Anda di halaman 1dari 41

C.

RANGKUMAN ASKEP IBU BERSALIN DENGAN INDUKSI


A. PENGERTIAN
Induksi Persalinan adalah dimulainya kontraksi persalinan sebelum awitan spontannya
untuk tujuan mempercepat kelahiran.
Induksi dapat diindikasikan untuk berbagai alasan medis dan kebidanan, termasuk
hipertensi aibat kehamilan, diabetes melitus dan masalah medis maternal lain, kehamilan
pascapartum, bahaya janin yang dicurigai (misalnya : pertumbuhan janin terhambat), faktor-
faktor logistik, jarak dari rumah sakit, dan kematian janin). Dalam kondisi-kondisi tersebut,
kelahiran anak tidak terlalu berisiko untuk bayi baru lahir atau janin daripada jika kehamilan
dilanjutkan (Dunn, 1990).
Baik metode kimia maupun mekanis digunakan untuk menginduksi persalinan. Oksitosin
intravena dan amniotomi ialah me tode yang paling umum digunakan. di Amerika Serikat.
Metode lain yang jarang digunakan antara lain stimulasi puting susu, minum castor oil, enema
dengan air sabun, stripping membran dan akupuntur (Tal, dkk., 1988: ACOG, 1991).
Angka keberhasilan lebih tinggi bila serviks dapat diinduksi. Sistem penilaian seperti Nilai
Bishop, dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan untuk diinduksi. Misalnya, nilai
sembilan atau lebih pada skala nilai 13 menandakan serviks lunak, anterior mendatar 50% dan
berdilatasi 2 cm atau lebih; bagian presentasi telah masuk. Induksi persalinan akan lebih berhasi
jika nilai Bishop adalah lima atau lebih untuk multipara dan sembilan atau lebih untuk nulipara.

B. ETIOLOGI
Induksi persalinan dilakukan disebabkan Kehamilannya sudah memasuki tanggal
perkiraan lahir bahkan lebih dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan
yang melebihi waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan lewat
waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin
mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah
menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan:
a. Pertumbuhan janin makin melambat
b. Terjadi perubahan metabolisme janin
c. Air ketuban berkurang dan makin kental
d. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia
Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan
dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi,
posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. Pada kehamilan lewat waktu
perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga hasil akhir menuju well born baby
dan well health mother dapat tercapai.
Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu terkena infeksi serius,
atau menderita diabetes. Wanita diabetik yang hamil memiliki resiko mengalami komplikasi.
Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan
selama masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi diabetik sebelumnya. Meliputi:
a. Aborsi spontan(berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk pada saat
konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan).
b. Hipertensi akibat kehamilan, mengkibatkan terjadinya preeklamsi dan
eklamsi. Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi
setelah minggu ke-20 pada wanita yang memiliki tekanan darah normal. Preeklamsia
merupakan suatu penyakit vasospastik, yang ditandai dengan hemokosentrasi, hipertensi, dan
proteinuria. Tanda dan gejala dari preeklamsi ini timbul saat masa kehamilan dan hilang
dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Kira-kira 85% preeklamsia ini terjadi pada
kehamilan yang pertama. Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan pembuluh
darah otak, gangguan penglihatan (skotoma), perubahan kesadaran mental dan tingkat
kesadaran. Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan
gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat terjadi tanpa didahului ganguan neurologis.
c. Infeksi, terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius; infeksi ini bersifat
serius karena dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin dan ketoasidosis.
Ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni saat efek diabetogenik pada
kehamilan yang paling besar karena resistansi insulin meningkat.Dapat mengancam
kehidupan dan mengakibatkan kematian bayi, mengakibatkan cacat bawaan Ukuran janin
terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan
beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin. Membran ketuban pecah sebelum
adanya tanda-tanda awal persalinan (ketuban pecah dini). Ketika selaput ketuban pecah,
mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. Temperatur ibu dan
lendir vagina sering diperiksa (setiap satu sampai dua jam) untuk penemuan dini infeksi
setelah ketuban ruptur.
d. Mempunyai riwayat hipertensi. Gangguan hipertensi pada awal kehamilan
mengacu berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai
resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan
hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan
pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang
sudah ada sebelum hamil. Hipertensi sementara adalah perkembangan hipertensi selama
masa hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklamsia atau hipertensi kronis lainnya.
Hipertensi kronis didefenisikan sebagai hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau
didiagnosis sebelum kehamilan mencapai 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari
enam minggu pascapartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis.

C. PATOFISIOLOGI
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit penyerta
yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini.
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan
reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada
kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena
ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan
lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta
mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42
minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasental laktogen.

D. INDIKASI
1. Indikasi Janin
a. Kehamilan Lewat Waktu
(penelitian dilakukan oleh peneliti kehamilan lewat waktu di Kanada pada ibu yang
mengalami kehamilan lewat dari 41 minggu yang diinduksi dengan yang tidak diinduksi,
hasilnya menunjukkan angka seksio sesaria pada kelompok yang diinduksi lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok yang tidak diinduksi). Permasalahan kehamilan lewat
waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2
sehingga janin mempunyai risiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin
menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan :
- Pertumbuhan janin makin melambat
- Terjadi perubahan metabolisme janin
- Air ketuban berkurang dan makin kental
- Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia
Risiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan
dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak
defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum.
b. Ketuban Pecah Dini
Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam
kantong amnion. . Untuk itu perlu ditentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi
antara lain bila suhu ibu ≥38°C. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami
infeksi intrauterin. Yang ditakutkan jika terjadi ketuban pecah dini adalah terjadinya
infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Untuk itu jika kehamilan sudah memasuki aterm
maka perlu dilakukan induksi.
c. Janin Mati
d. Restriksi Pertumbuhan Intrauteri
Bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan berisiko/ membahayakan
hidup janin/kematian janin.
e. Isoimunisasi Dan Penyakit Kongenital Janin Yang Mayor
Kelainan kongenital mayor merupakan kelainan yang memberikan dampak besar pada
bidang medis, operatif, dan kosmetik serta yang mempunyai risiko kesakitan dan
kematian tinggi, misalnya : anensefalus, hidrosefalus, hidronefrosis, hidrops fetalis.

