Anda di halaman 1dari 40

PROGRAM INOVASI SEKOLAH

TERKAIT SMART MADANI


KOTA PEKANBARU

KEPALA SEKOLAH

LENIGUSNITA, S. Pd
NIP.19680806 199005 2 001

SEKOLAH DASAR NEGERI 160


KOTA PEKANBARU
TAHUN 2020
KREATIVITAS DAN INOVASI
DALAM MEMAJUKAN SEKOLAH

A. Latar Belakang

Sekolah yang maju adalah keinginan dari setiap orang, baik yang terlibat

langsung atau tidak langsung dalam dunia pendidikan. Keinginan ini cukup

berasalan karena pendidikan adalah suatu proses yang menjamin maju tidaknya

suatu bangsa. Kata “maju” menurut hemat penulis bersinonim dengan “mutu”

atau “kualitas”, sehingga bila diartikan sekolah yang maju adalah sekolah yang

memiliki mutu atau kualitas yang baik. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

(2007:788), “mutu” diartikan derajat/tingkatan/taraf. Lebih jauh, Umaedi (1999)

memberikan definisi bahwa “mutu” mengandung makna derajat (tingkat)

keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa;

baik yang tangible maupun yang intangible. Pada proses pendidikan formal

seperti sekolah, sekolah yang bermutu berarti sekolah yang dapat menghasilkan

output yang unggul/berkualitas. Namun demikian, hasil yang bermutu tidak dapat

dicapai, bilamana tanpa didukung oleh proses yang baik pula. Sehingga sekolah

yang bermutu adalah sekolah yang baik dalam proses dan output.

Ada beberapa aspek dalam proses pendidikan yang bermutu di sekolah

yang dapat digunakan sebagai indikator dalam menghasilkan output yang bermutu

pula. Aspek-aspek tersebut meliputi manajemen sekolah, personil sekolah, dan

kurikulum. Karena sekolah merupakan lembaga yang mengelola sumber daya

manusia dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya untuk mencapi tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya, dengan sendirinya keberadaan manajemen tentu ada.

Selanjutnya, manajemen yang bermutu juga harus dijalankan oleh personil yang
bermutu pula. Untuk itu, bila mengharapkan sekolah yang memiliki manajemen

yang bermutu, orang-orang/personil di dalamnya tentu harus bermutu. Orang-

orang tersebut meliputi kepala sekolah, guru, administrator, masyarakat/komite.

Disamping itu, karena sekolah adalah lembaga pendidikan dimana proses

utamanya adalah belajar dan pengajaran, outputnya adalah hasil dari proses

belajar dan pengajaran ini. Proses belajar dan mengajar tidak akan terjadi tanpa

adanya kurikulum. Selanjutnya untuk menghasilkan output yang bermutu, tentu

kurikulum yang digunakan harus bermutu pula.

Kreativitas menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2007:619) adalah

memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk mencipta. Inovasi diartikan hasil

daya cipta. Karenanya dapat dikatakan bahwa kreativitas adalah jantung inovasi.

Tanpa kreativitas tidak akan ada inovasi. Jadi, makin tinggi kreativitas, jalan ke

arah inovasi semakin lebar pula. Dalam konteks proses belajar dan pengajaran,

program inovatif dapat berarti program yang dibuat sebagai upaya mencari

pemecahan suatu masalah. Itu disebabkan program tersebut belum pernah

dilakukan atau program sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan.

Ambil sebagai contoh, di suatu sekolah ditemukan kemampuan berkomunikasi

bahasa Inggris siswa kurang memuaskan. Untuk itu, sekolah menentukan sebuah

program yang disebut “English Club”. Dalam program ini siswa berpeluang besar

untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Mencari program alternatif

dalam memperbaiki kemampuan komunikasi bahasa Inggris siswa merupakan

kreativitas, selanjutnya “English Club” merupakan inovasi dari yang belum ada

menjadi ada. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa “English Club” (inovasi)

tidak akan ada tanpa adanya proses pencarian program alternatif guna
memperbaiki kemampuan komunikasi bahasa Inggris siswa (kreativitas). Dengan

demikian , kreativitas dan inovasi merupakan salah indikator dalam

mengidentifikasi proses di sekolah yang memiliki mutu yang baik dan selanjutnya

diharapkan dapat menghasilkan output yang baik pula.

Kreativitas tidak timbul atau ada dengan sendirinya. Kreativitas akan ada

bila seseorang memiliki keinginan kuat untuk menghasilkan sesuatu yang

bermutu. Young (2002) menyatakan bahwa “kreativitas membutuhkan

kemauan/motivasi”. Motivasi adalah stimulus/dorongan untuk berkreativitas.

