Sabila Amalia Utami - 20118015 - Permainan Tradisional
Sabila Amalia Utami - 20118015 - Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
Disusun oleh:
UNIVERSITAS TRILOGI
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah
kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak
lupa shalawat serta salam saya haturkan pada junjungan Nabi agung kita, Nabi
Muhammad SAW. Risalah beliaulah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai
petunjuk menjalani kehidupan.
Dengan pertolongan-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Permainan Tradisional”. Saya berharap makalah ini dapat menjadi referensi
bagi pihak yang membaca. Selain itu, saya juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas ibu DR. Roostrianawahti
Soekmono, M.Pd mata kuliah Bermain dan Permainan Anak. Penulis terbuka
terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik.
Penulis mengakui masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan makalah ini. Masih banyak yang harus diperbaiki dan disempurnakan
lagi. Untuk itu, penulis tetap mengharapkan beragam saran, masukan, maupun
kritik yang membangun dari para pembaca.
Demikian harapan dari penulis, semoga karya ini bermanfaat bagi para
pembaca, khususnya mahasiswa yang mengikuti Bermain Dan Permainan
Anak.
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................12
B. Saran ..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan paling mendasar
menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya
manusia (direktorat PAUD: 2005) karena rentang usia kritis dan sekaligus
strategis dalam proses pendidikan dapat mempengaruhi proses serta hasil
pendidikan pada tahap selanjutnya. Periode ini juga merupakan periode
kondusif untuk mengembangkan aspek kemampuan fisik motorik, emosi,
sosial emosional, dan bahasa. Bermain merupakan metode yang tidak bisa
ditinggalkan pada anak usia dini, anak akan mendapatkan keceriaan dan
berekspresi dengan bebas ketika bermain. Anak adalah “pembelajar alamiah”
karena mereka akan belajar efektif bila kegiatan dilakukan dalam kondisi yang
menyenangkan, tanpa paksaan.
Interaksi sosial mulai terjadi di lingkungan keluarga, terutama pada
ayah, ibu, dan saudaranya. Seiring dengan perkembangan usianya anak
semakin ingin berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, seperti di
sekolah maupun di masyarakat. Tidak ada masa yang lebih potensial untuk
belajar daripada masa tahun-tahun awal kehidupannya. Anak anak belajar
melalui permainan untuk menambah pengalaman dengan bahan, benda dan
teman sebaya atas dukungan orang dewasa.
Dunia permainan anak berkembang sesuai dengan peradaban global.
Pemilihan permainan yang sesuai dengan tujuan aspek pencapaian
kecakapan hendaknya menjadi tujuan utama bagi guru maupun orang tua.
Memfasilitasi anak dengan permainan harga mahal, mainan import bukan
tolak ukur suatu mainan harus disediakan untuk anak. Permainan yang
murah, yang dibuat dengan menggunakan bahan bekas, permainan warisan
nenek moyang bisa menjadi media bagi bermain anak-anak dan mampu
mengembangkan kemampuan sosial anak .
Permainan tradisional merupakan alternatif yang kaya akan nilai
budaya dan bahkan hampir tanpa adanya pelestarian. Permainan tradisional
yang ada mirip dengan olahraga yakni memiliki aturan main dan mampu
memberikan kesenangan, relaksasi, kegembiraan dan tantangan. Guna
memfasilitasi pengembangan kemampuan sosial anak memanfaatkan
permainan tradisional sebagai modal budaya yang dimiliki Indonesia sebagai
fasilitasnya. Mengembangkan kemampuan sosial anak bisa berlangsung di
lingkungan sekolah, rumah dan di masyarakat. Menurut Tilaar (2002) dalam
budaya global diperlukan pendidikan yang dapat mempersiapkan manusia-
manusia beridentitas lokal dengan visi global untuk membangun dunia
bersama. Anak Indonesia memerlukan identitas bangsa yaitu kerja sama
gotong royong yang dapat di berikan dan dihayati anak–anak melalui
permainan tradisional. Dengan memiliki kemampuan sosial yang baik maka
identitas kebersamaan dan kegotong-royongan dapat terwujud.
