Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN KEDINASAN

A. Landasan Pendidikan Kedinasan

Dalam suatu pelaksanaan pendidikan manapun tentunya memiliki landasan sebagai pedoman dalam
pelaksanaannya, salah satunya yaitu dalam pendidikan kedinasan. Pendidikan kedinasan juga
mempunyai landasan yuridis, yaitu sebagai berikut:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pendidikan Kedinasan.

2. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 160 Tahun 2004 Tentang Kurikulum Pendidikan
Kedinasan dalam Departemen dalam Negeri.

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada bagian kedelapan pasal 29 mengenai pendidikan kedinasan yang berbunyi:

(1) Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau
lembaga pemerintah nondepartemen.

(2) Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan
tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah
non-departemen.

(3) Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.

(4) Ketentuan mengenai pendidikan kedinasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

B. Hakikat Pendidikan Kedinasan

1. Pengertian Pendidikan Kedinasan

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pendidikan
Kedinasan, pengertian pendidikan kedinasan adalah pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh
Kementerian, kementerian lain, atau lembaga pemerintah nonkementerian yang berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai negeri
dan calon pegawai negeri.

Selain itu, menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau
lembaga pemerintah non departemen.

Menurut Sudjana dalam Suryana (2012), pendidikan kedinasan adalah salah satu jenis pendidikan
nonformal. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan yang dilaksanakan dengan tujuan
mempersiapkan dan meningkatkan pelaksanaan tugas kedinasan calon pegawai dan pegawai di
lingkungan instansi pemerintah, baik departemen maupun non departemen.

Dari beberapa pengertian di atas, disimpulkan bahwa pendidikan kedinasan adalah suatu pendidikan
profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen yang
bertujuan untuk mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan pelaksanaan tugas kedinasan bagi
calon pegawai maupun pegawai.
2. Tujuan, Fungsi dan Karakteristik Pendidikan Kedinasan

Tujuan umum pendidikan kedinasan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yakni mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara khususnya
keterampilan yang diperlukan oleh Departeman atau Lembaga pemerintah nondeparetemen yang
bersangkutan.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
mengklasifikasikan pendidikan tinggi dalam dua kategori yakni pendidikan akademik yang diarahkan
pada penguasaan pengetahuan dan pendidikan profesional yang diarahkan pada kesiapan penerapan
keahlian tertentu.

Tujuan khusus pendidikan kedinasan adalah:

a. Meningkatkan kemampuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas
jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan
kebutuhan instansinya.

b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaru dan perekat persatuan dan
kesatuan bangsa.

c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan
pemberdayaan masyarakat.

d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum
dan pengembangan demi terwujudnya kepemerintahan yang baik.

Pendidikan kedinasan yang diselenggarakan Departemen Pekerjaan Umum bekerjasama dengan


perguruan tinggi merupakan pendidikan profesi di bidang infrastruktur pekerjaan umum (jalan,
jembatan, sumber daya air, perumahan dan permukiman). Fungsi pendidikan kedinasan sejalan fungsi
pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mampu melaksanakan
tugas dan fungsi yang dibebankan kepada departemen atau lembaga pemerintah nondepartemennya
untuk memberikan pelayanan publik yang terbaik.

Pendidikan kedinasan pada dasarnya berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau
lembaga pemerintah non departemen.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pendidikan Kedinasan pasal 2,
pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai negeri dan calon
pegawai negeri pada Kementerian, kementerian lain, atau LPNK dalam pelaksanaan tugas di lingkungan
kerjanya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Karakteristik pendidikan kedinasan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2010 tentang
Pendidikan Kedinasan pasal 3 mencakup 3 hal, yaitu sebagai berikut:
a. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan
keterampilan peserta didik dalam bidang keahlian tertentu agar mampu meningkatkan kinerja
pelaksanaan tugas pada Kementerian, kementerian lain, atau LPNK tempat mereka bekerja.

b. Pendidikan kedinasan berorientasi pada kepentingan pelayanan masyarakat dan kebutuhan


profesi tertentu dari Kementerian, kementerian lain atau LPNK.

c. Kemampuan dan keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan standar
kompetensi lulusan pendidikan kedinasan yang disesuaikan dengan standar nasional pendidikan dengan
mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya.

