Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN INDIVIDU

SKRINING KADAR ASAM URAT (SEKAR) YANG


MERUPAKAN FAKTOR RISIKO NYERI SENDI

Satgas KKN-PK Dr. Takdir Tahir, S.Kep., Ns., M.Kes


Supervisor dr. Yunialthy Dwia Pertiwi, PhD
Dosen PA Dr. Elly L. Sjattar, S.Kp., M.Kes
Dekan Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes
Mahasiswa : Nurul Fitrianti

KULIAH KERJA NYATA PROFESI KESEHATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
SKRINING KADAR ASAM URAT (SEKAR) YANG
MERUPAKAN FAKTOR RISIKO NYERI SENDI

Takdir Tahir1, Yunialthy Dwia Pertiwi 2, Elly L. Sjattar 3, Ariyanti Saleh4, Nurul
Fitrianti5

1
Dosen Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan,
Universitas Hasanuddin
2
Dosen Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Hasanuddin, Indonesia
3
Dosen Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan,
Universitas Hasanuddin, Indonesia
4
Dekan Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin, Indonesia
5
Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin, Indonesia

1
takdirtahir@unhas.ac.id, 2dwiapertiwi@gmail.com, 3ellylilianty@unhas.ac.id,
4
ariyanti.saleh@gmail.com, 5nurulfitrianti16@gmail.com

Abstract
Latar Belakang: Penyakit sendi seringkali di sebabkan oleh karena kadar
asam urat yang tinggi dalam darah. Adanya pelaksanaan skrining kadar asam urat
dapat menilai masyarakat Desa Tompo Bulu yang memiliki kadar asam urat dalam
darah tinggi yang merupakan faktor risiko dari terjadinya nyeri sendi. Tujuan:
Menilai kadar asam urat dalam darah untuk mengetahui adanya faktor risiko dari
terjadinya nyeri sendi. Metode: Skrining dilakukan dengan alat pengukur kadar
asam urat dan hasilnya dicatat kemudian diolah datanya. Hasil: Peserta pada
program kerja ini sebanyak 44 warga Desa Tompo Bulu kelompok usia 14-24
sampai dengan kelompok usia diatas 75 tahun yang terdiri atas 12 warga laki-laki
dan 14 warga perempuan dengan usia bervariasi antara 7-12 tahun. Perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu upaya preventif (pencegahan
terhadap suatu penyakit atau masalah kesehatan) dan promotif (peningkatan
derajat kesehatan) pada seseorang Setelah dilakukan edukasi, siswa mengalami
tingkatan pengetahuan dibuktikan dengan menjawab pertanyaan terkait PHBS
dengan tepat dan mampu mempraktikkan secara langsung CTPS. Simpulan:
Skrining yang dilakukan dengan baik dan benar dapat menilai prevalensi tertinggi
kadar asam urat dalam darah baik secara umum maupun klasifikatif terhadap
kelompok umur dan jenis kelamin warga Desa Tompo Bulu.

Kata Kunci: PHBS, CTPS, Protokol Kesehatan, Anak Usia Sekolah Dasar.
1. PENDAHULUAN

Penyakit sendi adalah gangguan nyeri pada persendian yang disertai


kekakuan, merah, dan pembengkakan yang bukan disebabkan karena
benturan/kecelakaan. Penyakit sendi yang dimaksud termasuk osteoarthritis, nyeri
akibat asam urat yang tinggi/ hiperurisemia akut maupun kronis, dan rheumatoid
artritis.
Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk
umur≥ 15 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 7,3 %. Sedangkan, Provinsi
Sulawesi Selatan sebanyak 6,39% dari 34.958 masyarakat yang tertimbang.
Kabupaten Bone menempati peringkat ke-4 tertinggi dari kabupaten/kota yang
berada di Provinsi Sulawesi Selatan, sebanyak 8,12 % dari 3.007 masyarakat yang
tertimbang. Angka prevalensi semakin meningkat mulai dari kelompok umur 45-
54 tahun sampai 65-74 tahun.
Berdasarkan observasi lapangan, masyarakat di desa Tompo Bulu banyak
yang mengalami masalah sendi akibat dari tingginya kadar asam urat dalam darah.
Hal ini menjadi masalah yang penting dimana masyarakat dari Desa Tompo Bulu
mayoritas memiliki mata pencaharian berternak dan berkebun yang membutuhkan
pergerakan sendi yang cukup berat.
Oleh karena itu, dengan adanya program kerja ini, diharapkan dapat
membantu dengan cara menilai masyarakat Desa Tompo Bulu yang memiliki
kadar asam urat dalam darah tinggi yang merupakan faktor risiko dari terjadinya
nyeri sendi.

