Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN KONFORMITAS DAN PERILAKU MEROKOK

PADA REMAJA WANITA DI SMA NEGERI 1 CERENTI


KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

INTISARI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau Untuk


Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Derajat Sarjana
Psikologi

Disusun Oleh :

CICI NOPRIANTI
138110156

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2020
HUBUNGAN KONFORMITAS DAN PERILAKU MEROKOK PADA
REMAJA WANITA DI SMA NEGERI 1 CERENTI
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

CICI NOPRIANTI
138110156

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

ABSTRAK

Merokok merupakan menghisap rokok yaitu menghisap gulungan tembakau yang


berbalut daun nipah atau kertas yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar. Konformitas merupakan suatu keadaan
dimana seseorang mengubah sikap dan tingkah laku agar sesuai dengan norma
sosial yang berlaku dengan tujuan agar mendapatkan penerimaan oleh kelompok
sosial. Permasalahan dalam penelitian ini di SMA Negeri 1 Cerenti Kabupaten
Kuantan Singingi terdapat 251 siswa dan siswi secara keseluruhan dari dua
jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Data tersebut
diambil dari absensi siswa dan siswi dan didapatkan 208 siswa laki-laki 38 di
antaranya memiliki kebiasaan merokok dan 43 siswi yang sudah mencoba rokok
sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konformitas dan
perilaku merokok pada remaja perempuan di SMA Negeri 1 Cerenti Kabupaten
Kuantan Singingi. Tipe penelitian ini adalah survey analitik dengan lokasi
penelitian di SMA Negeri 1 Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi. Jenis dan
sumber data yang digunakan data primer dan data sekunder, sedangkan
pengumpulan data melalui kuesioner dan dokumentasi penelitian. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan konformitas dengan
perilaku merokok pada remaja wanita di SMA Negri 1 Cerenti Kabupaten
Kuantan Singigi, maka didapatkan kesimpulan bahwa remaja wanita di SMA
Negeri 1 Cerenti sebagian besar memiliki kategori tingkat konformitas yang tinggi
dan memiliki kategori tingkat perilaku merokok yang sedang. Sedangkan
konformitas memberikan kontribusi terhadap perilaku merokok pada remaja
wanita di SMA Negri 1 Cerenti adalah sebesar 7.1 %. Sehingga terdapat korelasi
positif yang signifikan pada konformitas dengan perilaku merokok pada remaja
wanita di SMA Negeri 1 Cerenti.

Kata Kunci : Konformitas; Perilaku Merokok; Remaja Wanita.

1
CONFORMITY RELATIONSHIP AND SMOKING BEHAVIORS IN
ADOLESCENT FEMALE IN SMA NEGERI 1 CERENTI
SINGI QUANTITY DISTRICT

CICI NOPRIANTI
138110156

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

ABSTRACT

Smoking is smoking cigarettes, which is smoking tobacco rolls wrapped in palm


leaves or paper that are burned into the body and blowing it back out. Conformity
is a condition in which a person changes attitudes and behavior to conform to
prevailing social norms in order to gain acceptance by social groups. The
problem in this research is that in SMA Negeri 1 Cerenti, Kuantan Singingi
Regency, there are 251 students and students as a whole from two majors of
Natural Sciences and Social Sciences. The data was taken from student and
student attendance and found 208 male students, 38 of whom had smoking habits
and 43 students who had tried cigarettes, so this study aims to determine the
relationship between conformity and smoking behavior in female adolescents at
SMA Negeri 1 Cerenti, Kuantan Singingi Regency. . This type of research is an
analytical survey with the research location in SMA Negeri 1 Cerenti, Kuantan
Singingi Regency. The types and sources of data used were primary data and
secondary data, while data collection was through questionnaires and research
documentation. Based on the results of research that has been conducted
regarding the relationship between conformity and smoking behavior in female
adolescents at SMA Negri 1 Cerenti, Kuantan Singigi Regency, it is concluded
that most of the women in SMA Negeri 1 Cerenti have a high level of conformity
category and have a category of smoking behavior levels moderate. Meanwhile,
conformity contributes to smoking behavior in female adolescents at SMA Negri 1
Cerenti amounting to 7.1%. So that there is a significant positive correlation on
conformity with smoking behavior in female adolescents at SMA Negeri 1 Cerenti.

Keywords: Conformity; Smoking Behavior; Young Women.

