Anda di halaman 1dari 7

TUGAS UTS BIOKIMIA DASAR

1. Mekanisme pembentukan energi AEROB dan ANAEROB serta perannya dalam


penggunaan ebergi untuk aktifitas?

Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan proses metabolisme yang


membutuhkan kehadiran oksigen (O2) agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna
untuk menghasilkan ATP. Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu
simpanan karbohidrat (glukosa darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan lemak
dalam bentuk trigeliserida akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi energi
secara aerobik di dalam tubuh. Namun bergantung terhadap intensitas olahraga yang
dilakukan, kedua simpanan energi ini dapat memberikan jumlah kontribusi yang berbeda.
Secara singkat proses metabolisme energi secara aerobik yaitu untuk
meregenerasi ATP, 3 simpanan energi akan digunakan oleh tubuh yaitu simpanan
karbohidrat (glukosa,glikogen), lemak dan juga protein. Diantara ketiganya, simpanan
karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama saat berolahraga dan oleh
karenanya maka pembahasan metabolisme energi secara aerobik pada tulisan ini akan
difokuskan kepada metabolisme simpanan karbohidrat dan simpanan lemak. Sistem
Aerobik Produksi ATP secara aerobik terjadi di dalam mitokondria dan melibatkan
interaksi dua jalur metabolik yang bekerjasama, yaitu: (1) siklus Krebs, dan (2) rantai
transport elektron. Fungsi utama siklus Krebs adalah menyelesaikan oksidasi
(melepaskan hidrogen) dari karbohidrat, lemak, atau protein dan menggunakan NAD dan
FAD sebagai pembawa hidrogen (oksigen). Penglepasan hidrogen ini penting karena
hidrogen (berdasarkan elektron yang dia miliki) mengandung energi potensial. Energi ini
dapat digunakan dalam rantai transport elektron untuk menggabungkan ADP + Pi
membentuk ATP. Oksigen merupakan penerima (acceptor) hidrogen terakhir pada akhir
rantai transport elektron dan kemudian dibentuk air (dalam hal ini, H2 + O diubah
menjadi H2O). Proses produksi ATP secara aerobik dikenal dengan istilah fosforilasi
oksidatif.

Mekanisme pembentukan energi ANAEROB


Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpam di dalam otot
sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi yaitu
phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme
energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP. Dengan bantuan enzim
creatine kinase, phosphocreatine (PCr) yang tersimpan di dalam otot akan dipecah
menjadi Pi (inorganik fosfat) dan creatine dimana proses ini juga akan disertai dengan
pelepasan energi sebesar 43 kJ (10.3 kkal) untuk tiap 1 mol PCr. Inorganik fosfat (Pi)
yang dihasilkan melalui proses pemecahan PCr ini melalui proses fosforilasi dapat
mengikat kepada molekul ADP (adenosine diphospate) untuk kemudian kembali
membentuk molekul ATP (adenosine triphospate). Melalui proses hidrolisis PCr, energi
dalam jumlah besar (2.3 mmol ATP/kg berat basah otot per detiknya) dapat dihasilkan
secara instant untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat berolahraga dengan intensitas
tinggi yang bertenaga. Namun karena terbatasnya simpanan PCr yang terdapat di dalam
jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24 mmol ATP/ kg berat basah maka energi yang
dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat bertahan untuk mendukung aktivitas
anaerobik selama 5-10 detik.
Sistem phosphagen dan sistem glikogen asam laktat dapat berjalan dengan tanpa
adanya oksigen, karena itu dikatakan juga sebagai metabolisme anaerobik atau sistem
anaerobik. Struktur ATP terdiri dari tiga bagian utama : a) adenine, b) ribosa, c) tiga buah
phosphat, yang ketiganya berikatan bersama-sama. Pembentukan ATP terjadi dengan
mengkombinasikan adenosine diphosphat (ADP) dan phosphat inorganik (Pi). Reaksi ini
membutuhkan sejumlah energi. Beberapa energi itu disimpan dalam ikatan kimia yang
menggabungkan ADP dan Pi, sehingga ikatan ini disebut ikatan berenergi tinggi. Apabila
enzim ATPase memecah ikatan ini, maka sejumlah energi dibebaskan, dan energi ini
dapat digunakan untuk melakukan kerja (dalam hal ini kontraksi otot).
Pada aktivitas aerobik, metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran
simpanan karbohidrat, lemak dan sebagian kecil (5%) dari pemecahan simpanan protein
yang terdapat di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP. Proses metabolism ketiga
sumber energi ini akan berjalan dengan kehadiran oksigen yang diperoleh melalui proses
pernafasan. Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik, energi yamg digunakan
oleh tubuh untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan energi secara cepat ini akan
diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikosis glukosa secara
anaerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobic ini dapat berjalan tanpa kehadiran
oksigen.
Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan ATP dengan laju
yang lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik. Sehingga
untuk gerakan-gerakan dalam olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar dalam
waktu yang singkat, proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menyediakan ATP
dengan cepat namun hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar ±90 detik.
Walaupun prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme energi secara
anaerobik ini hanya menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika dibandingkan
dengan metabolisme energi secara aerobik (2 ATP vs 36 ATP per 1 molekul glukosa).