Stimulus/dorongan itu bisa berasal dari dalam diri seseorang (internal) atau dari

luar (external). Dengan motivasi, seseorang akan berupaya dengan keras

mewujudkan potensinya dan mengembangkan kreativitasnya sehingga lahir

inovasi. Namun sebaliknya, tanpa motivasi orang cenderung tidak terdorong dan

tidak tergerak untuk meraih sesuatu yang diinginkannya. Demikian juga, bila

motivasi seseorang rendah orang cenderung kurang menyukai kerja keras, kurang

tekun, dan enggan memanfaatkan kemampuan kreativitasnya untuk memecahkan

tantangan/masalah.

Dengan diberikannya peluang setiap sekolah untuk menerapkan

Manajemen Berbasis Sekolah dan proses belajar mengajar dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan, artinya pemerintah sudah memberikan

sarana/kesempatan bagi sekolah untuk mencari kreativitas guna membawa proses

manajemen, personil, dan kurikulum yang bermutu yang sekaligus menghasilkan

output yang bermutu pula. Melalui makalah pendek ini, penulis tertarik untuk

mengkaji kreativitas dan inovasi apa pada proses pendidikan di sekolah, sehingga

sekolah akan lebih maju/bermutu.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, dapat diformulasikan

rumusan masalah utama dalam makalah ini, yakni “Kreativitas dan inovasi apa

saja yang dapat digunakan untuk memajukan sekolah?”

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah

Mengacu pada rumusan masalah yang dinyatakan diatas, tujuan utama

penulisan laporan ini adalah “Untuk menemukan kreativitas dan inovasi yang

dapat digunakan guna memajukan sekolah”.

Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dengan dipresentasikannya

makalah ini adalah sebagai berikut.

1) Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru

Diharapkan makalah ini memberikan manfaat untuk kemajuan Dinas

Pendidikan di Kota Pekanbaru. Harapan ini terutama untuk

mendorong/memotivasi kreativitas kepala sekolah di Kota Pekanbaru.

2) Sekolah

Dengan makalah tentang kreativitas dan inovasi guna memajukan sekolah

ini diharapkan memberikan inspirasi bagi sekolah-sekolah di Kota Pekanbaru

untuk berkreativitas guna melahirkan inovasi sehingga sekolah yang ada di Kota

Pekanbaru ini lebih maju.


3) Masyarakat

Masyarakat sebagai bagian stakeholder sekolah diharapkan dapat

memberikan ide-ide/dukungan pada manajemen sekolah guna berkreativitas

sehingga melahirkan inovasi baru sekaligus memajukan sekolah.

D. Kajian Teori dan Pembahasan

Sesuai dengan topik utama makalah ini, yakni kreativitas dan inovasi

sebagi alternatif guna memajukan sekolah, berikut akan dipapar kajian teori dan

pembahasan yang mendukung topik tersebut.

1. Kajian Teori

Kajian teori yang akan dipaparkan disini meliputi pengertian kreativitas

dan inovasi, cara-cara berfikir kreatif, dan hambatan kreativitas.

a. Pengertian Kreativitas dan Inovasi

Secara harafiah, kata kreatif berasal dari bahasa Inggris “create” yang

didefinisikan menurut Collins (2002:355), “to create something means to cause it

to happen or exist” (berkreasi terhadap sesuatu berarti menyebabkan sesuatu

terjadi atau ada). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kreativitas adalah

upaya, penciptaan, penyelesaikan terhadap sesuatu.

Selanjutnya, inovasi secara harafiah juga berasal dari bahasa Inggris,

“innovate” yang menurut Collins (2002:807), “to innovate means to introduce

changes and new ideas in the way something” (berinovasi berarti

memperkenalkan perubahan dan ide baru untuk melakukan sesuatu). Dengan kata

lain, program inovatif dapat diartikan sebagai program yang sifatnya baru, tidak

seperti yang biasa dilakukan.


Dengan demikian bila kedua kata kreativitas dan inovasi digabungkan

akan memperoleh suatu pengertian dimana inovasi akan lahir dari suatu

kreativitas.

Lebih jauh, suatu hal yang patut diketengahkan sini bahwa kreativitas

tidak dimonopoli oleh orang yang genius saja. Gardner (1980) yang menemukan

bahwa “keberhasilan seseorang di dalam hidup bukan ditentukan oleh IQ tetapi

terlebih oleh EQ, kecerdasan emosional dengan kompetisi inter- dan intrapersonal.

Kemudian, Caine dan Caine (1991) menemukan bahwa “dalam keberhasilan

pendidikan seseorang, peranan IQ hanya sekitar 20%. Sisanya 80% sebagian

ditentukan oleh EQ dan faktor kedewasaan social”. EQ adalah kemampuan

seseorang untuk mengendalikan aspek-aspek psikologis, seperti amarah,

kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. Kata lain IQ

bekerja dengan baik bila EQ bekerja dengan baik pula. Sebagai tambahan, Kao

(1996) menyatakan bahwa setiap orang memiliki kemampuan kreatif yang

mengagumkan.

