[O,sasaran] d.Ayah membeli baju untuk ali [Pel,peruntung] Sementara itu, kategori perlu pula dibedakan dari bentuk kata. Suatu bentuk kata dapat mempunyai keanggotaan rangkap dalam arti kata tersebut termasuk dalam dua kategori atau lebih. Kata sapu, misalnya, b. Frasa Preposional (FPrep)

Field Code Changed

tergolong N dalam sapu itu sudah rusak dan V dalam tolong sapu kamar saya. 3.3.2. Pola kalimat dasar Dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi sintaktis itu terisi, tetapi paling tidak harus ada konstituen pengisi subjek dan predikat. Kehadiran konstituen lainnya banyak ditentukan oleh konstituen pengisi predikat. Perhatikan contoh berikut. a. Dia [S] tidur [P] di kamar depan [Ket] b. Mereka [S] sedang belajar [P] bahasa inggris [Pel] sekarang [ket] c. Mahasiswa [S] mengadakan [P] seminar [O] di kampus [Ket] d. ayah [S] membelikan [P] saya [O] baju [pel] tadi siang [ket] pada contoh diatas, konstituen yang dicetak miring dapat dihilangkan tanpa mengakibatkan kejanggalan kalimat dalam arti bahwa makna kalimat tetap dapat dipahami tanpa harus diketahui konteks situasi pemakaiannya. Pada contoh diatas tampak bahwa hanya kalimat yang memiliki konstituen pengisi kelima fungsi sintaktis yang disebutkan di atas. Sementara itu, tampak pula bahwa kalimat dimulai dengan subjek, kemudian prediket, lalu objek, pelengkap, dan akhirnya keterangan jika unsur yang terakhir itu hadir. Jika kita mengamati pemakaian bahasa Indonesia, misalnya kalimatkalimat dalam suatu teks, kita akan menemukan banyak kalimat yang urutan unsur-unsurnya berbeda dari yang diperlihatkan di contoh diatas, terutama yang menyangkut letak keterangan dan letak prediket terhadap subjek kalimat. Keterangan dalam bahasa Indonesia banyak jenisnya dan letaknya dapat berpindah-pindah: diakhir, di awal, dan bahkan ditengah kalimat, seperti pada contoh dibawah berikut.

Field Code Changed

a. Dita membeli mangga kemarin b. Kemarin Dita membeli mangga c. Dita kemarin membeli mangga Kenyataan lain yang akan tampak kalau kita mengamati suatu teks adalah bahwa banyak kalimat yang predikatnya mendahului subjek kalimat. Kalimat-kalimat demikian pada umumnya dapat diubah susunannya sehingga berpola S-P. Kalimat (majemuk) Tidak banyak [P] manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian [S] dapat diubah menjadi manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian [S] tidak banyak [P]. Berdasarkan pertimbangan diatas, pola umum kalimat dasar dalam bahasa indonesia dapat dinyatakan seperti. S + P + (O) + (Pel) + (Ket) Dengan catatan bahwa unsur objek, pelengkap, dan keterangan yang ditulis di antara tanda kurung itu tidak selalu harus hadir dan keterangan dapat lebih dari satu. Apabila konstituen kalimat dasar yang tidak wajib hadir diabaikan, dari pola umum itu dapat diturunkan enam tipe kalimat dasar. Keenam tipe kalimat dasar itu, yang dibedakan berdasarkan pola unsur-unsurnya yang wajib. 3.3.4. Kalimat dasar dan konstituennya Kehadiran objek, pelengkap, atau keterangan wajib itu sangat ditentukan oleh bentuk dan jenis verba predikat. Verba menjadi pada Dia menjadi ketua koperasi termasuk tipe S-P-Ket, walaupun kedua verba itu termasuk verba taktransitif. Dari uraian di atas tampak bahwa verba predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai peranan yang dominan karena