Proses metabolisme energi secara aerobik juga dikatakan merupakan proses yang
bersih karena selain akan menghasilkan energi, proses tersebut hanya akan menghasilkan
produk samping berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Hal ini berbeda dengan
proses metabolisme secara anaerobik yang juga akan menghasilkan produk samping
berupa asam laktat yang apabila terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot dan
menyebabkan rasa nyeri pada otot. Hal inilah yang menyebabkan mengapa gerakan-
gerakan bertenaga saat berolahraga tidak dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu
yang panjang dan harus diselingi dengan interval istirahat

2. Jelaskan Penggunaan energi pada otot?


Pada proses ini, peran yang sangat menonjol dalam aktivitas kerja otot adalah
tampilnya ATP maupun OC sebagai sumber energi. ATP yang dikenal dengan
kepanjangan Adenosine Triphospate dan PC dengan kepanjangan Phospocreatine,
merupakan sumber energi yang sudah terdapat di dalam otot. Sumber energi ini
merupakan suatu ikatan yang sangat penting pada setiap reaksi yang menghasilkan energi
guna mendukung suatu aktivitas. Sehingga, sifat aktivitas ototnya “anaerobic”
ATP dibuat dan disimpan di dalam sel otot yang dikenal dengan nama
mitokondria. Mitokondria ini dapat diumpamakan sebuah pabrik tenaga kecil yang
memiliki enzyme khusus yang dapat mengolah sari makanan dan mengubah energi pada
makanan menjadi ATP. Jadi, ATP merupakan suatu zat berenergi tinggi yang digunakan
otot untuk kontraksi.
ATP ini merupakan energi kimia yang dapat segera digunakan untuk aktivitas
otot. Struktur kimia dari ATP digambarkan sebagai molekul yang terdiri dari satu
molekul Adenosine dan tiga rangkaian Phosphate yang saling berkaitan satu sama lain.
Apabila terdapat rangsang, ATP tersebut pecah sehingga menghasilkan energi yang dapat
langsung digunakan untuk kontraksi otot.

3. Jelaskan Alkalosis dan Acidosis, beri contoh gangguan penyakit yang menyertai?
Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14. Kadar pH
darah normal berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai terlalu asam bila
pH lebih besar dari 7,45, dikategorikan terlalu basa, atau disebut dengan alkalosis.
Sedangkan darah dengan nilai pH kurang dari 7,35. Kondisi tersebut dinamakan acidosis.

