TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI Eksklusif
1. Pengertian
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara ibu melalui proses menyusui. Air Susu Ibu (ASI) merupakan rahmat
Allah yang diberikan kepada setiap wanita yang disiapkan untuk calon bayi
pada masa kehamilan. Pada masa kehamilan ibu, hormon tertentu akan
merangsang payudara untuk memperbanyak saluran-saluran air susu dan
kelenjar air susu (Yuliarti, 2010).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta
tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Nirwana, 2014).
Depkes RI (2006) menyebutkan defenisi ASI Eksklusif yaitu
pemberian hanya ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya
kepada bayi mulai usia 0 bulan sampai usia 6 bulan. Air Susu Ibu (ASI)
adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Pemberian ASI Eksklusif
didefenisikan WHO yaitu menyusui dengan ASI selama 6 bulan pertama
kehidupan bayi dan dilanjutkan hingga 2 tahun (WHO, 2009).
7
8
sebagai sumber utama energi, selain itu ASI juga mengadung protein, garam,
mineral serta zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh bayi pada masa
pertumbuhan bayi (Ade, 2014).
Air Susu Ibu (ASI) mengandung bahan larut yang rendah yang terdiri
dari 3,8% lemak, 0,9%, 7% lactosa dan 0,2% bahan-bahan lain. Salah satu
fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-bahan larut melalui
air seni. Zat-zat yang dapat larut seperti sodium, potasium, nitrogen dan
klorida. Dengan demikian bayi tidak membutuhkan banyak air seperti
layaknya anak-anak atau orang dewasa (Yuliarti, 2010).
Perbandingan antara susu formula dengan ASI sangatlah jauh. ASI
mengandung banyak zat serta vitamin yang beraneka ragam yang tidak bisa
dikalahkan oleh susu formula apapun. Karena ASI memiliki kandungan zat
penting yang dibutuhkan bayi, seperti DHA, AA, Omega 6, laktosa, taurin,
lactobasilus, vitamin A, kolostrum, lemak, zat besi, dan lactosim yang
semuanya dalam takanan dan komposisi yang pas bagi bayi. Oleh karena itu,
dapat dikatakan dengan pasti, bahwa ASI lebih unggul dan tak terkalahkan
dengan susu formula apapun.
Adapun kandungan hebat yang ada dalam ASI adalah
a. LPUFAs
ASI mengandung banyak gizi diantaranya adalah LPUFAs (Long
Chain Poyunsaturated Fatty). LPUFAs sangat diperlukan oleh bayi karena
mengandung fungsi untuk penglihatan dan perkembangan psikomotorik
bayi. Di dalam LPUFAs terdapat dua komponen, yaitu asam arakkhidonat,
asam dokosaheksanoat, merupakan komponen dasar kortek dan ARA
(Arachidonic Acid) yang berperan penting dalam proses tumbuh kembang
otak. Menurut studi selama 17 tahun pada tahun 1025 anak yang
mempunyai ASI terdapat peningkatan IQ dan ketrampilan. Hal ini
mengindikasikan bahwa peningkatan kemampuan reflek kognitif
merupakan efek dari LPUFAs pada masa perkembangan saraf bayi.
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan berbeda
perkembangan psikomotoriknya dengan bayi yang tidak ASI eksklusif. Al
9
epitel pigmen retina dan lapisan fotoreseptor. Asupan taurin yang adekuat
dapat menjaga penglihatan si kecil dari gangguan retina. Selain itu, ia juga
berfungsi dalam perkembangan otak dan sistem saraf (Ade, 2014).
g. Lactobacillus
Lactobacillus dalam ASI berfungsi sebagai penghambat
pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E. Coli yang sering
menyebabkan diare pada bayi. Bayi yang lebih banyak mengonsumsi susu
formula akan lebih sering terkena diare karena dalam susu formula hanya
sedikit lactobacillus (Ade, 2014).
h. Mengandung air
Sebagian besar ASI mengandung air. Untuk itu, jika ibu ingin ASI-
nya selalu produktif maka ia harus sering minum air putih (Ade, 2014).