Field Code Changed

menentukan kehadiran konstituen lain dalam kalimat. Perhatikan contoh berikut a. Ayah membeli baju baru. [S-P-O] b. Ayah membelikan adik saya baju baru. [S-P-O-Pel] Verba membeli menuntut kehadiran dua konstituen, yaitu (a) yang membeli (ayah) dan (b) yang dibeli (baju baru). Berbeda dengan membeli, verba membelikan menuntut, paling tidak secara potensial, hadirnya tiga konstituen: (a) yang membeli (ayah),(b) yang dibeli (baju baru), dan (c) yang dibelikan (adik saya). Kalimat (30) memang dapat ditambah dengan konstituen seperti untuk adik saya sehingga terciptalah kalimat (30a) berikut. ayah membeli baju baru untuk adik saya. [S-P-O-Pel] Akan tetapi, konstituen untuk adik saya tidak dituntut kehadirannya oleh membeli, baik secara faktual maupun secara potensial. Hal ini dapat berbeda dengan membelikan. Konstituen adik saya pada kalimat (31) tidak harus ada secara eksplisit asal konteks situasi pemakaiannya menentukan bahwa adik saya itulah yang dibelikan baju tersebut sehingga terdapat kalimat (31a) berikut. Ayah membelikan baju baru. [S-P-O-Pel] Jadi, pengertian bahwa baju baru itu dibeli untuk seseorang yang identitasnya dapat diketahui dari konteks situasi (dan bukan untuk ayah) tetap tersirat pada kalimat diatas. Diatas telah beberapa kali disinggung bahwa kehadiran unsur objek pelengkap, dan/atau keterangan wajib sangat bergantung pada bentuk dan jenis prediket. Dengan kata lain, unsur yang terdapat di sebelah kanan

Field Code Changed

merupakan konstituen yang berfungsi melengkapi verba prediket. Oleh karena itu objek, pelengkap, dan keteragan wajib disebut juga konstituen komplementasi atau pemerlengkap. Hubungan struktural unsur-unsur kalimat dasar dan wajib tidaknya kehadiran unsur-unsur itu dapat diperjelas dengan contoh berikut dengan catatan bahwa fungsi yang tidak wajib hadir ditulis di antara tanda kurung. dia sedang tidur di kamar sebelah
Kalimat

Subjek

Predikat

Objek

FN Dia

FV Sedang tidur

FPrep

Di kamar sebelah

3.3.5. Pola Kalimat Topik-Komen Pola-pola dasar pada kalimat dapat pula dilihat sebagai susunan kalimat yang terdiri dari atas dua bagian, yakni topik dan komen. Jadi, dalam kalimat seperti Orang itu menyerahkan sebuah bingkisan frasa orang itu

adalah topik sedangkan menyerahkan sebuah bingkisan adalah komen. Pola itu terdiri dari atas topik yang merupakan pokok pembicaraan, dan komen yang memberi penjelasan terhadap pokok tersebut. Topik merupakan hal yang dianggap diketahui oleh pendengan / pembaca sedangkan komen adalah ihwal yang merupakan penjelasan tentang topik tersebut. Dalam bahasa indonesia pola ini dapat pula diwujudkan dalam kalimat seperti berikut:

Field Code Changed

a. Rumah kami, atapnya bocor. b. Orang itu, ayahnya bekerja di pabrik. c. para mahasiswa, tuntutannya telah dipenuhi. Pada controh di atas, misalnya, frasa rumah kami dianggap sebagai hal yang telah diketahui oleh pendengar dan karena itu dimunculkan sebagai topik. Setelah topik tersebut dinyatakan, pembicara memberikan penjelasan dengan menyatakan bahwa atap rumah tersebut bocor. Konstituen orang itu , para mahasiswa juga merupakan topik karena menjadi pokok pembicaraan. Konstituen yang mengikutinya memberi penjelasan mengenai pokok pembicaraan dan karena itu dinamakan komen. Dari contoh-contoh di atas tampak bahwa topik tidak merupakan klausa, sedangkan komen berupa klausa yang berpola subjek predikat. 3.4 Fungsi sintaksis unsur-unsur kalimat Terdapat enam tipe kalimat dasar yang pengelompokkannya

didasarkan pada urutan fungsi unsur kalimat. Dalam kenyataan pemakaian bahasa, banyak kalimat yang urutan unsurnya menyimpang dari pola urutan di atas. Untuk dapat mengetahui fungsi unsur kalimat, kita mengenal ciri pada umum tiap-tiap fungsi sintaksis itu. Di bawah ini akan dijelaskan fungsi prediket, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. 3.4.1. fungsi predikat Seperti telah dikemukakan diatas, predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan, jika ada, konstituen objek, pelengkap, dan/atau keterangan wajib di sebelah kanan. Predikat kalimat biasanya merupakan frasa verbal atau frasa adjektival. Pada kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa numeral,

Field Code Changed

atau frasa preposisional, di samping frasa verbal dan frasa adjektival. Perhatikan dibawah. a. Ayahnya guru bahasa inggris (P=FN) b. Adiknya dua (P=Fnum) c. Ibu sedang ke pasar (P=Fprep)