Untuk itu, kaitannya dengan dunia pendidikan sekolah, bila target

utamanya adalah kompetensi (output) yang dapat “survive” dalam kehidupan

nyata, pembelajaran dan interaksi di sekolah harus meluangkan waktu lebih

banyak pada pengembangan potensi-potensi lain diluar IQ. Kecerdasan intelektual

juga tidak boleh direndahkan menjadi kemampuan merekam dengan ingatan dan

tidak terbatas hanya kepada kemampuan berfikir logis perseptif, dan logis

konvergen. Harus diberdayakan kemampuan berfikir kritis, divergen, kreatif, dan

inovatif.
b. Cara-Cara Berfikir Kreatif

Supaya daya kreativitas seseorang tumbuh dengan baik, sebaiknya setiap

individu (komponen sekolah) mengenal segi mental orang kreatif. Menurut

Chandra (1994) menyatakan 10 sikap mental orang kratif, yakni (1) hasrat, untuk

mengubah hal-hal disekelilingnya menjadi lebih baik, (2) kepekaan, bersikap

terbuka dan tanggap terhadap segala sesuatu, (3) minat, untuk menggali lebih

dalam dari yang tampak dipermukaan, (4) rasa ingin tahu, semangat yang tak

pernah mandeg untuk mempertanyakan, (5) mendalam dalam berfikir, sikap yang

mengarahkan untuk pemahaman yang dalam pula, (6) konsentrasi, mampu

menekuni suatu permasalahan hingga menguasai seluruh bagiannya, (7) siap

mencoba dan melaksanakan, bersedia mencurahkan waktu dan tenaga untuk

mencari dan mengembangkan, (8) kesabaran, untuk memecahkan permasalahan

dalam detailnya, (9) optimisme, memadukan antusiasme (kegairahan), dan (10)

mampu bekerja sama, sanggup berfikir secara produktif bersama orang lain.

Lebih lanjut, beberapa hal yang harus dilakukan agar seseorang lebih

kreatif adalah sebagai berikut.

1) Membiasakan diri belajar menjadi seorang innovator bukan plagiator. Hal ini

dapat dilakukan dengan selalu mencari, menyesuaikan dan

mengimplementasikan ide-ide, baik yang baru ataupun yang sudah lama. Cara

ini dapat ditempuh dengan membiasakan diri menelusuri (browsing) dalam

berbagai referensi baik tercetak maupun elektronik. Setelah ini ditempuh,

lakukan percobaan, penelitian, perjalanan, diskusi, mengunjungi pameran, dan

menciptakan rasa kebutuhan.


2) Mengubah kebiasaan dan citra seseorang. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

merubah dari seseorang yang pasif “nrimo” menjadi orang yang aktif

progressive, mengembangkan atribut-atribut dan motivasi, mengembangkan

sikap mencintai ide-ide, hal-hal, cara-cara, sistem-sistem, an tehnologi-

tehnologi baru. Selanjutnya menuangkan kesemuanya ini dalam bentuk

tulisan.

3) Melakukan tindakan. Tindakan diperlukan keberanian dan kepercayaan diri

untuk menjadi seorang innovator.

4) Mampu menerima perubahan dan tantangan suatu masalah dengan terbuka.

5) Berupaya untuk menerapkan ide-ide tersebut dalam setiap sudut kehidupan

seseorang, seperti di rumah, sekolah, kantor, bisnis, dan dimanapun.

c. Hambatan Kreativitas

Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa kreativitas adalah proses

mencoba sesuatu, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru (inovasi). Namun

demikian, proses kreativitas tidak dengan sendirinya berjalan pada diri seseorang.

Proses kreativitas bukan tidak mungkin akan mendapat hambatan (creativity

block). Zaeus (2006) menyatakan bahwa secara garis besar hambatan-hambatan

kreativitas seseorang meliputi, dua hal utama, yakni yang berasal dari diri

seseorang (internal block creativity) dan yang berasal dari luar diri seseorang.

Hambatan yang berasal dari diri seseorang dapat berupa hal-hal sebagai berikut.

1) Hambatan pola pikir. Hambatan pola pikir dalam konteks kreativitas dikenal

reproduktif yang artinya jika seseorang dihadapkan pada suatu masalah,

seseorang akan cenderung merespon dengan cara yang sama, mengulang pola

pikir atau cara pemecahan lama yang sudah terbukti berhasil. Oleh sebab itu,
pola pikir reproduktif menjadi salah satu penyebab utama kekakuan berfikir,

dan dengan demikian menjadi penghambat kreativitas. Sering kali, pola pikir

reproduktif berlangsung secara mekanikal atau otomatis. Hal ini disebabkan

oleh pola pendidikan model skolastik atau lingkungan yang menuntut cara-

cara berfikir praktis dan sangat terstruktur.