2. Indikasi Ibu
Berdasarkan penyakit yang diderita :
a. Kehamilan dengan hipertensi
b. Kehamilan dengan diabetes mellitus
c. Penyakit jantung
d. Penyakit ginjal
e. Keganasan mammae dan portio

Komplikasi Kehamilan :
a. Pre-eklamsia
b. Eklamsia

Berdasarkan Kondisi Fisik :


a. Kesempitan panggul
b. Kelainan bentuk panggul
c. Kelainan bentuk tulang belakang

3. Indikasi Kontra
a. Malposisi dan malpresentasi janin
b. Insufisiensi plasenta
c. Disproposi sefalopevik
d. Cacat rahim, misalnya pernah mengalami sectio caesaria, enukleasi miom.
e. Grade multipara.
f. Gemelli
g. Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidroamnion.
h. Plasenta previa

4. Indikasi Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Penanganan


Indikasi Darurat:
a. Hipertensi gestasional yang berat
b. Diduga komplikasi janin yang akut
c. PJT (IUGR) yang berat
d. Penyakit maternal yang bermakna dan tidak respon dengan pengobatan
e. APH yang bermakna dan Korioamnionitis

Indikasi Segera (Urgent)


a. KPD saat aterm atau dekat aterm
b. PJT tanpa bukti adanya komplikasi akut
c. DM yang tidak terkontrol
d. Penyakit iso-imun saat aterm atau dekat aterm

Indikasi Tidak Segera ( Non Urgent )


a. Kehamilan ‘post-term’
b. DM terkontrol baik
c. Kematian intrauterin pada kehamilan sebelumnya
d. Kematian janin
e. Problem logistik (persalinan cepat, jarak ke rumah sakit)
Untuk dapat melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi dibawah ini,
yaitu:
1. Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni serviks sudah mendatar dan menipis dan sudah
dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari, serta sumbu serviks mengarah ke depan.
2. Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD).
3. Tidak terdapat kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan.
4. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul.
Apabila kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi maka induksi persalinan mungkin tidak
memberikan hasil yang diharapkan. Untuk menilai keadaan serviks dapat dipakai skor bishop.
Bila nilai lebih dari 8 induksi persalinan kemungkinan akan berhasil.
E. KONTRA INDIKASI
Maksud kontraindikasi pada induksi persalinan per vagina yaitu, apabila tindakan induksi
yang dilakukan lebih merugikan dibandingkan tindakan seksio langsung.
Kontaindikasi tersebut adalah:
1. Terdapat Distosia Persalinan
- Panggul sempit atau disprorosi sefalopelvik
- Kelainan posisi kepala janin
- Terdapat kelainan letak janin dalam rahim
- Kesempitan panggul absolut (CD<5,5 cm)
- Perkiraan bahwa berat janin > 4000 gr.
2. Terdapat Kedudukan Ganda
- Tangan bersama kepala
- Kaki bersama kepala
- Tali pusat menumbung terkemuka
3. Terdapat ‘Overdistensi’ Rahim
- Kehamilan ganda
- Kehamilan dengan hidramnion
4. Terdapat Anamnesa Pendarahan Antepartum
5. Terdapat Bekas Operasi Pada Otot Rahim
- Bekas seksio sesarea
- Bekas oprasi mioma uteri
6. Pada Grandmultipara Atau Kehamilan > 5 Kali.
7. Terdapat Tanda-Tanda Atau Gejala Intrauterine Fetal Distress.
F. FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI INDUKSI PERSALINAN
Keberhasilan induksi persalinan per vagina ditentukan oleh berapa faktor:
1. Kedudukan Bagian Terendah
Semakin rendah kedudukan bagian terendah janin kemungkinan keberhasilan induksi akan
semakin besar, oleh karna dapat menekan pleksus frankenhauser.
2. Penempatan (Presentasi)
Pada letak kepala lebih berhasil dibandingkan dengan kedudukan bokong, kepala lebih
membantu pembukaan dibandingkan dengan bokong.
3. Kondisi Serviks
- Serviks yang kaku, menjurus kebelakang sulit berhasil dengan
induksi persalinan
- Serviks lunak, lurus atau kedepan lebih berhasil dalam induksi.
4. Paritas
Dibandingkan dengan primidravida, induksi pada multipara akan lebih berhasil karena sudah
terdapat pembukaan.
5. Umur Penderita Dan Umur Anak Terkecil
- Ibu dengan umur yang relatif tua (diatas 30-35 tahun) dan umur
anak terakhir yang lebih dari 5 tahun kurang berhasil
- Kekuatan serviks menghalangi pembukaan sehingga lebih banyak
dikerjakan tindakan oprasi.
6. Umur Kehamilan
Pada kehamilan yang semakin aterm induksi persalinan per vagina akan semakin berhasil.
G. RISIKO MELAKUKAN INDUKSI
Risiko induksi persalinan yang mungkin terjadi diantaranya adalah:
1. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam
pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa
sakit yang ditimbulkan, biasanya proses induksi dihentikan dan dilakukan operasi caesar.
2. Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin
(stress pada bayi). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, penolong harus
memantau gerak janin. Bila dianggap terlalu beresiko menimbulkan gawat janin, proses
induksi harus dihentikan.
3. Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi pada yang sebelumnya
pernah dioperasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal.
4. Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali namun tetap harus diwaspadai. Emboli
terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan menyangkut di otak
ibu, atau paru-paru. Bila terjadi, dapat merenggut nyawa ibu seketika.
H. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi akibat induksi mungkin
terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya
kontraksi rahim yang berlebihan, itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan ketat
dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan,
biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian dilakukan operasi caesar.