3.4.2. Fungsi Subjek Subjek merupakan fungsi sintaktis terpenting yang kedua setelah predikat. Pada umumnya subjek berupa nominal, atau klausa seperti tampak pada contoh dibawah berikut. a. Harimau binatang liar b. Anak itu belum makan c. Yang tidak ikut upacara akan ditindak Subjek sering juga berupa frasa verbal, perhatikan contoh berikut. a. Membangun gedung bertingkat mahal sekali b. Berjalan kaki menyehatkan badan Pada umumnya, subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek panjang dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering juga diletakkan di akhir kalimat seperti tampak pada contoh berikut. a. Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak. b. Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian. Subjek pada kalimat imperatif adalah orang kedua atau orang pertama jamak dan biasanya tidak hadir. Perhatikan contoh berikut.

Field Code Changed

a. Tolong (kamu) bersihkan meja ini b. Mari (kita) makan Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipastikan seperti tampak pada contoh berikut. a. Anak itu [S] menghabiskan kue saya b. Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu [Pel]. 3.4.3. Fungsi Objek Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu setelah langsung predikatnya. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan memperhatikan jenis predikat yang dilengkapinya dan ciri khas objek itu sendiri. Verba transitif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks kan dan i prefiks meng- umumnya merupakan pembentuk verba transitif. Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek tergolong nomina, frasa nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina objek itu dapat diganti dengan pronomina nya; dan jika berupa pronomina aku atau kamu (tunggal), bentuk ku dan mu dapat digunakan. Perhatikan contoh berikut. a. Adi mengunjungi Pak Rustan. b. Adi mengunjunginya c. Beliau mengatakannya d. Ibu mengasihi aku/-ku 3.4.4. Fungsi Pelengkap Orang sering mencampuradukkan pengertian objek dan pelengkap. Hal itu dapat dimengerti karena antara kedua konsep itu memang terdapat kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud

Field Code Changed

nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni dibelakang verba. Perhatikan kedua kalimat dibawah berikut. a. Dia mendagangkan barang-barang elektronik. b. Dia berdagang barang-barang elektronik di glodok. Pada kedua contoh diatas tampak bahwa barang-barang elektronik adalah frasa nominal dan berdiri di belakang verba mendagangkan dan berdagang. Akan tetapi pada kalimat a frasa nominal itu dinamakan objek, sedangkan pada kalimat b disebut pelengkap, yang juga dinamakan komplemen. 3.4.5. Fungsi keterangan Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya, keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan bahkan di tengah kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Konstituen keterangan biasanyaberupa frasa nominal, mfrasa preposisional, atau frasa adverbial. Perhatikan contoh berikut. a. Dia memotong rambutnya. b. Dia memotong rambutnya di kamar. c. Dia memotong rambutnya dengan gunting. d. Dia memotong rambutnya kemarin. Unsur di kamar, dengan gunting, dan kemarin merupakan keterangan sifatnya manasuka. 3.5. Peran semantis unsur kalimat Pada dasarnya tiap kalimat memberikan suatu peristiwa atau keadaan yang melibatkan suatu peserta, atau lebih, dengan peran semantis yang berbeda-beda. Peserta itu dinyatakan dengan nomina atau frasa nominal. Dengan demikian pada kalimat.

Field Code Changed

a. Ida memberikan hadiah kepada ibunya. Terdapat tiga peserta: Ida, hadiah, dan ibunya. Kalimat itu mengandung subjek yang menyatakan pelaku, prediket yang

menyatakan perbuatan, objek yang menyatakan peserta sasaran perbuatan, dan pelengkap yang menyatakan peserta peruntung yang memperoleh manfaat dari peristiwa tersebut. 3.5.1. Pelaku Pelaku adalah peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peserta umumnya manusia atau binatang. Akan tetapi, benda yang potensial juga dapat berfungsi sebagai pelaku. Peran pelaku itu merupakan peran semantis utama subjek kalimat aktif dan pelengkap kalimat pasif. Contoh. a. Anak itu sedang membaca koran. b. Kucing saya selalu tidur di kursi. c. mobil itu membelok ke kiri lalu menghilang d. buku saya dipinjam Tina.

3.5.2. Sasaran Sasaran adalah peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peran sasaran itu merupakan peran utama objek atau pelengkap seperti terlihat pada contoh berikut. a. Dia mengirim uang kepada ibunya. b. Ibu mengambilkan ayah air minum. c. Anak itu sedang belajar bahasa Inggris. d. Kami mendengarkan pidato presiden.