2) Hambatan paradigma. Sebagai cara mempersepsi, memahami, dan

menafsirkan dunia sekelilingnya, atau alat untuk melahirkan gambaran batin

paradigma seseorang sangat mempengaruhi kreativitas. Seseorang yang

memiliki paradigma anti konflik umumnya kurang menyukai perubahan, atau

bahkan membenci perubahan yang lebih dianggap sebagai kemampanan (de

fact to) dari pada persepsi sebagai peluang perbaikan. Padahal kreativitas

seringkali merupakan aktivitas yang melampuai kemapanan. Kreativitas

bahkan dapat saling bertentangan.

3) Hambatan keyakinan. Keyakinan bukan menjadi pendorong kreativitas

melainkan menjadi penghambat kreativitas. Kreativitas sering memunculkan

inovasi/output baruyang berlawanan atau bahkan mengalahkan hal lampau,

mengalahkan senioritas, mengalahkan pengalaman, sehingga manifestasi

menjadi terhambat.

4) Hambatan ketakutan. Hambatan ketakutan adalah hambatan kreativitas yang

mudah dikenali dalah rasa takut. Hambatan ini bisa berupa takut diabaikan,

takut dicemooh, takut dievaluasi, takut dihakimi, takut dianggap bodoh, takut

ketidaksempurnaan, takut mencoba, takut ambil resiko, takut ide tidak berjalan

seperti yang diharapkan, takut gagal, dan lain-lain. Salah satu sebab mengapa

banyak rapat kurang maksimal atau kurang kreatif adalah karena masih
kuatnya aral ketakutan yang membelenggu peserta rapat. Pendek kata,

kebanyakan rasa takut membuat seseorang cenderung enggan mewujudkan

potensi dan kreativitasnya.

5) Hambatan Motivasi. Hambatan motivasi sanga mempengaruhi sikap,

perilaku, keinginan, atau tindakan-tindakan sengaja lainnya. Tanpa motivasi

orang cenderung menuntut satu rangkaian persiapan, pemikiran, pendefinisian

persoalan, dan pemecahannya. Semua membutuhkan dalam derajat tertentu,

usaha, dan kerja keras. Bila motivasi rendah, orang cenderung kurang

menyukai kerja keras, kurang tekun, dan enggan memanfaatkan kemampuan

keatifnya untuk memecahkan tantangan.

6) Hambatan Kebiasaan. Sebagai perpaduan antara pengetahuan, keterampilan,

dan keinginan, maka kebiasaan juga berpengaruh pada kreativitas. Orang-

orang kreatif pada umumnya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang

menstimulasi kreativitas. Sementara orang yang kurang kreatif juga memiliki

kebiasan tertentu yang sayangna bisa meredam kreativitas. Misalnya suka

menghindari masalah, malas berfikir, menghindari tantangan, menghindari

tanggung jawab, menghakimi ide-ide baru, berpuas diri, dan mengindari hal-

hal imaginative.

Disamping hambatan-hambatan kreativitas yang berasal dari diri

seseorang, hambatan kreativitas juga dapat berasal dari luar diri seseorang

(external block creativity). Berikut dipaparkan beberapa hambatan kreativitas

yang berasal dari luar diri seseorang.

1) Hambatan Sosial. Kreativitas kadang-kadang bukan semata-mata aktivitas

individu, tetapi langsung atau tidak dipengaruhi oleh aspek social. Situasi
social tertentu kadang cukup apresiatif dan menghargai kreativitas dengan

layak sehingga bisa lebih memotivasi individu untuk produktif dan kreatif.

Sementara situasi social lainya relative kurang apresiatif atau bahkan

mengekang. Pendidikan tradisional misalnya, sering dianggap sebagai salah

satu produk sosial yang kurang memberi tempat bagi kreativitas.

2) Hambatan Organisasi. Organisasi bisnis menempatkan kreativitas sebagai

motor sekaligus bahan baker inovasi. Sekalipun peran kreativitas besar, namun

banyak organisasi gagal menyediakan lingkungan atau iklim yang kondusif

bagi kreativitas. Organisasi yang konservatif biasanya kurang merangsang

kreativitas. Hambatan itu, misalnya hirarki, aturan yang tidak fleksibel,

ketiadaan wadah bagi ekspresi kreatif, egoisme antar departemen, buruknya

komunikasi, atau situasi organisasi yang terpolitisasi.

3) Hambatan Kepemimpinan. Faktor gaya kepemimpinan juga berpengaruh

secara signifikan terhadap proses kreativitas. Jika pemimpin organisasi kurang

memberikan kebebasan, kurang bisa memotivasi, tidak mampu memberi

tantangan, tidak mampu mengelola hasrat kreatif, kurang memberi

penghargaan, tidak memberi kepercayaan, tidak mendukung, dan tidak mampu

menciptakan lingkungan yang kondusif, maka kreativitas individu dalam

organisasi jelas terhambat. Seberapa kreatif individu-individu dalam tim,

namun jika tidak didukung oleh kemampuan manajemen kreatif

pemimpinanya, hasilnya juga kurang menggembirakan.