2. BAHAN DAN METODE

Program kerja ini diselenggarakan pada tanggal 5 Agustus 2022 di Kantor


Desa, Desa Tompo Bulu. Alat dan bahan yang digunakan pada program kerja ini
yaitu, alat ukur kadar asam urat, lancet, kapas alkohol, strip asam urat, dan kartu
pasien serta alat tulis untuk pencatatan. Program kerja ini dirangkaikan dengan
pemeriksaan kesehatan lainnya yang merupakan program kerja kelompok. Setelah
dilakukan pemeriksaan dan pencatatan kadar asam urat dalam darah, dilakukan
edukasi singkat kepada masyarakat terkait hasil dari pemeriksaan untuk menjaga
kadar asam urat agar tetap dalam batas normal.
Setelah selesai pelaksanaan program kerja ini, data yang didapatkan diolah
untuk menilai prevalensi secara umum dan prevalensi berdasarkan kelompok
umur serta jenis kelamin kadar asam urat tinggi dalam darah masyarakat Desa
Tompo Bulu.
Program ini dihadiri oleh 44 masyarakat dari kelompok populasi yang
bersedia utnuk diperiksa di kantor Desa Tompo Bulu. Sampel pada penelitian ini
merupakan masyarakat dari kelompok umur 14-75 tahun.

3. HASIL
USIA ASAM URAT
NO NAMA DUSUN
(TAHUN) (mg/dl)
1 Hae 72 Patanangka 11,1
2 Nasma 40 Patanangka 7,3
3 Suharni 50 Patanangka 5
4 Nur Hayati 40 Patanangka 6,9
5 Jafar 80 Patanangka 8,9
6 H. Sukaeni 50 Patanangka 4,2
7 Hasni 40 Patanangka 3,3
8 Hj. Kasmi 45 Patanangka 3,4
9 Hani 55 Patanangka 5,4
10 Hj. Fatma 50 Patanangka 4,6
11 Suriani 40 Patanangka 5
12 Hame 61 Patanangka 4,2
13 Hj. Rosmiati 50 Patanangka 4,2
14 Rawang 55 Patanangka 6,4
15 Irmayanti 39 Patanangka 5,4
16 Melani 14 Patanangka 7,7
17 Hj. Umming 65 Patanangka 7,7
18 Rini 21 Patanangka 4,6
19 Rasina 65 Patanangka LO
20 Sumiati 42 Patanangka 5,6
21 Jumana 59 Patanangka 5,4
22 Ahmadi 34 Patanangka 4,6
23 Saguni 67 Patanangka 7
24 Harlina 34 Patanangka 5,5
25 Bahar 60 Patanangka 8
26 Hj. Asse 65 Patanangka 5,6
27 Nada 22 Patanangka 6,3
28 Dahlia 47 Patanangka 6,8
29 Herni 42 Patanangka 5,4
30 Uni Kartika 28 Patanangka 5
31 Feri 22 Patanangka 6,8
32 Hawaria 48 Patanangka 8,8
33 Hj. Cahok 82 Patanangka 12,7
34 Norma 50 Patanangka 3,9
35 Mariani 46 Makkanie 7,3
36 Ana 37 Makkanie 4,2
37 Suri 29 Makkanie 3,4
38 Firman 33 Makkanie 5,2
39 Rita 19 T.Lempang 7,2
40 Riris 22 T.Lempang 6,3
41 Sahir 41 Camming LO
42 Ardi 47 Baringeng 9,7
43 Muhammad Iqbal 26 Patanangka 8
44 Sri Wahyu Meilani 27 Patanangka 5,6
Tabel 1.Karakteristik Objek

Berdasarkan tabel 1, prevalensi tingginya kadar asam urat dalam darah di Desa
Tompo Bulu yaitu 15,9% dari total 44 warga yang mengikuti pemeriksaan
kesehatan.