3. Pendidik, Tenaga Kependidikan, dan Peserta Didik Pendidikan Kedinasan

a. Pendidik

Pendidik pada satuan pendidikan kedinasan terdiri atas dosen dan instruktur atau widyaiswara yang
merupakan seseorang yang karena pendidikan dan/atau keahliannya diangkat oleh Kementerian,
kementerian lain, LPNK terkait, dan/atau oleh satuan pendidikan atau penyelenggara pendidikan
kedinasan dengan tugas utama mengajar dan/atau melatih peserta didik pada program pendidikan
kedinasan yang bersangkutan.

b. Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan pada satuan pendidikan kedinasan terdiri atas tenaga peunjang akademik dan
pengelolaan satuan pendidikan. Tenaga penunjang akademik pada pendidikan kedinasan adalah
seseorang yang karena pendidikan dan/atau keahliannya diangkat oleh Kementerian, kementerian lain,
LPNK terkaut, dan/atau oleh satuan pendidikan atau penyelenggara pendidikan kedinasan dengan tugas
utama mengajar dan/atau melatih peserta didik pada program pendidikan kedinasan yang
bersangkutan. Tenaga penunjang akademik sekurang-kurangnya terdiri atas peneliti, pengembang di
bidang pendidikan kedinasan, pustakawan, pranata komputer, laboran, dan teknisi sumber belajar.
pengelola satuan pendidikan terdiri atas pimpinan lembaga, pembantu pimpinan, dan unsure penunjang
pengelolaan satuan pendidikan.

c. Peserta Didik

Syarat bagi peserta didik pendidikan kedinasan yaitu:

1) pegawai negeri dan calon pegawai negeri pada Kementerian, kementerian lain, atau LPNK;

2) memiliki ijazah sarjana (S-1) atau yang setara; dan

3) memenuhi persyaratan penerimaan peserta didik pendidikan kedinasan sebagaimana ditetapkan


oleh penyelenggara pendidikan kedinasan.

Peserta didik pendidikan kedinasan memiliki kewajiban dan hak. Kewajiban peserta didik pendidikan
kedinasan yaitu mematuhi peraturan/ketentuan pada satuan pendidikan; menjaga kewibawaan dan
nama baik penyelenggara pendidikan kedinasan, Kementerian, kementerian lain, atau LPNK terkait, dan
satuan pendidikan kedinasan yang bersangkutan; dan memelihara sarana dan prasarana serta
kebersihan, ketertiban, dan keamanan. Hak peserta didik pendidikan kedinasan yaitu memperoleh biaya
pendidikan kedinasan sesuai dengan keahlian tertentu yang diikutinya; memanfaatkan sarana dan
prasarana pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran; mendapat bimbingan dari pendidik dan
tenaga kependidikan dalam rangka penyelesaian studinya; dan memperoleh layanan informasi
mengenai program pendidikan yang diikutinya serta hasil belajarnya.

C. Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan Kedinasan

Jalur pendidikan kedinasan terdiri dari pendidikan formal dan non formal yang diselenggarakan dengan
sistem terbuka melalui tatap muka. Keberadaan pendidikan tinggi kedinasan diperuntukkan bagi para
pegawai dan calon pegawai negeri yang telah bekerja di lingkungan departemen dan LPND dengan
tujuan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya aparatur sehingga mampu melaksanakan tugas
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di instansinya
masing-masing. Hal ini berbeda dengan pendidikan tinggi umum yang diperuntukkan bagi masyarakat
umum yang belum bekerja, mengarahkan peserta didiknya untuk menguasai pengetahuan yang
menekankan pada aspek kognitif dan afektif.

Jalur pendidikan formal dalam pengertian jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang dalam
pendidikan kedinasan terdiri atas pendidikan menengah, akademi, sekolah tinggi, dan institut. Contoh:

1. Tingkat menengah: Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), Sekolah Pembangunan Pertanian
(SPP) di bawah pemerintah daerah, sebelumya berada di bawah Deparetemen Pertanian. Sekolah
Kehutanan Menengah Atas (SKMA) di bawah pemerintah daerah, sebelumnya di bawah Departemen
Kehutanan.

2. Tingkat Akademi: Akademi Pertanian di bawah Departemen Pertanian, Akademi Kehutanan di


bawah Departemen Kehutanan selanjutnya kedua akademi tersebut menjadi di bawah Pemerintah
Daerah Provinsi, akademi Perhubungan Darat di bawah Departemen Perhubungan, akademi Teknik
Pekerjaan Umum dan Tenaga Departemen PU, Akademi Militer Nasional atau Akademi Angkatan
Bersenjata di bawah Departemen Hankam, Akademi Kepolisian di bawah Kepolisian Negara, dan lain-
lain.