2. Pembahasan

Sesuai dengan permasalahan dalam laporan ini, yakni “kreativitas dan

inovasi apa saja yang dapat digunakan untuk memajukan sekolah?”, pembahasan

yang dipaparkan akan mengacu pada ketiga permasalahan tersebut. Batasan

pembahasan meliputi kreativitas dalam lingkup manajemen sekolah, personil

sekolah, dan kurikulum sekolah.

a. Manajemen Sekolah yang Kreatif

Seperti yang telah disinggung pada latar belakang makalah ini bahwa

manajemen adalah pengelolaan sumber-sumber manusia dan fasilitas lain guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian halnya manajemen yang

dilaksanakan disekolah adalah pengelolaan sumber daya seperti guru,

administrator, siswa, komite, and fasilitas lain seperti gedung sekolah, fasilitas

kantor, gedung sekolah, lab, dan lain-lain untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Manajemen yang bermutu tentu harus dilihat bagaimana kreativitas

diupayakan pada setiap fungsi manajemen sekolah itu sendiri. Berikut akan

dibahas secara berturut-turut fungsi manajemen yang kreatif.

1) Perencanaan (Planning)

Untuk mencapai manajemen yang bermutu, kreativitas harus sudah mulai

terlihat dari proses perencanaan program di sekolah. Kreativitas harus sudah

nampak dari hal-hal yang mesti rumuskan pada tahap perencanaan. Pertama,

merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah diharapkan melibatkan komponen

sekolah seperti kepala sekolah, guru, komite sekolah/masyarakat, siswa, bahkan

pihak lain yang merupakan mitra sekolah (stakeholder). Sehingga, pihak-pihak


tersebut memiliki rasa tanggung jawab untuk merealisasikan terhadap apa yang

sudah dirumuskan.

Kedua, pada saat merumuskan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Sekolah (RAPBS), mereka dapat memberikan dukungan baik moril atau materil

demi mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Perlu diperhatikan

juga bahwa RAPBS harus disusun menyesuaikan dengan kemampuan dan skala

prioritas. Artinya tujuan jangka pendek mana yang harus cepat direalisasikan.

Hal yang lain yang perlu dirumuskan pada tahap perencanaan adalah

menetapkan personil yang akan membantu pimpinan di sekolah. Kreativitas dalam

penentuan personil adalah melalui rapat yang melibatkan kepala sekolah, guru,

dan administrator sekolah sehingga dapat dipertimbangkan kapabilitasnya dan

kesanggupannya. Bagi personil yang bertugas pada jabatan tertentu akan memilki

rasa tanggung jawab yang lebih, karena itu merupakan keputusan bersama.

Berikutnya adalah merumuskan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) dari

masing-masing personil yang terlibat di sekolah. Pembuatan rumusan diharapkan

melibatkan seluruh personil yang akan menjalankan “tupoksi’ tersebut. Dengan

demikian, pada saat menjalankannya, mereka merasa memiliki rumusan tersebut.

2) Pengorganisasian (Organizing)

Dengan telah dirumuskannya tupoksi dari masing-masing personil di

sekolah akan mempermudah pengorganisasiannya. Penyebab utamanya adalah

adanya acuan yang jelas, sehingga tumpang tindih tugas dan tanggung jawab akan

dapat dihindari.

Rumusan tupoksi yang jelas juga akan mempermudah dalam

mengorganisai fasilitas-fasilitas pendukung lainnya di sekolah. Contohnya,


fasilitas laboratorium, tentu tugas pengelolaan dan usulan pengadaan menjadi

tanggung jawab koordinator lab.

3) Pengarahan (Directing)

Dengan adanya tupoksi juga mempengaruhi pola kerja dari masing-masing

personil di sekolah. Mereka dengan sendirinya memiliki arah yang jelas mana

yang menjadi tugas pokok mereka dan akan bertangung jawab kepada siapa.

Disamping itu, dengan adanya visi, misi, dan tujuan yang jelas juga akan

mengarahkan tujuan kerja mereka dimana mereka pada intinya adalah akan

merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, sekaligus mengupayakan tujuan jangka

pendek mana yang harus cepat direalisasikan.

4) Pengkoordinasian (Coordinating)

Tupoksi juga akan mempermudah koordinasi antar personil sekolah.

Personil yang satu tidak mungkin akan mengerjakan tugas yang bukan tanggung

jawabnya. Mereka hanya akan berkoordinasi pada personil yang memiliki

tanggung jawab tersebut. Misalnya, pemilihan siswa yang akan memperoleh

beasiswa dengan kriteria berprestasi dan tidak mampu. Personil yang memiliki

tanggung jawab ini di sekolah adalah Waka. Kesiswaan. Namun Waka. Kesiswaa

tidak akan mencari sendiri ke kelas-kelas mana siswa yang memiliki criteria

tersebut, siswa hanya berkoordinasi dengan Waka. Kurikulum karena personil ini

memiliki data prestasi siswa. Untuk memperoleh data siswa yang memiliki

criteria tidak mampu, Waka. Kesiswaan dapat berkoordinasi dengan personil BP.

