Anda di halaman 1dari 1

BAGAIMANA MENGHADAPI SESEORANG DALAM KEADAAN SAKARATUL MAUT ?

Orang yang paling jenius itu adalah orang yang paling banyak mengingat kematian
Kematian merupakan nasehat ataupun juru nasehat yang luar biasa, karena tidak semua manusia dapat dinasehati dengan kata-kata,
rasulullah tidak kurang lima kali sehari mengingatkan kematian, rasulullah bernasehat sholatlah kamu seakan-akan kamu akan berpisah
dengan dunia. Dalam hal ini rasulullah menempatkan kematian sebagai salah satu syarat agar mendapatkan kekhusukkan dalam sholat.
Kenapa kita harus mengingat kematian?
Kematian merupakan pintu akhir kehidupan manusia di dunia dan merupakan penentu kehidupan akhiratnya yang abadi. Dalam kematian
kita mengenal ada dua jenis kematian. Ada orang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah(akhir yang baik) dan ada yang
meninggal dalam keadaan su`ul khotimah(akhir yang buruk). Salah satu ciri orang yang mendapat khusnul khotimah adalah malaikat
menemaninya saat kematian, malaikat berkata janganlah kamu takut, janganlah kamu gentar dan janganlah kamu bersedih, kami
bersamamu. Dalam surat An Naziat digambarkan bagaimana malaikat menyabut nyawa dengan lemah lembut dan dengan sekeraskerasnya.
Sakaratul maut dapat diartikan sebagai keadaan seseorang yang sedang dimabuk kematian. Apa-apa saja yang merupakan hal sunnah yang
dapat dilakukan dalam menghadapi seseorang yang sedang sakaratul maut?
Pertama, dianjurkan bagi seluruh yang hadir atau yang berada di dekat seseorang yang sakaratul maut agar berbaik sangka kepada beliau,
tidak bersuuzhon atau berprasangka buruk, karena apapun yang diucapkan pada waktu tersebut(sakaratul maut-red) diaminkan oleh
malaikat. Oleh karena itulah disunnahkan pada yang hadir untuk berbaik sangka, artinya jangan membaca keburukan-keburukan beliau
tapi kebaikan-kebaikannya.
Kedua, dianjurkan mentalqinkan (mengajarkan kata la ila haa illallah-red), menurut ulama talqin itu tidak diucapkan terus menerus tapi
dengan jeda laa.....ila...ha..illallah..., talqin ini menurut ulama ada dua, membaca laaila haa illallah muhammadurrasulullah atau cukup
laaila haa illallah saja, jumhur ulama mengatakan cukup mengingatkan laa ila ha illallah saja.
Ketiga, dianjurkan untuk membaca surat yasin. Jika dibacakan surat yasin maka kita mengundang malaikat rahmat untuk hadir, maka ini
mengurangi peluang syetan untuk menyesatkan hamba Allah diakhir-akhir kehidupannya. Dengan ini suasana menjadi nyaman dan teduh,
karena itulah dianjurkan untuk membaca yasin.
Keempat, dianjurkan agar menutupkan matanya. Kebanyakan masyarakat berpandangan bahwa mata melihat keatas adalah petanda bahwa
seseorang mendapat su`ul khotimah. Padahal tidak demikian, seseorang ketika nyawanya dicabut matanya akan melihat kearah arwahnya
pergi dan ini bukan merupakan tanda su`ul khotimah.
Kelima, menutup mulutnya atau rongga. Memperbaiki kondisi fisik seseorang yang sudah meninggal bertujuan untuk memberikan
penampilan yang baik bagi si mayit dan menghindari munculnya prasangka-prasangka buruk bagi pelayat yang hadir. Dan inilah hikmahnya
keluarga hadir saat sakaratul maut, agar keluarga dapat memperbaiki kondisinya dan tidak lahir prasangka-prasangka buruk.
Keenam, menghadap kiblat. Ada ulama yg mengatakan bahwa tidak perlu menghadap kiblat, karena ini sulit untuk dilaksanakan di rumah
sakit, dasarnya adalah bahwa seseorang yang dalam keadaan sakit saja tidak wajib menghadap kiblat untuk sholat(sholat merupakan
perkara wajib) apalagi jika perkaranya seorang sakaratul maut. Namun jika berada di rumah dan dihadapkan ke kiblat tidak apa-apa.
Ketujuh, menutup dengan kain seluruh tubuhnya. Oleh karena itulah dinamakan jenazah karena seluruh tubuhnya ditutup.
Dianjurkan menyegerakan jenazah kecuali ada unsur pertimbangan kesehatan atau penyelidikan oleh polisi, namun secara umum
dianjurkan untuk disegerakan. Jika mayat tidak bisa dimandikan bisa digantikan dengan tayamum. Tayamum seperti biasa, muka dan
tangan.
Banyak terjadi di masyarakat kita, ketika orang tua sakit lama dan seorang anak sudah begitu lama merawat dan menunggu ibu atau
ayahnya. Mereka mengatakan kami sudah merelakan ibu/ayah, kalimat ini tidak tepat karena hakikatnya sakit itu memiliki banyak hikmah,
jika seseorang sakit, dan dia bersabar, maka itu dapat menghapus dosa-dosanya, seharusnya dikatakan bu...sabar bu..sabar. Mungkin
ada dosa-dosa yang dia tidak sempat bertobat pada Allah, maka jika dia sabar dengan sakitnya maka kesabaran ini dapat menghapus
dosa-dosanya. Begitu juga orang yang menjaganya, jika dia bersabar, sabar dari bosan dan lelah dalam menjaga si sakit maka Allah juga
akan menghapus dosanya. Orang yang sakit dan orang yang menjaga orang yang sakit kedudukannya sama. Jadi keutamaan bagi si sakit
juga didapatkan bagi yang menjaganya.
Muncul pertanyaan, mana yang lebih baik seseorang meninggal tanpa sebelumnya ada apa-apa (tidak sakit) namun tidak pernah
sholat(banyak dosa) dengan seseorang yang sebelum meninggal sakit dan juga banyak dosa. Secara kasat mata tampak bahwa meninggal
tanpa sakit sebelumnya lebih baik karena tidak merepotkan keluarga yang ditinggalkan namun jika dilihat lebih dalam maka orang yang
meninggal dan sebelumnya sakit memiliki kesempatan untuk menghapus dosa-dosanya dengan kesabarannya dalam ujian sakit yang
diberikan Allah . Jadi, tidak bisa dikatakan sakit itu sesuatu yang merugikan kadangkala sakit itu dapat menghapus dosa-dosa si sakit dan
merupakan peluang bagi yang menjaga untuk berbuat baik pada si sakit.

Anda mungkin juga menyukai