3. Tingkat perguruan tinggi: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) di bawah Departemen
Keuangan, Pendikan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di bawah Kepolisian Negara, Sekolah Tinggi Ilmuy
Administrasi (STIA) di bawah Lembaga Administrasi Negara, Sekolah Tinggi Pemerintahan dalam Negeri
(STPDN) atau Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)yang merupakan penggabungan dari Akademi
Pemerintahan dalam Negeri (APDN) dan Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) di bawah Departemen dalam
Negeri.

Jalur pendidikan nonformal dalam pengertian jalur pendidikan di luar pendidikan formal
diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang dalam pendidikan Kedinasan terdiri dari berbagai
pendidikan dan pelatihan baik struktural maupun teknis dan fungsional. Ada dua jenis pendidikan dan
pelatihan yang ada pada departemen dan lembaga pemerintah nondepartemen yakni:

1. Diklat Prajabatan adalah diklat wajib bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebelum diangkat
sebagai Pegawai Negeri sipil (PNS) yang terdiri dari:

a. Diklat Prajabatan golongan I untuk menjadi PNS golongan I

b. Diklat Prajabatan golongan II untuk menjadi PNS golongan II


c. Diklat Prajabatan golongan III untuk menjadi PNS golongan III

2. Diklat dalam Jabatan terdiri dari:

a. Diklat kepemimpinan, terdiri dari Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) IV, III, II, dan I

b. Diklat fungsional, dimaksudkan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis
dan jenjang jabatan fungsional masing-masing. Jenis dan jenjang diklat fungsional untuk masing-masing
jabatan fungsional ditetapkan oleh Instansi Pembina Jabatan Fungsional yang bersangkutan. Diklat
fungsional di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah yaitu: Diklat Analisis
Kepegawaian, Diklat Analisis Kebutuhan Diklat, diklat Pengelolaan Keuangan daerah, dan lain-lain

c. Diklat teknis, dimaksudkan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas PNS. Jenis dan jenjang Diklat Teknis ditetapkan oleh Instansi Teknis yang
bersangkutan.

D. Penyelenggaraan Pendidikan Kedinasan

Program pendidikan kedinasan hanya menerima peserta didik pegawai negeri dan calon pegawai negeri.
Peserta didik pendidikan kedinasan adalah pegawai negeri dan calon pegawai negeri yang diberi tugas
atau izin oleh Kementerian, kementerian lain, atau lembaga pemerintah non kementerian yang
bersangkutan untuk mengikuti pendidikan kedinasan.

Program pendidikan kedinasan yang merupakan program pendidikan profesi setelah program sarjana (S-
1) atau diploma empat (D-IV) dapat diselenggarakan di dalam dan/atau di luar satuan pendidikan yang
ada pada Kementerian, kementeran lain, atau LPNK terkait baik pada jalur pendidikan formal maupun
pada jalur pendidikan nonformal yang diselenggarakan dengan beban belajar 36 sampai dengan 40
satuan kredit semester setelah program sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dihitung dari beban
belajar kegiatan tatap muka, kegiatan terstruktur, dan kegiatan mandiri yang sebagian beban belajar itu
dapat diperoleh dari hasil penilaian belajar melalui pengalaman atau pengumpulan kredit dari satuan
pendidikan yang lain.

Pendidikan kedinasan pada jalur pendidikan formal diselenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, sedangkan pendidikan kedinasan pada jalur pendidikan nonformal dapat
diselenggarakan dalam bentuk kursus, pendidikan dan pelatihan, atau bentuk lain yang sejenis.

Penjurusan pada pendidikan kedinasan dilaksanakan dalam bentuk program spesialisasi yang ditetapkan
oleh Kementerian, kementerian lain, atau LPNK terkait, sedangkan program studi pada pendidikan
kedinasan dikembangkan dengan memperhatikan tujuan program studi yang akan dicapai, kompetensi
lulusan peserta didik yang diharapkan, kontribusi terhadap pembangunan nasional, kontribusi terhadap
kebutuhan masyarakat, dan keunggulan pendidikan kedinasan tersbeut. Penjurusan dan program studi
pendidikan kedinasan disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.

Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan kedinasan ditetapkan oleh satuan pendidikan
nasional dengan melibatkan asosiasi profesi dengan mengacu pada standar isi dan berlaku secara
nasional. Kurikulumnya dikembangkan oleh satuan pendidikan kedinasan sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian, kementerian lain, atau LPNK. Standar kompetensi lulusan
pendidikan kedinasan dikembangkan oleg satuan pendidikan yang bersangkutan berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan dan dapat diperkaya sesuai dengan kebutuhan. Standar Nasional Pendidikan
digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, dan pembiayaan.

