Anda di halaman 1dari 53

SKRIPSI

TINJAUAN PENGGUNAAN OBAT ANTI INFLAMASI


NON STEROID (OAINS) PADA PASIEN
OSTEOARTRITIS
(Penelitian dilaksanakan di Poli Penyakit Dalam RS Wahidin
Sudirohusodo Makassar)

OLEH :

ISMAIL UNTUNG

C11114370

PEMBIMBING :

dr. JASON SRIWIJAYA, Sp. FK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN 2017
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Bagian Ilmu


Farinakologi Universitas Hasanuddin dengan judul :

"Tinjauan Penggunaan Obat Anti Inftaniaai Non Steroid (OAINS) Pada Pasien
Osteoartritis (Penelitian dilaRsanakiia di PoliJ•enyakit Dalam RS Wahidin
Sudirohusodo Mekesaar)"

kassar, S December 2017

Optimization 5ohware:
HALAMAN PENGESABAN
Skripsi ini diajukan oleh :
tung Nama NIM
370 Fakultas/Prodi
an/Pendidikan Dokter Judul Skripsi
Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) Pada Pasien Osteoartritis (Penelitian dilaksanakan di Poli Penyakit Dalam RS

Telah berhaail dipertahankaa di hadâpag dewan penguji dan diterima sebagai


bagianpersyaratanyang diperlakaañotuhmemperoleh gelar sarjana
kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Jfasanuddin

Pengljji I

ia, M,Si

Ditetapkan di: M iassar.


TanggalS December 20'l7
BAGIAN ILMU FARMAKOLOGI
RIIJYIAH SAINT UNIYERSITAS HASAN LIDDLN
2017

TELAH DISETUJUI UN3"UK DICE7’AK DAN DIPERBANYAK

Judul Skripsi
“Tinjauan Penggunaan Obat Anti Inflainasi Non Steroid (OAINS) Pada Pasien
Osteoartritis (Penelitian ‹;h1aksanakan di Poli Penyakit Dalairt RS Wahidin
Sudirohusodo Makassar"

Makassar, S Desember 2017

dr. Jason Sriwijaya, Sp.FK


NIP 19810512 201012 1
002

Optimization Sofiware•
www.balesio.com
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hdsil karya 5aya.

Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain baik berupa tulisan,

data, gambar atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi atau belum dipublikasi , telah

direferensi sesuai dengan ketentuan akademis.

Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik, dan melakukannya akan

menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan sanksi akademik yang

lain.

MAKASSAR. DECEMBER 2017

ISMAIL UNI G

NlM C11114370
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin selama tahun 2014 – 2017.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini adalah berkat bimbingan, kerjasama serta
bantuan moril dari berbagai pihak yang telah diterima penulis sehingga segala
rintangan yang dihadapi selama penelitian dan penyusunan ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Kemampuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas untuk itu diharapkan
saran dan kritiknya yang positif serta masukan yang sifatnya makin memperluas
khasanah karya ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan secara
tulus dan ikhlas kepada yang terhormat :
1. dr. Jason Sriwijaya, Sp.FK selaku pembimbing yang dengan kesediaan,
keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
dan arahan kepada penulis, mulai dari penyusunan proposal sampai pada penulisan
skripsi ini.
2. dr. Robertus Setiadji, Sp.FK., M.Kes dan dr. Paulus Kurnia, M.Si selaku penguji
atas kesediaan dan saran-saran yang diberikan pada saat seminar proposal hingga
seminar akhir yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini.
3. Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
4. Orang Tua penulis, Drs. Priwais dan Dra. Siti Syamsiah yang telah banyak
memberikan dorongan doa, moril, dan material selama penyusunan skripsi.
5. Sahabat dan rekan perjuangan; teman-teman sejawat yang telah memberikan
bantuan moril maupun materil, baik selama perkuliahan maupun masa penyusunan
skripsi hingga akhir penulisan ini.

vi
6. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Dan tidak lupa penulis mohon maaf jika dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi
ini terdapat hal – hal yang kurang berkenan. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca. Amin.

Makassar, Desember 2017

Penulis
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS HASANUDDIN
Desember 2017

Ismail Untung C11114370


dr. Jason Sriwijaya, Sp.FK
Tinjauan Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) Pada Pasien
Osteoartritis (Penelitian dilaksanakan di Poli Penyakit Dalam RS Wahidin
Sudirohusodo Makassar)

ABSTRAK

Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif yang mengenai dua per tiga orang
yang berumur lebih dari 65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5%
pada wanita menurut American College of Rheumatology. Di Indonesia, prevalensi
osteoartritis mencapai 5% pada usia kurang dari 40 tahun, 30% pada usia 40-60
tahun, dan 65% pada usia lebih dari 60 tahun. Osteoartritis menyebabkan nyeri dan
disabilitas pada pasien yang dapat menggangu aktifitas. Obat – obatan yang umum
untuk pasien osteoartritis adalah OAINS. OAINS adalah suatu kelas obat yang dapat
menekan inflamasi melalui inhibisi enzim cyclooxygenase (COX). Pemilihan dalam
menggunakan OAINS harus didasarkan pada beberapa faktor, seperti kecocokan
dosis, kenyamanan dokter dan pasien, dan harga. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pola penggunaan jenis obat OAINS pada pasien osteoarthritis di Poli
Penyakit Dalam RS Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan data
retrospektif. Analisis hasil penelitian dilakukan secara deskriptif. Sampel pada
penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis Osteoartritis dengan kriteria yang
dibatasi pada rentan waktu bulan Januari sampai Desember 2016.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan jumlah data pasien osteoartritis
dari periode Januari – Desember 2016 sebanyak 15 data rekam medik dengan
persentase laki – laki 53% dan perempuan 47%. Pengobatan osteoartritis pada pasien
rawat jalan di RS Wahidin Sudirohusodo umumnya menggunakan obat meloxicam
dengan persentase 73.33%, kemudian natrium diklofenak 13.33% dan asam
mefenamat 13.33%.

Kata Kunci : Osteoartritis, OAINS.