3.5.3. Pengalam

Field Code Changed

Pengalam adalah peserta yang mengalami keadaan atau peristiwa yang dinyatakan oleh predikat. Peran pengalam merupakan peran unsur subjek yang predikatnya adjektiva atau verba taktransitif yang lebih menyatakan keadaan seperti pada contoh berikut. a. Adik saya sakit hari ini. b. Mereka kehujanan di jalanan. c. Saya melihat gunung itu meletus

3.5.4. Peruntung Peruntung adlaan peserta yang beruntung dan yang memperoleh manfaat dari keadaan, peristiwa atau perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Partisipan peruntung biasanya berfungsi sebagai objek, atau pelengkap, atau sebagai subjek verba jenis menerima atau

mempunyai. Perhatikan contoh berikut. a. Ayah memberi uang kepada saya. b. Ibu membelikan Tuti kalung. c. Dia menerima hadiah sebesar sejuta rupiah. d. Dia mempunyai ruang kerja sendiri.

3.5.5. Atribut Dalam kalimat yang predikatnya nomina, predikat tersebut mempunyai peran semantis atribut. Perhatikan guru saya dan ibunya pada contoh berikut. a. Orang itu guru saya. b. Wanita itu Ibunya

3.6.

Jenis kalimat

Field Code Changed

Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut jumlah klausanya, bentuk sintaksisnya, kelengkapan unsurnya, dan susunan objek predikatnya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal dapat dibeda-bedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya menjadi kalimat berpredikat verbal, kalimat berpredikat adjektival, kalimat berpredikat nominal, kalimat berpredikat numeral, dan kalimat berpredikat frasa

preposisional. Kalimat verbal dapat dikelompokkan, berdasarkan kemungkinan kehadiran nomina atau frasa nominal objeknya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal dapat dibedabedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya menjadi kalimat berpredikat verbal, kalimat berpredikat adjektival, kalimat berpredikat nominal, kalimat berpredikat numeral, dan kalimat berfrasa

preposisional. Kalimat verbal dapat dikelompokkan, berdasarkan kemungkinan kehadiran nomina atau frasa nominal objeknya atas kalimat taktransitif, kalimat ekatransitif, dan kalimat dwitransitif. Sementara itu, kalimat verbal dapat pula dibedakan berdasarkan peran subjeknya Atas kalimat aktif (jika subjek berperan sebagai pelaku) dan kalimat pasif (jika subjek berperan sebagai sasaran. Berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya, kalimat lazim dibagi atas kalimat deklaratif atau kalimat berita, kalimat imperatif atau kalimat perintah, kalimat interogatif atau kalimat tanya, dan kalimat ekslamatif atau kalimat seruan. Penggolongan kalimat berdasarkan bentuk sintaksisnya itu tidak berkaitan langsung dengan fungsi pragmatis atau nilai komunikatifnya yakni fungsi

Field Code Changed

3.6.1. kalimat pasif Pengertian aktif dan pasif dalam kalimat menyangkut beberapa hal: (1) macam verba yang menjadi predikat, (2) subjek dan objek, dan (3) bentuk verba yang dipakai. Perhatikan kalimat yang berikut.

a. Pak Toha mengangkat seorang asisten baru. b. Ibu Gubernur akan membuka pameran itu c. Pak Saleh harus memperbaiki dengan segera rumah tua itu d. Kamu dan saya harus menyelesaikan tugas ini e. Saya sudah mencuci mobil itu f. Kamu mencium pipi anak itu 3.6.2. Kalimat Berpredikat Adjektival Predikat kalimat dalam bahasa indonesia dapat pula berupa adjektiva atau frasa adjektival seperti terlihat pada contoh yang berikut. a. Ayahnya sakit. b. Pernyataan orang itu benar. c. Alasan para pengunjuk rasa agak aneh. Pada ketiga contoh diatas, subjek kalimat itu masing-masing adalah ayahnya, pernyataan orang itu, dan alasan para pengunjuk rasa, sedangkan predikatnya adalah sakit, benar, dan agak aneh. Kalimat yang predikatnya adjektiva sering juga dinamakan kalimat statif. Kalimat statif kadang-kadang memanfaatkan verba adalah untuk memisahkan subjek dari predikatnya. Hal itu dilakukan bila subjek,predikat, atau kedua-duanya panjang. Perhatikan contoh berikut. a. Pernyataan ketua gabungan koperasi itu adalah tidak benar.