‫عالقاث المطابقت وسلوكياث التدخيه عىد الشبّاث في المدرست الثاوويت‬


‫الحكوميت الواحدة ثيريىتي بمىطقت كواوتان سيىجيىجي‬

2
‫ثيثي ووفرياوتي‬
‫‪851881831‬‬

‫كليت علم الىفس‬


‫الجامعت اإلسالميت الرياويت‬

‫الملخص‬
‫اٌزذخ‪ ٓ١‬ف‪ ٟ‬سجبئز اٌجسُ أ‪ ٚ‬رذخ‪ ٕٗ١‬أ‪ ٞ‬ل‪١‬بَ ثبِزصبص ٌفخ اٌزجغ اٌٍّف‪ٛ‬فخ ثأ‪ٚ‬راق‬
‫إٌخ‪ ً١‬أ‪ ٚ‬اٌ‪ٛ‬رق اٌّحززق ف‪ ٟ‬اٌجسُ ‪ٔٚ‬فخ‪ٙ‬ب ِزح أخز‪ .ٜ‬اٌّطبثمخ ٘‪ ٟ‬حبٌخ ‪٠‬غ‪١‬ز‬
‫ف‪ٙ١‬ب اٌشخض اٌّ‪ٛ‬الف ‪ٚ‬اٌسٍ‪ٛ‬ن ٌزز‪ٛ‬افك ِغ األػزاف االجزّبػ‪١‬خ اٌسبئذح ِٓ أجً‬
‫وست لج‪ٛ‬ي اٌّجّ‪ٛ‬ػبد االجزّبػ‪١‬خ‪ .‬رىّٓ اٌّشىٍخ ف‪٘ ٟ‬ذا اٌجحث ف‪ ٟ‬أٔٗ ف‪ٟ‬‬
‫اٌّذرسخ اٌثبٔ‪٠ٛ‬خ اٌحى‪١ِٛ‬خ اٌ‪ٛ‬احذح ث‪١‬ز‪ٕ٠‬ز‪ ٟ‬ثّٕطمخ و‪ٛ‬أزبْ س‪ٕ١‬ج‪ٕ١‬ج‪ٛ٠ ،ٟ‬جذ‬
‫‪ 152‬طٍجخ ثشىً ػبَ ِٓ رخصص‪ ٓ١‬ف‪ ٟ‬اٌؼٍ‪ َٛ‬اٌطج‪١‬ؼ‪١‬خ ‪ٚ‬اٌؼٍ‪ َٛ‬االجزّبػ‪١‬خ‪ .‬رُ‬
‫أخذ اٌج‪١‬بٔبد ِٓ حض‪ٛ‬ر اٌطالة ‪ٚ‬اٌطالة ‪ٚٚ‬جذد ‪ 102‬طالثًب‪ٌ ُِٕٙ 82 ،‬ذ‪ُٙ٠‬‬
‫ػبداد اٌزذخ‪ 38ٚ ٓ١‬طبٌجخ جزث‪ٛ‬ا اٌسجبئز‪ٌ ،‬ذٌه ‪ٙ٠‬ذف ٘ذا اٌجحث إٌ‪ ٝ‬رحذ‪٠‬ذ‬
‫اٌؼاللخ ث‪ ٓ ١‬اٌّطبثمخ ‪ٚ‬سٍ‪ٛ‬ن اٌزذخ‪ٌ ٓ١‬ذ‪ ٜ‬اٌّزا٘مبد أ‪ ٚ‬اٌشبثبد ف‪ ٟ‬اٌّذرسخ‬
‫اٌثبٔ‪٠ٛ‬خ اٌحى‪١ِٛ‬خ اٌ‪ٛ‬احذح ث‪١‬ز‪ٕ٠‬ز‪ ٟ‬ثّٕطمخ و‪ٛ‬أزبْ س‪ٕ١‬ج‪ٕ١‬ج‪٘ .ٟ‬ذا إٌ‪ٛ‬ع ِٓ‬
‫اٌجحث ػجبرح ػٓ ِسح رحٍ‪ِ ٍٟ١‬غ ِ‪ٛ‬لغ اٌجحث ف‪ ٟ‬اٌّذرسخ اٌثبٔ‪٠ٛ‬خ اٌحى‪١ِٛ‬خ‬
‫اٌ‪ٛ‬احذح ث‪١‬ز‪ٕ٠‬ز‪ ٟ‬ثّٕطمخ و‪ٛ‬أزبْ س‪ٕ١‬ج‪ٕ١‬ج‪ ،ٟ‬أٔ‪ٛ‬اع ‪ِٚ‬صبدر اٌج‪١‬بٔبد اٌّسزخذِخ‬
‫٘‪ ٟ‬اٌج‪١‬بٔبد األ‪١ٌٚ‬خ ‪ٚ‬اٌج‪١‬بٔبد اٌثبٔ‪٠ٛ‬خ‪ ،‬ث‪ّٕ١‬ب رُ جّغ اٌج‪١‬بٔبد ِٓ خالي‬
‫االسزج‪١‬بٔبد ‪ٚ‬ر‪ٛ‬ث‪١‬ك اٌجحث‪ .‬ثٕب ًء ػٍ‪ٔ ٝ‬زبئج اٌجحث اٌذ‪ ٞ‬رُ إجزاؤٖ ثشأْ اٌؼاللخ‬
‫ث‪ ٓ١‬اٌّطبثمخ ‪ٚ‬سٍ‪ٛ‬ن اٌزذخ‪ٌ ٓ١‬ذ‪ ٜ‬اٌّزا٘مبد أ‪ ٚ‬اٌشبثبد ف‪ ٟ‬اٌّذرسخ اٌثبٔ‪٠ٛ‬خ‬
‫اٌحى‪١ِٛ‬خ اٌ‪ٛ‬احذح ث‪١‬ز‪ٕ٠‬ز‪ ٟ‬ثّٕطمخ و‪ٛ‬أزبْ س‪ٕ١‬ج‪ٕ١‬ج‪ ،ٟ‬اسزٕزج أْ ِؼظُ‬
‫اٌّزا٘مبد أ‪ ٚ‬اٌشبثبد ف‪ ٟ‬اٌّذرسخ اٌثبٔ‪٠ٛ‬خ اٌحى‪١ِٛ‬خ اٌ‪ٛ‬احذح ث‪١‬ز‪ٕ٠‬ز‪ٌ ٟ‬ذ‪ٓٙ٠‬‬
‫ػبي ِٓ فئخ اٌّطبثمخ ‪ٌٚ‬ذ‪ ٓٙ٠‬فئخ ِٓ ِسز‪٠ٛ‬بد سٍ‪ٛ‬ن اٌزذخ‪ ٓ١‬اٌّؼزذٌخ‪.‬‬‫ِسز‪ٍ ٜٛ‬‬
‫‪ٚ‬ف‪ ٟ‬اٌ‪ٛ‬لذ ٔفسٗ‪ ،‬رسبُ٘ اٌّطبثمخ ف‪ ٟ‬سٍ‪ٛ‬ن اٌزذخ‪ ٓ١‬ث‪ ٓ١‬اٌّزا٘مبد ف‪ ٟ‬اٌّذرسخ‬
‫اٌثبٔ‪٠ٛ‬خ اٌحى‪١ِٛ‬خ اٌ‪ٛ‬احذح ث‪١‬ز‪ٕ٠‬ز‪ ٟ‬ثّٕطمخ و‪ٛ‬أزبْ س‪ٕ١‬ج‪ٕ١‬ج‪ ٟ‬ثٕسجخ ‪.٪ 1،2‬‬
‫ثح‪١‬ث ‪٠‬ى‪ٕ٘ ْٛ‬بن اررجبط إ‪٠‬جبث‪ِ ٟ‬ؼٕ‪ ٞٛ‬ػٍ‪ ٝ‬اٌز‪ٛ‬افك ِغ سٍ‪ٛ‬ن اٌزذخ‪ٌ ٓ١‬ذ‪ٜ‬‬
‫اٌّزا٘مبد أ‪ ٚ‬اٌشبثبد ف‪ ٟ‬اٌّذرسخ اٌثبٔ‪٠ٛ‬خ اٌحى‪١ِٛ‬خ اٌ‪ٛ‬احذح ث‪١‬ز‪ٕ٠‬ز‪ ٟ‬ثّٕطمخ‬
‫و‪ٛ‬أزبْ س‪ٕ١‬ج‪ٕ١‬ج‪.ٟ‬‬
‫الكلماث الرئيست‪ :‬المطابقت‪ ،‬سلوك التدخيه‪ ،‬الشاباث‪.‬‬
‫‪PENDAHULUAN‬‬
‫‪Latar Belakang Masalah‬‬