ESSAY
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN
UNIVERSITY
December 2017

Ismail Untung C11114370


dr. Jason Sriwijaya, Sp.FK
Overview the Use of Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) On
Osteoarthritis Patients (The study was conducted at Poly Disease Department of
Wahidin Sudirohusodo Hospital Makassar)

ABSTRACT

Osteoarthritis is a degenerative disease affecting two-thirds of people over 65,


with a prevalence of 60.5% in men and 70.5% in women according to the American
College of Rheumatology. In Indonesia, the prevalence of osteoarthritis reaches 5% at
the age of less than 40 years, 30% at the age of 40-60 years, and 65% at the age of
more than 60 years. Osteoarthritis causes pain and disability in patients who may
interfere with the activity. The common medications for osteoarthritis patients are
NSAIDs. NSAIDs are a class of drugs that suppress inflammation through inhibition
of the enzyme cyclooxygenase (COX). Selection in using NSAIDs should be based
on several factors, such as a dose match, physician and patient comfort, and price.
This study aims to determine the pattern of drug use NSAIDs in osteoarthritis patients
in the Poly Disease In Wahidin Sudirohusodo Hospital Makassar.
This study was an observational study using retrospective data. The analysis of
the research results is done descriptively. The samples in this study were patients with
a diagnosis of Osteoarthritis with criteria restricted to vulnerable time from January to
December 2016.
Based on the results of the study can be concluded the amount of osteoarthritis
patient data from the period January - December 2016 as many as 15 medical record
data with the percentage of 53% men and 47% women. Treatment of osteoarthritis in
outpatients in Wahidin Sudirohusodo Hospital generally use meloxicam drug with
percentage 73.33%, then 13.33% diclofenac sodium and 13.33% mefenamic acid

Keywords: Osteoarthritis, NSAIDs.

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................vi

ABSTRAK.................................................................................................................viii

DAFTAR ISI.............................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xii

DAFTAR TABEL......................................................................................................xiii

BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1. Latar Belakang............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................3

1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................................3

1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................................4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

2.1. Tinjauan Osteoartritis..................................................................................5

2.2. Tinjauan OAINS..........................................................................................16

BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN OPERASIONAL............................20

3.1. Kerangka Konseptual...................................................................................20

3.2. Kerangka Operasional.................................................................................21

BAB IV. METODE PENELITIAN...........................................................................22

4.1. Jenis Penelitian............................................................................................22

x
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................22

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian...................................................................22

4.4. Kriteria Inklusi.............................................................................................23

4.5. Kriteria Eksklusi..........................................................................................23

4.6. Definisi Operasional....................................................................................23

4.7. Cara Pengumpulan Data..............................................................................24

4.8. Izin Etis........................................................................................................25

4.9. Pengolahan dan analisis data.......................................................................25

BAB V. HASIL PENELITIAN.................................................................................26

5.1. Hasil Penelitian............................................................................................26

5.2. Analisis Hasil Penelitian..............................................................................28

BAB VI. PEMBAHASAN.........................................................................................30

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................32

7.1. Kesimpulan..................................................................................................32

7.2. Saran............................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................33

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1.................................................................................................................8

Gambar 2.2.................................................................................................................9

Gambar 2.3.................................................................................................................14

Gambar 2.4.................................................................................................................18

Gambar 5.1.................................................................................................................26
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1....................................................................................................................19

Tabel 5.1....................................................................................................................26

Tabel 5.2....................................................................................................................27

Tabel 5.3....................................................................................................................27

Tabel 5.4....................................................................................................................28

Tabel 5.5....................................................................................................................28

Tabel 5.6....................................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif yang mengenai dua per tiga orang

yang berumur lebih dari 65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5%

pada wanita menurut American College of Rheumatology. Di Indonesia, prevalensi

osteoartritis mencapai 5% pada usia kurang dari 40 tahun, 30% pada usia 40-60

tahun, dan 65% pada usia lebih dari 60 tahun.

Osteoartritis menyebabkan nyeri dan disabilitas pada pasien yang dapat

menggangu aktifitas. Seiring dengan bertambahnya usia, prevalensi osteoartritis juga

semakin bertambah. Seperempat dari seluruh populasi perempuan dan seperlima dari

seluruh populasi laki-laki dengan usia lebih dari 60 tahun dapat terkena osteoartritis.

Osteoartritis dapat menyerang semua sendi, namun predileksi yang tersering

adalah pada sendi-sendi yang menopang beban berat badan seperti panggul, lutut, dan

sendi tulang belakang bagian lumbal bawah. Berdasarkan patogenesisnya,

osteoartritis dibedakan menjadi osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder.

osteoartritis primer adalah osteoartritis yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada

hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.

Osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang didasari oleh adanya kelainan

endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan dan imobilisasi yang lama. Osteoartritis

primer lebih sering ditemukan dari pada osteoartritis sekunder. Penyakit ini bersifat

1
progresif lambat, umumnya terjadi pada usia lanjut, walaupun usia bukan satu-

satunya faktor risiko. (Pratiwi, 2015)

Penatalaksanaan pasien osteoartritis dimulai dengan dasar diagnosis dari

anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, temuan radiografi, penilaian sendi yang

terkena. Pengobatan harus direncanakan sesuai kebutuhan individual. Dokter

meresepkan obat untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit. Banyak faktor

yang dipertimbangkan dalam memberi obat untuk pasien osteoartritis seperti

intensitas rasa sakit, efek samping yang potensial dari obat, penyakit penyerta. Pasien

harus memakai obat secara hati – hati dan menceritakan semua perubahan yang

terjadi pada dokter.

Obat – obatan yang umum untuk pasien osteoartritis adalah OAINS. OAINS

adalah suatu kelas obat yang dapat menekan inflamasi melalui inhibisi enzim

cyclooxygenase (COX). Efek penting dalam mengurangi rasa sakit. OAINS

memberikan rasa nyaman bagi banyak orang dengan masalah persendian kronis.

Prinsip mekanisme OAINS adalah blokade sintesa prostaglandin melalui

hambatan cyclooxygenase (Enzim COX-1 dan COX-2), dengan mengganggu

lingkaran cyclooxygenase. Meski ada kekhawatiran terhadap keamanan dan publisitas

terbaru tentang risiko kardiovaskular dan gastrointestinal, OAINS tetap menjadi

terapi osteoartritis. Obat ini adalah satu-satunya obat yang secara konsisten telah

menunjukkan dapat mengurangi nyeri osteoartritis dalam jangka panjang.