I. KOMPLIKASI
Induksi persalinan dengan pemberian oksitosin dalam infuse intravena jika perlu
memecahkan ketuban, cukup aman bagi ibu apabila syarat – syarat di penuhi. Kematian
perinatal agak lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi
pula oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan. Kemungkinan
bahwa induksi persalinan gagal dan perlu dilakukan seksio sesarea, harus selalu diperhitungkan.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Hitung darah lengkap dengan diferensial: menentukan adanya anemia dan infeksi, serta
tingkathidrasi.
- Golongan darah dan faktor Rh bila tidak dilakukan sebelumnya.
- Urinalisis: Menunjukkan infeksi traktus urinarius, protein, atau glukosa.
- Rasio lesitin terhadap sfingomielin(rasio L/S): Memastikan pecah ketuban.
- pH kulit kepala: Menandakanderajat hipoksia.
- Ultrasonografi: Menentukan usia gestasi, ukuran janin, adanya gerakan jantung janin, dan
lokasi plasenta.
- Pelvimetri: Mengidentifikasi disproporsi sefalopelvik (CPD) atau posisi janin.
- Tes stres kontraksi atau tes nonstres: Mengevaluasi janin/fungsi plasenta.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah (TD), yang dapat menandakan ansietas atau hipertensi karena
kehamilan (HKK); penurunan TD dapat menandakan hipotensi telentang atau dehidrasi.
2. Makanan/cairan
Penurunan berat badan ibu 2,5-3 1b dapat dihubungkan dengan pascamaturitas atau
penurunan berat badan janin.
3. Neurosensori
Refleks tendon dalam mungkin cepat 3+ pada HKK; adanya klonus menandakan
eksitabilitas berat.
4. Nyeri/ketidaknyamanan
Palpasi uterus dapat menunjukkan pola kontraksi.
5. Keamanan
Dapat mengalami pecah ketuban spontan tanpa kontraksi (pada atau mendekati term).
Peningkatan suhu (infeksi pada adanya pecah ketuban lama). Denyut jantung janin (DJJ)
mungkin lebih dari 160 dpm bila praterm, hipoksik, atau septic. Ukuran janin dapat
menandakan penurunan berat badan; kematian janin. Cairan amnion kehijauan menandakan
distres janin pada presentasi verteks. Fundus dapat lebih rendah dari yang diantisipasi untuk
term, pada retardasi pertumbuhan intrauterus berkenaan dengan keterlibatan vaskular
maternal. Riwayat adanya imunisasi Rh, korioamnionitis, diabetes HKK tidak terkontrol
dengan terapi medis, hipertensi kronis, pascamaturitas, penyakit jantung maternal sianotik,
atau penyakit ginjal.
6. Seksualitas
Persalinan yang tergesa-gesa (atau cepat) pada kehamilan sebelumnya; klien tinggal jauh
dari rumah sakit. Serviks mungkin matang (kira-kira 50% penonjolan dan dilatasi 2-3)
inersia uterus dapat terjadi. Tampilan berdarah mungkin ada pada dilatasi. Peningkatan
perdarahan vagina mungkin menandakan plasenta previa atau abrupsio plasenta. Mungkin
gestasi lebih dari 42 minggu.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit Pengetahuan (proses persalinan) berhubungan dengan kurangnya pemahaman
terhadap sumber-sumber informasi.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman status kesehatan.
3. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan khawatir tentang keamanan janin.
4. Risiko cedera (maternal atau janin) berhubungan dengan metode mekanis atau famakologis.
5. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan komplikasi yang mengancam kehamilan, persepsi
bahwa terdapat keterbatasan/tidak ada pilihan.
7. Gangguan harga diri berhubungan dengan harapan untuk melahirkan anak yang tidak dapat
dipenuhi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Defisit Pengetahuan (proses persalinan) berhubungan dengan kurangnya pemahaman
terhadap sumber-sumber informasi.
 Tujuan : Pengetahuan klien tentang persalinan induksi meningkat.
 Kriteria Hasil (NOC) :
- Klien dapat mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut
penanganan yang dianjurkan (induksi persalinan).
- Klien dapat menunjukan kemampuan pemahaman tentang induksi persalinan.

 Intervensi (NIC) :
- Pengkajian
a. Cek keakuratan umpan balik untuk memastikan bahwa klien memahami penanganan
yang diajukan dan informasi yang relevan lainnya.
b. Tentukan kebutuhan pengajaran klien.
c. Lakukan penilaian tingkat pengetahuan klien dan pahami isinya.
d. Tentukan kemampuan klien untuk mempelajari informasi khusus.
e. Tentukan motivasi klien untuk memperlajari informasi-informasi yang khusus.
f. Menilai tipe pembelajaran klien.

- Pendidikan untuk klien/keluarga


a. Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman psien, mengulangi
informasi bila diperlukan.
b. Menjalin hubungan.
c. Menyusun tujuan pelajaran yang realistis dan saling menguntungkan dengan klien.
d. Menyediakan waktu bagi klien untuk menanyakan beberapa pertanyaan dan
mendiskusikan permasalahan.
e. Mendokumentasikan hasil pembicaraan pada catatan medis.
f. Mengikutsertakan keluarga atau anggota keluarga lain bila memungkinkan.

- Aktifitas Kolaboratif
a. Memberikan informasi dari sumber-sumber komunitas yang dapat menolong klien
dalam mempertahankan program penanganannya.
b. Merencanakan penyesuaian dalam penanganan bersama klien dan dokter untuk
memfasilitasi kemampuan klien mengikuti penanganan yang dianjurkan.

- Aktivitas Lain
a. Berinteraksi kepada klien dengan cara tidak menghakimi untuk memfasilitasi
pengajaran.

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman status kesehatan.


