Anda di halaman 1dari 10

177

BAB V

Kesimpulan, Proposisi dan Saran

A. Kesimpulan

Model pendidikan pesantren (tradisional dan modern) yang menjadikan

berdikari / kemandirian (menolong diri sendiri, selp-help, al-I’timadu ala al-

nafs) sebagai ruh yang menggerakkan kehidupan pondok pesantren dan

menjadi learning outcomes (capaian) dari proses pendidikan sehingga alumni

pesantre diharapkan memiliki mental attitude mandiri.

Pesantren sebagai sub system pendidikan nasional bukan sekedar

wadah tempat diselenggarakannya pendidikan, tetapi ia juga sebagai lembaga

penyelenggara pendidikan. Keunikan pendidikan pesantren terletak pada

system pendidikan berasrama terpadu, komprehensif, holistic, dan penuh

totalitas. Integrated karena dalam pendidikan pesantren seluruh komponen

pendidikan yang meliputi sekolah, keluarga, dan masyarakat terpadu menjadi

satu.

Komprehensif karena pesantren mendidik seluruh kualitas diri, baik

kognitif, mental-emosional, moral –spiritual, maupun fisik. Demikian pula,

pendidikan pesantren bersifat total karena seluruh program dan kegiatannya

dirancang untuk pendidikan.

Keunikan lain dari system pendidikan pesantren ialah mental attitude

dan character building yang mendapat prioritas tinggi sehingga mampu

mengungguli system pendidikan lainnya. Sebagai lembaga pendidikan, ia juga


178

mempunyai jiwa dan falsafah hidup yang menjamin pengembangannya

kedepan. Jiwa- jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah

islamiyyah, berjiwa bebas adalah diantara nilai- nilai yang menjiwai

kehidupan pesantren. Kemandirian merupakan keunikan lain yang melekat

pada pesantren. Sejak awal sejarahnya, pesantren dikelola secara mandiri baik

dalam kelembagaan,system, kurikulum,maupun pendanaannya. Ia lahir dari

masyarakat, dikelola oleh masyarakat. Hingga bisa mengantarkan para

lulusannya kepada nilai-nilai luhur kemandirian dan lainnya yang belum tentu

bisa didapat diluar pesantren.

Pendidikan Islam memberikan focus dan porsi yang cukup luas dalam

pengembangan sense of belonging (rasa tanggung jawab). Kewajiban

melaksanakan tugas dan kemandirian peserta didik. Setiap muslim, dalam

pandangan Islam memiliki kewajiban melaksanakan perintah agama dan

mengisi kehidupan dunia sekaligus. Kemandirian dan kebahagiaan dalam

hidupnya.

Menurut pandangan Islam, kebahagiaan dan kesengsaraan hidup

seseorang tergantung pada paradigm hidup dan prilaku. Artinya aqidah yang

benar dan perilaku yang baik akan mendatangkan kebahagaiaan dunia dan

akhirat sekaligus, demikian sebaliknya. Sebuah proses pendidikan selain

bertujuan mencerdaskan kehidupan seseorang dan bangsa adalah juga

merupakan manifestasi pemenuhan fitrah manusia sekaligus sebagai

pengejawantahan ibadah seorang hamba kepada Rabb-Nya. Dalam perspektif


179

filsafat pendidikan Islam, nilai-nilai fitrah tersebut meliputi dimensi esensial,

funsional, dan kultural dari potensi multidimensional manusia.

Rumusan hasil kongres pendidikan Islam sedunia menyatakan bahwa

pendidikan Islam sedunia menyatakan bahwa pendidikan harus ditujukan

untuk menciptakan keseimbangan manusia secara menyeluruh dengan cara

meltih jiwa, akal fikiran, perasaan, dan fisik.

Dengan begitu, pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya seluruh

potensi manusia mencakup spiritual, intelektual,daya khayal, fisik, ilmu

pengetahuan, maupun bahasa, baik secara perorangan ataupun kelompok.

Selain itu, ia juga harus bisa mendorong semua aspek tersebut agar mencapai

kebaikan dan kesempurnaan. Sedangkan tujuan akhir pendidikan adalah

terlaksananya pengabdian yang penuh kepada Allah SWT, baik pada tingkat

individu, komunitas, maupun kemanusiaan dalam arti seluas-luasnya.

Dalam Undang- Undang system Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun

2003 Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa : “ pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan memebentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis,

serta bertanggung jawab…”.

Focus utama penelitian ini adalah tentang bagaimana implementasi

karakter kemandirian di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri.


180

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan

kulitatif dengan metode deskriptif, dimana peneliti menjadi instrument utama.