Pada dasarnya anak-anak membutuhkan aktivitas fisik yang memadai
untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Aktivitas fisik yang
dilakukan juga akan bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran tubuh anak.
Salah satu aktivitas fisik yang sering dilakukan anak-anak adalah bermain
suatu permainan. Dengan bermain banyak manfaat yang dapat diperoleh
1
anak misalnya, anak menjadi senang, dapat menjalin persahabatan,
memperkaya gerak yang dimiliki anak dan dapat belajar keterampilan baru.
Permainan tradisional merupakan salah satu sarana bermain bagi
anak. Selain bermanfaat bagi kesehatan, kebugaran dan tumbuh kembang
anak, terdapat juga nilai-nilai positif yang terkandung dalam permainan
tradisional misalnya kejujuran, kerjasama, sportif, tolong menolong, tanggung
jawab, disiplin dan masih banyak lagi dimana hal-hal tersebut dapat
membangun karakter anak. Selain itu, Permainan tradisional lebih efektif dari
kegiatan sehari-hari dalam rangka untuk mengembangkan kontrol objek,
kemampuan lokomotor dan keterampilan dasar (Hakimeh Albari dkk, 2009:
126).
Permainan tradisional yang terstruktur sedemikian rupa secara
langsung mempengaruhi psikomotor, perkembangan kognitif dan emosional
anak. Permainan tradisional dapat mempengaruhi peningkatan kesenangan
dari pemain dan positif mempengaruhi perkembangan anak secara
keseluruhan (Tatjana Kovačević and Siniša Opić, 2014: 100). Sebagian besar
permainan tradisional dan olahraga merupakan ekspresi budaya asli dan cara
hidup yang memberikan kontribusi terhadap identitas umum kemanusiaan
telang menghilang dan yang masih bertahan juga terancam hilang atau punah
karena pengaruh globalisasi dan harmonisasi keragaman warisan olahraga
dunia (Jogen Boro dkk, 2015: 88).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari permainan tradisional?
2. Unsur apa saja yang terdapat dalam permainan tradisional?
3. Apa manfaat dari permainan tradisional?
4. Bagaimana perkembangan permainan tradisional saat ini?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui peran permainan tradisional pada anak usia dini usia dini di
PAUD
2. mengetahui proses pembelajaran permainan tradisional pada anak usia
dini usia dini di PAUD
3. mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam mengenalkan
permainan tradisional pada kegiatan pembelajaran anak usia dini usia 4-6
tahun di PAUD
4. mengenalkan kembali permainan tradisional pada anak usia dini,
melestarikan kembali budaya daerah pada anak usia dini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Bermain
Bermain bagi anak usia dini adalah belajar. Bermain yang dilakukan
menimbulkan kesenangan serta kepuasan bagi anak. Bermain sebagai
sarana pengembangan kemampuan sosial anak diharapkan mampu
memberikan kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan,
mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan.
Semiawan (2003) mengungkapkan beberapa nilai dan ciri penting dari
bermain dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari seorang
anak. Nilai dan ciri penting tersebut antara lain adalah:
a. Bermain memiliki berbagai arti. Pada permulaan, setiap pengalaman
bermain memiliki unsur resiko. Ada resiko bagi anak untuk belajar
berjalan sendiri, atau naik sepeda sendiri atau berenang, ataupun
meloncat. Betapapun sederhana permainannya, unsur resiko itu selalu
ada.
b. Unsur lain adalah pengulangan. Dengan pengulangan, anak
memperoleh kesempatan mengonsolidasikan keterampilannya yang
harus diwujudkannya dalam berbagai permainan dengan berbagai
nuansa yang berbeda. Sesudah pengulangan itu berlangsung, anak
dapat meningkatkan keterampilannya yang lebih kompleks. Melalui
berbagai permainan yang diulang, ia memperoleh kemampuan
tambahan untuk melakukan aktivitas lain.
c. Fakta bahwa aktivitas permainan sederhana dapat menjadi kendaraan
(vehicle) ke arah permainan yang kompleks, dapat dilihat dan terbukti
saat mereka menjadi remaja.