 Tujuan : Klien mampu untuk menghilangkan atau mengurangi perasaan
khawatir dan tegang.
 Kriteria Hasil (NOC) :
- Klien mampu :
- Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress.
- Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
- Menunjukkan kemampuan untuk berfokus pada pengetahuan baru.
- Mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat.
 Intervensi (NIC) :
- Pengkajian
a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan klien setiap 1 jam.
b. Menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada klien.

- Pendidikan untuk klien/keluarga


a. Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, perawatan & prognosis.
b. Instruksikan klien tentang penggunaan teknik relaksasi.
c. Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dirasakan selama
prosedur.

- Aktivitas lain
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
b. Dampingi klien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi takut.
c. Beri dorongan kepada klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas.
d. Beri dorongan kepada suami untuk menemani ibu hamil sesuai dengan kebutuhan

3. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan khawatir tentang keamanan


janin.
 Tujuan : Klien menunjukkan koping yang efektif.
 Kriteria Hasil (NOC) :
- Klien mampu :
- Mengidentifikasi pola koping yang efektif.
- Menggunakan prilaku untuk menurunkan stress.
- Melaporkan penurunan perasaan negatif.
- Berpartipasi dalam proses pembuatan keputusan.
- Mengungkapkan secara verbal tentang rencana baik menerima atau merubah situasi.
 Intervensi (NIC) :
- Pengkajian
a. Identifikasi pandangan klien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan
pandangan pemberi layanan kesehatan.
b. Evaluasi kemampuan klien dalam membuat keputusan.

- Pendidikan untuk klien/keluarga


a. Berikan informasi faktual yang terkait dengan diagnosis, pengobatan, prognosis.
b. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi, sesuai kebutuhan.

- Aktivitas kolaboratif
a. Awali diskusi tentang perawatan klien untuk melihat kembali mekanisme koping
yang dimiliki klien dan buat rencana perawatan.
b. Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan dukungan
yang rasional untuk klien dan keluarga.

- Aktivitas lain
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
b. Bantu klien dalam mengidentifikasikan kekuatan personal.
c. Bantu klien dalam mengembangkan rencana untuk menerima atau mengubah situasi.
d. Nilai dan diskusika respon alternatif terhadap situasi
DAFTAR PUSTAKA

Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC),Edisi Keenam.

Missouri: Mosby ElsevierHudak dan Gallo. 1997. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume
1.Jakarta: EGC

Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.Missouri: Mosby
Elsevier
D. RANGKUMAN ASKEP IBU BERSALIN DENGAN VACUM EKSTRAKSI

1. Definisi
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi
tenaga negatif (vakum) di kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.

Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat


kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi.
Oleh karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya, merupakan
faktor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke
arah yang sama.

Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang
dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang
kulit kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan
dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai.

Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan interauterin (oleh kontraksi),
tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan), dan gaya tarik (ekstraksi vakum).

2. Sejarah Ekstraksi Vakum


Gagasan untuk melahirkan kepala janin dengan memakai tenaga vakum, mula- mula
dipelajari oleh Young (1706) dari Inggris, yang kemudian secara berturut-turut dikembangkan
oleh ahli-ahli obstetrik di negara-negara Eropa dalam bentuk yang bermacam-macam. Bentuk
ekstraktor vakum bermacam-macam inti ternyata kurang popular dalam pemakaiannya, karena
banyak hambatan-hambatan teknik.
Akhirnya pada tahun 1952-1954 Tage Malmstrom dari Gothenberg, Swedia
menciptakan ekstraktor vakum yang setelah emngalami percobaan-percobaan dan modifikasi
dalam bentuknya, sejak tahun 1956 menjadi sangat populer dipakai dalam klinik-klnik
obstetrik sampai saat ini.
Bentuk dan Bagian-bagian Ekstraktor Vakum
1. Mangkuk (cup)
Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksedaneum artifisialis. Dengan mangkuk
inilah kepala diekstraksi. Diameter mangkuk : 3,4,5,6 cm. pada dinding belakang mangkuk
terdapat tonjolan, untuk tanda letak denominator.

2. Botol
Tempat membuat tenaga negative (vakum). Apda tutup botol terdapat manometer, saluran
menuju ke pompa pemghisap, dan saluran menuju ke mangkuk yang dilengkapi dengan
pentil.
3. Karet Penghubung
4. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang
5. Pemegang (extraction handle)
6. Pompa Penghisap (vacuum pump)
3. Indikasi
Kala II lama dengan presentasi kepala belakang/verteks.
Ibu: memperpendek persalinan kala II, penyakit jantung kompensata, penyakit paru
fibrotik.
Janin: adanya gawat janin.
Waktu: persalinan kala lama.
4. Kontra Indikasi
Malpresentasi (dahi, puncak, kepala, muka, bokong).
Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul).
Ibu: ruptur uteri membakat, ibu tak boleh mengejan.
Janin: letak lintang, presentasi muka, presentasi bokong, preterm, kepala menyusul.
5. Syarat Khusus
Pembukaan serviks lengkap atau hampir lengkap.
Presentasi kepala. Kepala janin berada di Hodge III + engaged.
Cukup bulan (tidak prematur).
Tidak ada kesempitan panggul.
Anak hidup dan tidak gawat janin.
Penurunan H III/III+ (Puskesmas H IV / dasar panggul). Kontraksi
baik.
Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan.
Ketuban sudah pecah/ dipecahkan.
6. Etiologi
Ibu: Memperpendek kala II. misalnya: Penyakit jantung kompensata, Penyakit paru- paru fibrotik.
Waktu: kala II yang memanjang.
Janin: Gawat janin (masih kontroversi)
7. Patofisiologi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi
forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung
(eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan
posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat
dilakukan secara normal.
Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep.
Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan
vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan
perdarahan intrakranial.
8. Komplikasi
Komplikasi Ekstraksi vakum
Ibu : Perdarahan akibat atonia uteri/ trauma, Trauma jalan lahir, dan Infeksi