Tehnik pengumpulan data dilakukan melalui observasi mendalam, studi

dokumentasi dan wawancara.

Penelitian ini menemukan beberapa hal sebagai berikut:

1) Kemandirian merupakan ruh yang menjiwai PM Gontor sekaligus sebagai

education outcomes; kemandirian institusional (pondok) meliputi aspek

pendidikan, aspek finansial, dan aspek politik, sedangkan kemandirian

personal (santri) meliputi kemandirian intelektual (berfikir), kemandirian

behavioral.

2) Pendidikan kemandirian dilakunkan secara seimbang antara pembinaan

pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, mental attitude, dan mental-

spiritual, social, moral dan life skill; 3). Pendidikan kemandirian dilakukan

dengan keteladanan, penciptaan lingkungan (conditioning), pengarahan,

dan pengajaran.

B. Proposisi

1) Kemandirian merupakan ruh yang menjiwai PM Gontor Putri sekaligus

sebagai education outcomes; kemandirian institusional (pondok) meliputi

aspek pendidikan, aspek finansial, dan aspek politik, sedangkan

kemandirian personal (santri) meliputi kemandirian intelektual (berfikir),

kemandirian behavioral.
181

2) Pendidikan kemandirian dilakukan secara seimbang antara pembinaan

pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, mental attitude, dan mental-

spiritual, social, moral dan life skill;

3) Pendidikan kemandirian dilakukan dengan keteladanan, penciptaan

lingkungan (conditioning), pengarahan, dan pengajaran.

4) Alumni Pesantren Putri Pondok Modern Darussalam Gontor yang

harapkan mempunyai jiwa kepemimpinan, menjadi pendukung

perjuangan, generasi utama,mut’allimah, muharrikah dibidangnya, bila

menjadi istri menjadi “Navigator” untuk suaminya, bila menjadi ibu

menjadi “madrasah utama” bagi anak- anaknya.

5) Usia pesantren yang matang (100 tahun), minat masyarakat yang besar

untuk alternative pendidikan dan telah menghasilkan alumni santri yang

sukses, menunjukkan bahwa PM Gontor adalah pesantren Unggul

6) Keberhasilan pendiri pesantren dalam mengubah lingkungan yang rawan

akan kejahatan dan keangkeran, menjadi aman dan religious dapat

menumbuhkan kepercayaan dan dukungan masyarakat kepada pesantren.

7) Lokasi pesantren yang jauh dari kehidupan kota yang ramai dan gaduh,

suasana lingkungan pesantren yang tentram dan damai, dan kualitas

bangunan yang baik dan kokoh menjadikan tempat pembelajaran yang

kondusif.

8) Keteguhan dan komitmen pimpinan pesantren dalam

mengimplementasikan Pancajiwa, dapat menumbuhkan komitmen


182

komunitas pesantren dalam memahaminya sehingga menjadikan perilaku

kehidupan pesantren yang penuh dengan nilai- nilai pesantren.

9) Pembentuk nilai- nilai pesantren bersumber dari nilai- nilai individu para

pendiri pesantren, dapat menjadikan semua komunitas pesantren tunduk

kepada ketentuan para pendiri pesantren termasuk harus tunduk pada nila-

nilai organisasi.

10) Tingkat kedisiplinan dan tingkat komitmen terhadap penerapan nilai- nilai

pesantren sebagai way of life dapat membentuk lulusan pesantren

berkarakter.

11) Konstruksi pendidikan pesantren selama 24 jam secara integrated,

menjadikan anak didik senantiasa mendapat pengawasan, bimbingan, dan

pembinaan, hingga pendidikan pesantren dikatakan unggul karena

metodologinya yang efektif, efisien, dan sistematis.

12) Keberhasilan alumni baik tingkat local, regional,maupun nasional bahkan

internasional memberikan kontribusi terhadap kemajuan pondok

pesantren.

13) Kehidupan pondok yang selalu dinamis, aktivis santri yang penuh dan

program kegiatan yang terencana dapat menimbulkan kehidupan yang

dinamis sehingga melahirkan sikap militansi, sikap militansi akan

menimbulkan etos kerja yang produktif, dan terakhir melahirkan mental

attitude pada pribadi- pribadi santri.

14) Kepemimpinan kiai yang ihlas dan adil dapat menumbuhkan keihlasan

komunitas pesantren dalam mengabdi pada lembaga.


183

15) Rekrutmen santri didasarkan rasio ketersediaan sarana, infrastruktur,

keberadaan guru dapat merealisasikan program pendidikan pesantren yang

efektif dan kondusif.