Pemilihan dalam menggunakan OAINS harus didasarkan pada beberapa faktor,

seperti kecocokan dosis, kenyamanan dokter dan pasien, dan harga. Pasien yang

2
menggunakan OAINS harus diawasi untuk toksisitas ginjal, khususnya jika pasien

lajut usia, dengan hipertensi atau diabetes mellitus. (Amin, 2015)

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pola

penggunaan jenis obat OAINS pada pasien osteoartritis. Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi dan masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan pada

pasien osteoartritis.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pemberian obat OAINS pada pasien osteoartritis di Poli Penyakit Dalam

RS Wahidin Sudirohusodo Makassar.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui penggunaan obat OAINS pada pasien osteoartritis di Poli Penyakit

Dalam RS Wahidin Sudirohusodo Makassar.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui jenis, dosis, rute pemberian, dan frekuensi penggunaan obat

OAINS berdasarkan data klinis pasien osteoartritis.

2. Mengidentifikasi Drug Therapy Problems (DTPs) dan efek samping yang

mungkin terjadi.

3. Tinjauan dari segi ekonomi.

3
1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan informasi tentang pola pemberian obat OAINS dan bahan evaluasi

untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien osteoartritis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Osteoartritis

2.1.1. Definisi Osteoartritis

Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif tentang kerusakan kartilago sendi.

Bagian yang paling sering terkena osteoartritis adalah vertebrata, panggul, lutut, dan

pergelangan kaki. Keluhan yang sering dirasakan pasien adalah nyeri pada waktu

melakukan aktivitas atau mengangkat beban. Nyeri dapat dirasakan secara terus

menerus yang sangat menggangu pasien osteoartritis derajat yang lebih berat. (Setiati

dkk, 2014)

Kartilago merupakan bagian sendi yang berfungsi sebagai pelapis ujung dari

tulang, adanya pelapis memudahkan pergerakan dari sendi. Jika terdapat kelainan

pada kartilago, maka dapat berakibat tulang bergesekan yang menimbulkan gejala

kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi. (Nur, 2009).

2.1.2. Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum di

dunia. Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda –

tanda radiologis terhadap osteoartritis. Osteoartritis pada lutut merupakan tipe

osteoartritis yang paling umum dijumpai pada orang dewasa. Penelitian epidemiologi

dari Joern dkk. (2010) menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok umur 60 -

64 tahun sebanyak 22%. Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23%

5
menderita osteoartritis pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita

osteoartritis pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata,

dengan insiden osteoartritis pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri

sebanyak 24,7 %.

Prevalensi osteoartritis total di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari populasi usia

diatas 70 tahun menderita osteoartritis, dan 80% pasien osteoartritis mempunyai

keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat yang berakibat

mengurangi kualitas hidupnya karena prevalensi yang cukup tinggi. Oleh karena

sifatnya yang kronik-progresif, osteoartritis mempunyai dampak sosio-ekonomi yang

besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2

juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoartritis (Soeroso,

2006).

2.1.3. Etiopatogenesis Osteoartritis

Berdasarkan patogenesisnya osteoartritis dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu

osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis primer merupakan

osteoartritis idiopatik yang kausanya tidak diketahui dan tidak berhubungan dengan

adanya penyakit sistemik. Osteoartritis sekunder merupakan tipe yang terjadi karena

beberapa kelainan seperti endokrin, inflamasi, pertumbuhan, metabolic dan

imobilisasi yang cukup lama. (Setiati dkk, 2014)

6
Osteoartritis dapat terjadi karena kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara degradasi

dan sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi

serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, yang menjadikan tulang

rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. Selain kondrosit,

sinoviosit juga berperan pada patogenesis osteoartritis, terutama setelah terjadi

sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang

mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan

berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriks

rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan

ikut berperan, dimana osteoblast akan terangsang dan menghasilkan enzim

proteolitik. (Maharani, 2007)

Osteoartritis ditandai dengan hipertrofi kartilago berhubungan dengan

peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh kondrosit. Patogenesis

osteoartritis terbagi dalam beberapa tahap yaitu: (Setiati dkk, 2014)

1. Penguraian proteolitik di matriks kartilago. Metabolisme kondrosit terganggu

dan meningkatkan produksi enzim seperti metalloproteinases yang dapat

hancur dalam matriks kartilago. Selain itu kondrosit juga memproduksi

inhibitor protease yang mempengaruhi proteolitik.

2. Fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago disertai pelepasan proteoglikan

dan fragmen kolagen ke dalam cairan sinovia.


3. Pelepasan enzim-enzim degradasi, faktor-faktor pro inflamasi juga terinduksi

dan dilepaskan ke dalam rongga sendi, seperti Nitric Oxide (NO), IL-1β, dan

TNF-α. Sitokin-sitokin ini menginduksi kondrosit untuk memproduksi

protease, kemokin, dan eikosanoid seperti prostaglandin dan leukotrien

dengan cara menempel pada reseptor di permukaan kondrosit dan

menyebabkan transkripsi gen Metalloproteinase (MMP) sehingga produksi

enzim tersebut meningkat. Akibatnya sintesis matriks terhambat dan apoptosis

sel meningkat. Sitokin yang terpenting adalah IL-1. IL-1 berperan

menurunkan sintesis kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis

kolagen tipe I dan III, sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang

berkualitas buruk. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan,

dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik.

(Firestein, 2009)

Gambar 2.1 (Firestein, 2009)

8
Gambar 2.2 (Firestein, 2009)

Efek NO terhadap kondrosit yaitu:

1. Inhibisi produksi kolagen dan proteoglikan.

2. Aktivasi metalloproteinase.

3. Meningkatkan kepekaan trauma oksidan lain.

4. Menurunkan ekspresi IL – 1 reseptor antagonis.

5. Inhibisi polimerisasi aktin dan sinyal IL – 1 integrin.

6. Apoptosis.

2.1.4. Faktor Risiko Osteoartritis

Secara umum faktor risiko pada pasien osteoartritis yang penting seperti berikut

(Setiati dkk, 2014):

1. Usia
Faktor ketuaan merupakan faktor yang paling berpengaruh. Derajat keparahan

osteoartritis meningkat dengan bertambahnya usia. Akan tetapi osteoartritis

bukan hanya akibat ketuaan.

2. Jenis Kelamin

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan laki – laki lebih sering

terkena osteoartritis paha. Secara umum dibawah 45 tahun frekuensi

osteoartritis kurang lebih sama.