Janin : Ekskoriasi kulit kepala, Sefalhematoma, Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat
direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat
menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat. Nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dpt
menimbulkan alopesia, Pendarahan intrakranial, Jaundice, Fraktur kalvikula, Kerusakan N VI
dan VII.
9. Kriteria Kegagalan
Dalam ½ jam traksi tak berhasil.
Mangkuk terlepas 3 kali.
10. Penyebab Kegagalan
Tenaga vakum terlalu rendah. Tekanan negative dibuat terlalu cepat. Selaput ketuban melekat.
Bagian janin lahir terjepit dan koordinasi tangan kurang baik.
11. Terapi
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan postpartum biasa, hanya memerlukan
perhatian dan observasi yang lebih ketat karena kemungkinan terjadinya komplikasi lebih
besar, yaitu perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi. Oleh karena itu, perawatan setelah
ekstraksi vacum memerlukan profilaksis pemberian infus sampai terjadi keadaan stabil,
pemberian uterotonika sehingga kontraksi otot rahim menjadi kuat, dan pemberian antibiotika
untuk menghindari infeksi.
Pertimbangan Keperawatan
Dalam membantu wanita yang melahirkan melaluui penggunaan ekstraksi vacum,
perawat berperan sebagai pendukung dan pendidik. Perawat dapat menyiapkan ibu untuk
melahirkan dan mendorongnya untuk tetap aktif dalam proses melahirkan yakni dengan
menganjurkan ibu untuk mendorong saat kontraksi. Denyut jantung janin juga harus sering
dinilai selama prosedur tersebut.
Setelah lahir, bayi harus diobservasi untuk melihat tanda infeksi pada tempat
pemasangan mangkuk dan iritasi serebral (misalnya, akibat pengisapan yang buruk,
ketidakberdayaan). Orang tua perlu diyakinkan bahwa kaput suksedaneum akan hilang setelah
beberapa jam. Para tenaga perawatan neonatus harus menyadari bahwa bayi tersebut dilahirkan
dengan ekstraksi vakum.
12. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Kesadaran dan TTV : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
Keadaan khusus (syarat-syarat ekstraksi vakum) :
Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya pasa multigravida).
Penurunan kepala janin (boleh) pada hodge II.
Kontraksi rahim dan tenaga mengejan.
13. Keuntungan dan Kerugian
Keunggulan dan Kerugian Ekstraksi Vakum
Keunggulan
Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi). Tidak
diperlukan narkosis umum.
Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir.
Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks
belum lengkap.
Trauma pada kepala janin lebih ringan
Kerugian
Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama.
Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam.
Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet
14. Penatalaksanaan
Persiapan Tindakan

Persiapkan ibu dalam posisi litotomi, kosongkan kandung kemih dan rektum, bersihkan vulva
dan perineum dengan antiseptik, dan beri infus bila diperlukan. Siapkan alat-alat yang
diperlukan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VAKUM EKSTRAKSI

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Suku/ bangsa :
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Register :
Nama Suami :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Suku/ Bangsa :
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Dahulu : Adanya riwayat abortus, SC pada persalinan sebelumnya.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Distosia (kesulitan persalinan), Penyakit jantung,
eklampsia, Fetal distres, Janin berhenti berotasi, Posisi janin oksiput posterior atau
oksiput transverse, Ketidakmampuan mengejan, Keletihan, Kala II yang lama.
c.Riwayat Kesehatan Keluarga : Adanya penyakit keturunan (jantung.
d. Riwayat Obstetri.
e. Riwayat Sosial.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
Eliminasi : Retensi urine, Makanan/cairan.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

II.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.
2. Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap
patogen.
3. Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN


Diagnosa I : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.
Batasan Karakteristik:
Subjektif;
Haus
Objektif:
Hipotensi

Peningkatan frekuensi nadi


Penurunan tekanan nadi

Urin menurun/terkonsentrasi
Penurunan pengisian vena
Perubahan mental
Tujuan :
Mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan.
Kriteria hasil :
TTV stabil,
Pengisian kapiler cepat,
Sensorium tepat, dan
Haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.
Intervensi dan Rasionalisasi