Ada berbagai macam permainan yang dapat meningkatkan kreativitas,
salah satunya adalah permainan tradisional. Permainan tradisional
merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan
mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan dibaliknya Permainan
tradisional merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anak-anak
dalam rangka berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolah raga yang sekaligus
sebagai sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan,
kesopanan serta ketangkasan.
Permainan tradisional merupakan salah satu aset budaya yang
mempunyai ciri khas kebudayaan suatu bangsa maka, pendidikan karakter
bisa dibentuk melalui permainan tradisonal sejak usia dini. Karena selama ini
pendidikan karakter kurang mendapat penekanan dalam sistem pendidikan
di Negara kita. Pendidikan budi pekerti hanyalah sebatas teori tanpa adanya
refleksi dari pendidikan tersebut. Dampaknya, anak-anak tumbuh menjadi
manusia yang tidak memiliki karakter, bahkan lebih kepada bertingkah laku
mengikuti perkembangan zaman namun tanpa filter. Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) merupakan satu lembaga dalam membentuk karakter anak.
Slogan “ Belajar sambil bermain, bermain seraya belajar” merupakan salah
satu prinsip yang diterapkan di PAUD. Dengan bermain, anak-anak akan
bisa belajar
3
Masa modern sekarang ini, selain anak dituntut untuk dapat mengikuti
perkembangan zaman juga diharapkan di kemudian hari anak-anak
mengetahui akan jenis-jenis permainan tradisional di Indonesia. Interaksi
anak-anak dalam permainan akan membangkitkan kemampuan anak untuk
menilai mana yang baik dan tidak baik, misalnya, ada anak yang bermain
curang dalam permainan, pasti teman-temannya akan memberi hukuman
moral dengan tidak mengikutkan anak yang curang tersebut dalam
permainan. Permainan tradisional mampu menumbuhkan nilai sportivitas,
kejujuran, dan gotong royong. Kajian tentang permainan tradisional anak di
Indonesia umumnya belum sangat berkembang, tapi terlihat perhatian yang
cukup besar dari kalangan ilmuan terhadap fenomena budaya ini, kecuali
dari kalangan tertentu.
4
karakteristik yang lain. Pertama, permainan itu cenderung menggunakan alat
atau fasilitas di lingkungan tanpa membelinya. karakteristik kedua, permainan
tradisional dominan melibatkan pemain yang relatif banyak atau berorientasi
komunal. Tidak mengherankan, kalau kita lihat, hampir setiap permainan
rakyat begitu banyak anggotanya. Sebab, selain mendahulukan faktor
kegembiraan bersama, permainan ini juga mempunyai maksud lebih pada
pendalaman kemampuan interaksi antar pemain (potensi interpersonal).
Seperti pada permainan jamuran, betengan, ular naga, dll.
Permainan tradisional memiliki aturan permainan yang sederhana
ataupun yang disederhanakan. Kemampuan sosial anak akan kita dapati
sebagai wujud internalisasi nilai budaya lokal dalam bentuk kerja sama,
kesetiakawanan, dan gotong-royong di berbagai bidang kehidupan. Interaksi
pada anak ketika sedang bermain memunculkan akibat yang menjadi
stimulasi bagi berkembangnya kemampuan sosialnya. Mereka akan belajar
untuk menghargai dan menyelesaikan konflik antar teman sebaya, dan
mereka juga memiliki pengalaman merasakan keberhasilan dan kegagalan.
Tidak menjadi individu yang egosentris, yang hanya mementingkan diri
sendiri, memiliki empati dengan orang lain, mengendalikan emosi untuk
mengendalikan perilaku agresi dengan media permainan tradisional yang
berasal dari budaya lokal.