Field Code Changed

b. Gerakan badanya pada tarian yang pertama adalah anggun dan mempesona.c. Tindakan main hakim sendiri oleh penduduk desa itu adalah tidak sesuai dengan rasa kemanusian kita. Predikat dalam kalimat statif kadang-kadang diikuti oleh kata atau frasa lain. Perhatikan contoh yang berikut . a. Ayah saya sakit perut. b. Warna bajunya biru laut c. Orang itu memang tebal kepercayaanya d. Dia berani melawan gurunya. e. Saya takut akan kekuasaan Tuhan. 3.6.3. Kalimat Berpredikat Nominal Dalam bahasa Indonesia ada macam kalimat yang predikatnya terdiri atas nomina (termasuk) atau frasa nominal yang dijejerkan dapat membentuk kalimat dapat membentuk kalimat asalkan syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi, Maka jejeran nomina tadi tidak akan membentuk kalimat. Perhatikan contoh yang berikut. a. Buku cetakan Bandung itu ... b. Buku itu cetakan bandung. 3.6.4. Kalimat Berpredikat Numeral Selain macam-macam kalimat yang predikatnya berupa frasa verbal, adjektival, dan nominal yang telah dibicarakan diatas, ada pula kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya berupa frasa numeral, seperti tampak pada contoh berikut. a. Anaknya banyak. b. Uangnya hanya sedikit. c. Istrinya dua (orang)

Field Code Changed

d. Lebar sungai itu lebih dari dua ratus meter. Pada contoh di atas tampak bahwa predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) taktentu (banyak dan sedikit) tidak dapat diikuti kata penggolong, sedangkan predikat yang berupa numerelia tentu dapat diikuti penggolong, seperti orang (151) dan wajib diikuti ukuran seperti meter (152b). 3.6.5. Kalimat Berpredikat Frasa Preposisional Predikat kalimat dalam Indonesia dapat pula berupa frasa preposisional. Perhatikan contoh berikut. a. Ibu sedang ke pasar. b. Mereka kerumah kemarin. c. Ayah di dalam kamar. d. Anak itu sedang di sekolah. e. Gelang itu untuk Rita f. Surat itu untuk saya g. Ayahnya dari Jawa h. Ibunya dari Sunda. i. Cirebon di antara jakarta dan Semarang. j. Rumah saya saya diantara rumah Pak Ali dan Pak Rahman. Perlu dicatat bahwa tidak semua preposisi dapat menjadi predikat kalimat a. *Ia dengan ibunya a. *Rumah makan sepanjang malam b. *Pembicaraan mengenai reformasi. c. *Buku ini kepada saya

Field Code Changed

3.7.

Kalimat Dilihat dari Bentuk Sintaksis

Pada bagian awal 9.6 di atas telah dikemukakan bahwa kalimat, jika dilihat dari bentuk sintaksisnya, dapat dibagi atas (1) kalimat deklaratif, (2) kalimat interogatif, (3) kalimat imperatif, dan (4) kalimat eksklamatif.

3.7.1. Kalimat Deklaratif Kalimat deklaratif, yang juga dikenal dengan nama kalimat berita dalam buku-buku bahasa Indonesia, secara formal, jika dibandingkan dengan ketiga jenis kalimat yang lainya, tidak bermarkah khusus. Dalam pemakaian bahasa bentuk kalimat deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara/penulis untuk membuat pernyataan

sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya. Jika pada suatu saat kita mengetahui ada kecelakaan lalu lintas dan kemudian kita menyampaikan peristiwa itu kepada orang lain, maka kita dapat memberitakan kejadian itu dengan menggunakan

bermacam-macam bentuk kalimat deklaratif, antara lain, seperti berikut. a. Tadi pagi ada tabrakan mobil di dekat Monas. b. Saya lihat ada bus masuk Ciliwung tadi pagi. c. Waktu ke kantor, saya lihat ada jip menabrak becak sampai hancur d. Saya ngeri melihat tabrakan antara bus PPD dan sedan Fiat tadi pagi. e. Tadi pagi ada sedan Fiat mulus yang ditabrak bus PPD. Dari segi bentuknya, kalimat di atas bermacam-macam. Ada yang memperlihatkan inversi, ada yang berbentuk aktif, ada yang

Field Code Changed

pasif, dan sebagainya. Akan tetapi, jika dilihat fungsi komunikatifnya, maka kalimat di atas adalah sama, yakni semuanya merupakan kalimat berit. Dengan demikian, kalimat berita dapat berupa bentuk apa saja, asalkan isinya merupakan pemberitaan. Dalam bentuk tulisanya, kalimat berita diakhiri dengan tanda titik. Dalam bentuk lisan, suara berakhir dengan nada turun.

