B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Sampel
Penelitian ini menggunkan data sekunder.Data yang dikumpulkan berupa
hasil rekapan bulanan pelaksanaan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Darul
Imarah tahun 2017. Rekapan yang dikumpulkan berjumlah 384 lembar yang yang
didapatkan dari 32 desa. Datanya berupa jumlah seluruh balita, balita yang
memiliki KMS, balita yang ditimbang, balita yang naik berat badan dan balita
31
32
yang mendapatkan ASI eksklusif.. Berikut ini penyajian distribusi jenis kelamin
sampel penelitian
Tabel 5
Distribusi jenis kelamin sampel penelitian periode Januari – Desember 2017
rata balita laki-laki periode Januari s/d Desember sebesar 8 (50%) dan perempuan
8 (50%). Presentase balita laki-laki tertinggi di desa Ulee Lueng 75% dan yang
terendah di desa Lamsidaya 30%. Sedangkan balita perempuan tertinggi di desa
Lamsidaya sebesar 70% dan terendah di desa Ulee Lueng 25%.
Tabel 6
Distribusi SKDN dan ASI Eksklusif Puskesmas Darul Imarah
Periode Januari – Desember 2017
Tabel 7
Capaian SKDN dan ASI Eksklusif Puskesmas Darul Imarah
Periode Januari – Desember 2017
1. Analisa Bivariat
a. Hubungan Cakupan Program (K/S) dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil cakupan program (K/S) Puskesmas menunjukkan 100%. Artinya
desa tersebut berhasil dalam cakupan program. Namun dalam hal ASI eksklusif
tidak berhasil. Ini dibuktikan dengan presentase pemberian ASI eksklusif 46,9%
berbanding 54,1%. Hasil tidak bisa dihubungkan kedua variabel penelitian karena
hanya satu kategori. Sedangkan untuk pengujian uji Chi Square harus tabel 2x2.
35
Tabel 8
Hubungan Cakupan Program (K/S) dengan Pemberian ASI Eksklusif
Puskesmas Darul Imarah Periode Januari – Desember 2017
Tabel 9
Hubungan Partisipasi Masyarakat (D/S) dengan Pemberian ASI Eksklusif
Puskesmas Darul Imarah Periode Januari – Desember 2017
2. Pembahasan Hasil
Posyandu adalah kegiatan kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan
oleh, dari dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu
wilayah kerja Puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun,
balai kelurahan maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh
masyarakat (Purwati, 2011). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa 100% semua
balita memiliki kartu menuju sehat (KMS). Artinya cakupan program yang
ditetapkan pemerintah sudah terlaksana. Hasil penelitian ini tidak searah dengan
penelitian yang dilakukan Febri (2017) yang menyatakan bahwa hanya 30,5%
balita memiliki KMS.
Variabel partisipasi masyarakat dan keberhasilan program tidak
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Darul
Imarah tahun 2017. Artinya kegiatan posyandu tidak memberi dampak langsung
terhadap keberhasilan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah
tahun 2017. Ida (2012) menyatakan bahwa faktor pendukung keberhasilan ASI
eksklusif di Kecamatan Kemiri adalah dukungan suami, sarana dan tenaga
kesehatan dan keluarga (ibu dan mertua). Hal serupa juga disampaikan Nasution,
dkk (2014), dukungan suami berhubungan bermakna dengan pemberian ASI
eksklusif (p=0,000).
37
Selain faktor dukungan suami dan mertua, faktor pengetahuan dan sikap
ibu juga mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif. Widiyanto, dkk (2012)
menyimpulkan dalam penelitiannya ada hubungan bermakna antara pengetahuan,
pendidikan dan pengetahuan ibu dengan sikap pemberian ASI. penelitian Aisha et
al (2016) di RS Tentara Rawalpindi Pakistan menyatakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan ibu, sikap ibu dan praktek pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir. Pengetahuan menyusui yang baik akan
mendorong ibu untuk menyusui dibandingkan dengan ibu yang memiliki sedikit
informasi tentang menyusui.
Penelitian yang dilakukan oleh Astuti dkk (2015) di RS. Panembahan
Senopati Bantul, Yogyakarta bahwa adanya hubungan yang kuat (r = 0,632)
antara pengetahuan ibu nifas dengan motivasi pemberian kolostrum. Hal serupa
juga disimpulkan dalam penelitian Papona dkk (2013) di Puskesmas Ulu
Kabupaten Kepulauan Sitaro bahwa adanya korelasi antara pengetahuan dan sikap
ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi.
Bayi yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif berpeluang 2 kali lebih
besar mengalami perkembangan psikomotorik di bawah standar (Al Rahmad,
2016). Pemberian ASI eksklusif akan meningkatkan status gizi balita ,dimana ibu
yang memberikan ASI Eksklusif akan semakin baik status gizi balitanya dari pada
ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada balita yang berusia 6 – 24 bulan
(Giri, dkk 2013).