i. ASI mengandung antibodi
Pengertian ASI mengandung antibodi adalah antibodi yang berasal
dari tubuh seorang ibu yang menyusui. Antibodi tersebut akan membantu
bayi menjadi tahan terhadap penyakit, selain itu juga dapat meningkatkan
kekebalan tubuh bayi. Karena ASI memiliki keunggulan kandungan zat
yang optimal. ASI juga mempunyai sistem pembentukan imun atau
kekebalan tubuh yang sangat baik untuk bayi yang membuat bayi jarang
sakit (Ade, 2014).
j. ASI mengandung kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang keluar dari payudara seorang ibu
yang baru saja melahirkan. Kolostrum atau jolong banyak mengandung
imunoglobin IgA yang baik untuk pertahanan tubuh bayi melawan
penyakit. Karena kolostrum yang pertama keluar dari ibu mengandung 1-3
juta leukosit (sel darah putih) dalam 1 ml ASI (Ade, 2014).
Aliyu et al (2016) menyatakan bahwa pemberian kolostrum
memiliki efek yang signifikan untuk kesehatan bayi baru lahir terutama di
negara berkembang seperti Ethopia yang memiliki tingkat kekurangan gizi
yang tinggi, penyakit menular dan kematian balita.
11
B. Posyandu
1. Pengertian Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kegiatan kesehatan dasar yang
diselenggarakan oleh, dari dan untuk masyarakat yang dibantu oleh
petugas kesehatan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana program ini
13
3. Kegiatan posyandu
Pada hakekatnya di posyandu diselenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif atas dasar-dasar dari masyarakat, oleh
masyarakat sebagian besar pelayanan dalam posyandu dilakukan oleh kader
pada waktu-waktu hari buka posyandu, sebulan sekali. Hari buka posyandu
diatur atas dasar kesepakatan antara masyarakat kader dan petugas
disesuaikan menurut kemampuan dan kesempatan yang ada.Apabila
diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan.
a. Lima kegiatan posyandu (pancakrida posyandu).
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Imunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan gizi
b. Tujuh kegiatan posyandu (saptakrida posyandu)
1. Kesehatan ibu dan anak
15
2. Keluarga berencana
3. Imunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulan diare
6. Sanitasi dasar
7. Penyediaan obat esensial
Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga dengan tugas
pelayanan 5 meja (Mubarak, 2012), meliputi:
a. meja 1 adalah meja untuk pendaftaran. Di meja ini kader bertugas
menuliskan nama balita pada KMS yang baru dan lengkap bagi bayi dan
balita yang belum mempunyai KMS.
b. Meja ke 2 adalah penimbangan, di meja ini kader bertugas menimbang
anak dan mencatat beratnya pada secarik kertas yang akan dipindahkan
pada KMS.
c. Meja ke 3 adalah pencatatan. Di meja ini dilakukan pencatatan satu
dengan membubuhkan titik pada titik KMS anak sesuai dengan berat
badan anak pada bulan tersebut seperti tercantum pada kertas.
d. Meja ke 4 adalah menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan
data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada
ibu dari anak yang bersangkutan dan memberikan penyuluhan kepada
setiap ibu dengan mengacu pada data KMS. anaknya atau dari hasil
pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.
e. Meja ke 5 merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya
dilakukan oleh petugas kesehatan. Pelayanan yang diberikan antara lain:
Pelayanan imunisasi, pelayanan keluarga berencana, pengobatan
pemberian pil, vitamin A (Purwati, 2011).