Kelebihan permainan tradisional bahwa permainan ini mampu
mengembangkan keterampilan sosial anak, pada permainan yang bersifat
kompetisi memberikan kesempatan pada anak untuk belajar bersaing dengan
sehat dan mampu mengembangkan social skill, motoric skill, dan emotional
skill. Keterlibatan anak dalam suatu kelompok sosial formal maupun informal
akan membantu anak melatih kemampuan dalam menjalin hubungan yang
hangat. Partisipasi sosial secara informal pada dapat dilakukan dengan
melibatkan anak dalam kegiatan bermain dalam permainan tradisional.
5
benda bahkan tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal ini
mendorong mereka lebih kreatif menciptakan alat permainan.
2. Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak. Saaat bermain anak-anak
akan melepaskan emosinya. Merka berteriak, tertawa dan bergerak.
Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak
yang memerlukan kondisi tersebut.
3. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak, yang meliputi:
mengembangkan kecerdasan intelektual anak, mengembangkan
kecerdasan emosi dan antar personal anak, mengembangkan kecerdasan
logika anak, mengembangkan kecerdasan kinestetik anak,
mengembangkan kecerdasan natural anak, mengembangkan kecerdasan
spasial anak, mengembangkan kecerdasan musikal anak,
mengembangkan kecerdasan spiritual anak
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Permainan
tradisional yang cukup beragam perlu digali dan dikembangkan karena
mengandung nilai-nilai seperti kejujuran, sportivitas, kegigihan dan kegotong
royongan. Dengan permainan tradisional anak-anak bisa melatih konsentrasi,
pengetahuan, sikap, keterampilan dan ketangkasan yang secara murni
dilakukan oleh otak dan tubuh manusia. Selain itu, permainan tradisional bisa
juga dapat mengembangkan aspek pengembangan moral, nilai agama,
sosial, bahasa, dan fungsi motorik.
Dari pemaparan di atas maka, manfaat permainan tradisional dalam
membentuk karakter anak dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. dengan permainan tradisional anak akan selalu melahirkan nuansa suka
cita. Dalam permainan tersebut jiwa anak terlihat secara penuh. Suasana
ceria, senang yang dibangun senantiasa melahirkan dan menghasilkan
kebersamaan yang menyenangkan. Inilah benih masyarakat yang
menciptakan kerukunan. Jarang sekali permainan yang berguna untuk
dirinya sendiri, tapi selalu menumbuhkan rasa kebersamaan.
2. permainan itu dibangun secara bersama-sama. Artinya, demi menjaga
permainan dapat berlangsung secara wajar, mereka mengorganisir diri
dengan membuat aturan main diantara anak-anak sendiri. Dalam konteks
inilah anak-anak mulai belajar mematuhi aturan yang mereka buat sendiri
dan disepakati bersama. Disatu sisi, anak belajar mematuhi aturan
bermain secara fairplay, disisi lain, merekapun berlatih membuat aturan
main itu sendiri. Sementara itu, apabila ada anak yang tidak mematuhi
aturan main, dia akan mendapatkan sanaksi sosial dari sesamanya.
Dalam kerangka inilah, anak mulai belajar hidup bersama sesamanya atau
hidup bersosial. Namun demikian dipihak lain, apabila dia mau mengakui
kesalahannya, teman yang lain pun bersedia menerimanya kembali. Suatu
bentuk proses belajar mengampuni dan menerima kembali dari mereka
yang telah mengakui kesalahannya.
3. keterampilan anak senantiasa terasah, anak terkondisi membuat
permainan dari berbagai bahan yang telah tersedia di sekitarnya. Dengan
demikian, otot atau sensor–motoriknya akan semakin terasah pula.
Dipihak yang lain, proses kreatifitasnya merupakan tahap awal untuk
mengasah daya cipta dan imajinasi anak memperoleh ruang
pertumbuhannya.
4. pemanfaatan bahan–bahan permainan, selalu tidak terlepas dari alam. Hal
ini melahirkan interaksi antara anak dengan lingkungan sedemikian
6
dekatnya. Kebersamaan dengan alam merupakan bagian terpenting dari
proses pengenalan manusia muda terhadap lingkungan hidupnya.