‫‪3‬‬
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat.
Perkembangan menuju dewasa, anak mengalami berbagai perubahan meliputi
perubahan biologis, perubahan psikologis dan perubahan sosial. Perubahan
tersebut mempengaruhi perilaku anak di lingkungan masyarakat. Perubahan
perilaku anak ada yang mengarah ke arah positif dan ada pula ke arah negatif.
Perilaku negatif salah satu di antaranya adalah remaja wanita dengan perilaku
merokok (Sofia & Adiyanti, 2013).
Remaja dengan perilaku merokok saat ini dianggap sebagai perilaku yang
wajar di masyarakat, tingkat penyebaran perokok saat ini paling tinggi juga terjadi
pada anak usia remaja. Perilaku merokok adalah gaya hidup yang merugikan
kesehatan diri sendiri dan orang lain (Durkin dan Helmi, 2010). Sedangkan
menurut Armayati (2014) menyatakan merokok merupakan salah satu gaya hidup
yang tidak sehat. Setiap kali menghirup asap rokok, baik sengaja atau tidak
sengaja, berarti juga menghisap lebih dari 4000 macam racun. Karenanya,
merokok sama dengan memasukkan racun-racun ke dalam rongga mulut dan
tentunya paru-paru.
Menurut data Global Youth Tobacco Survey (GATS, 2011) menunjukkan
prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas sangat tinggi, antara lain perokok laki-
laki (67,4%) dan wanita (2,7%), sedangkan menurut data World Health
Organization (WHO), pada tahun 2017 persentase prevalensi perokok pria yaitu,
67% jauh lebih besar dari pada perokok wanita yaitu 2,7%. Di antara para
perokok tersebut terdapat 56,7% pria dan 1,8% wanita merokok setiap hari (Pusat
Promkes Kemkes RI, 2013).
Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia WHO (World Health
Organization), menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa disebabkan
karena perilaku merokok, dimana rokok telah membunuh hampir lima juta orang
setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka dapat dipastikan bahwa 10 juta orang
akan meninggal karena rokok per tahunnya pada tahun 2020, dengan 70% kasus
terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Bahkan pada tahun 2030
diperkirakan jumlah kematian mencapai angka 8 juta (Rochayati, 2015).
Menurut Tobacco Atlas yang diterbitkan oleh WHO, merokok adalah
penyebab bagi hampir 90% kanker paru, 75% penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK), dan juga menjadi 25% penyebab serangan jantung (Pusat Promkes
Kemkes RI, 2013). Hal ini sesuai dengan peringatan pemerintah sebagai tindakan
untuk meminimalisir penggunanaan rokok dengan memperingatkan bahwa
“Merokok Membunuhmu” akan tetapi hal itu pun bisa dikatakan kurang efektif.
Saat ini, Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok
aktif terbanyak di dunia (61,4 juta perokok), setelah China dan India. Tingginya
jumlah perokok aktif tersebut berbanding lurus dengan jumlah non-smoker yang
terpapar asap rokok orang lain (second-hand smoke) yang semakin bertambah 97
juta penduduk Indonesia. Sebanyak 43 juta anak-anak Indonesia terpapar asap
rokok (Pusat Promkes Kemkes RI, 2013).
Menurut hasil Riskesdas pada tahun 2017, perokok pada usia remaja
sebesar 34,2%, dan hasil Riskesdas pada 2018 naik menjadi 34,7% sedangkan
hasil Riskesdas terakhir ini naik menjadi sebesar 36,2% (Riskesdas Kemkes,

4
2013). Berdasarkan Riskesdas 2019 proporsi perokok tertinggi terjadi di Provinsi
Nusa Tenggara Timur sebesar 55,6%. Data jumlah perokok di Provinsi Sulawesi
Selatan sebesar 31,6% dari total jumlah penduduk. Data jumlah perokok di Kota
Makassar yaitu 22,1% atau ±287.300 orang dengan rata-rata konsumsi 10,6
batang/hari atau sekitar 3 juta batang rokok mengepul di udara tiap hari di kota
metropolitan tersebut (Halifah, 2012).
Kecenderungan peningkatan jumlah perokok remaja wanita dan semakin
mudanya usia mulai merokok tersebut menjadi keprihatinan tersendiri karena
membawa konsekuensi jangka panjang yang nyata yakni dampak negatif rokok itu
sendiri terhadap kesehatan dan pertumbuhan mental. Ada ribuan artikel
membuktikan adanya hubungan kausal antara penggunaan rokok dengan
terjadinya berbagai penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit sistem saluran
pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan. Hal ini tidak
mengherankan karena asap tembakau mengandung lebih dari 4000 bahan toksik
dan 43 bahan penyebab kanker (karsinogenik). Saat ini semakin banyak generasi
muda yang terpapar dengan asap rokok dan tanpa disadari terus menumpuk zat
toksik dan karsinogenik tersebut (Depkes, 2011).
Di balik tingginya angka remaja yang terpapar asap rokok, kita juga
dihadapkan pada kenyataan yang lebih memprihatinkan lagi adalah dimana
banyak remaja wanita berpikir bahwa merokok tidak akan menimbulkan efek
pada tubuh mereka sampai mereka mencapai usia Middle Age. Padahal faktanya
hampir 90% remaja yang merokok secara regular dilaporkan sudah mulai
merasakan efek negatif jangka pendek dari rokok (Doe dan Desanto, 2009).
Beberapa penelitian mengatakan efek negatif yang ditimbulkan oleh rokok
tidak hanya efek jangka panjang berupa penyakit kronis, tapi juga efek jangka
pendek yang dapat berupa peningkatan stres, bronkospasme, batuk, peningkatan
denyut jantung, hipertensi, penyakit periodontal (rongga mulut), hingga ulkus
peptikum (Doe dan Desanto, 2009). Hipertensi akibat zat-zat kimia yang
terkandung di dalam tembakau yang dapat merusak lapisan dalam dinding arteri,
sehingga arteri lebih rentan terjadi penumpukan plak (arterosklerosis). Hal ini
terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis sehingga
memacu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan penyempitan pembuluh
darah, serta peran karbon monoksida yang dapat menggantikan oksigen dalam
darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh (Setyanda,
2015).
Data terbaru Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yang
diterbitkan pada tahun 2018, prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan yang paling
tinggi dengan mencapai angka 38,60% dari semua penduduk yaitu Kabupaten
Soppeng. Tingginya prevalensi hipertensi ini disebabkan salah satunya yaitu
kebiasaan merokok yang bermula pada saat remaja. Hal ini dibuktikan dengan
tingginya angka perilaku merokok berdasarkan Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat (IPKM) yang diterbitkan pada tahun 2018, prevalensi perilaku
merokok kabupaten soppeng mencapai angka 24,33% dari semua penduduk
Seseorang yang pertama kali mengkomsumsi rokok mengalami gejala-
gejala seperti batuk-batuk, lidah terasa getir dan perut mual. Namun demikian,
sebagian dari pemula yang mengabaikan gejala-gejala tersebut biasanya berlanjut

