PENDAHULUAN
2.1 Ejaan
2.1.1 Definisi Ejaan
Kurshartanti (2005:83) mengatakan bahwa ejaan adalah kaidah tulis menulis
baku yang didasarkan pada penggambaran bunyi. Ejaan tidak hanya mengatur cara
menulis huruf,tetapi juga cara menulis kata dan cara menggunakan tanda
baca. Sejalan dengan pendapat ini, Arifin (A. Rohani, 2009) memberi pendapat
bahwa ejaan merupakan keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa).
2.2 Kalimat
2.2.1 Pengertian Kalimat
Sudah terlalu banyak definisi kalimat yang dikemukakan para ahli bahasa. Secara
umum, definisi-definisi tersebut mengacu kepada pendeskripsian pengertian kalimat. Gorys
Keraf (Nurhadi, 1995:320) memberikan batasan kalimat adalah suatu bagian ujaran yang
didahului dan diikuti oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian
ujaran itu sudah lengkap. Sejalan dengan pendapat ini, Ramlan (Nurhadi, 1995:320)
mengemukakan bahwa kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir turun atau naik.
Ahli bahasa yang lain juga mendefinisikan kalimat sebagai bagian terkecil ujaran atau
teks yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan,
kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti
oleh suatu kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam
wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda tanya, atau tanda seru, dan sementara itu ditentukan pula di dalamnya berbagai
tanda baca. (Alwi, 2000:311)
Secara umum, kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diklasifikasikan dalam tiga katagori,
yakni kesalahan struktur, kesalahan diksi, dan kesalahan ejaan. (Azwardi, 2008:68). Kesalahan
berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang
bersangkutan. Kekeliruan berbahasa tidak terjadi secara sistematis, bukan terjadi karena belum
dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan, melainkan karena kegagalan
merealisasikan sistem kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai (Safriandi, 2009).
PEMBAHASAN
2.1 Kesalahan Ejaan
Pada sub bab ini, akan dipaparkan hasil analisis atas kesalahan-kesalahan ejaan dalam
menulis kalimat.
(1). Jum’at, tanggal 18 November 2011.
Pada kalimat di atas, kata “Jum’at” mengandung ejaan yang salah. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata baku untuk kata tersebut adalah “Jumat”. Jadi, kalimat tersebut
seharusnya menjadi, “Jumat, tanggal 18 November 2011.
(2). …mahasiswa Unsyiah untuk mentaati dan mengikuti jadwal.
Pada kalimat di atas, kata “mentaati” mengandung ejaan yang salah. Prefiks meN- berubah
menjadi men-jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /t/,/d/,/j/, dan /c/. Jadi,
kalimat tersebut seharusnya menjadi,“…mahasiswa Unsyiah untuk menaati dan mengikuti
jadwal.”.
(3). Helem harap dibawa masuk ke dalam.
Pada kalimat di atas, kata “Helem” mengandung ejaan yang salah karena merupakan makna
leksikal yang tidak baku. Agar menjadi makna leksikal yang baku, kata “Helem” harus diganti
dengan kata “Helm”. Jadi, kalimat tersebut akan menjadi, “Helm harap dibawa masuk ke
dalam.”.
(4). Semoga Allah swt. meridhoi kita.
Pada kalimat di atas, kata “meridhoi” mengandung ejaan yang salah karena tidak sesuai
dengan kaidah EYD. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata baku dari kata “ridho” adalah
“rida”. Jadi, penulisan kalimat yang benar adalah, “Semoga Allah swt. meridai kita. “.
(5). Menghargai keberagaman sebagai sebuah kekuatan.
Kalimat di atas mengandung kata yang mengalami kesalahan ejaan. Kata “keberagaman” tidak
sesuai dengan yang tertera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata “Ragam” yang
diimbuhi prefiks ke- seharusnya ditulis “Keragaman”, bukan “Keberagaman”.
(6). Darussalam-Banda Aceh.
Kalimat di atas mengandung penggunaan kata hubung “-“ yang salah. Tanda hubung “-“ tidak
digunakan untuk menghubungkan nama tempat. Untuk menyatakan nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan seharusnya menggunakan tanda koma. Jadi,
seharusnya penulisan yang benar adalah, “Darussalam, Banda Aceh”.
(7). Silakan hubungi.
Kata “hubungi” mengandung ejaan yang salah karna tidak diimbuhi dengan prefiks meN-.
Imbuhan meN-pada kata “menghubungi” mengandung makna “melakukan”. Imbuhan ini
dibutuhkan karna kata di depan kata “hubungi” bermakna perintah. Jadi, seharusnya kalimat
tersebut ditulis, “Silakan menghubungi.”.
(8). Jln Rawasakti.
Singkatan “Jln” pada kalimat di atas mengandung kesalahan ejaan, karena menurut konsep
ejaan yang benar, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Jadi, seharusnya kalimat di atas ditulis, “Jln. Rawasakti”.
(9). Sebagai institusi akademik mempsiapkan SDM.
Kalimat di atas mengandung kesalahan prefiks. Prefiks meN- berubah menjadi meny- jika
diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /s/. jadi, kata “mempsiapkan”
seharusnya diganti menjadi “menyiapkan”. Jadi, kalimat yang benar adalah, “Sebagai institusi
akademik menyiapkan SDM”.
(9). Tapi walau bagaimana pun, tamu kita tetap harus kita muliakan.
Kalimat di atas mengandung kesalahan kalimat karena adanya penggunaan dua kata yang
makna dan fungsinya kurang lebih sama, yaitu “tapi walau bagaimana pun”. Penggunaan dua
kata secara bersamaan ini tidak efisien. Untuk memperbaiki kalimat tersebut, kita cukup
dengan menghilangkan salah satu dari dua kata tersebut. Jadi, kalimat tersebut dapat
dibenarkan menjadi, “Walau bagaimana pun, tamu kita tetap harus kita muliakan”.
(10). Tulisan diketik dengan Times New Roman, ukuran 12 pt, dan 1,5 spasi.
Kalimat tersebut mengandung kesalahan kalimat karena terdapat peniadaan predikat.
Kalimat tersebut akan lebih efektif jika dilengkapi dengan kata “format” setelah kata
“diketik”. Jadi, kalimat tersebut dapat dibenarkan menjadi, “Tulisan diketik dengan format
Times New Roman, ukuran 12 pt, dan 1,5 spasi.”.
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan data yang dianalisis di atas, kesalahan ejaan dan kalimat tampak seperti
hal yang lumrah terjadi bukan hanya di tempat-tempat umum, melainkan juga di lembaga
pendidikan seperti universitas. Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum
dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan. Kesalahan ejaan umumnya mencakup
kesalahan tanda baca, kesalahan penggunaan kata baku, dan kesalahan prefiks. Sedangkan
kesalahan kalimat mencakup kesalahan struktur dan kesalahan prinsip pemilihan kata.
Kesalahan-kesalahan akan terlihat jelas apabila kita menganalisis dan
mengembalikannya atau mengacu pada sistem kaidah yang berlaku. Berbahasa tidak hanya
terhenti pada aspek makna (pokoknya dimengerti). Namun, sebagai bahasa ilmu, aspek
gramatikal merupakan suatu hal yang tidak boleh dikesampingkan.jadi, setiap kalimat yang
dibangun harus memenuhi syarat gramatikal.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka
Cipta.