Penyelenggaraan pendidikan kedinasan dilakukan oleh:

1. Badan Pendidikan dan Pelatihan di tingkat pusat

2. Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan di Tingkat Regional dengan wilayah kerja meliputi
beberapa provinsi. Contohnya, di Departemen Dalam Negeri terdapat Unit Pelaksana Teknis ini disebut
dengan istilah Pusat Pendidikan dan Pelatihan Departemen Dalam Negeri Regional atau Pusdiklat
Depdagri Regional sehingga memungkinakan ada beberapa Pusdiklat Depdagri Regional. Seperti di
lingkungan Departemen Dalam Negeri ada empat Pusdiklat Regional, yaitu Pusdiklat Regional
Bukittinggi, Bandung, Yogyakarta, dan Pusdiklat Regional Makassar. Sesuai dengan Kepmendagri No. 29
Tahun 2001 tanggal 20 Juli 2001 Pusdiklat Depdagri Regionalmempunyai tugas melaksanakan
pendidikan dan pelatihan aparatur pusat dan daerah serta anggota DPRD, Provinsi, Kabupaten, dan
Kota.

E. Proses Pendidikan Kedinasan

1. Kurikulum

Kurikulum pendidikan kedinasan mengacu kepada standar kompetensi jabatan. Penyusunan dan
pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pengguna lulusan, penyelengara diklat, peserta,
dan alumni diklat, serta unsur ahli lain. Kurikulum disusun berdasarkan KD pendidikan berbasis ilmu,
seni praktik, dan etika pemerintahan dengan berpedoman pada pola ilmiah pokok ssebagai berikut:

a. Pola ilmiah pokok yang menjadi sandaran dalam penyelenggaraan program dan kegiatan
pendidikanyang berproses pada ilmu yang memancarkan keluasan ilmu, kehandalan praktek, kreativitas
seni, kesempurnaan etika dan keindahan estetikadalam proses pelayanan masyarakat oleh pemerintah

b. Karakteristik pola ilmian dimaksud adalah membangun kepemerintahan yang baik dengan
karakteristik; partisipasi, keadilan yang menjunjung tinggi HAM, transparansi, responsif, menjadi
perantara kepentingan uang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih
luas baik dalam hal kebijakan maupun prosedur, kesempatan yang sama, penggunaan sumber-sumber
daya yang tersedia sebaik mungkin, akuntabel, dan memiliki viisi strategis serta yang terpenting adalah
bebas dari KKN.

c. Pola ilmiah tersebut meliputi:

1) Didang pendidikan

2) Bidang penelitian

3) Bidang pengabdian kepada masyarakat

2. Sistem Pembelajaran

Pada umumnya proses pembelajaran pada pendidikan kedinasan terdiri dari:

a. Pre tes, Proses, dan Post tes


Pembelajaran dalam pendidikan kedinasan selalu diawali dengan pre tes yang biasanya dilaksanakan
secara tertulis dan hasilnya segera dicermati sebelum proses pembelajaran. Pre tes berfungsi:

1) Mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki atau dikuasai peserta didikmengenai bahan ajar
yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran

2) Mengetahui dari mana proses pembelajaran dimulai

3) Menyiapkan peserta didik dalam proses pembelajaran

4) Mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sebagai hasil pembelajaran dengan membandingkan
pre tes dengan post tes.

Proses pembelajaran diupayakan dapat dilaksanakan dalam suasana dan kondisi yang menyenangkat
bagi peserta didik maupun pendidiknya. Pendidikan kedinasan dikatakan efektif jika pada hasilnya
terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya sesuai tujuan pendidikan dan
atau latihan. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah ceramah bervariasi,
pendalaman materi, studi kasus, diskusi, dan penulisan kertas kerja yang didasarkan pada pendekatan
pendidikan andragogi.

Setelah melakukan proses pembelajaran, peserta didik pendidikan kedinasan juga menjalani post tes
untuk menilai keberhasilan pembelajaran.

b. Persyaratan Peserta

Persyaratan peserta pendidikan dan pelatihan jabatan PNS (Keputusan Ketua LAN Nomor
304A/IX/6/4/1995 pasal 13 ayat 1, 2, dan 4) yaitu:

1) Peserta diklat bersifat selektif dan merupakan penugasan dengan memperhatikan rencana
pengembangan karir PNS, dalam jabatan struktural tertentu

2) Persyaratan Umum : memiliki potensi untuk berkembang, dedikasi dan loyalitas terhadap tugas
dan organisasi; berprestasi dalam melaksanakan tugas; sehat jasmani rohani; dan minat tinggi mengikuti
diklat.