5
jadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergatungan ini
dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Gejala
ini dapat dijelaskan dari konsep Tobacco Depency (ketergantungan tembakau).
Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser
menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan oleh sifat nikotin yang
adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan stres (Nasution, 2007).
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa satu dari dua perokok yang
merokok pada usia remaja dan terus merokok seumur hidup, akhirnya akan
meninggal karena penyakit yang berkaitan dengan rokok. Para perokok yang terus
merokok dalam jangka waktu panjang akan menghadapi kemungkinan kematian
tiga kali lebih tinggi daripada mereka yang bukan perokok (Nasution, 2007).
Berbagai efek negatif yang diakibatkan oleh rokok ini secara langsung dan
tidak langsung sudah terbukti dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan
remaja. Hal ini disadari oleh pemerintah, sehingga semakin meningkatkan usaha
yang dilakukan pemerintah untuk mencegah peredaran rokok pada remaja. Salah
satu usaha terhadap pembatasan rokok di kalangan remaja tercantum dalam
sasaran Riskesdas 2010, yaitu menurunnya prevalensi perokok serta
meningkatnya lingkungan sehat bebas rokok di sekolah, tempat kerja dan tempat
umum (Depkes, 2010).
Penerapan kebijakan dan peraturan yang tegas terkait rokok seharusnya
membuat perilaku merokok di kalangan remaja semakin berkurang, namun
kenyataannya tidak demikian dan cenderung sebaliknya. Kenyataannya pada hasil
Riskesdas terakhir membuktikan angka semakin tinggi penggunaan rokok.
Merokok sudah melanda berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, dari anak-
anak sampai orang tua, laki-laki maupun perempuan (Pusat Promkes Kemkes RI,
2013).
Perilaku remaja yang sudah mulai aktif merokok ini dipengaruhi oleh
banyak faktor. Studi Mirnet mengatakan bahwa perilaku merokok diawali oleh
rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Remaja mulai merokok terjadi akibat
pengaruh lingkungan sosial. Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah
satu determinan dalam memulai perilaku merokok (Nasution, 2007). Oskamp
dalam Nasution (2007) menyatakan bahwa setelah mencoba rokok pertama,
seorang individu menjadi ketagihan merokok, dengan alasan-alasan seperti
kebiasaan, menurunkan kecemasan, dan mendapatkan penerimaan.
Mirnet dalam Nasution (2007) juga menambahkan bahwa dari survei
terhadap para perokok, dilaporkan bahwa orang tua dan saudara yang merokok,
rasa bosan, stres dan kecemasan, perilaku teman sebaya merupakan faktor yang
menyebabkan pembiasaan perilaku merokok pada remaja wanita. Alamsyah
(2009) dalam penelitiannya menyebutkan faktor- faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku merokok pada remaja di antaranya adalah pengetahuan remaja
terhadap rokok, pengaruh lingkungan sosial, sarana dan prasarana yang tersedia
dan alasan psikologis. Faktor-faktor ini mampu mempengaruhi perilaku merokok
pada remaja karena masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-
pengaruh negatif. Remaja lebih meniru kepada apa yang dia lihat atau dia dengar
dari orang lain. Pada masa ini remaja menghadapi konflik tentang apa yang

6
mereka lihat dan apa yang mereka pandang tentang struktur tubuh yang ideal
(Wong, dkk, 2009).
Dari fenomena di atas berkaca dalam perspektif psikologi sosial, bahwa
salah satu faktor penyebab penyimpangan yang dilakukan oleh remaja adalah
faktor konformitas. Tentunya konformitas dalam hal yang negatif sangat
merugikan bagi remaja, termasuk konformitas dalam perilaku merokok.
Konformitas negatif seringkali menjadi sorotan karena memberikan dampak
negatif pada remaja. Fenomena yang terjadi kebanyakan remaja wanita memang
merokok secara berkelompok. Artinya, pengaruh teman begitu besar bagi perilaku
merokok.
Pengaruh lingkungan dan kelompok memegang peranan krusial.
Karenanya remaja berupaya untuk merubah atau menyesuaikan perilakunya agar
sesuai dengan aturan dalam suatu kelompok, kemudian terjadilah konformitas.
Konformitas akan semakin kuat jika seorang remaja memiliki kecenderungan
yang kuat juga untuk berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
kelompok (Zebua dan Nurdjayanti, 2001). Konformitas memengaruhi berbagai
aspek kehidupan remaja seperti pilihan aktivitas, penampilan, bahasa yang
digunakan, pola komunikasi, sikap dan nilai-nilai yang dipegang.
Konformitas merupakan suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok
terhadap anggotanya, namun memiliki pengaruh kuat yang dapat mendorong
munculnya perilaku tertentu pada kelompok remaja (Zebua dan Nurdjayanti,
2001).
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap remaja perempuan Sekolah Menengah Atas (SMA) karena
melihat beberapa penelitian sebelumnya yang terkait mengenai perilaku merokok
pada remaja rata-rata dilakukan terhadap mahasiswa. Padahal menurut statistik
dan fenomena di lapangan, usia remaja yang mulai merokok cenderung semakin
bergeser menjadi lebih muda.
Alasan peneliti memilih SMA Negeri 1 Cerenti karena satu-satunya SMA
yang ada di Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi. Selain itu,
pengguna tembakau di daerah ini cukup tinggi. Dibuktikan dengan rata-rata
penduduknya mempunyai kebiasaan merokok yang cukup tinggi, baik dari
kalangan dewasa maupun remaja.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan di SMA Negeri 1 Cerenti
Kabupaten Kuantan Singingi terdapat 251 siswa dan siswi secara keseluruhan dari
dua jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Data tersebut
diambil dari absensi siswa dan siswi dan didapatkan 208 siswa laki-laki 38 di
antaranya memiliki kebiasaan merokok dan 43 siswi yang sudah mencoba rokok.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan konformitas
dan perilaku merokok remaja perempuan di SMA Negeri 1 Cerenti Kabupaten
Kuantan Singingi. Sehingga peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Konformitas dan Perilaku Merokok Pada Remaja Perempuan di
SMA Negeri 1 Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi”.