3.7.2. Kalimat Imperatif Perintah atau suruhan permintaan jika ditinjau dari isinya, dapat diperinci menjadi enam golongan: perintah atau suruhan biasa jika pembicara menyuruh lawan bicaranya berbuat sesuatu; perintah halus jika pembicara tampaknya tidak memerintah lagi, tetapi menyuruh mencoba atau mempersilakan lawan bicara sudi berbuat sesuatu; permohonan jika pembicara, demi kepentingannya, minta lawan bicara berbuat sesuatu; ajakan dan harapan jika pembicara mengajak atau berharap lawan bicara berbuat sesuatu; larangan atau perintah negatif, jika pembicara menyuruh agar jangan dilakukan sesuatu; dan pembiaran jika pembicara minta agar jangan dilarang.

Kalimat imperatif memiliki ciri formal seperti berikut. a. intonasi yang ditandai nada rendah di akhir tuturan,

Field Code Changed

b. pemakaian partikel penegas, penghalus, dan kata tugas ajakan, harapan, permohonan, c. susunan inversi sehingga urutannya menjadi tidak selalu terungkap predikat-subjek jika diperlukan, dan d. pelaku tindakan tidak selalu terungkap. Kalimat imperatif dapat diwujudkan sebagai berikut. a. Kalimat terdiri atas predikat verbal dasar atau adjektiva, ataupun frasa preposisional saja yang sifatnya taktransitif, b. kalimat lengkap yang berpredikat verbal taktransitif atau transitif, dan c. kalimat yang dimarkahi oleh berbagai kata tugas modalitas kalimat. 3.7.2.1. Kalimat Imperatif Taktransitif imperatif taktransitif dibentuk dari kalimat deklaratif

Kalimat

(taktransitif) yang dapat berpredikat verba dasar, frasa adjektival, dan frasa verbal yang berprefiks ber-atau meng- ataupun frasa preposional. Perhatikan contoh berikut. a. Engkau masuk. b. Masuk! c. Engkau tenang! d. Tenang Kalimat imperatif (b) dan (d) dapat dilengkapi dengan kata panggilan atau vokatif. a. Masuk, Narko! b. Tenang, anak-anak!

Field Code Changed

Kalimat imperatif taktransitif yang dijabarkan dari kalimat deklaratif yang verba predikatnya berawalan ber- dan meng- dapat dilihat pada contoh berikut. a. Kamu berlibur ke tempat nenekmu! b. Berliburlah ke tempat nenekmu! c. Engkau menyebrang dengan hati-hati d. Menyebranglah dengan hati-hati 3.7.2.2. Kalimat Imperatif Transitif

Kalimat imperatif yang berpredikat verba transitif mirip dengan konstruksi kalimat deklaratif pasif. Petunjuk bahwa verba kalimat dapat dianggap berbentuk pasif ialah kenyataan bahwa lawan bicara yang dalam kalimat deklaratif berfungsi sebagai subjek pelaku menjadi pelengkap pelaku, sedangkan objek sasaran dalam kalimat deklaratif menjadi subjek sasaran dalam kalimat imperatif. Kalimat berikut adalah kalimat berita , sedangkan kalimat perintah. a. Engkau mencari pekerjaan apa saja. b. Carilah pekerjaan apa saja c. Kamu membelikan adikmu sepatu baru d. Belikanlah adikmu sepatu baru! 3.7.2.3. Kalimat Imperatif Halus

Di samping bentuk pasif yang baru saja dibicarakan, bahasa Indonesia juga memiliki sejumlah kata yang dipakai untuk menghaluskan isi kalimat imperatif. Kata seperti tolong, coba, silakan , sudilah, dan kiranya sering dipakai untuk maksud itu. Perhatikan contoh yang berikut.