3) Penyeleksi adalah Tim seleksi Peserta Diklat (TPSD)instansi atas usul pimpinan unit calon peserta.

c. Jumlah dan Komposisi Peserta

Jumlah peserta didik tiap kelas maksimal 40 orang yang berasal dari Instansi lembaga Penyelenggara
Diklat yang bersangkutan dan Instansi Pusat dan Daerah lainnya yang dikoordinasikan oleh instansi
pembina.

d. Prosedur Seleksi

1) Didasarkan pada tersedianya formasi jabatan struktural sesuai eselon tertentu

2) Pelaksanaan seleksi dengan tiap instansi membentuk Tim Selesi Peserta Diklat Instansi (TSPDI)

3) TSPDI bersama Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat). Instansi


merekomendasikan calon peserta diklat
4) Peserta diklat diprioritaskan bagi yang telah menduduki jabatan struktural sesuai diklat yang akan
dijalani

5) Harus memperhatikan formasi jabatan struktural yang tersedia

6) Penetapan peserta diklat dalam bentuk surat keputusanpenetapan peserta diklat oleh Pembina
Kepegawaian Instansi

7) Pemanggilan peserta diklat untuk mengikuti diklat

e. Mata Pendidikan dan Pelatihan

Kelompok Mata pendidikan dan pelatihan pendidikan kedinasan yaitu:

1) Kelompok Sikap dan Kepribadian atau Perilaku

2) Kelompok Kepemimpinan dan Pemberdayaan Sumber Daya

3) Kelompok Visi dan Misi

4) Kalompok administrasi dan Manajemen

5) Kelompok Penerapan dan aktualisasi

f. Evaluasi

Evaluasi program pendidikan dan pelatihan dilakukan melalui penilaian terhadap peserta didik meliputi
sikap dan penguasaan materi, penyelenggara, dan pendidik (dosen, widyaiswara) dan pasca diklat.

F. Daftar Perguruan Tinggi Kedinasan di Indonesia

Di bawah ini daftar perguruan tinggi kedinasan di Indonesia disusun berdasarkan nama kementerian
atau LPNK yang membawahi.

1. Perguruan Tinggi Kedinasan di bawah Kementerian

a. Kementerian Dalam Negeri

Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), gabungan dari STPDN dan IIP

b. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Sekolah Tinggi Energi dan Mineral (STEM atau Akamigas), Cepu, Blora, Jawa Tengah

c. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

1) Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP), Gandul, Cinere, Kota Depok, Jawa Barat

2) Akademi Imigrasi (AIM)

d. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

1) Akademi Pariwisata Medan

2) Akademi Pariwisata Makasar


3) Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

4) Sekolah Tinggi Pariwisata Bali, Nusa Dua, Kuta, Bali

e. Kementerian Keuangan

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).

1) Kampus STAN Jakarta, Jl. Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya, Tangerang, Kota Tangerang
Selatan.

2) Pusdiklat Bea dan Cukai, Jl. Bojana Tirta III, Rawamangun, Jakarta Timur.

3) Balai Diklat Keuangan Medan, Jl. Diponegoro No.30 A, Medan.

4) Balai Diklat Keuangan Palembang, Jl. Sukabangun II, Sukarami, Palembang.

5) Balai Diklat Keuangan Yogyakarta, Jl. Raya Solo Km.11, Purwomartani, Kalasan, Sleman.

6) Balai Diklat Keuangan Malang, Jl. A. Yani Utara No.200, Malang.

7) Balai Diklat Keuangan Balikpapan, Jl. M.T. Haryono Dalam Nomor 39A RT 84, Balikpapan.

8) Balai Diklat Keuangan Makasar, Jl. A. Yani No.1, Makassar.

9) Balai Diklat Keuangan Cimahi, Jl. Gado Bangkong No.111, Cimahi.

10) Balai Diklat Keuangan Manado, Jl. Bethesda No.18, Manado.

f. Kementerian Kelautan dan Perikanan

1) Sekolah Tinggi Perikanan (STP), Jakarta, DKI Jakarta

2) Akademi Perikanan Bitung (APB), Bitung, Sulawesi Utara

3) Akademi Perikanan Sidoarjo, (APS), Sidoarjo, Jawa Timur

4) Akademi Perikanan Sorong, (APSOR), Sorong, Papua Barat

5) Sekolah Tinggi Perikanan Bogor,(STP Jurluhkan), Bogor, Jawa Barat

6) Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan Serang, (BAPPL Serang), serang, Banten

7) Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Ladong, (SUPM N Ladong), Nanggoe Aceh Darussalam

8) Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Pariaman, (SUPM N Pariaman), Pariaman, Sumatera
Barat

9) Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Tegal, (SUPM N Tegal),Tegal, Jawa Tengah

10) Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Bone, (SUPM N Bone), Bone, Sulawesi selatan

11) Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Kota Agung, (SUPM N Kota Agung), Kota Agung,
Lampung
12) Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Pontianak, (SUPM N Pontianak), Pontianak,
Kalimantan Barat

13) Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Waeheru, (SUPM N Waeheru), Maluku, Ambon

14) Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Sorong, (SUPM N Sorong), Sorong, Papua

g. Kementerian Kesehatan

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor 298/Menkes-
Kesos/SK/IV/2001 tanggal 16 April 2001, maka diadakan reorganisasi institusi-institusi pendidikan
kesehatan di bawah Departemen Kesehatan dan Kesejateraan Sosial (sekarang Kementerian Kesehatan)
menjadi Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan, yang selanjutnya berubah menjadi Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) atau yang biasa disingkat menjadi Poltekkes.

1) Poltekkes Ambon

2) Poltekkes Banda Aceh

3) Poltekkes Bandung

4) Poltekkes Banjarmasin

5) Poltekkes Bengkulu

6) Poltekkes Banten

7) Poltekkes Denpasar, Bali

8) Poltekkes Gorontalo

9) Poltekkes Jakarta I

10) Poltekkes Jakarta II

11) Poltekkes Jakarta III

12) Poltekkes Jambi

13) Poltekkes Kendari

14) Poltekkes Kepulauan Riau

15) Poltekkes Kupang

16) Poltekkes Makassar

17) Poltekkes Malang

18) Poltekkes Mamuju, Sulawesi Barat

19) Poltekkes Manado

20) Poltekkes Mataram


21) Poltekkes Medan

22) Poltekkes Padang, Sumatera Barat

23) Poltekkes Pangkal Pinang, Bangka Belitung

24) Poltekkes Palangkaraya

25) Poltekkes Palembang

26) Poltekkes Palu

27) Poltekkes Papua

28) Poltekkes Papua Barat

29) Poltekkes Pekanbaru

30) Poltekkes Pontianak

31) Poltekkes Samarinda, Kalimantan Timur

32) Poltekkes Semarang

33) Poltekkes Surabaya

34) Poltekkes Surakarta

35) Poltekkes Tanjung Karang

36) Poltekkes Tasikmalaya, Jawa Barat

37) Poltekkes Ternate

38) Poltekkes Yogyakarta

Sebelum terjadi reorganisasi institusi-institusi pendidikan kesehatan di bawah Departemen Kesehatan


dan Kesejateraan Sosial, insitusi-institusi pendidikan kesehatan yang berada di bawah Departemen
Kesehatan dan Kesejateraan Sosial dan yang sebelumnya, antara lain:

1) Akademi Fisioterapi Surakarta, Jawa Tengah

2) Akademi Keperawatan

3) Akademi Teknik Medik

h. Kementerian Komunikasi dan Informatika

Sekolah Tinggi Multi Media (Multi Media Training Centre/MMTC), Yogyakarta

i. Kementerian Perhubungan

1) Sekolah Tinggi Transportasi Darat Bekasi, Jawa Barat

2) Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Marunda, Jakarta, DKI Jakarta


3) Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug, Curug, Jawa Barat

4) Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan Medan, Medan, Sumatera Utara

5) Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan Surabaya, Surabaya, Jawa Timur

6) Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan Makassar, Makassar, Sulawesi Selatan

7) Akademi Perkeretaapian, Madiun, Jawa Timur

8) Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran Tangerang, Banten

9) Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar, Sulawesi Selatan

10) Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Jawa Tengah

j. Kementerian Perindustrian

1) Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT), Bandung, Jawa Barat

2) Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jakarta (STMI), Jakarta, DKI Jakarta

3) Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta (ATK), Yogyakarta, DIY

4) Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta (APP), Jakarta

5) Akademi Teknologi Industri Padang (ATIP), Padang, Sumatera Barat

6) Akademi Teknik Industri Makassar (ATIM), Makassar, Sulawesi Selatan

7) Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan (PTKI), Medan, Sumatera Utara

8) Akademi Kimia Analisis Bogor (AKA), Bogor, Jawa Barat

k. Kementerian Pertahanan

1) Akademi Militer (TNI Angkatan Darat), Magelang, Jawa Tengah

2) Akademi Angkatan Laut (TNI Angkatan Laut), Surabaya, Jawa Timur

3) Akademi Angkatan Udara (TNI Angkatan Udara), Yogyakarta

4) Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (TNI Angkatan Laut), Surabaya, Jawa Timur

5) Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Darat (TNI Angkatan Darat), Malang, Jawa Timur

6) Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN)

7) Universitas Pertahanan Palembang

l. Kementerian Pertanian

1) Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan (STPP Medan), Medan, Sumatera Utara

2) Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang (STPP Magelang), Magelang, Jawa Tengah

3) Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa (STPP Gowa), Makassar, Sulawesi Selatan
4) Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang (STPP Malang), Malang, Jawa Timur

5) Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor (STPP Bogor), Bogor, Jawa Barat

m. Kementerian Sosial

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), Bandung, Jawa Barat

2. Perguruan Tinggi Kedinasan di bawah Lembaga Pemerintah Nonkementerian

a. Badan Intelijen

Sekolah Tinggi Inteljen Negara (STIN), Sentul,Bogor, Jawa Barat

b. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Akademi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (AMKG), Pd. Betung (Bintaro, Tangerang, Banten)

c. Badan Pertanahan Nasional

Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN), Yogyakarta

d. Badan Pusat Statistik

Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS), Jakarta

e. Badan Tenaga Nuklir Nasional

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN), Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta

f. Lembaga Administrasi Negara

Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara - Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN), Bandung, Jawa
Barat

g. Lembaga Sandi Negara Republik Indonesia

Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN), Bogor, Jawa Barat

3. Perguruan Tinggi Kedinasan di bawah Kepolisian Negara Republik Indonesia

Akademi Kepolisian (Akpol), Semarang, Jawa Tengah.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Landasan pendidikan kedinasan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2010 tentang
Pendidikan Kedinasan. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 160 Tahun 2004 Tentang Kurikulum
Pendidikan Kedinasan dalam Departemen dalam Negeri, dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bagian kedelapan pasal 29 mengenai
pendidikan kedinasan

2. Hakikat pendidikan kedinasan:

a. Pendidikan kedinasan adalah suatu pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen
atau lembaga non pemerintah non departemen yang bertujuan untuk mempersiapkan dan
meningkatkan kemampuan pelaksanaan tugas kedinasan bagi calon pegawai maupun pegawai.

b. Tujuan pendidikan kedinasan ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya
adalah mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara khususnya keterampilan yang diperlukan oleh Departeman atau Lembaga pemerintah
nondeparetemen yang bersangkutan, sedangkan tujuan khususnya yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas
jabatan secara profesional

2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaru dan perekat persatuan dan
kesatuan bangsa.

3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman,
dan pemberdayaan masyarakat.

4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan
umum dan pengembangan demi terwujudnya kepemerintahan yang baik.

Fungsi pendidikan kedinasan yaitu meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai negeri dan
calon pegawai negeri pada Kementerian, kementerian lain, atau LPNK dalam pelaksanaan tugas di
lingkungan kerjanya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, sedangkan karakteristik
pendidikan kedinasan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pendidikan
Kedinasan pasal 3 mencakup 3 hal, yaitu sebagai berikut:

1) Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan


keterampilan peserta didik dalam bidang keahlian tertentu

2) Pendidikan kedinasan berorientasi pada kepentingan pelayanan masyarakat dan kebutuhan


profesi tertentu dari Kementerian, kementerian lain atau LPNK.
3) Kemampuan dan keterampilan merupakan standar kompetensi lulusan pendidikan kedinasan
yang disesuaikan dengan standar nasional pendidikan dengan mempertimbangkan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya.

c. Pendidik pada satuan pendidikan kedinasan terdiri atas dosen dan instruktur atau widyaiswara
yang merupakan seseorang yang karena pendidikan dan/atau keahliannya diangkat oleh Kementerian,
kementerian lain, LPNK terkait, dan/atau oleh satuan pendidikan; Tenaga kependidikan pada satuan
pendidikan kedinasan terdiri atas tenaga peunjang akademik dan pengelolaan satuan pendidikan.; dan
peserta didik pendidikan kedinasan yaitu pegawai negeri dan calon pegawai negeri pada Kementerian,
kementerian lain, atau LPNK, memiliki ijazah sarjana (S-1) atau yang setara, dan memenuhi persyaratan
penerimaan peserta didik pendidikan kedinasan sebagaimana ditetapkan oleh penyelenggara
pendidikan kedinasan.

3. Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan Kedinasan:

Jalur pendidikan kedinasan terdiri dari pendidikan formal dan non formal yang diselenggarakan dengan
sistem terbuka melalui tatap muka.