7
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul


dalam penelitian ini adalah: bagaimana hubungan konformitas dan perilaku
merokok pada remaja perempuan di SMA Negeri 1 Cerenti Kabupaten Kuantan
Singingi?”

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konformitas


dan perilaku merokok pada remaja perempuan di SMA Negeri 1 Cerenti
Kabupaten Kuantan Singingi.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Adapun kedua manfaat tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dipakai acuan bagi penelitian-penelitian sejenis untuk


tahap selanjutnya, dan menjadi referensi penelitian bagi peneliti selanjutnya yang
ingin memperdalam dengan tema yang sama.
Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang kaitan


konformitas dan faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja
perempuan.

PERILAKU MEROKOK
Pengertian Perilaku Merokok

Kata merokok berasal dari suku kata yaitu rokok, rokok adalah silinder
dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung
negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang
telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara
agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya (Juliansyah, 2010).
Merokok merupakan menghisap rokok yaitu menghisap gulungan tembakau yang
berbalut daun nipah atau kertas yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar (Amstrong, 2007). Merokok merupakan
kegiatan yang menyebabkan efek kenyamanan. Rokok memiliki Anti Depressant
yang menimbulkan efek kenyamanan pada efek pada perokok, walaupun perilaku
merokok merupakan perilaku yang membahayakan kesehatan karena terdapat
4000 racun dalam sebatang rokok (Roschayati, 2015).

8
Tahapan Perilaku Merokok

Menurut Leventhal dan Cleary (dalam Juliansyah, 2010) ada 4 tahap


dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu:
1. Tahap Preparatory
Tahap ini remaja mendapatkan model yang menyenangkan dari
lingkungan dan media. Remaja yang mendapatkan gambaran yang
menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau
dari hasil bacaan yang menimbulkan minat untuk merokok. Life Model
remaja yaitu:
a) Teman sebaya yang paling utama menjadi Life Model.
b) Orang tua
c) Model lain yang sangat berpengaruh juga adalah peran media
massa.
2. Tahap Initiation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap seseorang meneruskan untuk
tetap mencoba-coba merokok, setelah terbentuk interpretasi-interpretasi
tentang model yang ada, kemudian remaja mengevaluasi hasil interpretasi
tersebut melalui perasaan dan perilaku.
3. Tahap Becoming Smoker
Menurut Leventhal dan Clearly dalam Rochayati (2015) tahap
Becoming Smoker merupakan tahap dimana seseorang telah mengkonsunsi
rokok sebanyak empat batang perhari. Hal ini didukung dengan adanya
kepuasan psikologis dari dalam diri, dan terdapat Reinforcement positif
dari teman sebaya.
4. Tahap Maintenance of Smoking
Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh
efek fisiologis yang menyenangkan, pada tahap ini individu telah betul-
betul merasakan kenikmatan dari merokok sehingga merokok sudah
dilakukan sesering munkin untuk mengeliminasi kecemasan, menghindari
kecemasan juga sebagai upaya untuk relaksasi menghilangkan kelelahan,
rasa tidak enak ketika makan ketika bekerja, ketika lelah berpikir, bahkan
ketika merasa terpojokkan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja


Wanita

Lawrence Gren dalam Ade sulistawan (2012) mencoba menganalisis


perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan
faktor luar lingkungan (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu:
1) Faktor-Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor-faktor predisposisi merupakan faktor internal yang ada pada
diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mempermudah

9
individu, untuk berperilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
tindakan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. Berikut ini
adalah definisi dari faktor pengetahuan, sikap dan tindakan serta alasan
psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku merokok menurut
Notoatmodjo (2007) :
a) Pengetahuan
b) Sikap (Attitude)
c) Tindakan (Practice)
d) Faktor Alasan Psikologis
2) Faktor-Faktor Pendukung Atau Pemungkin (Enabling Factors)
Sarana dan prasarana yang berupa uang saku dan tersedianya
tempat membeli rokok. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkingkan remaja dapat dengan bebas memperoleh perokok dan
menjadi perokok, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau
faktor pemungkin (Alamsyah, 2009). Pendapat ini juga didukung oleh
Hussin dan Mariani (2014) yang mengatakan salah satu faktor remaja
merokok adalah karena rokok mudah didapat.
3) Faktor-Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)
Faktor-faktor pendorong yang dapat mempengaruhi perilaku
merokok yaitu lingkungan sosial seseorang akan berperilaku merokok
dengan memperhatikan lingkungan sosialnya, pengaruh perilaku orang
tua, pengaruh teman dan pengaruh faktor kepribadian serta pengaruh iklan
yang dapat mempengaruhi perilaku merokok pada remaja (Nasution,
2007) meliputi:
a) Pengaruh orang tua
b) Pengaruh teman
c) Pengaruh iklan

KONFORMITAS
Pengertian Konformitas

Konformitas merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengubah sikap


dan tingkah laku agar sesuai dengan norma sosial yang berlaku dengan tujuan
agar mendapatkan penerimaan oleh kelompok sosial (Baron & Byrne, 2005).
Menurut Cialdini & Goldstein (Taylor, dkk, 2009), konformitas adalah tendensi
untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku
orang lain. Kartono dan Gulo (2000), konformitas adalah kecenderungan untuk
dipengaruhi tekanan kelompok dan tidak menentang norma-norma yang telah
digariskan oleh kelompok. Seseorang melakukan konformitas terhadap kelompok
hanya karena perilaku individu didasarkan pada harapan kelompok atau
masyarakat.
Zebua dan Nurdjayadi (2001), konformitas adalah suatu tuntutan yang
tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya tetapi memiliki
pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu
pada anggota kelompok.