Field Code Changed

a. Tolong kirimkan kontrak ini. b. Tolong kontrak ini dikirim segera. 3.7.2.4. Kalimat Imperatif Permintaan

Kalimat imperatif juga digunakan untuk mengungkapkan permintaan. Kalimat seperti itu ditandai oleh kata minta atau mohon. Subjek pelaku kalimat imperartif permintaan ialah pembicara yang sering tidak dimunculkan. Perhatikan contoh. a. Minta perhatian, Saudara-saudara! b. Minta ampun! c. Minta maaf, pak! 3.7.2.5. Kalimat imperatif dapat bersifat larangan dengan adanya kata janganlah(lah). Perhatikan contoh berikut. a. Jangan (kamu) naik. b. Jangan (kamu) marah. c. Janganlah (kamu) ke sana dulu. 3.7.2.6. Kalimat Imperatif Pembiaran

Yang juga termasuk golongan kalimat imperatif ialah pembiaran yang dinyatakan dengan kata biar(lah) atau biarkan(lah). Perhatikan contoh berikut. a. Biarlah saya pergi dulu, kau tinggal di sini. b. Biarlah kita bekerja di kebun sekarang. 3.7.3. Kalimat Interogatif Kalimat yang juga di kenal dengan nama kalimat tanya, secara formal ditandai oleh kehadiran kata tanya seperti ap, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana dengan atau tanpa partikel kah sebagai penegas. Kalimat interogatif di akhiri dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan pada

Field Code Changed

bahasa lisan dengan suara naik, terutama jika tidak ada kata tanya atau suara turun. Bentuk kalimat interogatif biasanya digunakan untuk meminta (1) jawaban ya atau tidak, atau (2) informasi mengenai sesuatu atau

seseorang dari lawan bicara atau pembaca. Ada empat cara untuk memebentuk kalimat interogatif dari kalimat deklaratif: (1)tanya apa, (2) dengan membalikan susunan kata, (3) dengan menggunakan kata bukan(kah) atau tidak(kah), dan (4) dengan mengubah intoonasi menjadi naik. Kalimat deklaratif dengan bentuk apapun (aktif, pasif, ekatransitif, dwitransitif, dan sebaginya) dapat diubah menjadi kalimat tanya dengan menambahkan partikel apa pada kalimat tersebut. Cara kedua untuk membentuk kalimat tanya adalah dengan mengubah urutan kata dari kalimat deklaratif. Ada beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam hal ini. 1. Jika dalam kalimat deklaratif terdapat kata seperti dapat, bisa, harus, sudah, dan mau, kata itu dapat dipindahkan ke awal kalimat dan ditambah partikel kah. 2. Dalam kalimat yang predikatnya nomina atau adjektiva, urutan subjek dan predikatnya dapat dibalikan dan kemudian partikel kah

ditambahkan pada frasa yang telah dipindahkan ke muka. 3. Jika kalimat predikat adalah verba taktransitif, ekatransitif, atau semitransitif, verba beserta objek atau pelengkap dapat dipindahkan ke awal kalimat dan kemudian ditambahpartikel kah. 3.7.4. Kalimat Tak lengkap Pada umurnya kalimat yang dibicarakan terdahulu merupakan kalimat lengkap pada 9.6.3 ini, pembicaraan terbatas pada kalimat taklengkap yang juga disebut kalimat minor. Kalimat taklengkap pada dasarnya adalah kalimat yang tidak ada subjek dan/atau predikatnya. Hal itu biasa

Field Code Changed

terjadi di dalam wacana karena unsur yang tidak muncul itu sudah diketahui atau disebutkan sebelumnya. o Amir: Kamu tinggal dimana, min? Amin: Di kampung melayu. Bentuk Di Kampung Melayu sebenarnya merupakan bagian dari bentuk kalimat lengkap Saya tinggal Di Kampung Melayu. Di luar konteks wacana, kalimat taklengkap sering juga digunakan dalam iklan, papan petunjuk, atau slogan. 3.7.5. Kalimat Inversi Urutan fungsi dalam bahasa Indonesia boleh dikatakan mengikuti pola: (a) subjek, (b) predikat, (c) objek (jika ada), dan (d) pelengkap (jika ada). Akan tetapi, ada satu pola kalimat dalam bahasa indonesia yang predikatnya selalu mendahului subjek. Perhatikan kalimmat yang berikut. a. Ada tamu b. Ada kabar bahwa dia telah meninggal c. Ada seseorang yang mencari anda. Dari contoh diatas kita lihat bahwa verba ada terletak di muka nomina. Dengan kata lain, urutan fungsinya adalah (a) predikat dahulu, baru (b) kemudian subjeknya. Tentu saja dua unsur wajib itu dapat pula diikuti oleh unsur lain seperti terlihat pada dua contoh terakhir di atas.

3.8.