3. Trauma

Trauma pada sendi atau pengunaan sendi secara berlebihan. Atlet dan orang-

orang yang memiliki pekerjaan yang memerlukan gerakan berulang memiliki

risiko yang lebih tinggi untuk terkena osteoartritis karena mengalami

kecederaan dan peningkatan tekanan pada sendi tertentu.

4. Genetika

Genetika berperan dalam perkembangan osteoartritis. Kelainan tulang

mempengaruhi bentuk dan stabilitas sendi dapat menyebabkan osteoartritis.

Nodus Herberden adalah 10 kali lebih banyak terjadi pada wanita dibanding

laki-laki, dengan risiko dua kali lipat jika ibu kepada wanita itu mengalami

osteoartritis (Hansen, 2005). Nodus Herberden dan Nodus Bouchard terjadi

pada bagian sendi pada tangan.

5. Nutrisi

Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D. Kadar

vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu kemampuan tulang

untuk merespons secara optimal proses terjadinya osteoartritis dan akan

10
mempengaruhi perkembangannya. Kemungkinan vitamin D mempunyai efek

langsung terhadap kondrosit di kartilago yang mengalami osteoartritis, yang

terbukti membentuk kembali reseptor vitamin D.

2.1.5. Riwayat Penyakit

Pasien osteoartritis secara umum mengatakan bahwa keluhan – keluhan sudah

berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan – lahan.

1. Nyeri sendi

Keluhan ini adalah keluhan utama pasien. Nyeri bertambah dengan gerakan

dan berkurang dengan istirahat. Terkadang beberapa gerakan dapat

menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat

ditemukan meski osteoartritis masih tergolong dini (secara radiologis).

Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, Pada

penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang

timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan

edema sumsum tulang (Felson, 2008)

2. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan

dengan pertambahan rasa nyeri (Soeroso, 2006)

3. Kaku pagi

Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak

melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu

yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari (Soeroso, 2006)

11
4. Krepitasi

Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini

umum dijumpai pada pasien osteoartritis lutut. Pada awalnya hanya berupa

perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter

yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat

terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006)

5. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya secara perlahan –

lahan membesar.(Setiati dkk, 2014)

2.1.6. Pemeriksaan Fisis

1. Pembengkakan sendi yang asimetris

Pembengkakan sendi timbul karena terjadi efusi pada sendi yang biasanya

tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit.(Setiati dkk, 2014)

2. Tanda-tanda peradangan

Tanda – tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa

hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada osteoartritis

karena adanya sinovitis. Biasanya tanda–tanda ini tidak menonjol dan timbul

pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada

osteoartritis lutut (Soeroso, 2006).

3. Perubahan gaya berjalan

Keadaan ini adalah gejala yang menyusahkan pasien dan ancaman yang besar

untuk kemandirian pasien osteoartritis, terlebih pada pasien lanjut usia.

12
Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat

badan terutama pada osteoartritis lutut.(Setiati dkk, 2006).

2.1.7. Gambaran Radiologi

Gambaran radiologi pada pasien osteoartritis umumnya didiagnosis

menggunakan radiograf yang dapat menunjukkan joint space width (JSW) dan

osteofit. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu menggunakan Magnetic

Resonance Imaging (MRI), Ultrasound (US), dan Optical Coherence Tomography

(OCT). Pemeriksaan ini dapat meningkatkan hasil diagnosis dan manajemen

osteoartritis dalam jaringan.(Braund dan Gold, 2012)

Gambaran radiologi sendi yang dapat mendukung diagnosis osteoartritis ialah:

(Setiati dkk,2014)

1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris.

2. Peningkatan densitas tulang subkondral.

3. Kista tulang.

4. Osteofit pada pinggir sendi.

5. Perubahan struktur anatomi sendi.

Berdasarkan gambaran radiografi tersebut, Kellgren dan Lawrence membagi

osteoartritis menjadi beberapa grade yaitu: (Reijman, 2007)

1. Grade 0: normal.

2. Grade 1: sendi normal, terdapat sedikit osteofit.

13
3. Grade 2: osteofit pada dua tempat dengan sklerosis subkondral, celah sendi

normal, terdapat kista subkondral.

4. Grade 3: osteofit moderat, terdapat deformitas pada garis tulang, terdapat

penyempitan celah sendi.

5. Grade 4: terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat kista

subkondral dan sclerosis.

Gambar 2.3 (Reijman, 2007)

2.1.8. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium pasien osteoartritis darah tepi (hemoglobin,

leukosit, laju endap darah) dalam batas normal. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor

rheumatoid, dan komplemen) juga normal. Pada osteoartritis yang disertai

14
peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai

sedang, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.

(Setiati dkk, 2014)

2.1.9. Pengelolaan

Pengelolaaan osteoartritis berdasarkan atas distribusi dan beratnya.

Pengelolaanya terdiri dari 3 hal yaitu: (Setiati dkk, 2014)

1. Terapi non – farmakologi:

a. Edukasi.

b. Terapi fisik dan rehabilitasi.

c. Penurunan berat badan.

2. Terapi farmakologi:

a. Analgetik oral non – opiat.

b. Analgetik topical.

c. OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid).

d. Steroid intra – articular.

3. Terapi bedah:

a. Osteotomi.

b. Artroplasti sendi total.

c. Arthroscopic debridement dan joint lavage.

15
2.2. Tinjauan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)

Mekanisme NSAID adalah blokade sintesa prostaglandin menghambatan

cyclooxygenase yaitu enzim COX-1 dan COX-2 dengan mengganggu lingkaran

cyclooxygenase. Enzim COX-1 adalah enzim yang terlibat dalam produksi

prostaglandin gastroprotective untuk mendorong aliran darah di gastrik dan

menghasilkan bikarbonat. COX-1 berada secara terus menerus di mukosa gastrik, sel

vaskular endotelial, platelets, renal collecting tubules, sehingga prostaglandin hasil

dari COX-1 juga berpartisipasi dalam hemostasis dan aliran darah di ginjal.

Sebaliknya enzim COX-2 tidak selalu ada di dalam jaringan, tetapi akan cepat

muncul bila dirangsang oleh mediator inflamasi, cedera atau luka setempat, sitokin,

interleukin, interferon dan tumor necrosing factor. Blokade COX-1 (terjadi dengan

NSAID nonspesifik) tidak diharapkan karena mengakibatkan tukak lambung dan

meningkatnya risiko pendarahan karena adanya hambatan agregasi platelet.