10
Myers (2012) mendefinisikan konformitas sebagai perubahan perilaku
individu yang merupakan hasil dari tekanan kelompok secara nyata maupun hanya
berupa imajinasi. Aspek-aspek konformitas yang diungkapkan oleh Myers (2014)
dibagi menjadi dua aspek, yaitu: 1) Pengaruh normatif yaitu suatu perilaku yang
digunakan untuk mencari dukungan, menghindari penolakan serta mengikuti
aturan dari teman; 2) Pengaruh informasional yaitu suatu perilaku yang dilakukan
untuk memperoleh persamaan perilaku dan informasi dari kelompok.
Konformitas merupakan hal yang seringkali terjadi pada masa remaja,
yaitu di saat remaja bergabung ke dalam sebuah kelompok teman sebaya untuk
mendapatkan penerimaan dan pertemanan dalam menentukan identitas dirinya
(Brown dalam Simons & Farhat, 2010). Remaja merupakan masa transisi dari
anak-anak menuju dewasa yang berlangsung pada usia 10-20 tahun yang
diperhadapkan dengan tahap perkembangan indentity versus identity confusion
(Erickson dalam Santrock 2003).
Dari uraian mengenai berbagai pengertian “konformitas” di atas, dapat
disimpulkan bahwa konformitas adalah suatu bentuk sikap penyesuaian diri
seseorang dalam masyarakat/kelompok karena ada dorongan untuk mentaati
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang ada.

Aspek-Aspek Dalam Konformitas

Sears, dkk (2004) berpendapat penyesuaian individu terhadap persepsi


dan penilaian kelompok terhadap suatu hal merupakan suatu prilaku konformitas.
Konformitas merupakan suatu tuntutan yang tidak ertulis dari kelpmpok teman
sebaya terhadap anggotanya tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan
menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu dalam kelompok.
Konformitas pada remaja memiliki tiga aspek, yaitu:
1) Kekompakan
Kekuatan yang dimiliki kelmpok acauan menyebabkan seseorang
tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan
dengan kelompok acuan disebabkan oleh perasaan suka antara anggota
kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari anggotanya.
2) Kesepakatan
Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan
yang kuat sehingga individu harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya
dengan pendapat kelompok. Aspek kesepakatan sangat penting terhadap
timbulnya koformitas. Individu yang dihadapkan pada keputusan
kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk
menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok. Apabila
kelompok tidak bersatu akan terjadi penurunan tingkat konnformitas.
3) Ketaatan
Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada individu menyebakan
individu rela melakukan tindakan yang menjadi tntutan kelompok
walaupun individu tidak menginginkanya. Bila ketaatannya tinggi maka
konformitasnya aka tinggi. Tekanan karena adanya ganjaran, hukuman
atau ancaman adalah salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan.

11
Sementara itu, Rahmat (2001) mengatakan dalam konformitas terdapat
tiga aspek, yaitu :
1) Perilaku
Konformitas sebagai perubahan perilaku atau kepercayaan menuju
norma kelompok sebagai tekanan kelompok baik yang nyata ataupun yang
dibayangkan. Bila seseorang dihadapkan pada pendapat yang telah
disepakati oleh anggota lainnya, maka tekanan yang dihasilkan pihak
mayoritas akan mampu menimbulkan konformitas. Semakin besar
kepercayaan seseorang terhadap kelompok, maka semakin besar pula
kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. Melalui
persuasi, ancaman, pengasingan, hukuman langsung, kelompok menekan
anggotanya agar menyesuaikan diri.
2) Penampilan
Individu yang tidak mau mengikuti apa yang berlaku di dalam
kelompok akan menanggung resiko mengalami akibat yang tidak
menyenangkan. Peningkatan konformitas ini terjadi karena anggotanya
enggan disebut sebagai orang yang menyimpang atau terkucil.
3) Pandangan
Individu juga mempertanyakan pandangan orang tentang dirinya,
sehingga individu harus mempunyai gaya atau ciri khas tersendiri baik dari
perilaku, pandangan, maupun penampilan yang dapat diperoleh dari
teman-temannya. Adanya perbedaan ciri yang dimiliki dengan individu
lain secara individu tersebut merasa ada ciri khas yang dimilikinya.

REMAJA
Pengertian Remaja

Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang
meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan
psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan
perubahan sosial (Sofia & Adiyanti, 2013).
Menurut King (2012) masa remaja merupakan masa perkembangan yang
merupakan masa transisisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai
sekitar pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 21 tahun. Menurut
Monks (2008) masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju
dewasa, Fase remaja tersebut mencerminkan cara berfikir remaja masih dalam
koridor berpikir konkret, kondisi ini disebabkan pada masa ini terjadi suatu proses
pendewasaan pada diri remaja masa ini berlangsung antara umur 12 sampai 21
tahun, dengan pembagian sebagai berikut :
1) Masa remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun.
2) Masa remaja pertengahan (middle adolescent) umur 15-18 tahun.
3) Remaja terakhir umur (late adolescent 18-21 tahun.

12
Tahap-Tahap Perkembangan dan Batasan Remaja

Menurut Monks (2008) dan Soetjiningsih (2010), berdasarkan proses


penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja yaitu :
1) Remaja Awal (Early Adolescent) Umur 12-15 Tahun
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan yang
menyertai perubahan-perubahan itu, mereka pengembangkan
pikiranpikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang
secara erotis, dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah
akan berfantasi erotik.
2) Remaja Madya (Middle Adolescent) Berumur 15-18 Tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan, remaja
akan senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan
mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan
dirinya, selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu
memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,
optimis atau pesimistis, idealitas atau materialis, dan sebagainya.
3) Remaja akhir (late adolescent) berumur 18-21 tahun
Tahap ini adalah masa konsulidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu:
a) Minat makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain
dalam pengalaman-pengalaman baru.
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain.
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)
dan masyarakat umum (Sarwono, 2010).

Perubahan Sosial pada Masa Remaja

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang
berhubungan dengan penyesuian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan
lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus
menyesuaikan diri dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah.
Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan teman-teman
sebaya, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,
penampilan, dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga. Misalnya,
sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian
yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan untuk
diterima menjadi anggota kelompok lebih besar (Hurlock, 1999 dalam Nasution,
2007). Kelompok sosial yang paling sering terjadi pada masa remaja adalah
(Hurlock, 1999 dalam Nasution, 2007) :

13
1) Teman Dekat
Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat, atau
sahabat karib. Mereka terdiri dari jenis kelamin yang sama, mempunyai
minat dam kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi
satu sama lain.
2) Kelompok Kecil
Kelompok ini terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada
mulanya, terdiri dari jenis kelamin yang sama, tetapi kemudian meliputi
kedua jenis kelamin.
3) Kelompok Besar
Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok
teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat pesta dan
berkencan. Kelompok ini besar sehingga penyesuaian minat berkurang di
antara anggota-anggotanya. Terdapat jarak sosial yang lebih besar di
antara mereka.
4) Kelompok Yang Terorganisasi
Kelompok ini adalah kelompok yang dibina oleh orang dewasa,
dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok
besar.
5) Kelompok Geng
Remaja yang tidak termasuk kelompok atau kelompok besar dan
merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi akan mengikuti
kelompok geng. Anggotanya biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan
minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan temanteman
melalui perilaku anti sosial.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei


analitik. Survei analitik adalah surveiatau penelitian yang mencoba menggali
bagaimana dan mengapa sebuah fenomena itu terjadi. Kemudian melakukan
analisis dinamika korelasi antara fenomena atau faktor efek (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross sectional, yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (Point Time Approach) (Notoatmodjo, 2010).

Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswi di SMA Negeri 1 Cerenti Kabupaten Kuantan
Singingi yang berjumlah 316 siswi.

14
Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Teknik sampling dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling yaitu teknik perhitungan sampel didasarkan
pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi, sampel dalam penelitian ini adalah remaja wanita di SMA
Negeri 1 Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi yang dihitung berdasarkan rumus
persentase besar sampel menurut (Nursalam, 2011 ).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini


menggunakan skala likert. Sugiyono (2013) mengatakan bahwa skala likert ini
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Teknik pengumpulan data adalah cara
yang dilakukan dalam mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian
ini. Adapun langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut :
1. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
2. Metode Pengumpulan data
a. Mengurus kelengkapan surat pengantar kepada pihak SMA Negeri 1
Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi yang ditujukan untuk
melaksanakan penelitian.
b. Mengumpulkan data primer dan sekunder sesuai kriteria inklusi.
c. Melakukan langkah-langkah pengolahan data.

Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat validitas


atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas yang rendah (Arikunto, 2006). Pengujian validitas item-item
kuesioner, dilakukan menggunakan program SPSS untuk windows mengacu pada
penjelasan Arikunto yang mengatakan bahwa jika koefisien korelasi antara skor
item dengan skor total yang diperoleh lebih besar atau sama dengan koefisien di
tabel nilai-nilai r (r tabel) pada α= 5% maka item tersebut dinyatakan valid, dan
sebaliknya item tersebut dinyatakan gugur bila rxy lebih kecil daripada r tabel
(Arikunto, 2006).
Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari skala Konformitas
dan Perilaku Merokok Remaja Wanita. Berdasarkan dari uji coba skala
Konformitas didapatkan bahwa dari 23 item yang diuji cobakan, terdapat 1 item
yang gugur. Item yang gugur tersebut diperoleh dari nilai koefisien korelasi
(corrected item-total correlation) yang kecil dari 0,361. Hasil uji coba tryout

15
skala konformitas dilakukan terhadap 30 sampel diketahui bahwa nilai corrected
item - total correlation adalah antara 0,312 sampai 0,825.

Uji Realibilitas

Menurut Nursalam reliabilitas (keandalan) adalah kesamaan hasil


pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kesamaan hidup diukur berkali-kali
dalam waktu yang berlainan. Pertanyaan yang sudah valid dilakukan uji
reliabilitas dengan cara membandingkan r tabel dengan r hasil. Jika nilai r hasil
alpha yang terletak di awal output dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05) maka
setiap pernyataan-pernyataan kuesioner dikatakan valid, jika r alpha lebih besar
dari konstanta (0,6) maka pernyataan-pernyataan tersebut reliabel. Instrumen
dikatakan reliabel bila nilai r alpha > 0,60 atau mendekati 1 (Arikunto, 2006).

Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, data yang sudah terkumpul selanjutnya diolah dan
dianalisis dengan teknik statistik. Proses pemasukan data dan pengolahan data
menggunakan aplikasi perangkat lunak komputer dengan menggunakan program
SPSS. Untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel yaitu variabel
bebas (X) Konformitas dan variabel terikat (Y) perilaku merokok remaja wanita
penelitian ini menggunakan Product Moment Correlation dari Karl Pearson
dengan bantuan SPPS. Menurut Pearson yang dimaksud dengan Product Moment
Correlation yaitu melukiskan hubungan antara 2 buah variabel yang sama-sama
berjenis interfal dan rasio (Winarsunu, 2009).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pembahasan

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada hubungan antara konformitas


dengan perilaku merokok pada remaja wanita di SMA Negri 1 Cerenti Kabupaten
Kuantan Singigi. Perilaku merokok pada remaja wanita memiliki banyak faktor
yang mempengaruhi perilaku tersebut dan salah satu dari penyebab perilaku
merokok pada remaja wanita adalah konformitas. Penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian Sartika dkk (2009) dimana penelitian tersebut menunjukkan
bahwa ada sumbangan efektif konformitas terhadap teman sebaya bagi intensi
merokok remaja wanita.
Hasil uji korelasi pada variabel konformitas terhadap perilaku merokok
pada remaja wanita menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nilai
signifikansi 0,020 < 0,05, yang juga sejalan dengan penelitian Pratiwi dkk (2009)
yang mengatakan bahwa adanya korelasi positif antara konformitas dengan
perilaku merokok menunjukkan semakin tinggi konformitas, maka juga akan
semakin tinggi tingkat perilaku merokok. Konformitas terjadi karena kesamaan
antara perilaku seseorang dengan norma yang ada. Sehingga remaja yang
memiliki tingkat konformitas yang cukup tinggi akan cenderung lebih mudah
mengikuti tuntutan dari teman maupun kelompoknya. Ary dan Biglan dalam