Jalur pendidikan formal dalam pengertian jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang dalam
pendidikan kedinasan terdiri atas pendidikan menengah, akademi, sekolah tinggi, dan institut. Jalur
pendidikan nonformal dalam pengertian jalur pendidikan di luar pendidikan formal diselenggarakan
secara terstruktur dan berjenjang dalam pendidikan Kedinasan terdiri dari berbagai pendidikan dan
pelatihan baik struktural maupun teknis dan fungsional.

Ada dua jenis pendidikan dan pelatihan yang ada pada departemen dan lembaga pemerintah
nondepartemen yakni:

a. Diklat Prajabatan adalah diklat wajib bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebelum diangkat
sebagai Pegawai Negeri sipil (PNS)

b. Diklat dalam Jabatan terdiri dari: Diklat kepemimpinan, Diklat fungsional, dan Diklat teknis

4. Pendidikan kedinasan dapat dilaksanakan dapat diselenggarakan di dalam dan/atau di luar satuan
pendidikan yang ada pada Kementerian, kementeran lain, atau LPNK terkait baik pada jalur pendidikan
formal maupun pada jalur pendidikan nonformal yang diselenggarakan dengan beban belajar 36 sampai
dengan 40 satuan kredit semester setelah program sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV).

Penyelenggaraan pendidikan kedinasan dilakukan oleh:

1. Badan Pendidikan dan Pelatihan di tingkat pusat

2. Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan di Tingkat Regional dengan wilayah kerja meliputi
beberapa provinsi.

5. Proses Pendidikan Kedinasan berupa kurikulum dan sistem pengajaran. Kurikulum pendidikan
kedinasan mengacu kepada standar kompetensi jabatan. Penyusunan dan pengembangan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan pengguna lulusan, penyelengara diklat, peserta, dan alumni diklat, serta
unsur ahli lain. Kurikulum disusun berdasarkan KD pendidikan berbasis ilmu, seni praktik, dan etika
pemerintahan. sistem pengajaran berupa pre tes, proses, dan post tes; persyaratan peserta; jumlah dan
komposisi peserta; prosedur seleksi; mata pendidikan dan pelatihan; dan evaluasi.
6. Perguruan tinggi kedinasan di Indonesia disusun berdasarkan nama kementerian atau LPNK yang
membawahi, yaitu perguruan tinggi kedinasan di bawah kementerian, perguruan tinggi kedinasan di
bawah lembaga pemerintah nonkementerian, dan perguruan tinggi kedinasan di bawah kepolisian
negara republik Indonesia.

B. Saran

1. Sebaiknya para tenaga kependidikan yang berkaitan langsung dalam pelaksanaan pendidikan
kedinasan, dapat lebih memahami landasan pendidikan kedinasan yang ada agar dalam pelaksanaannya
akan lebih mantap dan sungguh-sungguh.

2. Selain mengetahui landasan dalam pendidikan kedinasan, sebaiknya para tenaga pendidik juga
mengetahui hakikat pendidikan kedinasan. Tetapi tidak hanya tenaga pendidik yang berkaitan dengan
pendidikan kedinasan, tenaga pendidik lainnya pun juga sebaiknya mengetahui hakikat pendidikan
kedinasan sebagai tambahan wawasan maupun pengetahuan.

3. Bagi para masyarakat umum, henadknya lebih mengetahui dan memahami jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan kedinasan agar tidak keliru dalam memandang pendidikan kedinasan. Selain itu juga
dapat dijadikan wawasan dan pengetahuan tentang pendidikan kedinasan.

4. Para tenaga pendidik, khususnya yang berkaitan langsung dengan pendidikan kedinasan,
sebaiknya tidak hanya mengerti namun juga memahami penyelenggaraan pelaksanaan pendidikan
kedinasan agar tidak keliru dalam pelaksanaannya sehingga dapat berjalan dengan lancar dengan hasil
yang maksimal.

5. Bagi para tenaga pendidik, peserta, maupun masyarakat umum hendaknya lebih memahami
proses pendidikan kedinasan, agar kelak jika berminat masuk ke pendidikan kedinasan dapat lebih
memahami bagaimana kurikulum dan sistem pengajarannya, termasuk syarat peserta pendidikan
kedinasan.

6. Bagi para masyarakat umum hendaknya lebih mengetahui mana saja yang termasuk pendidikan
kedinasan, agar kelak jika menginginkan untuk masuk ke dalam salah satu pendidikan kedinasan tidak
bingung dalam memilih.

Anda mungkin juga menyukai