Anda di halaman 1dari 5

REVIEW

BAB IV KALIMAT BAHASA INDONESIA

A. Pengertian kalimat
Kalimat sebagai unsur – unsur suatu ujaran selalu terdiri atas dua unsur, yakni
unsur makna dan unsur struktur (bentuk) dan kedua unsur tersebut tidak dapat
dipisahkan.
Bentuk bahasa terdiri atas satuan – satuan yang dapat dibedakan menjadi dua
satuan, yaitu satuan fonologi dan satuan gramatikal. Satuan fonologi meliputi fonem
dan suku, sedangkan satuan gramatikal meliputi wacana, kalimat, klausa, farasa, kata
dan morfem (Ramlan, 1996).
Jika kita mengamati kalimat dapat ditemukan perbedaan bagian – bagiannya
pada bentuk yang kadang muncul sebagai bagian kalimat yang tidak dapat dilesapkan,
ada pula yang dapat dilesapkan dengan menghasilkan konstruksi yang tetap berupa
kalimat yang hubungan semantis antara bagiannya tidak berubah.

B. Unsur – unsur Kalimat


Dalam menuliskan kalimat bahasa Indonesia yang baik dan benar, harus diketahui
unsur – unsur yang biasanya dipakai dalam sebuah kalimat. Dalam bahasa Indonesia di
gunakan aturan SPO (Subjek + Predikat + Objek) atau SPOK (Subjek + Predikat + Objek
+ Keterangan). Berikut penjelasan unsur kalimat bahasa Indonesia.
1. Subjek (S)
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur
predikat. Dengan mengetahui ciri – ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang
dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
2. Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek. Predikat
berfungsi menjelaskan subjek.
3. Objek (O)
Objek yaitu keterangan predikat yang memiliki hubungan erat dengan predikat.
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat
yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek.
Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak
memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan
berawalan me-.
4. Pelengkap (Pel.)
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang dapat bersifat wajib ada karena
melengkapi makna verba predikat kalimat. Pelengkap dan objek memiliki
kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini (a) bersifat wajib ada
karena melengkapi makna verba predikat kalimat, (b) menempati posisi di
belakang predikat, (c) tidak didahului preposisi, dan (d) perbedaannya terletak
pada kalimat pasif.
Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan
pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek dalam pasif, bukan
pelengkap.
5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Keterangan
merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu
yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat,
waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak
kalimat. Keterangan berupa frase ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari,
dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa
anak kalimat ditandai dengan kata penghubung. Seperti ketika, karena, meskipun,
supaya, jika, dan sehingga.

C. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa


Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kalimat
tunggal dan kalimat majemuk. Kedua kalimat itu diuraikan berikut ini.
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu konstituen
SP (Subjek + Predikat). Jadi, unsur inti kalimat tunggal ialah subjek dan predikat.
Hal ini berarti bahwa konstituen untuk tiap unsur kalimat, seperti subjek dan
predikat, hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat tunggal
tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlakukan. Di samping itu, tidak
mustahil ada pula unsur lain seperti keterangan tempat, waktu, dan alat. Dengan
demikian, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek, tetapi juga dalam
wujud yang panjang (Alwi, et.al, 1998)
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian – bagiannya diperluas
sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat
yang baru disamping pola yang sudah ada. Jadi, kalimat majemuk merupakan
penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih sehingga kalimat yang baru itu
mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Dalam mengadakan klasifikasi kalimat – kalimat majemuk, dasar yang digunakan
adalah melihat hubungan antara pola – pola kalimat yang membina kalimat
majemuk tersebut. Bila kalimat majemuk terjadi karena salah satu bagiannya
mengalami perluasan, sudah jelas bahwa pola kalimat yang baru dibentuk akibat
perluasan tadi lebih rendah kedudukannya dari pada pola kalimat yang pertama.
Akan tetapi, kalimat majemuk yang terjadi karena penggabungan dua atau lebih
kalimat tunggal, maka sifat hubunggannya sederajat.