C. Pemantauan Pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran,
dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat
(gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
17
Dari uraian SKDN dapat digabungkan satu sama lain sehingga dapat
memberikan informasi tentang perkembangan kegiatan pemantauan pertumbuhan
anak di posyandu yaitu :
1. Indikator K/S
K/S adalah indikator yang menggambarkan jangkauan atau liputan
program. Indikator ini dihitung dengan cara membandingkan jumlah balita
yang dapat di posyandu dan memiliki KMS dengan jumlah balita yang ada di
wilayah posyandu tersebut dikalikan 100%.
a. 80% ke atas kategori partisipasi baik
b. 60 % - 79,9% kategori masalah partisipasi cukup baik
c. 40% - 59,9% kategori masalah partisipasi kurang
d. Dibawah 40% kategori masalah partisipasi sangat kurang
2. Indikator D/S
D/S adalah indikator yang menggambarkan tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan di posyandu.
Jumlah balita yang ditimbang di Posyandu (% D/S):
a. 80% ke atas kategori partisipasi baik
b. 60 % - 79,9% kategori masalah partisipasi cukup baik
c. 40% - 59,9% kategori masalah partisipasi kurang
d. Dibawah 40% kategori masalah partisipasi sangat kurang
3. Indikator N/D
N/D adalah memberikan gambaran tingkat keberhasilan program dalam
kegiatan UPGK di posyandu. Indikator ini lebih spesifik dibanding dengan
indikator lainnya sehingga dapat digunakan sebagai gambaran dasar gizi balita.
Jumlah balita yang ditimang dan naik berat badan berdasarkan grafik KMS (%
N/D):
Jumlah balita yang ditimang dan naik berat badan berdasarkan grafik KMS (%
N/D):
a. 80% ke atas kategori indikasi pertumbuhan baik
b. 60 % - 79,9% kategori indikasi masalah pertumbuhan cukup
c. 40% - 59,9% kategori indikasi masalah pertumbuhan sedang
21
4. Indikator N/S
N/S adalah memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan
program di posyandu. Indikator ini menunjukkan balita yang ditimbang dan
naik berat badannya.
a. 80% ke atas kategori keberhasilan program baik
b. 60 % - 79,9% kategori keberhasilan program cukup
c. 40% - 59,9% kategori keberhasilan program kurang
d. Dibawah 40% kategori keberhasilan program sangat kurang
D. Teori perilaku
Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat
diamati secara langsung maupun secara tidak langsung. Perilaku dan gejala
perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh
faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Perilaku merupakan hasil
hubungan antara perangsang atau stimulus dan tanggapan atau respon
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah suatu respon
seseorang atau organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Hal yang
penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku.
Beberapa faktor yang merupakan penyebab perilaku menurut
Green dan Kreuter (1991) dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:
a. Faktor pendorong (predisposing factors)
Faktor pendorong adalah merupakan faktor anteseden terhadap
perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Faktor pendorong
yang mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, dan persepsi berkenaan
dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak. Dalam arti umum,
kita dapat mengatakan faktor pendorong sebagai preferensi pribadi yang
22
E. Kerangka Teori
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku kesehatan adalah
suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah
pembentukan dan perubahan perilaku. Green dan Kreuter (1991) menyatakan
bahwa penyebab perilaku ada 3 yaitu faktor pendorong (predisposing factors)
yang mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, dan persepsi berkenaan
23
Faktor Pendorong
- Pengetahuan
- Motivasi
- Sikap
- Karakteristik
Demografi
(pendidikan,
pekerjaan)
Faktor Pendorong
- Ketersediaan sumber
daya kesehatan
- Keterjangkauan
sumber daya Hasil perilaku spesifik
kesehatan individu atau organisasi
- Akses media massa (ASI Eksklusif)
(Posyandu)
- Perioritas dan
kemitraan
pemerintah
Faktor Pendorong
- Petugas kesehatan
- Kader
- Keluarga
- Pemimpin
masyarakat
24
F. Kerangka Konsep
Cakupan Program
(K/S)
Keberhasilan Program
(N/D)
G. Hipotesis
1. Ada hubungan cakupan program (K/S) dengan pemberian ASI
eksklusif di Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun
2017.
2. Ada Hubungan partisipasi masyarakat (D/S) dengan pemberian ASI
eksklusif di Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun
2017.
3. Ada Hubungan keberhasilan program (N/D) dengan pemberian ASI
eksklusif di Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun
2017.