ASAM URAT N TERTIMBANG


NO KELOMPOK UMUR
TINGGI
1 <24 0% 6
2 25-34 14,3% 7
3 35-44 0% 9
4 45-54 20% 10
5 55-64 20% 5
6 65-74 20% 5
7 75+ 100% 2
Tabel 2. Prevalensi kadar asam urat tinggi berdasarkan kelompok umur

Berdasarkan tabel 2, prevalensi kadar asam urat dalam darah tertinggi di Desa
Tompo Bulu pada kelompok umur 75 tahun keatas.

NO JENIS KELAMIN ASAM URAT TINGGI N TERTIMBANG


1 LAKI-LAKI 41,6% 12
2 PEREMPUAN 6,25% 32
Tabel 3. Prevalensi kadar asam urat tinggi berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan tabel 3, prevalensi kadar asam urat dalam darah tertinggi di Desa
Tompo Bulu berjenis kelamin

4. PEMBAHASAN
Penyakit sendi digambarkan sebagai gangguan nyeri yang terjadi pada
persendian, biasanya disertai kekakuan, merah, dan pembengkakan yang bukan
disebabkan karena trauma. Adapun contoh penyakit sendi yang biasa terjadi yaitu
osteoarthritis, gout artritis ,hiperurisemia akut maupun kronis, dan rheumatoid
artritis. Penyakit sendi sering dikaitkan dengan tingginya kadar asam urat dalam
darah. Perilaku tersebut diharapkan dapat diterapkan pada semua golongan
masyarakat termasuk anak usia sekolah. Banyak faktor yang mempengaruhi
perilaku hidup bersih dan sehat seperti lingkungan, kebiasaan di
rumah,masyarakat, sekolah, guru yang kurang memberikan contoh teladan atau
memperagakan dan anak itu sendiri [3]. Seperti yang terjadi di SDI 196 Bontoloe,
perilaku hidup bersih dan sehat belum menjadi sebuah kebiasaan yang diterapkan.
Hal ini terlihat dari sarana untuk melaksanakan salah satu indikator PHBS, yaitu
mencuci tangan yang telah disediakan namun belum dimanfaatkan secara optimal.
PHBS di lingkungan sekolah mempunyai delapan indikator, yaitu mencuci
tangan menggunakan air mengalir dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan
sehat di kantin sekolah, menggunakan fasilitas jamban bersih dan sehat,
melaksanakan olahraga secara teratur, memberantas jentik nyamuk di sekolah,
tidak merokok di lingkungan sekolah, mengukur berat badan dan tinggi badan,
serta membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Banyak data yang
menampilkan bahwa sebagian besar penyakit yang sering diderita anak usia
sekolah (usia 6–12 tahun) ternyata berkaitan dengan PHBS [4]. Selain itu, masih
kurangnya pelaksanaan PHBS di lingkungan sekolah dapat menyebabkan dampak
lain,yaitu kurang nyamannya suasana belajar akibat lingkungan kelas yang kotor,
menurunnya prestasi dan semangat belajar [5]. Praktik kebersihan tangan yang
efektif dan tepat untuk anak sekolah penting dalam mencegah kejadian penyakit
infeksi gastro-intestinal dan pernapasan yang menular [6].
Setelah dilakukan pengkajian pemahaman awal tentang PHBS dan CTPS
melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka menunjukkan bahwa secara umum
responden belum mengetahui mengenai PHBS dan praktik CTPS yang baik dan
benar. Namun ada beberapa responden yang sudah mengetahui apa itu cuci tangan
namun tidak mengetahui praktik 6 langkah CTPS yang baik dan benar.
Berdasarkan hal tersebut kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
anak usia Sekolah Dasar.
Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan salah satu
indikator PHBS yang sangat penting dan ada di setiap tatanan. Terlebih lagi di
masa Pandemi COVID-19 yang terjadi sekarang. Rajin mencuci tangan juga
termasuk dalam salah satu protokol kesehatan yang utama dalam mencegah
penularan virus COVID-19. Kebersihan tangan merupakan faktor kunci dalam
mengurangi mikroorganisme yang berpotensi menyebabkan penyakit [7]. Hal ini
juga sejalan dengan sebuah penelitian yang dilakukan di Taiwan yang
menyebutkan bahwa langkah-langkah pengendalian infeksi, termasuk memakai
masker, menjaga kebersihan tangan, dan menjaga jarak sosial, dapat berkontribusi
tidak hanya pada pencegahan COVID-19 tetapi juga pada penurunan insiden
infeksi virus dan pneumonia lainnya [8]. Namun tingkat kesadaran masyarakat
untuk cuci tangan pakai sabun masih sangat minim.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi kepada
anak usia Sekolah Dasar. Edukasi yang dilakukan menggabungkan beberapa
metode dan media. Pemberian penjelasan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami dan penggunaan media poster merupakan salah satu metode yang
efektif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang mendapatkan bahwa terdapat
perbedaan pengetahuan siswa pada saat sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan dengan media poster berupa peningkatan pengetahuan siswa (p=
0,0000) [9]. Selain itu juga dijelaskan mengenai langkah-langkah mencuci tangan
yang baik dan benar menggunakan media audio lalu dibuat sebuah video. Evaluasi
yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan program ini adalah dengan metode
Teach Me Back dan Show Me How di mana hasilnya adalah siswa menunjukkan
peningkatan pemahaman tentang PHBS dan CTPS yang dibuktikan ketika siswa
mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan dan mampu
mempraktikkan kembali langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar.
Gambar 2. Media Poster PHBS dan CTPS