Hambatan dari COX-2 spesifik dinilai sesuai dengan kebutuhan karena tidak

memiliki sifat di atas, hanya mempunyai efek antiinflamasi dan analgesik. (Hansen,

2005)

Pasien osteoartritis dapat diberikan OAINS. Pemilihan antara OAINS dan

inhibitor spesifik COX-2 berdasarkan faktor risiko, toksisitas gastrointestinal dan

renal. Bagi pasien osteoartritis dengan gangguan gastrointestinal atas, seperti

pendarahan dan obstruksi, Obat yang digunakan adalah inhibitor spesifik COX-2 atau

OAINS dengan terapi gastroprotektif. Contoh inhibitor spesifik COX-2 adalah

celecoxib. Inhibitor COX-2 dapat menyebabkan toksisitas ginjal, sehingga harus

menjadi perhatian jika digunakan pada pasien dengan kerusakan ginjal ringan hingga

16
sedang serta tidak dapat digunakan untuk pasien dengan kerusakan ginjal parah.

(Felson, 2000)

Penggunaan OAINS nonselektif dimulai dari dosis rendah analgesik dan

dinaikkan hingga dosis total anti inflamasi jika dosis rendah tidak menghilangkan

gejala. OAINS nonselektif memiliki efek terhadap gastrointestinal, yaitu mencegah

agregasi platelet, sehingga meningkatkan risiko pendarahan. (Felson, 2000)

Pada pasien lansia seperti pada umumnya berdasarkan tipe, sifat, dan keparahan

nyeri. Perlu diperhatikan bahwa pada lansia terdapat peningkatan sensitivitas

terhadap kerja obat. Oleh karena itu, setiap pilihan analgetik perlu dimulai dari dosis

kecil dan dinaikkan bertahap sesuai dengan toleransi pasien dan sasaran terapi. Titrasi

dosis sering tidak mengikuti ketentuan umum, karena pada umumnya lansia akan

berespons berbeda dibanding populasi dewasa pada umumnya. Sedapat mungkin,

pilihan analgetik didasari oleh mekanisme terjadinya nyeri. (Jimmy, 2015)


Gambar 2.4 Rekomendasi AHA

Obat Dosis dan Frekuensi Dosis Maksimum

Acetylated salicylates

Aspirin Untuk rasa sakit : 325- 3.600mg


650mg setiap 4 – 6 jam
Untuk inflamasi:
3.600mg/hari dalam dosis
Terbagi

Asam Asetat

Etodolac 800-1200mg/hari 1.200mg


Diklofenak 100-150mg/hari dalam 200mg
dosis terbagi
Indometasin 25mg 2-3 x/hari atau 200mg;
75mg SR 1x/hari 150mg

Ketorolak 10mg setiap 4-6 jam 40mg

Nabumeton 500-1000mg, 1-2x sehari 2000mg

Asam Propionat
Ibuprofen 1.200-3.200mg/hari dalam 3.200mg
3-4 dosis
terbagi
Ketoprofen 150-300mg/hari dalam 3-4 300mg
dosis terbagi
Naproxen 250-500mg 2x/hari 1.500mg

Naproxen sodium 275-550mg 2x/hari 1.375mg

Fenamat

Asam mefenamat 250mg setiap 6 jam 1.500mg

Oxikam
Piroksikam 10-20mg/hari 20mg

Meloksikam 7,5mg sehari 15 mg

Coxib
Celecoxib 100mg 2x/hari atau 200mg
200mg/hari
Valdecoxib 10mg/hari 10mg

Tabel 2.1 Obat Anti Inflamasi Non Steroid yang umum digunakan (Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Dan Klinik, 2006)
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN KERANGKA OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konseptual

Pasien Osteoartritis

Terapi Farmakologi

OAINS

Data klinis pasien

Jenis
Dosis
Rute pemberian
Frekuensi penggunaan
Efek samping obat
Drug Therapy Problems
(DTPs)

20
3.2. Kerangka Operasional
Pasien Osteoartritis di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar

Pasien Osteoartritis dengan kriteria inklusi Pasien Osteoartritis dengan


kriteria eksklusi

Data Pasien: Terapi Obat

Data Umum
Diagnosa utama
Data klinis
Penyakit penyerta
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat obat

Pemindahan Data dan Rekapitulasi

Analisis dan Penyajian Data

21
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan data

retrospektif. Analisis hasil penelitian dilakukan secara deskriptif.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medik RS Wahidin Sudirohusodo

Makassar pada bulan Agustus – Desember 2017.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis Osteoartritis yang

menjalani terapi di Poli Penyakit Dalam RS Wahidin Sudirohusodo Makassar.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis Osteoartritis dengan

kriteria yang dibatasi pada rentan waktu bulan Januari sampai Desember 2016.

22
4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel penelitian diambil dengan teknik total sampling, semua data pasien yang

memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai sampel penelitian.

4.4. Kriteria Inklusi

Pasien dengan diagnosis Osteoartritis yang belum mendapat intervensi bedah

yang menjalani rawat jalan di Poli Penyakit Dalam RS Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

4.5. Kriteria Eksklusi

Pasien dengan diagnosis Osteoartritis yang menjalani rawat inap di RS Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

4.6. Definisi Operasional

Definisi operasional yaitu:

1. Pasien Osteoartritis adalah pasien dengan diagnosis akhir Osteoartritis.

2. Jenis obat adalah, Berbagai macam obat yang diberikan kepada pasien

Osteoartritis ketika menjalani rawat jalan di RS Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

23
3. Dosis adalah jumlah dan aturan pemakaian obat yang diberikan untuk pasien

untuk menghasilkan efek terapi yang diharapkan berdasarkan data yang

diperoleh dari rekam medik .

4. Frekuensi pemberian obat adalah Interval waktu pemberian obat selama 24

jam berdasarkan rekam medik.

5. Data klinik adalah data yang berhubungan dengan tanda klinik pasien

Osteoartritis.

6. Efek samping adalah efek yang tidak dikehendaki disebabkan pemberian obat

pada dosis lazim.