Inti dari contoh kecil ini adalah bagaimana tupoksi akan mempermudah

koordinasi antar personil sekolah.


5) Pengontrollan (Controlling)

Dengan adanya visi, misi, tujuan, RAPBS, dan tupoksi yang jelas dan

transparan di sekolah dan masing-masing personil memilikinya, proses

pengawasannya juga mudah. Artinya masing-masing personil sekolah akan dapat

mengontrol masing-masing tanggung jawabnya; mana yang belum tercapai, mana

yang sudah, mana yang terkendala, dan mana yang tidak dapat direalisasikan.

Dengan demikian, masing-masing personil akan dapat melaporkan perkembangan

masing-masing tanggung jawabnya dalam rapat rutin, yang biasanya dilaksankan

setiap awal bulan/akhir bulan. Dengan pola pengawasan yang dilakukan sendiri

oleh masing-masing personil, mereka akan bekerja dengan lebih menyenangkan,

tidak terbebani, dan merasa tidak selalu diawasi.

Dengan kreativitas transparansi juga mempermudah pengawasan pada

keuangan sekolah. Keuangan adalah isu sensitif di sekolah atau bahkan

dilembaga-lembaga lain. Dengan adanya RAPBS yang jelas dan transparan akan

mempermudah pengawasan; apakah dana yang dianggarkan surplus atau bahkan

defisit.

b. Personil Sekolah yang Kreatif

Personil sekolah meliputi kepala sekolah, guru, administrator,

masyarakat/komite, dan siswa. Dengan telah dirumuskannya perangkat

manajemen sekolah dari tahap perencanaan sampai dengan pengawasan akan

mendorong masing-masing personil berkreativitas.

Kepala sekolah adalah manajer dan pimpinan di sekolah. Kepala sekolah

sebagai seorang manajer artinya dia adalah orang yang berinisiatif menggerakan

seluruh personil sekolah; guru, siswa, administrator, masyarakat, stake-holder, dan


fasilitas-fasilitas lain disekolah. Sedangkan kepala sekolah sebagai pimpinan

adalah orang yang harus mampu menyadari posisinya dan peranannya sebagai

pimpinan yang senantiasa menjadi panutan, mampu memberikan contoh yang

baik dengan disiplin diri, rasa tanggung jawab, serta memilki integritas sebagai

pimpinan. Kepala sekolah juga harus memiliki kreativitas dalam inisiatif yang

tinggi dari proses perencanaan program-program sekolah, mengelola sumber daya

sekolah, mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengontrol. Kepala sekolah

dapat berperan sebagai pelaku perubahan (agent of change) sehingga sangatlah

penting kepala sekolah untuk memiliki kesadaran tinggi, kemampuan dalam

memotivasi bawahannya, memiliki kepekaan atau sensitivitas dan memiliki

pengendalian diri serta mampu membina hubungan baik antar personil sekolah

sekaligus dengan masyarkat/komite, atau bahkan mitra/stake-holder.

Dengan diwadahinya kreativitas guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), tidak ada hambatan regulasi bagi guru untuk berkreativitas

sehingga dapat menghasilkan output yang bermutu. Guru dapat berkreasi dari

penentuan pendekatan pengajaran (approach), design pengajaran, prosedur

pengajaran; tehnik, media, dan evaluasi yang akan digunakan dalam pengajaran.

Kreativitas guru dalam pengajaran dapat disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan

sekolah, guru itu sendiri, siswa, dan konteks lingkungan. Berkaitan dengan

kemampuan guru, guru hendaknya secara terus menerus mengembangkan dirinya

baik difasilitasi oleh sekolah, dinas pendidikan, atau pemerintah. Pengembangan

ini perlu guna meningkatkan profesionalisme guru itu sendiri, yang pada

gilirannya kemampuan mengajar guru tidak tergilas oleh perkembangan tehnologi.


Personil administrasi sekolah juga merupakan sumber daya yang berperan

dalam realisasi setiap tujuan sekolah, sekiligus menjadikan proses pendidikan di

sekolah yang bermutu yang dapat menghasilkan output yang bermutu pula.

Dengan tupoksi, masing-masing personil administrasi akan mengetahui tugas dan

tanggung jawabnya. Personil administrasi harus menyadari bahwa mereka adalah

personil yang harus melayani, masyarakat, kepala sekolah, guru, dan siswa. Untuk

itu, kemampuan dalam bidang administrasi sangat diperlukan. Apalagi dengan

perkembangan tehnologi saat ini, personil administrasi dapat berkreasi dengan

penggunaan tehnologi dalam mengelola administrasi sekolah.