Keseimbangan asam basa dipengaruhi oleh fungsi paru-paru. Manusia bernapas


menghirup oksigen dan membuangnya dalam bentuk karbondioksida (CO2). CO2 adalah
zat yang bersifat asam, sehingga jumlah CO2 yang keluar akan memengaruhi
keseimbangan pH darah, sehingga dapat menimbulkan asidosis atau alkalosis. Asidosis
dan alkalosis yang disebabkan oleh gangguan pada paru-paru atau pernapasan disebut
dengan asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik.

Asidosis dan alkalosis juga dapat terjadi ketika produksi asam basa dalam tubuh
tidak seimbang atau bisa juga terjadi akibat ginjal tidak bisa membuang kelebihan asam
atau basa dari dalam tubuh. Asidosis dan alkalosis yang terjadi akibat dua kondisi di atas
disebut asidosis metabolik dan alkalosis metabolik.

Contoh gangguan penyakit yang menyertai :

Alkalosis respiratorik

Alkalosis respiratorik umumnya disebabkan oleh hiperventilasi, yaitu suatu


kondisi ketika seseorang bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam. Hiperventilasi tersebut
bisa disebabkan oleh perasaan panik dan cemas. Kondisi lain yang dapat memicu
alkalosis respiratorik adalah:

o Demam tinggi
o Berada di dataran tinggi
o Penyakit paru
o Penyakit liver
o Kekurangan oksigen

Alkalosis metabolik

Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau kelebihan
basa. Beberapa hal yang dapat memicu kondisi tersebut adalah:

o Muntah berkepanjangan, sehingga menyebabkan tubuh kekurangan elektrolit.


o Penggunaan obat diuretik yang berlebihan.
o Penyakit kelenjar adrenal.
o Penggunaan obat pencahar dan obat maag (antasida).

Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kondisi lain yang
memengaruhi fungsi paru-paru dalam membuang karbondioksida (CO2). Dengan kata
lain, asidosis respiratorik terjadi ketika tubuh hanya dapat membuang sedikit CO2.
Sejumlah kondisi yang dapat memicu asidosis respiratorik kronis, antara lain:

o Asma.
o Penyakit paru obstruktif kronis.
o Edema paru.
o Gangguan pada sistem saraf dan otot, misalnya multiple sclerosis dan distrofi otot.
o Kondisi lain yang membuat sesorang terganggu dalam bernapas, misalnya obesitas atau
skoliosis.
o Sedangkan asidosis respiratorik akut umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi,
seperti:
o Henti jantung.
o Penyakit paru-paru, misalnya asma, pneumonia, dan emfisema.
o Kelemahan otot pernapasan.
o Terdapat sumbatan pada saluran pernapasan.
o Overdosis obat penenang.

Asidosis metabolik

Asidosis metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam, atau
saat ginjal hanya mampu membuang sedikit asam melalui urine. Asidosis metabolik
terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:

 Asidosis diabetik. Asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik terjadi ketika tubuh


kekurangan insulin, sehingga lemak yang dipecah bukan karbohidrat. Pemecahan lemak
ini mengakibatkan keton darah yang bersifat asam meningkat. Kondisi ini lazim lebih
sering terjadi pada pasien diabetes tipe 1 yang tidak terkontrol.
 Asidosis hiperkloremik. Asidosis hiperkloremik disebabkan oleh kurangnya kadar
natrium bikarbonat dalam tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh diare
 Asidosis laktat. Kondisi ini terjadi ketika tubuh kelebihan asam laktat. Asidosis laktat
dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol (ketoasidosis alkoholik), kanker, gagal jantung,
kejang, gagal hati, kadar gula darah rendah, serta kekurangan oksigen dan olahraga yang
berlebihan.
Referensi

Benardot, D. Advanced Sports nutrition. Human Kinetics, Champaign, IL, 2006

M. Anwari Irawan, Metabolisme energi tubuh & olahraga, Volume I, 2007

Srudadi. 1994. Sistem energi pada aktivitas otot

https://www.alodokter.com/gangguan-keseimbangan-asam-basa (akses 11 mei 2021,


12:48)

Anda mungkin juga menyukai