7. Drug Therapy Problem (DTPs) adalah kejadian yang tidak diinginkan tentang

terapi obat yang dapat berpengaruh pada tujuan terapi. (cipolle, 2004)

4.7. Cara Pengumpulan Data

Dari buku registrasi didapatkan sampel penelitian kemudian ditentukan pasien

yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan dan pemindahan data yang diperlukan

dari tiap – tiap sampel ke lembar pengumpulan data yang kemudian dipindahkan ke

tabel induk. Data yang dicatat memuat data pasien meliputi No. Registrasi, nama,

keluhan utama, diagnosa akhir, data klinik, riwayat obat, riwayat penyakit terdahulu,

dan terapi obat yang diterima meliputi jenis obat, dosis, frekuensi pemberian, lama

pemberian serta masalah terkait obat.


4.8. Izin Etis

Penelitian ini dalam pengawasan komisi etik fakultas kedokteran Universitas

Hasanuddin dan diterbitkan surat keterangan etik penelitian.

4.9. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data meliputi:

1. Analisa hasil presentase penggunaan obat meliputi jenis obat yang digunakan,

dosis, rute pemberian, dan frekuensi terapi, data disajikan dalam bentuk

uraian, tabel, dan diagram.

2. Analisa kemungkinan adanya Drug Therapy Problem (DTP) dan efek

samping yang mungkin terjadi.yang disajikan dalam bentuk tabel dan uraian.

3. Tinjauan dari segi ekonomi.


BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Karakteristik Pasien Osteoartritis

Data pasien yang terdiagnosis osteoartritis pada periode Januari – Desember

2016 sebanyak 15 data dengan karakteristik pasien pada table 5.1.

Jenis Kelamin
Usia Jumlah Persentase (%)
Laki - Laki Perempuan
36 - 45 Tahun 1 2 3 20
46 - 55 Tahun 3 1 4 26.67
56 - 65 Tahun 2 2 4 26.67
>65 Tahun 2 2 4 26.67

Tabel 5.1 Karakteristik pasien osteoartritis di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar

LAKI - LAKI
47%
53% PEREMPUAN

Gambar 5.1 Distribusi jenis kelamin pasien osteoarthritis

26
5.1.2. Distribusi Jenis Osteoartritis

Jenis Osteoartritis Jumlah Persentase (%)


OA Hip 7 46.67
OA Genu Dextra 1 6.67
OA Genu Sinistra 1 6.67
OA Genu Bilateral 4 26.67
OA Wrist 1 6.67
OA Shoulder 1 6.67

Tabel 5.2 Distribusi jenis penyakit osteoartritis di RS Wahidin Sudirohusodo


Makassar

5.1.3. Profil OAINS Pasien Osteoartritis

Golongan Obat Nama Obat Jumlah Persentase (%)

Oxicams Meloxicam 11 73.33

Asam Asetat Na Diklofenak 2 13.33

Asam Fenamat Asam Mefenamat 2 13.33

Tabel 5.3 Distribusi Penggunaan OAINS di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar

27
5.2. Analisis Hasil Penelitian

5.2.1. Analisis Penggunaan OAINS

No Nama Obat No. Kasus Dosis Dosis Standar Keterangan


1 Meloxicam 1,2,3 2x15 7.5 - 15 Mg Dosis Lebih
Mg Sehari
4,5,6,8,11,1 2x7.5 Dosis Tepat
2,13,14 Mg
2 Na Diklofenak 7, 9 2x50 100 - 150 Mg Dosis Tepat
Mg Sehari
3 Asam Mefenamat 10, 15 3x500 2 - 3 x 250 - Dosis Tepat
Mg 500 Mg
Sehari

Tabel 5.4 Analisis dosis OAINS

No.
Interaksi Obat Mekanisme
Kasus
1,4 Meloxicam + H2- OAINS dan antagonis H2-reseptor dapat melindungi
Blocker (Ranitidin) lambung mukosa dari efek iritan OAINS
3,4,7, OAINS + Suplemen Secara umum tidak memiliki efek klinis yang
8 (glucosamin, signifikan terhadap penyerapan dari OAINS,
neurodex) namun penundaan penyerapan itu mungkin terjadi
pada
manajemen nyeri akut.

Tabel 5.5 Potensi interaksi obat


5.2.2. Tinjauan Ekonomi

Harga Per Kemasan


Golongan
Nama Obat Kemasan HNA + PPN HET
Obat
(Rp) (Rp)
Oxicams Meloxicam Tablet 15 mg 5x10 70.538 88.173
Tablet
Meloxicam Tablet 7.5 mg 5x10 47.025 58.781
Tablet
Asam Asetat Na Diklofenak Tablet 50 5x10 10.884 13.605
mg Tablet
Asam Asam Mefenamat Tablet 10x10 13.195 16.494
Fenamat 500 mg Tablet

Tabel 5.6 Daftar harga obat menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia.
BAB VI

PEMBAHASAN

Data penelitian menunjukkan jumlah pasien laki – laki lebih banyak dari jumlah

perempuan dengan persentase laki – laki 53% dan perempuan 47%. Prevalensi

osteoartritis menurut American College of Rheumatology 60,5% pada pria dan 70,5%

pada wanita. Perbedaan data penelitian dengan prevalensi menurut American College

of Rheumatology mungkin karena jumlah sampel yang tergolong cukup kecil. Untuk

persentase jumlah penderita pasien terbanyak pada rentan usia 46 – 55 tahun dapat

dilihat pada table 5.1 dimana hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rizky (2015).

Pada table 5.2 menunjukkan distribusi jenis osteoartritis terbanyak adalah

osteoartritis hip sebanyak 46.67%. Untuk pengobatan osteoartritis pada pasien rawat

jalan di RS Wahidin Sudirohusodo umumnya menggunakan obat meloxicam dengan

persentase 73.33%, kemudian natrium diklofenak 13.33% dan asam mefenamat

13.33%. Meloxicam banyak diresepkan karena memiliki efek samping paling

minimal terhadap saluran cerna. Meloxicam bekerja dengan menghambat COX – 1

dan COX – 2 sehingga memiliki efek samping pada gastrointestinal. (Hasibi, 2014)

Pada table 5.4 meloxicam yang diresepkan pada pasien terdapat dosis lebih. Dari

hasil pengujian toksikologi menunjukkan dosis berlebih tidak menyebabkan toksikasi

30
parah, tetapi pada penggunaan yang lama dapat merusak ginjal. (Lehmann dkk.,

1996)

Terdapat potensi interaksi obat pada penelitian ini pada tabel 5.5 yaitu interaksi

obat meloxicam dan ranitidine. Antagonis H2-reseptor (ranitidine) tidak berpengaruh

atau hanya menimbulkan efek ringan dan biasanya secara klinis tidak penting

perubahan pada tingkat serum aspirin dan OAINS. Lebih penting lagi antagonis H2-

reseptor (ranitidine) dapat melindungi mukosa lambung dari efek iritan OAINS.