16) Pengelolaan rotasi kelas berdasarkan pengelompokan prestasi

(echievement grouping) dapat menjadi sarana evaluative bagi

perkembangan akademik santri dan dapat memperbaiki prestasi belajar

santri dan dapat memperbaiki prestasi belajar santri secara individu.

17) Pengelolaan kelas yang berdasarkan rasio santri-ustad yang ideal dapat

meningkatkan kualitas interaksi antara guru dan murid.

18) Perlibatan santri dalam organisasi intra dan pengelolaan kehidupan

organisasi dapat membentuk jiwa kepemimpinan dan menumbuhkan jiwa

entrepreneur santri.

19) System lembaga Badan Wakaf, membentuk pemberlakuan manajemen

kelembagaan pesantren secara modern, yaitu suksesi kepemimpinan secara

periodic.

C. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah disebutkan dan implikasi darinya,

maka dapat disarankan kepada :

1. Pengurus Pesantren Putri Pondok Modern Gontor

Kepada para pengurus dari guru- guru dan santri di Pesantren Putri

Pondok Modern Gontor agar,

a. Memperhatikan dan meningkatkan kinerja struktur organisasi yang

dibangun didalamnya, terutama berhubungan dengan butir-butir


184

pembagian struktur berdasarkan jenis nilai yang mendasarinya,

pembagian kerja, otoritas, spesialisasi pelaksana tugas, orientasi

impersonal, wewewnang, rentang kendali, dan formalisasi. Hal ini

karena terbukti bahwa struktur organisasi yang dibangun berjalan dan

berpengaruh tidak signifikan terhadap efektifitas pesantren.

b. Membangun budaya organisasi yang kuat, terutama terkait dengan

indicator- indicator keberadaan nilai, falsafah, dan tujuan yang

disampaikan dalam bentuk keteladanan moral, penciptaan lingkungan,

dipelajari dalam bentuk pembiasaan dan penugasan, dan diajarkan

dalam kegiatan pengarahan- pengarahan dan pengajaran. Hal ini

karena terbukti bahwa dimensi- dimensi dan indicator- indicator

tersebut menunjukkan pengaruhnya yang signifikan terhadap

efektifitas organisasi pesantren.

c. Meningkatkan kegiatan managemen sumberdaya manusia yang terdiri

dari perencanaan SDM, seleksi, pelatihan dan pengembangan,

penilaian kinerja dan kompenasi yang diberikan. Hal ini karena

terbukti bahwa dimensi- dimensi kegiatan managemen sumberdaya.

2. Pengelola pesantren

Kepada pengelola pesantren di Indonesia untuk menjaga

keberlangsungan hidupnya agara :

a. Mewujudkan struktur organisasi yang tidak berhenti pada bagan yang

ditempelkan digedung- gedung pesantren. Bagan tersebut hendaknya

memiliki makna tentang pembagian struktur organisasi berdasarkan


185

jenis nilai, wewenang yang bersifat interaktif, formalisasi dan rentng

kendali.

b. Memiliki nilai inti falsafah dan tujuan yang senantiasa disosialisasikan,

sehingga menjadi pemahaman bersama untuk berintegrasi dan

beradaptasi. Dengan disiplin, penugasan, pengarahan dan pengajaran.

3. Saran bagi akademisi

Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan

dalam memahami dinamika pesantren, dalam keterbatasan tersebut masih

dimungkinkan untuk membahas berbagai hal tersebut masih

dimungkinkan untuk membahas berbagai hal secara mendalam dan lebih

luas. Berikut saran peneliti :

a. Populasi pada penelitian ini terbatas pada pengurus dari santri dan guru

di PM Gontor Putri, saran bagi peneliti selanjutnya adalah memperluas

cakupan populasi, misalnya dipesantren- pesantren lain yang telah

memiliki managemen yang baik. Peneliti selanjutnya dapat melakukan

penelitian untuk pengurus pesantren selain santri dan guru. Tujuannya

agar mengetahui sejauhmana kinerja selain santri dan guru.

b. PM Gontor adalah salah satu pesantren yang menerapkan praktek-

praktek manageman dalam pengelolaan unit dan lembaganya,

meskipun sebenarnya banyak pengasuh pesantren lain yang

mengimplementasikan tindakan managemen dipesantren yang

dikelola. Oleh karena itu peneliti hanya mengambil pesantren besar

tersebut. Saran bagi peneliti selanjutnya adalah dengan melibatkan


186

pesantren-pesantren yang lain untuk diteliti, dalam rangka menemukan

kesamaan system dalam menjaga keberlangsungan hidup pesantren.

Anda mungkin juga menyukai