5. SIMPULAN

Melalui program kerja ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan berbagai


metode dan media edukasi PHBS dan CTPS yang baik dan benar serta
penyuluhan secara langsung yang diberikan cukup efektif dan efisien dalam
meningkatkan pengetahuan siswa mengenai PHBS dan Praktik CTPS yang baik
dan benar pada anak usia Sekolah Dasar di SDI 196 Bontoloe, Desa Palajau,
Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto. Semoga melalui edukasi ini
kesadaran untuk selalu menjaga kebersihan juga semakin meningkat agar mampu
mencegah penularan penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

[1]. Atin Karjatin. Gerakan PHBS Sebagai Langkah Awal Menuju Peningkatan Kualitas
Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. p. 6–8.
[2]. Nursalam. Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Lingkungan Sekolah.
J Ilm Potensia. 2016;3(2).
[3]. Nasiatin T, Pertiwi WE, Setyowati DL, Palutturi S. The roles of health-promoting media in
the clean and healthy living behavior of elementary school students. Gac Sanit. 2021;35.
[4]. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta; 2011. 4 p.
[5]. Lina HP. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Siswa Di Sdn 42 Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Padang. J PROMKES. 2017;4(1):92.
[6]. Mbakaya BC, Lee PH, Lee RLT. Hand hygiene intervention strategies to reduce diarrhoea
and respiratory infections among schoolchildren in developing countries: A systematic
review. Int J Environ Res Public Health. 2017;14(4):1–14.
[7]. Mph LDM, Robbins G, Quinn J, Arbogast JW. The Impact of COVID-19 pandemic on
Hand Hygiene Performance in Hospitals. Am J Infect Control. 2020;49.
[8]. Chiu NC, Chi H, Tai YL, Peng CC, Tseng CY, Chen CC, et al. Impact of wearing masks,
hand hygiene, and social distancing on influenza, enterovirus, and all-cause pneumonia
during the coronavirus pandemic: Retrospective national epidemiological surveillance
study. J Med Internet Res. 2020;22(8).
[9]. Jumilah J, Jauhari AH, Ridha A. EFEKTIFITAS MEDIA POSTER TERHADAP
PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI (Studi pada siswa-
siswi kelas V SD Negeri di Kelurahan Saigon). JUMANTIK (Jurnal Mhs dan Peneliti
Kesehatan). 2017;1(02).

Anda mungkin juga menyukai