Perluasan kalimat tunggal

Pada bagian yang lalu dalam bab ini kita telah membicarakan unsur wajib yang diperlukan untuk membentukan kalimat. Dengan demikain, kalimat-

Field Code Changed

kalimat yang kita bahas pada bagian tersebut pada umumnya hanya terdiri atas unsur fungsi wajib seperti subjek, predikat, objek, pelangkap. Pada kenyataannya, suatu kalimat sering kali terdiri bukan hanya atas unsur wajib saja, tetapi juga atas unsur tak wajib. Dari segi struktur, kehadiran unsur tak wajib itu memperluas kalimat dan dari segi makna unsur tak wajib itu membuat informasi yang terkandung dalam kalimat menjadi lebih lengkap. Perluasan kalimat tunggal itu dapat dilakukan dengan penambahan (1) usur keterangan, (2) unsur vokatif , dan (3) kontruksi aposisi. 3.8.1. Pengingkaran Pengikaran atau negasi, yakni proses atau kontruksi yang mengungkapkan pertentangan isi makna suatu kalimat, dilakukan dengan penambahan kata ingkar pada kalimat. dalam bahasa Indonesia terdapat empat kata ingkar : tidak(tak), bukan, jangan, dan belum. Perhatikan contoh berikut. a. dia masuk hari ini. b. dia tidak masuk hari ini.

a. pemuda itu mahasiswa. b. pemuda itu bukan mahasiswa.

a. baca buku itu. b. jangan (kamu) baca buku itu.

a. ayah sudah berangkat kekantor. b. ayah belum berangkat kekantor. bentuk (b) pada contoh diatas merupakan bentuk-bentuk ingkar dan kalimat positif (a) pada nomor yang sama. Kehadiran kata ingkar itu dapat

Field Code Changed

mengingkarkan (1) seluruh kalimat seperti pada diatas atau (2) bagian kalimat seperti contoh berikut. a. dia akan berangkat besok, tidak hari ini. b. Saya mau menonton sepak bola bukan bola basket. 3.8.2. Pengingkaran kalimat Pengingkaran kalimat dilakukan dengan menambahkan kata ingkar yang tidak ditempatkan diawal atau telah pada kalimat

sesuai diawal frase predikatnya. Kata ingkar predikat yang tidak mengandung bentuk berpredikat. a. Verbal, jenis deklaratif dan interogatif ; sudah

b. Adjektival, jenis deklaratif , interogatif, dan eksklamatif; c. Numeral tak tentu, jenis deklaratif dan interogatif; Perhatikan contoh berikut a. i. Tuti akan datang nanti . ii. Tuti tidak akan dating nanti. b. i. Apa mereka tinggal dibandung ? ii. Apa mereka tidak tinggal dibandung ? Pengingkaran bagian kalimat Bagian kalimat tertentu dapat diingkarkan dengan menempatkan kata ingkar yang sesuai didepan unsur yang diingkarkan itu. Salah satu jenis pengingkaran unsur kalimat adalah pengingkaran pengontrasan. Kata ingkar yang digunakan untuk tujuan itu adalah bukan, bukan melainkan , tidak tetapi perhatikan contoh berikut.

Field Code Changed

a. Dia tiba bukan kemarin melainkan tadi pagi. b. Dia tidak berangkat dengan kereta api, tetapi dengan bus. c. Saya ingin minum, bukan makan. d. Dia akan dating magrib, bukan sesduah magrib.

Field Code Changed

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh [Alwi98]. Karena itu, kalimat dapat dilihat sebagai satuan dasar dalam suatu wacana atau tulisan. Suatu wacana dapat terbentuk jika ada minimal dua buah kalimat yang letaknya berurutan dan sesuai dengan aturan-aturan wacana. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik(.), tanda tanya(?), tanda seru(!); sementara itu, didalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma(,), titik dua(: ), tanda pisah(-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedsngkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru melambangkan kesenyapan. Berikut ini adalah kutipan sebuah wacana (teks) yang terdiri atas satu paragraf.

4.2. Saran dan Kritik Dalam penyusunan makalah ini kami sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam menyusun makalah. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun kami harapkan dari pembaca dan teman sekalian untuk penyusunan makalah kami menjadi yang lebih baik kedepannya.

Field Code Changed

Field Code Changed

DAFTAR PUSTAKA

http://paridastkip-pgri.blogspot.com/2012/03/makalah-kalimat-bahasaindonesia.html http://rizaljenius.wordpress.com/2009/11/26/kalimat-dan-unsur-kalimat/

Anda mungkin juga menyukai