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Mandiri Membantu dalam membuat rencana
perawatan yang tepat dan memberikan
Tinjau ulang catatan kehamilan dankesempatan untuk mencegah atau
persalinan/kelahiran, perhatikan factor-membatasi terjadinya komplikasi.
faktor penyebab atau pemberat pada
situasi hemoragi (mis: laserasi, fragmen
plasenta tertahan, sepsis, abrupsio
plasenta, emboli cairan amniotic, atau
retensi janin mati selama lebih dari 5
Membantu dalam membuat rencana
2. mgg).
perawatan yang tepat dan memberikan
Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi
kesempatan untuk mencegah atau
perdarahan; timbang dan hitung pembalut;
membatasi terjadinya komplikasi.
simpan bekuan dan jaringan untuk
Derajat kontraktilitas uterus
dievaluasi oleh dokter.
3. membantu dalam diagnosa banding.
Peningkatan kontraktilitas
Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas
miometrium dapat menurunkan
uterus. Dengan perlahan
masase
kehilangan darah.Penempatan satu
penonjolan uterus dengan satu tangan
tangan di atas simfisis pubis
sambil menempatkan tangan kedua tepat
mencegah
di atas simfisis pubis.
kemungkinan inversi uterus selama
masase.
4. Perhatikan hipotensi atau Tanda-tanda ini menunjukkan
takikardi,
pelambatan pengisian kapiler, atau hipovolemik dan terjadinya syok.
sianosis dasar kuku, membrane mukosa, Perubahan pada TD tidak dapat
dan bibir. dideteksi sampai volume cairan telah
menurun sampai 30%-50%. Sianosis
adalah tanda akhir dari hipoksia.
5. Pantau parameter hemodinamik, seperti Memberikan pengukuran lebih
tekanan vena sentral atau tekanan baji langsung dari volume sirkulasi dan
arteri pulmonal, bila ada. kebutuhan pengisian.
6. Lakukan tirah baring dengan Perdarahan dapat menurunkan atau
kaki
ditinggikan 20-30 derajat dantubuhmenghentikan reduksi aktivitas.
horizontal. Pengubahan posisi yang tepat
meningkatklan aliran balik vena,
menjamin persediaan darah ke otak
dan organ vital lainnya lebih besar.
7. Pertahankan aturan puasa saat Mencegah aspirasi isi lambung dalam
menentukan status/kebutuhan klien. kejadian di mana sensorium berubah
dan atau intervensi pembedahan
diperlukan.
8. Pantau masukan dan haluaran; Bermanfaat dalam memperkirakan
perhatikan berat jenis urin. luas/ signifikansi kehilangan cairan.
Volume perfusi/ sirkulasi adekuat
ditunjukkan dengan haluaran 30-50
ml/jam atau lebih besar.
9. Berikan lingkungan yang tenang dan Meningkatkan relaksasi, menurunkan
dukungan psikologis. ansietas dan kebutuhan metabolik.
10. Kaji terhadap nyeri perineal menetap atau Hematoma sering merupakan akibat
perasaan penuh pada vagina. dari perdarahan lanjut pada laserasi
jalan lahir.
11. Berikan tekanan balik pada laserasi labial Dapat meningkatkan hemoragi bila
atau perineal. laserasi servikal, vaginal atau perineal
atau hematoma terjadi.
12. Pantau klien dengan akreta plasenta Tromboplastin dilepaskan selama
(penetrasi sedikit dari miometrium dengan upaya pengangkatan plasenta secara
jaringan plasenta), HKK, atau abrupsio manual yang dapat mengakibatkan
plasenta terhadap tanda-tanda KID. koagulopati.
13. Kolaborasi Mulai infuse 1 atau 2 I.V. dari Perlu untuk infus cepat atau multipel
dari
cairan isotonic atau elektrolit dengan cairan atau produk darah
kateter 18G atau melalui jalur vena untuk
sentral. meningkatkan volume sirkulasi dan
mencegah pembekuan.
14. Berikan darah lengkap atau produk darah Membantu menentukan beratnya
(missal: plasma, kriopresipitat, trombosit) masalah dan efek dari terapi.
sesuai indikasi.
15. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antibiotik bertindak secara profilaktik
untuk mencegah infeksi atau mungkin
oksitosin, metilergononovin maleat, diperlukan untuk infeksi disebabkan
prostaglandin F2ά. atau diperberat pada subinvolusi
uterus atau hemoragi.
Magnesium sulfat (MgSO4)
Heparin

Terapi antibiotic (berdasarkan pada


kultur dan sensitivitas terhadap lokhia)

Natrium bikarbonat.
16. Membantu dalam menentukan jumlah
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai
kehilangan darah. Setiap ml darah
indikasi:
membawa 0,5 mgHb. Pada syok lama,
hipoksia jaringan dan asidosis dapat
Hb dan Ht
terjadi sebagai respon terhadap
Kadar pH serum
metabolisme anaerobik.
Trombosit, FDP, fibrinogen, dan APTT.

17. Pasang kateter urinarius indwelling. Perbaikan pembedahan terhadap


Bantu dengan prosedur-prosedur sesuai lasersi/episiotomi, insisi/evakuasi
indikasi: hematoma, dan pengangkatan jaringan
tertahan akan menghentikan
separasi manual dan penglepasan perdarahan. Histerektomi abdominal
plasenta. segera diindikasikan untuk perlekatan
plasenta abnormal.
pemasangan kateter indwelling besar ke
dalam kanal servikal.

Penempatan kembali uterus atau


tampon bila inverse kira-kira akan
terjadi.

Diagnosa 2 : Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan
terhadap patogen.
Batasan Karakteristik:
Objektif :
Laserasi kemerahan
Adanya pus pada laserasi
Leukosit meningkat
Tujuan :
Bebas dari infeksi.
Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.
Intervensi dan Rasionalisasi

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Mandiri Tinjau ulang kondisi/faktorKondisi dasar ibu, seperti diabetes
risiko
yang ada sebelumnya. atau hemoragi,
menimbulkan
potensial risiko infeksi atau
penyembuhan luka yang buruk.
Infeksi dapat mengubah
penyembuhan luka.
2. Kaji terhadap tanda/gejala infeksi (mis. Menurunkan resiko infeksi asenden.
peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah
putih, atau bau/warna rabas vagina.
Berikan perawatan perineal sedikitnya
setiap 4 jam.
3. Kolaborasi Lakukan persiapan Menurunkan resiko kontaminan kulit
kulit
praoperatif, scruc sesuai protokol. memasuki insisi, menurunkan risiko
infeksi pascaoperasi.
4. Dapatkan kultur darah, vagina, dan Mengidentifikasi organisme yang
plasenta sesuai indikasi. menginfeksi dan tingkat keterlibatan.
5. Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit Risiko infeksi pasca-melahirkan dan
(Ht), catat perkiraan kehilangan darah penyembuhan buruk meningkat bila
selama prosedur pembedahan. kadar Hb rendah dan kehilangan
darah berlebihan.
6. Berikan antibiotik spektrum luas Antibiotik profilaktik dapat
dipesankan
parenteral pada praoperasi. untuk mencegah terjadinya proses
infeksi, atau sebagai pengobatan
pada infeksi yang teridentifikasi.