(Baxter, 2007)

Potensi interaksi obat lainnya yaitu interaksi obat OAINS dengan glucosamin

dan neurodex. Secara umum, tidak memiliki efek klinis yang signifikan terhadap

penyerapan dari OAINS, namun penundaan penyerapan itu mungkin terjadi pada

manajemen nyeri akut. (Baxter, 2007)

Pada tabel 5.6 diketahui bahwa harga OAINS yang sering diresepkan oleh dokter

di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar yang paling tinggi adalah harga Rp 88.173,00

dan yang paling rendah adalah harga Rp 13.605,00 untuk sediaan padat. Walaupun

meloxicam yang paling tinggi diantara natrium diklofenak dan asam mefenamat,

meloxicam paling banyak diresepkan karena mungkin pertimbangan dari manfaat dan

efek samping yang minimal.

31
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan jumlah data pasien osteoartritis

dari periode Januari – Desember 2016 sebanyak 15 data rekam medik dengan

persentase laki – laki 53% dan perempuan 47%. Penggunaan obat terbanyak adalah

golongan oksicam yaitu meloxicam dengan efek samping yang minimal namun harga

yang relatif lebih tinggi dibandingkan natrium diklofenak dan asam mefenamat. Dari

hasil penelitian juga didapatkan Drug Therapy Problem (DTPs) yaitu resep

meloxicam dengan dosis lebih. Dan ditemukan potensi interaksi obat OAINS

terhadap H2 – Blocker, OAINS terhadap suplemen (glucosamin, neurodex).

7.2. Saran

Kerjasama dokter, apoteker, dan tenaga medis sangat diperlukan untuk

meningkatkan pelayanan kepada pasien.sehingga target terapi dapat tercapai.

32
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Lukman Zulkifli. 2015. “ Osteoartritis”. Jurnal Medicinus. Vol. 28, No. 2: 53 –

55.

Baxter, Karen. 2007. “ stockley’s drug interaction”. London : Pharmaceutical press.

Braund H.J. dan Gold G.E. 2012. “Diagnosis of Osteoartritis : Imaging, Bone”. 51(2),

278-288.

Barus Jimmy. 2015. “ Penatalaksanaan Farmakologis Nyeri Pada Lanjut Usia”. CDK-

226. Vol. 42, No. 3.

Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C. 2004. “Drug – related problem and quality

of life in arthritis and low back pain sufferers”. Value in health. 6(1) : 51 – 58.

Felson, D.T. 2008. “Osteoartritis, HARRISON’s Principles of InternalMedicine, 17th

Edition”. 2158-2165. New York: Mc Graw-Hill Companies Inc.

Felson D.T. 2000. “Osteoartritis : New Insight, Part 2 : Treatment Approach, Ann

Intern Med”. 133, 767-737.

Firestein Gary S, Ralph C.Budd, Edward D. Harris, Iain B.McInnes, Shaun Ruddy,

John S.Sergent. 2009. “Kelley’s textbook of rheumatology 8th edition volume

II”. Canada: Saunders Elsevier.

Hansen, K.E, dan Elliot, M.E. 2005. “Pharmacopy, A Pathophysiological Approach”.

Sixth Edition, 1685-1700. Stamford: Appeton & Lange.

33
Hasibi, W.A. 2014. “prevalensi dan distribusi osteoarthritis lutut berdasar

karakteristik sosio – demografi dan faktor resiko di wilayah kerja puskesmas

susut 1 kecamatan susut kabupaten Bangli pada tahun 2014”. Bali : Fakultas

Kedokteran Udayang.

Joern, M., Klaus, S.B. Peer, E. 2010. “The Epidemiology, Etiology, Diagnosis, and

Treatment of Osteoartritis of the Knee, Dtsch Arztebl International”. 107(9), 152

– 162.

Joseph, T. Dipiro, Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gry R. Matzkee, Barbara G.

Wells, L. Michael Polsey (Eds.). 2008. “Pharmacotherapy A Pathophysiologic

Approach. Edisi ke-7”. New York : Mc Graw-Hill.

Lehmann, H.A., Baumeister, M., Lutzen, L., Wiegleb, J. 1996. “ meloxicam : a

toxicology overview, inflammopharmacology”. 4:105 – 123.

Maharani EP. 2007. “Faktor-Faktor Risiko Osteoartritis”. Semarang: Universitas

Diponogoro.

Mankin, H.J., Brandt, K.D. 2001. “Pathogenesis of osteoartritis, Textbook of

Rheumatology, 6th ed”. 1391-1408, Philadelphia: Saunders.

Muchid Abdul. 2006. “Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Arthritis

Rematik”. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik.

Nur, A.S.W. 2009. “Hubungan Obesitas dengan Osteoartritis Lutut pada Lansia di

Kelurahan Puncangsawit Kecamatan Jebres Surakarta”. Surakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas 11 Maret.

34
Pratiwi, Anisa Ika. 2015. ”Diagnosis And Treatment Osteoartritis”. Jurnal J.

Majority. Vol. 4, No. 4: 10 – 14.

Reijman, M., H A P Pols, A P Bergink, J M W Hazes, J N Belo, A M Lievense et al.

2007. “Body mass index associated with onset and progression of osteoartritis of

the knee but not of the hip”. The Rotterdam Study, Ann Rheum Dis.

Setiati Siti, Alwi Idrus, Sudoyo Aru W., Simadibrata Marcellus, Setiyohadi

Bambang, Syam Ari Fahrial. 2014. "Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”. Jilid III,

3197 – 3209. Jakarta: Interna Publishing.