16
Andita Ayu Sartika dkk (2009), menyatakan bahwa teman sebaya memberkan
pengaruh besar bagi remaja wanita dalam menentukan perilaku merokok.
Hasil dalam penilitian ini memperlihatkan gambaran perilaku merokok
pada remaja wanita yang sedang dan tingkat konformitas yang tinggi. Dimana
dapat dikatakan bahwa tingkat sedang pada perilaku merokok remaja wanita ini
memperlihatkan remaja wanita tersebut memiliki kecenderungan yang terbilang
rendah untuk dapat menilai secara positif tentang rokok begitupula contoh para
perokok disekitarnya, namun juga memperlihatkan bahwa remaja wanita tersebut
memiliki kecenderungan dalam mencoba-coba untuk merokok.
Baron dan Byrne dalam Sartika dkk (2009), menyampaikan bahwa
konformitas adalah kondisi dimana individu merubah perilakunya dengan
menganut pada norma sosial yang berlaku di lingkungannya. Konformitas dalam
teman sebaya diartikan sebagai kecenderungan seseorang dalam berperilaku
seperti dengan perilaku teman atau kelompoknya yang memiliki minat, tujuan,
sifat dan tingkat kedewasaan yang sama, yang terlihat dari adanya rasa percaya
terhadap teman atau kelompoknya tersebut, rasa percaya dan penilian yang rendah
terhadap diri sendiri, rasa takut terhadap penyimpangan, motivasi untuk
memenuhi ajakan kelompok teman sebaya, serta kondisi emosional individu yang
masih belum stabil.
Ahmad (2016) menyatakan bahwa perilaku merokok pada remaja wanita
disebabkan dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja mengalami perubahan
yang dramatis dalam kesaran diri, mereka sangat rentan terhadap orang lain
karena mereka menganggap orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik
mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Sehingga
dengan adanya interaksi sosial mereka dengan teman maupun kelompoknya baik
di sekolah maupun di luar sekolah mereka, apabila ada perilaku merokok dari
teman dilingkungan mereka itu adalah sebuah perilaku yang wajar sehingga
cenderung mudah untuk mereka meniru perilaku dari teman atau kelompoknya
tersebut.
Walaupun penelitian ini menggambarkan Hubungan Konformitas dan
Perilaku Merokok Pada Remaja Perempuan di SMA Negeri 1 Cerenti Kabupaten
Kuantan Singingi, namu dalam pada dasarnya penelitian ini juga memiliki
beberapa kelemahan, diantaranya: keengganan responden untuk memberikan
informasi. Hal ini memerlukan keahlian dari peneliti. Penenliti dituntut dapat
memastikan atau meyakinkan responden bahwa informasi yang diberikan oleh
responden tersebut akan dirahasiakan. Ketidakmampuan responden untuk
memberikan informasi. Ini mungkin karena kurang pengetahuan, kehilangan
memori dan ketidakmampuan untuk mengidentifikasi motif mereka dan
memberikan “alasan mengapa?” atas tindakan mereka ada bias manusia dari
responden, misalnya: “Ego”. Peneliti harus memastikan bahwa sejumlah besar
sampel memberikan respon (bebas respon bias).

17
PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan


konformitas dengan perilaku merokok pada remaja wanita di SMA Negri 1
Cerenti Kabupaten Kuantan Singigi, maka didapatkan kesimpulan bahwa remaja
wanita di SMA Negeri 1 Cerenti sebagian besar memiliki kategori tingkat
konformitas yang tinggi dan memiliki kategori tingkat perilaku merokok yang
sedang. Sedangkan konformitas memberikan kontribusi terhadap perilaku
merokok pada remaja wanita di SMA Negri 1 Cerenti adalah sebesar 7.1 %.
Sehingga terdapat korelasi positif yang signifikan pada konformitas dengan
perilaku merokok pada remaja wanita di SMA Negeri 1 Cerenti.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti


memberikan saran sebagai berikut :
1. Remaja wanita diharapkan dapat mengontrol diri atau memiliki sikap yang
lebih terhadap diri sendiri dalam menentukan hal baik maupun hal buruk
yang berada pada lingkungannya untuk dijadikan acuan.
2. Kepada Orang Tua harusnya lebih mampu mengontrol anak-anaknya
sehingga tidak ada lagi anak/remaja wanita terpengaruhi oleh hal-hal yang
buruk dan lebih memperhatikan dengan siapa dan bagaimana cara anak
mereka bergaul.
3. Kepada pihak sekolah seharusnya mampu mendidik dan memberikan
pandangan terhadap bahaya rokok bagi usia remaja wanita dan melakukan
evaluasi setiap satunnya sehingga tidak ada lagi remaja wanita/ siswi SMA
Negeri 1 Cerenti yang merokok.
4. Bagi para peneliti selanjutnya yang ingin menggunakan tema serupa
disarankan untuk melakukan penelitian dengan sampel yang berbeda dan
memperbanyak jumlahnya dari penelitian sebelumnya. Selain itu peneliti
selanjutnya juga hendaknya menggunakan teknik sampling yang berbeda
sehingga akan lebih mewakili populasi penelitian.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kusnaeni (2016), Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


Merokok pada Remaja Putri, STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, Vol. IX, No. 1.
Alamsyah RM (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok
dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di Kota
Medan Tahun 2007. Medan: Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Amstrong, M. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Gramedia
Elex Media Komputindo.
Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Armayati, Leni. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Mahasiswa dan Karyawan Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di
Lingkungan Kampus Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau, Jurnal
RAT, Vol. 3, No.3, September 2014.
Azwar, S. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baron, R.A. dan Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial. Edisi kesepuluh: jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Depkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Doe, Jen, dan Chris DeSanto. 2009. Smoking’s Immediate Effects On The Body;
a Report From Campaign for Tobacco-Free Kids Program. Georgetown:
Georgetown Hospital’s Community Pediatrics Program.
Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Hussin, Sufean, dan Mariani Md. 2014. Faktor Remaja Merokok. Jurnal
Pendidikan. Malaysia.
Juliansyah, Fajar. 2010. Perilaku Merokok Pada Remaja. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar Riskesdas. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI.

19
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Profil data kesehatan
Indonesia. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta.
Komalasari, Kokom. (2013). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Myers, D. G. (2012). Psikologi Sosial. Edisi 10. Jilid 2. Jakarta: Salemba
Humanika.
Nasution. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan, cet. ketiga, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Pratiwi, Ratna Akhiroyani, Munawir Yusuf, Salmah Lilik (2009), Hubungan
Antara Konsep Diri Dan Konformitas Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja. Jurnal Vol 1, No 2.
Rahmat, Jalaludin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Rosda Karya.
Rochayati, A. S., & Hidayat, E. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Merokok Remaja di Sekolah Menengah Kejurusan Kabupaten
Kuningan. Jurnal Keperawatan Soediman, Vol 10 No 1.
Santrock, John W., (2008). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Sartika, Andita Ayu, Endang Sri Indrawati, Dian Ratna Sawitri (2009). Hubungan
Antara Konformitas Terhadap Teman Sebaya Dengan Intensi Merokok
Pada Remaja Perempuan Di Sma Kesatrian 1 Semarang,. Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jurnal Vol 7, No 2
Sari, Sri Novita. (2014), Tingkat Konformitas Siswa Sekolah Menengah Atas
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta),
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sears, David O, Jonathan L, Freedman, and L. Anne Peplau (2004). Psikologi
Sosial. Alih Bahasa: Michael Adryanto. Edisi Kelima. Jilid Dua. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto.

20
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV. Alfabeta.
Wong, D, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Zebua, A.S, Nurdjayadi, R.D. 2001. Hubungan antara Konformitas dan Konsep
Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan: Phronesis. Vol. 3, No. 6.

21

Anda mungkin juga menyukai