Diagnosa 3 : Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas,efek-efek


obat/penurunan sensasi

Batasan Karakteristik :
Objektif :
Adanya perdarahan
Adanya laserasi serviks uteri dan vagina
Tujuan :
Bebas dari cedera
Intervensi dan Rasionalisasi
No. Intervensi Rasionalisasi
1. Mandiri Lepaskan alat prostetik (mis,Menurunkan resiko cedera
lensa kontak, gigi palsu/kawat gigi) dan kecelakaan.
perhiasan.
2. Tinjau ulang catatan persalinan, perhatikanDapat menandakan retensi urin atau
frekuensi berkemih, haluaran, penampilan,menunjukkan keseimbangan cairan
dan waktu berkemih pertama. atau dehidrasi pada klien yang sedang
Pantau haluaran dan warna urin setelahbersalin.
3.
insersi kateter indwelling. PerhatikanMenunjukkan tingkat hidrasi, status
adanya darah dan urin. sirkulasi dan kemungkinan trauma
Kolaborasi Dapatkan specimen urin kandung kemih.
4.
untuk analisis rutin, protein, dan beratRisiko meningkat pada klien bila
jenis. proses infeksi atau keadaan hipertensif
ada.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. 2004. Jakarta:EGC.

Doenges, Marilynn E. Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2. 2001. Jakarta:EGC.


Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2006. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakrta : EGC.

E. Rangkuman ASKEP Ibu Bersalin dengan Forseps


a. Pengertian

Forsep adalah tindakan obstetric yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat cunam. (Abdul Bari, 2000)

Ekstraksi Forcep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan cunam yang
dipasang dikepalanya. Cunam yang umum dipakai adalah cunam Niagle, sedang pada kepala
yang menyusul dipakai cunam piper dengan lengkung panggul agak datar dan tangkai yang
panjang, melengkung keatas dan terbuka. (Bobak, 2004 :798)

b. Jenis-jenis persalinan Estraksi forcepBentuk persalinan forsep dapat dibagi menjadi


beberapa jenis yaitu:
1) Forcep rendah (low forcep) Forcep yang digunakan telah dipasang pada kepala janin
yang berada sekurang-kurangnya pada Hodge III.
2) Forcep tengah (midforcep)Pemasangan forcep pada saat kepala janin sudah masuk
dan menancap di panggul pada posisi antara Hodge II dan Hodge III.
3) Forcep tinggiDilakukan pada kedudukan kepala diantara Hodge I atau Hodge II,
artinya ukuran terbesar kepala belum melewati pintu atas panggul dengan perkataan
lain kepala masih dapat digoyang. Forsep tinggi saat ini sudah diganti dengan Sectio
Cesarea.
c. Syarat Ekstraksi ForcepKeadaan yang menjadi syarat untuk memutuskan partus
dengan ekstraksi forcep adalah sebagai berikut :
1) Pembukaan harus lengkapJika pembukaan belum lengkap bibir servik dapat terjepit
antara kepala anak dan sendok sehingga servik juga bisa robek yang sangat
membahayakan karena dapat menimbulkan perdarahan hebat.
2) Ketuban sudah pecah atau dipecahkanJika ketuban belum pecah maka selaput janin
ikuttertarik oleh forcep dan dapat menimbulkan tarikan pada plasenta yang dapat
terlepas karenanya ( solution plasenta).
3) Ukuran terbesar kepala harus sudah melewati pintu atas panggulKepala sekurang-
kurangnya sampai di Hodge III untuk letak belakang kepala. Supaya tidak tersesat
oleh caput succedanum dalam menentukan turunnya kepala maka toucher harus selalu
di control oleh palpasi.
4) Kepala harus dapat dipegang oleh forcepForsep tidak boleh dipasang pada kepala
yang luar biasa ukuran atau bentuknya, seperti :premature, hidrochepal.
5) Panggul tidak boleh terlalu sempit
d. Indikasi Ekstraksi Forcep
1) Indikasi ibu
a) Persalinan distosia
 Persalinan terlantar
 Ruptur uteri imminen
 Kala dua lama
b) Ekslampsi / pre ekslampsi
c) Profilaksis penyakit sistemik ibu
 Gestosis
 Hipertensi
 Penyakit jantung
 Penyakit paru-paru
 Ibu keletihan
2) Indikasi Janin
a) Janin yang mengalami disstres
b) Presentasi yang belum pasti
c) Janin berhenti rotasi
d) Kelahiran kepala pada presentasi bokong
3) Indikasi waktu :
 Indikasi pinard ( 2 jam mengedan tidak lahir)
 Modifikasi remeltz
 Setelah kepala di dasar panggul diberikan 5 unit oksitoksin
 Tunggu 1 jam tidak lahir dilakukan ekstraksi forsep
e. Kontra Indikasi Ekstraksi Forcep
Beberapa kondisi yang menjadi kontra indikasi ekstraksi forcep yaitu :
a) Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit
dipegang oleh forcep.
b) Anencephalus
c) Adanya disproporsi cepalo pelvic
d) Kepala masih tinggi
e) Pembukaan belum lengkap
f) Pasien bekas operasi vesiko vegina fistel
g) Jika lingkaran kontraksi patologis bandel sudah setinggi pusat atau lebih.
f. Persiapan Ekstraksi Forcep
a) Persiapan untuk ibu
 Rambut kemaluan dicukur
 Kandung kemih dikosongkan
 Atur posisi lithotomi
 Perineum dan sekitarnya di desinfeksi
 Pasang doek steril
b) Persiapan penolong
 Cuci tangan secara furbringer
 Memakai baju steril
 Memakai sareng tangan steril
c) Persiapan alat
 Doek steril
 Sarung tangan steril
 Alat persalinan normal
 Alat forcep
 Alat untuk episiotomy dan menjahit
 Kateter
 Obat-obatan desinfektan dan uterotonika
d) Persiapan untuk bayi
 Penghisap lendir dan alat resusitasi lainnya
 Alat pemanas bayi
g. Komplikasi Ekstraksi Forcep

Beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada tindakan ekstraksi forcep yaitu:

 Komplikasi pada ibu


I. Perdarahan yang disebabkan oleh retensio plasenta ,atonia uteri serta jahitan robekan
jalan lahir yang lepas.
II. Infeksi
III. Trauma jalan lahir seperti terjadinya fistula vesiko vaginal, fistula recto vaginal ,
fistula utero vaginal, rupture uteri, rupture serviks, dan robekan perineum
 Komplikasi pada bayi
I. Trauma ekstraksi forcep dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forcep
II. Infeksi yang berkembang menjadi sepsis dapat menyebabkan kematian serta
encephalitis sampai meningitis.
III. Gangguan susunan syaraf pusat yang dapat menimbulkan gangguan intelektual
IV. Gangguan pendengaran dan keseimbangan