5. hubungan yang sedemikian erat akan melahirkan penghayatan terhadap
kenyataan hidup manusia. Alam menjadi sesuatu yang dihayati
keberadaanya, tak terpisahkan dari kenyataan hidup manusia.
Penghayatan inilah yang membentuk cara pandang serta penghayatan
akan totalitas cara pendang mengenai hidup ini.Cara pandang inilah yang
kemudian dikenal sebagai bagian dari sisi kerohanian manusia tradisional.
6. melalui permainan anak mulai mengenal model pendidikan partisipatoris.
Artinya, anak memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan
tahap-tahap pertumbuhan jiwanya. Dalam pengertian inilah, anak dengan
orang tua atau guru memiliki kedudukan yang egaliter, sama-sama
berposisi sebagai pemilik pengalaman, sekaligus merumuskan secara
bersama-sama pula diantara mereka.
Tim penyusun Panduan Pemanfaatan Permainan Tradisional untuk
Anak Usia dini (2004) menguraikan ada 9 (sembilan) kecerdasan yang
mampu di stimulasi oleh permainan tradisional yaitu
1. kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa);
2. kecerdasan logika matematika (kemampuan menghitung);
3. kecerdasan visual-spasial (kemampuan ruang);
4. kecerdasan musikal (kemampuan musik/ irama);
5. kecerdasan kinestetika (kemampuan fisik baik motorik kasar dan
halus);
6. kecerdasan natural (keindahan alam);
7. kecerdasan intrapersonal (kemampuan hubungan antar manusia);
8. kecerdasan intrapersonal (kemampuan memahami diri sendiri);
9. kecerdasan spritual (kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan
Tuhan).
Hal ini tentu membuat permainan tradisional semakin diperlukan
karena banyak manfaatnya bagi perkembangan anak. Secara empiris,
penelitian Yudiwinata dan Handoyo (2014) menunjukkan bahwa anak-anak
yang melakukan permainan tradisional jauh lebih berkembang kemampuan,
termasuk kemampuan kerja sama, sportifitas, kemampuan membangun
strategi, serta ketangkasan (lari, loncat, keseimbangan) dan karakternya.
Ekawati, dkk (2010) menjelaskan bahwa permainan tradisional ternyata
mampu berpengaruh dalam mengembagkan kecerdasan intrapersonal anak
Sisi lain, meskipun manfaat permainan tradisional sangat banyak bagi
tumbuh kembang anak, tidak banyak orang tua yang mengetahui manfaat
tersebut, bahkan orangtua sangat jarang masih mengingat bagaimana
memainkannya dan jarang menceritakan permainan tradisional yang pernah
di mainkan dulu pada anak-anaknya. Hal ini tentu membuat eksistensi
permainan tradisional semakin tidak diketahui oleh masyarakat luas.
Hal ini diharapkan akan menjadi dukungan bagi pemerintah Indonesia
untuk dapat memajukan masyarakat serta pendidikan nasional, yang berakar
pada kebudayaan Nasional (Pasal I ayat 2 Undang-Undang No II tahun
1989), yang mengandung pengertian bahwa penyelanggaraaan pendidikan
nasional anak selalu berpijak pada bumi dan budaya Indonesia serta kearifan
lokal. Permainan tradisional yang bisa dimainkan oleh anak usia dini ini
memiliki fungsi dalam mengembangkan kemampuan dasar anak dan
menstimulasi kecerdasan majemuk.
7
Permainan tradisional yang dimaksud juga termasuk alat permainan
edukatif (APE) yang berfungsi untuk memberikan pendidikan pada anak;
aman tidak berbahaya bagi anak (tidak tajam dan tidak beracun); menarik
bagi anak, sederhana, murah, mudah penggunaannya; ukuran dan
bentuknya sesuai dengan usia anak; sesuai dengan minat dan taraf
pertumbuhan dan perkembangan anak; berfungsi mengembangkan
kemampuan dasar anak dan menstimulasi kecerdasan ganda (multiple
Intelligences). Berdasarkan hal itu perlu kiranya untuk melakukan sosialisasi
mengenai permainan tradisional di lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), serta Taman Kanak-kanak. Kegiatan sosialisasi dapat berbentuk
pengalaman belajar langsung dengan mengaplikasikan permainan
tradisional.