Saat ini, masyarakat yang umunya diwakili oleh personil komite sekolah

memiliki peranan yang sangat besar dalam mendukung perbaikan mutu proses dan

output sekolah. Peranan itu terlihat pada saat proses perencanaan program-

program sekolah dan proses monitoring/pengawasan kinerja atau implementasi

dari program-program yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada saat proses

perencanaan program, masyarakat/komite dapat mengusulkan visi, misi, tujuan

yang sesuai dengan keinginan masyarakat (community demand). Dengan begitu,

output sekolah dapat memenuhi keinginan publik saat ini. Contohnya,

menentukan keunngulan yang akan difokuskan oleh sekolah; sekolah dapat

menentukan fokus pada eksak, sosial, fasilitas sekolah, atau ekstrakurikulernya.

Selanjutnya, konsekwensi dana yang akan ditimbulkan juga harus menjadi

tanggung jawab masyarakat/komite dengan tidak selalu mengandalkan dana

subsidi pemerintah semata.

Siswa juga personil sekolah yang berperan dalam peningkatan mutu proses

dan output sekolah. Bahkan, siswa merupakan subyek utama dalam pencapaian
mutu proses dan output. Dalam peningkatan proses manajemen sekolah, siswa

dapat berperan dalam organisasi intra sekolah, seperti UKS dan pramuka. Dalam

proses belajar, siswa tidak dapat dipungkiri harus aktif dan kreastif dalam

meningkatkan dirinya. Alasan yang mendasar adalah peran guru yang bukan satu-

satunya sumber belajar dikelas lagi, guru hanya berperan sebagai manajer, adviser,

dan fasilitator. Dengan demikian, pengembangan kompetensi siswa benar-benar

bergantung pada diri mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui kreativitas siswa

melalui penemuan gaya/cara belajar, potensi siswa, tujuan/cita-cita siswa, sumber

belajar, dan expresi siswa.

c. Kurikulum Sekolah yang Kreatif

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraa untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan

pendidikan. Dalam konteks kurikulum sekolah, komponen-komponen kurikulum

mencakup visi, misi, tujuan, isi, dan pelaksanaan pembelajaran.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa visi, misi, dan tujuan

sekolah harus dirumuskan dalam proses perencanaan manajemen sekolah. Hal ini

juga secara langsung akan memberikan implikasi pada model kurikulum yang

akan dipergunakan di sekolah tersebut. Langkah selanjutnya, merancang isi

kurikulum yang mengacu pada visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Dengan penggunaan Kurikulum 2013, sekolah diberi peluang

berkreativitas untuk mengembangkan isi kurikulum sesuai dengan konteks

lingkungan sekolah dengan tidak mengurang standar isi dan


kelulusan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Isi kurikulum yang memuat

kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan

pendidikan, dan kalender pendidikan. Kreativitas berkenaan dengan isi kurikulum

ini dapat dilakukan pada struktur kurikulum, misalnya dengan menetapkan mata

pelajaran muatan lokal dan pengembangan diri yang sesuai dengan konteks

lingkungan dan minat siswa, disamping ketersediaan guru dan fasilitas

pengajarannya. Beban belajar juga dapat disesuaikan dengan yang menjadi fokus

realisasi tujuan sekolah, misalkan sekolah yang memiliki fokus pada mata

pelajaran eksak, tentu sekolah tersebut dapat memodifikasi beban belajar dengan

menambahkan jam belajar pada mata pelajaran eksak.

Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran disekolah juga harus

dikembangkan sesuai dengan kreativitas personil sekolah. Pelaksanaan

pembelajaran disekolah ini mencakup pendekatan (approach), design, dan

prosedur pengajaran. Prosedur pengajaran meliputi design, media, dan evaluasi

yang akan digunakan dalam proses belajar dan pengajaran. Banyak kreativitas

yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan mutu proses

dan output sekolah. Misalnya, penentuan pendekatan (approach), sekolah

terutama guru mata pelajaran harus melakukan pengumpulan data awal

(assessment), seperti data tentang konteks lingkungan, latar belakang siswa,

kemampuan guru, ketersediaan fasilitas dan materi penunjang, dan pendanaan,

sehingga dapat dengan tepat memilih pendekatan yang akan dipakai dalam proses

belajar dan pengajaran.


E. Program Inovasi Sekolah Dasar Negeri 160 Pekanbaru

1. Sekolah Sahabat Keluarga

Sekolah sahabat keluarga adalah satuan pendidikan, baik formal maupun

non formal yang dalam melaksanakan program-program pendidikannya

melibatkan keluarga, baik orang tua maupun anak dan masyarakat.

Adapun kegiatan-kegiatan sekolah sahabat keluarga yang telah

dilaksanakan di SDN 160 Pekanbaru diantaranya adalah:

A. Parenting atau Kelas Orangtua

B. Dialog

C. Aktivitas sukarela

D. Belajar di rumah

E. Ikut terlibat keputusan parenting

F. Kerjasama dengan masyarakat

2. Sekolah Aman

Sekolah aman merupakan upaya membangun kesiapsiagaan sekolah

terhadap bencana dalam rangka menggugah kesadaran seluruh unsur-unsur

dalm bidang pendidikan baik individu maupun kolektif di sekolah dan

lingkungan sekolah, baik itu sebelum, saat maupun setelah bencana.