D. Tipe Kesalahan Kalimat


Kesalahan kalimat adalah pelanggaran atau penyimpangan yang terjadi pada struktur,
bentuk, isi, dan makna sebuah kalimat sehingga makna kalimat pada struktur menjadi
kacau.
Dalam pemakaiannya, terdapat berbagai macam kesalahan kalimat. Macam – macam
kesalahan kalimat itu antara lain:
1. Kesalahan yang berhubungan dengan kebenaran kalimat
Struktur kalimat yang digunakan dalam karangan haruslah benar. Struktur kalimat
yang benar dibangkitkan dengan menggunakan kaidah – kaidah bahasa, baik yang
berhubungan dengan struktur frase maupun kaidah transformasi. Kesalahan
struktur kalimat akan berpengaruh terhadap maksud kalimat, dalam arti kalimat
itu kurang komunikatif.
Kebenaran kalimat yang digunakan oleh pengarang akan terganggu oleh adanya
kesalahan – kesalahan sebagai berikut:
a. Kalimat yang fragmentaris
b. Kekacauan konstruksi kalimat
Kesalahan kalimat ditimbulkan oleh kesalahan – kesalahan seperti tidak
dikemukakannya kata – kata yang digunakan sebagai petunjuk hubungan
gramatikal dalam kalimat, dan pemunculan kata – kata yang tidak mempunyai
fungsi gramatikal
2. Kesalahan yang berhubungan dengan kejelasan kalimat
Ketidakjelasan suatu kalimat akan menimbulkan kesulitan kepada pembaca untuk
memahami dan menangkap maksud kalimat. Ketidakjelasan suatu kalimat yang
disusun oleh penulis ditimbulkan oleh kesalahan – kesalahan sebagai berikut:
a. Kesalahan penyusunan kesatuan sintaksis serta penempatannya dalam kalimat.
b. Kesalahan yang berkenaan dengan penggabungan kalimat.
3. Kesalahan yang berhubungan dengan keefektifan kalimat
Keefektifan kalimat dapat terganggu oleh adanya kesalahan – kesalahan sebagai
berikut:
a. Kesalahan yang berkenaan dengan penyusunan kalimat yang tidak ekonomis.
Kesalahan yang tidak ekonomis adalah kalimat yang banyak menggunakan kata
atau kelompok kata yang tidak secara langsung menunjang maksud kalimat.
b. Kesalahan yang berkenaan dengan pemakaian kata.
Pemakaian kata yang tidak sesuai dengan maksud kalimat akan mengganggu
keefektifan kalimat.
4. Kesalahan yang berkenaan dengan pemakaian kalimat panjang
Perluasan atau penggabungan kalimat tanpa memperhatikan kesatuan ini kalimat
akan mengakibatkan timbulnya kalimat tidak efektif.
5. Kesalahan yang berkaitan dengan kesesuaian kalimat
Dua kalimat yang perlu diperhatikan dalam menyusun karangan, yaitu kaidah –
kaidah gramatikal dan konteks suasana pemakaian bahasa. Jadi, setiap kalimat
dalam karangan di samping harus disusun sesuai dengan kaidah – kaidah
gramatikal, kalimat tersebut harus juga sesuai dengan konteks atau suasana
pemakaian bahasa.

E. Kalimat Efektif
Efektif adalah pesan tertulis dapat menyampaikan makna secara tepat. Jadi, andai
hendak dirumuskan, sebuah kalimat efektif adalah kalimat yang tersusun secara baik,
benar, segar, jelas, bening, dan tidak berpeluang memunculkan ingar (noise,
kebingungan). Oleh karena itu, kalimat efektif dapat diketahui berdasarkan ciri – ciri
khasnya, yakni:
1. Keharmonisan. Keharmonisan atau keseimbangan antara gagasan (konsep) dan
struktur bahasa yang dipakai, menentukan efektif-tidaknya sebuah kalimat.
Keharmonisan kalimat dapat dilihat berdasarkan ciri – cirinya sebagai berikut:
(a) Subjek dan predikatnya jelas
(b) Tidak mengandung subjek kata
(c) Cermat dalam menggunakan kata penghubung
2. Keparalelan. Maksud keparalelan di sini adalah kesejajaran atau kesederajatan
unsur pembentuk kata atau klausa yang digunakan dalam kalimat.
3. Ketegasan. Ketegasan dalam kaitan ini adalah upaya si penulis menonjolkan
gagasan atau ide pokok kalimatnya.
4. Kehematan. Yakni tidak menggunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap
tidak diperlukan.
5. Kecermatan. Yakni cermat menggunakan kata – kata dalam kalimat, sehingga
kalimat tersebut tidak ambigu (menimbulkan tafsir ganda).
6. Kelogisan. Yakni logis dalam mengemukakan ide kalimat.
7. Kevariasian. Pada dasarnya, variasi ditujukan agar pembaca tidak cepat bosan
dalam membaca sebuah wacana. Namun, dalam kepentingan pragmatik, variasi
kalimat juga ampuh digunakan si penulisnya untuk mengawali tulisannya.

Anda mungkin juga menyukai