8
G. Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Permainan Tradisional
Permainan tradisional bagi anak mengandung nilai-nilai pendidikan
yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan 9 kecerdasan
(kemampuan) anak yaitu kecerdasan linguistik, logika matematik, visual-
spasial, musikal, kinestetik, naturalis, interpersonal, dan spiritual dengan
menggunakan strategi belajar sambil bermain, berpusat pada anak dan
kebermaknaan. Nilai-nilai pendidikan dalam permainan tradisional tersebut
terkandung dalam permainan, gerak, syair lagu maupun tembangnya.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Dharmamulya (1991: 54) bahwa
permainan tradisional anak mengandung unsur rasa senang, dimana rasa
senang dapat mewujudkan suatu kesempatan yang baik menuju kemajuan.
9
keberadaannya agar tidak mengalami kepunahan. Upaya pelestarian
permainan tradisional berarti upaya menjadikan permainan tradisional tetap
ada sesuai dengan kondisinya, namun juga digemari anak. Hal ini bukan hal
yang mudah, mengingat kondisi sekarang yang penuh dengan inovasi
teknologi yang tentu saja ikut berpengaruh terhadap keberadaan permainan
tradisional ini. Upaya ini dapat tercapai apabila semua pihak ikut terlibat, baik
pihak pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.
10
Faktor pendukung untuk dilakukannya permainan tradisional ini pada
setiap pembelajaran pada anak yaitu minat anak yang cukup tinggi,
memanfaatkan bahan-bahan bekas atau pun yang berasal dari alam untuk
dijadikan alat-alat permainan, dan halaman luar yang dapat dijadikan sebagai
tempat bermain.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Permainan tradisional memiliki peran yang sangat penting dalam
merangsang potensi yang ada pada diri anak. Dalam hal ini si anak
terlibat secara langsung baik fisik maupun emosi sehingga sangat
mepengaruhi masa pertumbuhannya.
2. Permainan tradisional sebagai media pembelajaran pada anak masih
jarang dilakukan oleh tutor maupun orang tua dalam menyampaikan
sebuah materi pembelajaran. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman
akan manfaat permainan tradisional ini sehingga pembelajarannya pun
belum dilakukan secara berkelanjutan dan hanya dilakukan sebagai
hiburan saja pada anak.
3. Terdapat faktor penghambat dalam melakukan permainan tradisional ini
yaitu : kurangnya pemahaman tutor dan orang tua akan manfaat
permainan tradisional, kurangnya alat permainan, tempat bermain yang
tidak sesuai dengan jumlah anak (dalam ruangan), keterbatasan tutor
dengan jumlah anak dalam pengawasan anak ketika bermain, dan
kurangnya pengetahuan tutor dan orang tua tentang berbagai jenis
permainan tradisional.
4. Selain faktor penghambat, ada pula faktor pendukung dalam melakukan
permainan tradisional ini diantaranya : minat anak yang cukup tinggi, alat
permainan yang dapat dibuat dengan memanfaatkan barang-barang
bekas maupun yang ada di alam sekitar, dan halaman luar yang dapat
dijadikan sebagai tempat bermaian bagi anak.
B. Saran:
12
DAFTAR PUSTAKA
Anggita, GM, Mukarromah, SB, & Ali, MA (2018). Eksistensi Permainan Tradisional
sebagai Warisan Budaya Bangsa. JOSSAE: Journal of Sport Science and
Education, 3 (2), 55. doi: 10.26740 / jossae.v3n2.p55-59
Utsman, A. F., Nimah, R., & Rohana, R. (2018). Peran Permainan Tradisional dalam
Meningkatkan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Di RA Al Fattah Pacing Parengan
Tuban. Al Ulya : Jurnal Pendidikan Islam, 3(2), 132-141. doi:10.36840/ulya.v3i2.156
13