Bentuk-bentuk kegiatan sekolah aman yang dilakukan adalah:

A. Mencegah kekerasan di sekolah

B. Mengembangkan keterampilan intelegensi emosional siswa

C. Meningkatkan keamanan lingkungan fisik sekolah

D. Meningkatkan disiplin siswa


3. Literasi Sekolah

Literasi sekolah adalah sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi

pekerti siswa yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan

menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat.

Kegiatan-kegiatan literasi sekolah yang telah dilaksanakan di SDN 160

Pekanbaru diantaranya adalah:

A. Pembuatan Pojok Baca ditiap kelas

B. Jadwal Khusus mengunjungi perpustakaan sekolah

C. Membaca buku minimal satu buku per minggu

D. Membuat pohon literasi

E. Membuat mading per kelas dan papan mading di sekolah

4. Sekolah Daring

Sistem pembelajaran daring merupakan implementasi dari pendidikan

jarak jauh melalui online. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan

pemerataan akses terhadap pembelajaran yang lebih baik dan bermutu.

Kegiatan-kegiatan sekolah daring yang dilakukan di SDN 160 Pekanbaru

diantara yaitu:

A. Jadwal Pembelajaran Jarak Jauh

B. Rencana Program Pembelajaran Jarak Jauh

C. Metode dan Media Pembelajaran Jarak Jauh

D. Evaluasi Pembelajaran Jarak Jauh

E. Pemberian Tugas Pembelajaran Jarak Jauh

F. Bimbingan Pelmbelajaran Jarak Jauh


Materi ajar yang diberikan ada yang berhubungan dengan Covid-19,

meliputi beberapa submateri sebagai berikut:

 Ciri-ciri Covid-19 sebagai virus

 Cara mencegah penyebaran Covid-19

 Covid-19 sebagai penyebab Pneumonia

 Istilah-istilah penting tentang kasus Covid-19

F. Penutup

Penutup dalam makalah ini mencakup dua hal, yakni kesimpulan dan

saran.

1. Kesimpulan

Mengacu pada permasalahn utama dalam makalah ini, yakni “Kreativitas

dan inovasi apa saja yang dapat digunakan untuk memajukan sekolah?”,

kesimpulan utamanya adalah dengan diberi peluang mempergunakan Kurikulum

Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

kreativitas dan inovasi dapat terjadi pada tiga aspek pokok di sekolah, yakni

manajemen sekolah, personil sekolah, dan kurikulum sekolah.

Pada aspek manajemen sekolah, kreativitas dapat dilakukan mulai dari

proses perencanaan sekolah, seperti melibatkan setiap komponen sekolah untuk

merumuskan visi, misi, tujuan, RAPBS, staf pembantu kepala sekolah, dan

tupoksi, sehingga akan mempermudah fungsi-fungsi manajemen sekolah yang

lain.
Pada aspek personil sekolah, kreativitas sangat terbuka sekali. Hal ini

sangat bergantung dari masing-masing personil, seperti kepala sekolah, guru,

administrator, masyarakat/komite, dan siswa untuk mengembangkan motivasi

guna berkreasi yang sekaligus menemukan inovasi sesuai dengan cakupan

tugasnya.

Kurikulum sekolah juga ada peluang untuk berkreativitas, baik dari isi

kurikulum, dan proses pembelajaran.

Dari tiga peluang kreativitas pada tiga aspek tersebut diatas, kembali lagi

pada mental kreativitas setiap personil sekolah, sehingga sekolah dapat bermutu

dari sisi proses dan output.

2. Saran

Dengan peluang berkreativitas yang cukup besar dari tiga aspek di lingkup

sekolah, yakni manajemen sekolah, personil sekolah, dan kurikulum sekolah,

beberapa saran yang dapat dikemukakan tertuju pada beberapa pihak sebagai

berikut.

1) Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru

Disarankan kepada Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru untuk dapat

mendorong penggunaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bagi sekolah-sekolah di kabupaten ini, karena

inti dari keduanya adalah mendorong kreativitas guna menemukan inovasi baru,

sehingga sekolah dapat meningkat mutu baik proses dan outputnya.

2) Sekolah

Sekolah disarankan untuk memberikan peluang bagi setiap personilnya

untuk berkreativitas pada tiga aspek utama, yakni manajmen sekolah dan
kurkulum sekolah, sehingga pencapain mutu pada proses dan output dapat

tercapai.

DOKUMENTASI KEGIATAN-KEGIATAN PROGRAM


INOVASI SEKOLAH DASAR NEGERI 160 KOTA
PEKANBARU

Anda mungkin juga menyukai