Soeroso, S., Isbagio, H., Kalim, H., Broto, R., Pramudiyo, R. 2006. "Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam”. Jilid II, 1195 – 1201. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.
LAMPIRAN. Data Sampel

DATA PASIEN PENGGUNAAN OBAT


EVALU
TANGGA RIWAY
NO. JENIS ASI
NO.R USI L DIAGNO KELUHA AT
KA KELA SKALA
M A KUNJUN SIS N PENYA
S MIN NYERI
GAN KIT
US (NRS)
SKA
BERA TING
LA
T GI
NYE IM NAMA RU DOS FREKUE
TD BAD BAD KET
RI T OBAT TE IS NSI
AN AN
(NRS
(KG) (M)
)
1 5448 57 L 7/6/2016 oa hip nyeri ada 2-3 - 98 1.65 36. OBESE MELOXICA 0
oral 15 2x1
41 punggung riwayat 00 II M
belakang jatuh
1 bulan, dari
nyeri motor, RANITIDIN oral 150 2x1
terasa saat riwayat
berbaring hipertens
lama i
2 7774 47 L 31/10/2016 oa hip nyeri - 4 - 68 1.68 24. BERESI 0
61 punggung 09 KO
kiri dan
MELOXICA
punggung oral 15 2x1
M
kanan
sejak 1
tahun lalu
3 5029 61 P 7/8/2016 oa genu nyeri lutut hipertens 7 - 75 1.52 32. OBESE MELOXICA 1
oral 15 1x1
52 dextra kanan dan i dan 46 II M
bengkak, dispepsi NEURODEX oral 1x1
nyeri a
tekan fungsion AMLODIPIN oral 10 1x1
al RAMIPIL oral 5 1x1
4 4310 61 P 12/7/2016 oa genu nyeri lutut diabetes 2 120/ 58 1.45 27. OBESE CEFADROXI 0
oral 500 2x1
52 sinistra kiri sejak melitus 80 59 I L
2 bulan tipe 2 MELOXICA
oral 7.5 2x1
dan terasa M
bengkak RANITIDIN oral 20 2x1
NEURODEX oral 2x1
5 7737 42 L 30/9/2016 oa wrist nyeri dan - 120/ 68 1.75 22. NORM MELOXICA
oral 7.5 2x1
72 bengkak 80 20 AL M
dipergela
n gan
tangan
kanan, 2
tahun lalu
6 7555 53 P 27/4/2016 oa nyeri bahu - 130/ 75 1.6 29. OBESE MELOXICA
80 shoulder 3 bulan 85 30 I M oral 7.5 2x1
7 7185 85 P 9/2/2016 oa hip nyeri - 2 - 55 1.45 26. OBESE GLUCOSAMI 0
N oral 500 1x1
38 pinggul 16 I
kiri 1 NA
tahun, DIKLOFENA oral 50 2x1
pasien K
sulit jalan,
nyeri
bertambah
jika NEURODEX oral 1x1
aktivitas,
shalat
duduk
8 7584 42 P 20/5/2016 oa hip nyeri - 3 110/ 54 1.45 25. OBESE NEURODEX oral 1x1 0
08 pinggul 70 68 I
kanan RANITIDIN oral 150 2x1
2 tahun MELOXICA
oral 7.5 2x1
M
9 2348 69 P 8/4/2016 oa genu nyeri lutut - 130/ 58 1.59 22. NORM AMLODIPIN oral 10 1x1
55 bilateral sisi 80 94 AL
medial
saat
digunakan NA
bertumpu, DIKLOFENA oral 50 2x1
kesulitan K
berjalan
jongkok
10 6158 40 P 10/2/2016 oa genu kaki - 93/7 56 1.5 24. BERESI CEFADROXI
L oral 500 2x1
97 bilateral terasa 0 89 KO
sakit, ada ASAM
pusing - MEFENAMA oral 500 3x1
pusing T
FERROUS
500 1x1
SULFATE
11 7640 76 L 4/8/2016 oa genu nyeri bila diabetes 3 110/ 57 1.47 26. OBESE FUROSEMID oral 40 1x1 0
96 bilateral berjalan melitus 70 38 I
hilang tipe 2 RANITIDIN oral 150 2x1
timbul dan MELOXICA
riwayat oral 7.5 2x1
M
prostat
12 7835 55 L 23/12/2016 oa hip jalan hipertens 157/ 86 1.55 35. OBESE VALSARTA
80 1x1
95 pincang i dan 84 80 II N
diabetes MELOXICA
oral 7.5 2x1
melitus 2 M
13 7722 55 L 19/09/2016 oa genu lutut - - 60 1.6 23. BERESI
65 bilateral bengkak 44 KO MELOXICA
oral 7.5 2x1
dan terasa M
nyeri
14 7831 77 L 20/12/2016 oa hip nyeri, - 130/ 58 1.65 21. NORM MELOXICA
oral 7.5 2x2
01 hambatan 90 30 AL M
mobilitas
fisik
NEURODEX oral 1x1
sudah 2
minggu
15 5468 63 L 9/6/2016 oa hip pinggul - 110/ 65 1.58 26. OBESE CIPROFLOX
ACIN oral 500 2x1
62 terasa 78 04 I
ngilu dan RANITIDIN oral 150 3x1
nyeri
ASAM
MEFENAMA oral 500 3x1
T
KE„MEhtTERIAht RISE'F, TEKNOLOGI :DAi .PEIYDIDIKAN TI1YGG1
UhllVEitSITAS HASANUDOIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
RSPTN.UNIVERSITAS.FIASANUDDIN
RSUP Dr. WAHIDIN,SUDIROHUSODO HAKASSAR
KOMITE ETIK PENELlTtAH KESEHATAl'i
Sekretariat'.,Lahtai 3 Gedurig.Laborñtoriurñ.Terpadu

Tanggal: 7 November 2017


Oengan ini Menyatakan bahwa Protoko:1 fiari Dpk.urñen yang Berh.ub ungan Dengan Protokol
berikut ini telah mendapatkan Persetujuan Etik :
No Protokol UH17011912 NoSponsor“.
Protokol

Nii Protokol Tanggal Versi 6November 20t7


Net Versi PSP
Tanggal Versi

Tempat Penelitiari RSUP dr. Waliid:in Sudirohusodo .Makassar

Dokumen Lain

Jenis Review Exeinpted

Expe‹iicéd.. sampni: .lânjuta”n

Fullboard Tafiggal.
Ketua KomisiNama “

n Tanggal
.Komisi: Etik : -dr• Agussalim

Lapor SUSAR. dalam

• Menyerahkan Laporan Kemajuan (priigress reprint) :setiap ñ .bulan untuk penelitia:n resiko tinggi: dan setiap
Penelitian.eesiko reridali
iporan alihJr.sdteJah Penelitian berakhir.
ayimpangan dari.,pr.okol yang disetujui {protocol.deviation / violanon):
ia peraturan yang ditent'ukan..

Optimization.Software:

Anda mungkin juga menyukai