2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca
dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Ciri-Ciri Kalimat Efektif :
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta
membentuk kesatuan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam
keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan
keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).
2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja
berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu
menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan
predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang
berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata
mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di
depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel lah, -pun,
dan kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan
anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling
memahami antara satu dan lainnya.
Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan
makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat
harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang
tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Contoh kalimat efektif :
1. Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
2. Sejak dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.
Sumber :
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat
2. http://zaenal-zaeblogs.blogspot.com/2012/04/pengertian-kalimat-efektif.html
3. http://bagus-sistem.blogspot.com/2013/10/tugas-5-dan-tugas-6-bahasa-indonesia-1.html
http://taufikhidayatzein.wordpress.com/2013/11/05/kalimat-efektif-ciri-ciri-dan-contoh-kalimatefektif/
d. Kevariasian (variety)
Uraian selanjutnya dimulai dengan stuktur kalimat efektif sebagai berikut.
A. Struktur Kalimat Umum
1. Struktur Kalimat Umum
Unsur-unsur yang mambnagun sebuah kalimat dapat dibedaskan menjadi dua, yaitu:
unsur wajib dan unsur tak wajib (unsur manasuka). Unsure wajid adalah unsur yang harus
ada dalam sebuah kalimat (yaitu S/subjek dan P/ Predikat), sedangkan unsure takwajib atau
unsure manasuka adalah unsur yang boleh ada dan boleh tidak ada (yaitu kata kerja Bantu :
harus, boleh, keterangan aspek: sudah, akan, keterangan :tempat, waktu, cara dan
sebagainya).
2. Struktur Kalimat Paralel
Yang dimaksud kesejajaran (paralelisme) dalam kalimat adalah penggunaan bentukbentuk bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah ide dalam sebuah
kalimat dinyatakan dengna frase (kelompok kata), maka ide-ide yang sederajat harus
dinyatakan dengan frase. Jika sebuah ide dalam suatu kalimat dinyatakan dengan kata benda,
maka ide lain yang sederajat harus dengan kata benda juga. Demikian juga halnya bila sebuah
ide dalam sebuah kalimat dinyatakan dengan kata kerja, maka ide lainnya yang sederajat
harus dinyatakan dengan jenis kata yang sama.
a. Kesejajaran Bentuk
Imbuhan digunakan untuk membantuk kata berperan dalam menentukan kesejajaran. Berikut
ini contoh yang memperlihatkan ketidaksejajaran bentuk.
(1) Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan mengatur peminjaman buku
Ketidaksejajaran itu ada pada kata pembelian (buku) yang disejajarkan dengan kata
membuat (katalog) dan mengatur (peminjaman buku). Agar sejajar, ketiga satuan itu dapat
dijadikan nomina semua, seperti terlihat pada kalimat berikut.
(1a) Kegiatannya meliputi pembelian buku, pembuatan catalog, dan pengaturan peminjaman
buku.
(1b) Kegiatannya ialah membeli buku, membuat catalog, dan mengatur peminjaman buku.
b. Kesejajaran Makna
Lihatlah kalimat-kalimat berikut.
(1) Dia berpukul-pukul
Kata berpukul-pukul bermakana saling pukul. Hal itu berarti pelakunya harus lebiuh dari
satu. Karena kata dia bermakba tunggal, subjek kalimat (1) itu perlu diubah, misalnya
menjadi mereka, atau kalimat itu perlu ditambahkan kterangan komitatif (penyerta) dengan
temannya, misalnya.
Kalimat berikut tidak memliki kesejajaran makna predikat dan objek.
(1) Adik memetiki setangkai bunga
Kata memetiki mempunyai makna berulang-ulang yang tentunya tidak dapat
diterapkan pada setangkai bunga. Perbaikannya dapat dilakukan dengan mengubah predikat
menjadi memetik atau menghilangkan satuan setangkai pada objek. Tentu saja, perbaikan itu
bergantung pada informasi yang akan disampaikan
c. Kesejajaran dalam Perincian Pilihan
Kadang-kadang soal ujian dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Soal yang baik harus
memuat perincian pilihan yang sejajar sehingga memberi peluang yang sama untuk dipilih.
Berikt ini contoh perincian pilihan yang tidak sejajar.
(1) Pemasangan telepon akan meyebabkan..
a. melancarkan tugas
b. menanbah wibawa
c. meningkatkan pengeluaran
Pada contoh tersebut, jawaban yang diharapkan adalah (a), tetapi kalimat pemasangan
telepon akan menyebabkan melancarkan tugas bukanlah kalimat yang baik. Pilihan (b)
meskipun memang bukan jawaban yang tepat, tidak mempunyai peluang untuk dipilih karena
kalimat pemasangan telepon akan meyebabkan untuk menambah wibawa bukanlah kalimat
baik. Kalimat yang memuat pilihan (c) justru paling baik, tetapi pilihan itu bukan jawaban
yang diharapkan. Soal no 1 itu dapat diubah sebagi berikut.
(1a) Pemasangan telepon akan meningkatkan
a. Kelancaran
b. wibawa
c. pengeluaran
3. Struktur Kalimat Periodik
Kalau pada kalimat umum, unsur-unsur yang dikemukakan cenderung unsur intinya,
tetapi kalau pada kalimat periodik sebaliknya, yaitu unsur-unsur tambahan yang terlebih
dahulu dikemukakan kemudian muncul bagian intinya. Hal ini dilakukan untuk menarik
perhatian para pembaca atau pembicara terhadap pendengarnya. Misalnya :
1) Oleh mahasiswa kemarin jenazah yang busuk itu dikuburkan (O K S - P )
2) Oleh awan panas yang tersembur dari kepundan, dengan bantuan angin yang berkecepatan
tinggi, hutan lindung di lereng bukit itu terbakar habis (O K S P )
3) Kemarin rombongan mahasiswa PKL dari Unesa disambut oleh mahasiswa jurusan PBSID
Undiksha (K S P O)
Sumber :
Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Singaraja : Refika
Aditama
http://anisa-jannahunesa.blogspot.com/2008/03/struktur-kalimat-efektif.html