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Partus Tindakan Ekstraksi forseps

 Pengkajian
1. Identitas Klien
2. .Riwayat Kesehatan
3. Keluhan utama: Biasanya mengeluh nyeri (daerah luka operasi, laserasi jalan lahir),
cemas dll.
4. Riwayat kesehatan sekarang : Pengembangan dari keluhan utama, misalnya: nyeri
yang dikaji dengan PQRST.
5. Riwayat Penyakit Dahulu: Untuk mendapatkan informasi mengenai masalah klien
yang mungkin menyertai dan menyebabkan dilakukan tindakan pembedahan, seperti
ca servik.
6. Riwayat kesehatan keluarga: Adakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit
keturunan seperti hipertensi, DM, jantung. atau riwayat penyakit menular seperti
hepatitis dan TBC dan riwayat persalinan misalnya secsio karena panggul sempit
7. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
- Riwayat Ginekologi
o Riwayat Menstruasi: Usia pertama kali haid, siklus dan lamanya haid, warna dan
jumlah, HPHT dan tapsiran persalinan.
o Riwayat Perkawinan Usia saat menikah dan usia pernikahan, pernikahan ke
berapa bagi klien dan suami.
o Riwayat Keluarga Berencana Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil,
waktu dan lamanya, apakah ada masalah, jenis kontrasepsi yang akan digunakan.
- Riwayat Obstetri
o Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
o Tahun persalinan, tempat persalinan, umur kehamilan, jenis kelamin anak, BB anak,
keluhan saat hamil, dan keadaan anak sekarang.
8. Pemeriksaan Fisik
 Head to to atau per sistem.
 Sama seperti pemeriksaan ibu hamil lainnya.
 Masalah perlu dikaji kesiapan untuk tindakan pembedahan.
9. Pemeriksaan penunjang: Hasil pemeriksaan HB dan leukosit menjadi hal yang harus
diperhatikan untuk melihat adakah tanda anemia dan infeksi.Golongan darah, urine:
untuk menentukan kadar albumin atau glukosa
 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
I. Pre Tindakan
- Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan atau pemasangan alat
forcep dan vakum berhubungan dengan kurang pemajanan / tidak mengenal
informasi, kesalahan interpretasi.
- Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan actual dari kesejahteraan maternal dan janin, transmisi interpersonal
II. Pasca Tindakan
- Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek anesthesi, efek-efek
hormonal, distensi kandung kemih/ andomen atau perlukaan jalanlahir akibat
invasive alat forcep
 Perencanaan Keperawatana.
i. Pre Tindakan
- Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan atau pemasangan alat forcep
dan vakum berhubungan dengan kurang pemajanan /tidak mengenal informasi,
kesalahan interpretasi.

Tujuan : klien mengetahuitentang prosedur pembedahan atau pemasangan alat forcep


dan vakum.

Kriteria hasil :

 Klien mengungkapkan pemahaman tentang indikasi kelahiran sesaria, atau persalinan


dengan forsep
 Mengenali ini sebagai metode alternative kelahiranbayi.

Intervensi

A. Kaji kebutuhan belajar


B. Catat tingkat stress dan apakah prosedur direncanakan atau tidak
C. Berikan informasi akurat dengan istilah-istilah sederhana, anjurkan pasangan untuk
mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pemahaman mereka
D. Gambarkan prosedur pra operatif dengan jelas, atau prosedur pemasangan forcep atau
vakum dengan jelas, dan berikan rasional dengan tepat.
E. Berikan penyuluhan pascaoperatif; termasuk instruksi latihan kaki.
- Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan actual dari kesejahteraan maternal dan janin, transmisi interpersonal

Tujuan : Ansietas berkurang.

Kriteria hasil :

 Klien dapat mengungkapkan rasa takut pada keselamatan klien dan janin.
 Klien mendiskusikan perasaan tentang kelahiran sesaria.
 Klien tampak benar-benar rileks.
 Klien dapat menggunakan sumber/system pendukung dengan efektif.

Intervensi

A. Kaji respon psikologi pada kejadian dan ketersediaan system pendukung


B. Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan.
C. Tetap bersama klien dan tetap tenang. Bicara perlahan. Tunjukkan empati.
D. Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin. interpersonal dan
mendokumentasikan perhatian terhadap klien/pasangan.
ii. Pasca Tindakan
- Nyeri berhubungan dengan dengan trauma pembedahan, efek-efek anesthesi, efek-
efek hormonal, distensi kandung kemih/andomen .atau perlukaan jalan lahir akibat
invasive alat forcepdan vakum

Tujuan: Rasa nyaman terpenuhi dan tidak terasa nyeri

Kriteria:

 Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengtatasi


nyeri/ketidaknyamanan dengan tepat.
 Mengungkapkan berkurangnya nyeri
 Tampak relaks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi

A. Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan. Perhatikan isyarat verbal dan


nonverbal seperti meringis, kaku dan gerakan melindungi atau terbatas.
B. Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan
intervensi yang tepat
C. Observasi tanda-tanda vital.
D. Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya karakteristik nyeri klien: perhatikan infus
oksitosin pasca operasi.
E. Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya dan berikan gosokan
punggung.
F. Anjurkan penggunaan pernafasan relaksasi dan distraksi.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Leveno, dkk,2009, Obstetri Williams, Panduan ringkasedisi 21, EGC, Jakarta.

Bobak. lowdermilk, 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta.

Doenges,Marilynn E, 2001, Rencana perawatan maternal/bayi: Pedoman untuk perencanaan


dan dokumentasi perawatan klien,Penerbit Buku kedokteran EGC,Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai