Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KESALAHAN EJAAAN DAN KALIMAT

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan bahasa yang benar menurut kaidah EYD merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam hal tulis-menulis. Pemilihan kata berhubungan erat dengan kaidah
sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini
saling mendukung sehingga tulisan menjadi lebih berstruktur dan bernilai serta lebih mudah
dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Namun pada kenyataannya, masih banyak kesalahan
pada penggunaan bahasa yang disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap hakikat
penggunaan bahasa yang benar menurut EYD. Kesalahan – kesalahan tersebut meliputi
kesalahan ejaan dan kesalahan penggunaan kalimat. Kesalahan penggunaan ejaan maupun
kalimat dapat ditemukan di berbagai media cetak, seperti undangan, spanduk, surat dinas,
majalah, dan juga selebaran iklan ataupun pengumuman yang sering ditempelkan di berbagai
tempat.
KAJIAN TEORETIS

2.1 Ejaan
2.1.1 Definisi Ejaan
Kurshartanti (2005:83) mengatakan bahwa ejaan adalah kaidah tulis menulis
baku yang didasarkan pada penggambaran bunyi. Ejaan tidak hanya mengatur cara
menulis huruf,tetapi juga cara menulis kata dan cara menggunakan tanda
baca. Sejalan dengan pendapat ini, Arifin (A. Rohani, 2009) memberi pendapat
bahwa ejaan merupakan keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah penggambaran bunyi


bahasa dengan kaidah tulis menulis yang distandarisasikan. yang lazirn mempunyai
3 aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf
dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-
satuan morfomis, dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda
baca (Kridalaksana, 2008: 54).

2.1.2 Fungsi Ejaan


Menurut Azwardi (2008: 15), ejaan berfungsi sebagai landasan pembakuan tata
bahasa, landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, dan juga sebagai alat penyaring
masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu, secara praktis, ejaan
berfungsi untuk membantu pembaca dalam memahami dan mencerna informasi yang
disampaikan secara tertulis.

2.2 Kalimat
2.2.1 Pengertian Kalimat
Sudah terlalu banyak definisi kalimat yang dikemukakan para ahli bahasa. Secara
umum, definisi-definisi tersebut mengacu kepada pendeskripsian pengertian kalimat. Gorys
Keraf (Nurhadi, 1995:320) memberikan batasan kalimat adalah suatu bagian ujaran yang
didahului dan diikuti oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian
ujaran itu sudah lengkap. Sejalan dengan pendapat ini, Ramlan (Nurhadi, 1995:320)
mengemukakan bahwa kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir turun atau naik.
Ahli bahasa yang lain juga mendefinisikan kalimat sebagai bagian terkecil ujaran atau
teks yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan,
kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti
oleh suatu kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam
wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda tanya, atau tanda seru, dan sementara itu ditentukan pula di dalamnya berbagai
tanda baca. (Alwi, 2000:311)

2.2.2 Unsur Kalimat dan Pola Kalimat Bahasa Indonesia


Dilihat dari segi bentuk pola kalimat bahasa Indonesia dapat dirumuskan sebagai
kontruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Hubungan struktural antara
kata dan kata atau kelompok berbeda-beda. Antara kalimat dan kata terdapat satuan sintaksis,
yaitu “klausa” dan “frasa”. Klausa merupakan kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri
atas predikat dan objek. Sedangkan frasa adalah sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih
yang tidak mengandung unsur prediksi. Dilihat dari segi struktur internalnya, kalimat dan
klausa terdiri atas unsur predikat atau subjek, baik menyertakan objek, pelengkap, keterangan,
maupun tidak, misalnya:
Dia cantik
S P
Anak itu makan kue
S P O
Dalam pola kalimat bahasa indonesia, hal yang terpenting adalah unsur kalimat karena
merupakan kerangka dari sebuah kalimat. Adapun unsur-unsur dalam kalimat adalah:
(1). Subjek/pokok kalimat adalah unsur utama dalam sebuah kalimat. Subjek menentukan
kejelasan makna kalimat.
(2). Predikat dapat berupa benda, kata kerja, ataupun kata sifat akan tetapi prediket dapat
diingkarkan dengan kata tidak atau bukan.
(3). Objek biasanya berupa nomina atau frasa nomina. Objek berfungsi membentuk kalimat
dasar dan menperjelas makna kalimat.
(4). Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi dalam sebuah
kalimat, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
(5). Keterangan berfungsi melengkapi dan menjelaskan informasi pesan-pesan kalimat.
Keterangan mempunyai fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah
letaknya.

2.3 Kesalahan Berbahasa


Kesalahan dalam berbahasa Indonesia mengandung arti suatu hal yang
menyimpang dari kaidah-kaidah berbahasa yang benar. Dalam kaitannya dengan hal
ini, Safriandi (Gemasastrin, 2009) menulis sebagai berikut.
Dapat dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian
bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf,
yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan
dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah
ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.

Secara umum, kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diklasifikasikan dalam tiga katagori,
yakni kesalahan struktur, kesalahan diksi, dan kesalahan ejaan. (Azwardi, 2008:68). Kesalahan
berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang
bersangkutan. Kekeliruan berbahasa tidak terjadi secara sistematis, bukan terjadi karena belum
dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan, melainkan karena kegagalan
merealisasikan sistem kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai (Safriandi, 2009).

PEMBAHASAN
2.1 Kesalahan Ejaan
Pada sub bab ini, akan dipaparkan hasil analisis atas kesalahan-kesalahan ejaan dalam
menulis kalimat.
(1). Jum’at, tanggal 18 November 2011.
Pada kalimat di atas, kata “Jum’at” mengandung ejaan yang salah. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata baku untuk kata tersebut adalah “Jumat”. Jadi, kalimat tersebut
seharusnya menjadi, “Jumat, tanggal 18 November 2011.
(2). …mahasiswa Unsyiah untuk mentaati dan mengikuti jadwal.
Pada kalimat di atas, kata “mentaati” mengandung ejaan yang salah. Prefiks meN- berubah
menjadi men-jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /t/,/d/,/j/, dan /c/. Jadi,
kalimat tersebut seharusnya menjadi,“…mahasiswa Unsyiah untuk menaati dan mengikuti
jadwal.”.
(3). Helem harap dibawa masuk ke dalam.
Pada kalimat di atas, kata “Helem” mengandung ejaan yang salah karena merupakan makna
leksikal yang tidak baku. Agar menjadi makna leksikal yang baku, kata “Helem” harus diganti
dengan kata “Helm”. Jadi, kalimat tersebut akan menjadi, “Helm harap dibawa masuk ke
dalam.”.
(4). Semoga Allah swt. meridhoi kita.
Pada kalimat di atas, kata “meridhoi” mengandung ejaan yang salah karena tidak sesuai
dengan kaidah EYD. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata baku dari kata “ridho” adalah
“rida”. Jadi, penulisan kalimat yang benar adalah, “Semoga Allah swt. meridai kita. “.
(5). Menghargai keberagaman sebagai sebuah kekuatan.
Kalimat di atas mengandung kata yang mengalami kesalahan ejaan. Kata “keberagaman” tidak
sesuai dengan yang tertera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata “Ragam” yang
diimbuhi prefiks ke- seharusnya ditulis “Keragaman”, bukan “Keberagaman”.
(6). Darussalam-Banda Aceh.
Kalimat di atas mengandung penggunaan kata hubung “-“ yang salah. Tanda hubung “-“ tidak
digunakan untuk menghubungkan nama tempat. Untuk menyatakan nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan seharusnya menggunakan tanda koma. Jadi,
seharusnya penulisan yang benar adalah, “Darussalam, Banda Aceh”.
(7). Silakan hubungi.
Kata “hubungi” mengandung ejaan yang salah karna tidak diimbuhi dengan prefiks meN-.
Imbuhan meN-pada kata “menghubungi” mengandung makna “melakukan”. Imbuhan ini
dibutuhkan karna kata di depan kata “hubungi” bermakna perintah. Jadi, seharusnya kalimat
tersebut ditulis, “Silakan menghubungi.”.
(8). Jln Rawasakti.
Singkatan “Jln” pada kalimat di atas mengandung kesalahan ejaan, karena menurut konsep
ejaan yang benar, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Jadi, seharusnya kalimat di atas ditulis, “Jln. Rawasakti”.
(9). Sebagai institusi akademik mempsiapkan SDM.
Kalimat di atas mengandung kesalahan prefiks. Prefiks meN- berubah menjadi meny- jika
diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /s/. jadi, kata “mempsiapkan”
seharusnya diganti menjadi “menyiapkan”. Jadi, kalimat yang benar adalah, “Sebagai institusi
akademik menyiapkan SDM”.

(10). Bank Mandiri sebagai Bank Anda.


Kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan huruf kapital. Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama sebuah badan yang tidak diikuti nama badan tersebut. “Bank
Anda” seharusnya ditulis “bank Anda”.Jadi, kalimat tersebut seharusnya ditulis, “Bank
Mandiri sebagai Bank Anda”.

2.2 Kesalahan Kalimat


Pada sub bab ini, akan dipaparkan hasil analisis atas kesalahan-kesalahan dalam menulis
kalimat.
(1). Sumbangan dari china.
Dalam prinsip pemilihan kata, kata yang digunakan dalam sebuah kalimat harus bersifat
netral. Kata “sumbangan” merupakan pilihan kata yang tidak tepat karena cenderung
merujuk pada situasi yang tidak formal. Kata “sumbangan” lebih tepat diganti menjadi kata
“bantuan”. Jadi kalimat tersebut sebaiknya ditulis, “Bantuan dari China”.
(2). Selambat-lambatnya sehari sebelum jadwal pendaftaran.
Kata “selambat-lambatnya” merupakan kata yang tidak cermat dalam pemilihan kata. Kata
“selambat-lambatnya” lebih tepat diganti dengan kata “paling lambat”. Jadi, kalimat tersebut
sebaiknya ditulis, “Selambat-lambatnya sehari sebelum jadwal pendaftaran”.

(3). Tempat sekretariat BEM FKIP Unsyiah.


Kalimat tersebut tidak efektif dan terkesan tidak utuh. Seharusnya kata “tempat” dilengkapi
menjadi, “bertempat di” sehingga kalimat tersebut menjadi “Bertempat di sekretariat BEM
FKIP Unsyiah”.

(4). Mengikuti pendidikan politik SMUR yang diadakan pada.


Agar kalimat lebih tepat, kata berimbuhan “diadakan” lebih baik diganti dengan kata
“dilaksanakan” sehingga kalimat tersebut menjadi “Mengikuti pendidikan politik SMUR yang
dilaksanakan pada”.

(5). Dengan membawa bahan-bahan sebagai berikut.


Kalimat tersebut akan lebih tepat jika kata ulang “bahan-bahan” diganti dengan kata
“perlengkapan” agar lebih umum dan lebih mudah di mengerti oleh masyarakat. Jadi, kalimat
tersebut sebaiknya ditulis menjadi,“Dengan membawa bahan-bahan sebagai berikut”.

(6). Diharapkan kepada mahasiswa Unsyiah.


Kata “diharapkan” pada kalimat di atas tidak sesuai dengan maksud yang diinginkan. Kata
tersebut sebaiknya diganti dengan kata “diminta”, sehingga kalimat di atas menjadi “Diminta
kepada mahasiswa Unsyiah.”.

(7). Atas perhatian kami atur banyak terima kasih.


Kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak lengkap dan mengandung unsur pemilihan kata
yang tidak cermat, karena tidak mengandung subjek dan kata “atur” mengandung makna
yang tidak leksikal. Kata “atur” dalam KBBI adalah “disusun baik-baik (rapi,
tertib)”. Seharusnya, kata “atur” diganti dengan kata “ucapkan” agar tidak terjadi kesalahan
makna dan pembaca lebih mudah memahami makna kalimat tersebut. Penambahan subjek
yang tepat pada kalimat tersebut adalah kata ganti orang pertama yaitu, “Anda”. Jadi, kalimat
tersebut seharusnya ditulis, “Atas perhatian Anda kami ucapkan banyak terima kasih”.

(8). Menjalankan amanah sebaik mungkin.


Kalimat di atas salah karena mengandung peniadaan unsur preposisi yang menyertai verba.
Verba yang disertai preposisi itu umumnya berupa verba intransitive. Frasa “sebaik mungkin”
juga mengandung kesalahan makna. Kata “mungkin” bermakna sesuatu yang tidak pasti, oleh
karena itu, kata “mungkin” dapat dihilangkan sehingga frasa tersebut menjadi kata ulang
berimbuhan yaitu, “sebaik-baiknya”. Jadi, kalimat tersebut dapat dibenarkan menjadi,
“Menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya”.

(9). Tapi walau bagaimana pun, tamu kita tetap harus kita muliakan.
Kalimat di atas mengandung kesalahan kalimat karena adanya penggunaan dua kata yang
makna dan fungsinya kurang lebih sama, yaitu “tapi walau bagaimana pun”. Penggunaan dua
kata secara bersamaan ini tidak efisien. Untuk memperbaiki kalimat tersebut, kita cukup
dengan menghilangkan salah satu dari dua kata tersebut. Jadi, kalimat tersebut dapat
dibenarkan menjadi, “Walau bagaimana pun, tamu kita tetap harus kita muliakan”.

(10). Tulisan diketik dengan Times New Roman, ukuran 12 pt, dan 1,5 spasi.
Kalimat tersebut mengandung kesalahan kalimat karena terdapat peniadaan predikat.
Kalimat tersebut akan lebih efektif jika dilengkapi dengan kata “format” setelah kata
“diketik”. Jadi, kalimat tersebut dapat dibenarkan menjadi, “Tulisan diketik dengan format
Times New Roman, ukuran 12 pt, dan 1,5 spasi.”.
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan data yang dianalisis di atas, kesalahan ejaan dan kalimat tampak seperti
hal yang lumrah terjadi bukan hanya di tempat-tempat umum, melainkan juga di lembaga
pendidikan seperti universitas. Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum
dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan. Kesalahan ejaan umumnya mencakup
kesalahan tanda baca, kesalahan penggunaan kata baku, dan kesalahan prefiks. Sedangkan
kesalahan kalimat mencakup kesalahan struktur dan kesalahan prinsip pemilihan kata.
Kesalahan-kesalahan akan terlihat jelas apabila kita menganalisis dan
mengembalikannya atau mengacu pada sistem kaidah yang berlaku. Berbahasa tidak hanya
terhenti pada aspek makna (pokoknya dimengerti). Namun, sebagai bahasa ilmu, aspek
gramatikal merupakan suatu hal yang tidak boleh dikesampingkan.jadi, setiap kalimat yang
dibangun harus memenuhi syarat gramatikal.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.

Azwardi. 2008. Menulis Ilmiah: Materi Kuliah Bahasa Indonesia


Umum untuk Mahasiswa.Banda Aceh:Unsyiah.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka
Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. (Edisi IV) Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Kushartanti, dkk. (ed). 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal


Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan: Landasan Penyusunan


Buku Bahasa. Semarang: IKIP Semarang Press.

A., Rohani. 2009. Analisis Kesalahan Ejaan Bahasa Indonesia Ragam


Media dalam Surat Kabar Harian Radar Tarakan bab 2, (Online),
(http://massofa.wordpress.com., diakses 21 Desember 2011).

Cahyadi. 2011. Pola Kalimat Bahasa Indonesia, (Online), (http://meugah.com.,


diakses 20 Desember 2011)

Gemasastrin. 2009. Analisis Kesalahan Berbahasa,


(Online), (http://gemasastrin.wordpress.com., diakses 24
Desember 2011)

Yulianto, Irfan. 2011. Ejaan Bahasa Indonesia, (Online),


(http://mas-shiro.com., diakses 21 Desember 2011)

Anda mungkin juga menyukai