B. ETIOLOGI
Induksi persalinan dilakukan disebabkan Kehamilannya sudah memasuki tanggal
perkiraan lahir bahkan lebih dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan
yang melebihi waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan lewat
waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin
mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah
menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan:
a. Pertumbuhan janin makin melambat
b. Terjadi perubahan metabolisme janin
c. Air ketuban berkurang dan makin kental
d. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia
Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan
dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi,
posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. Pada kehamilan lewat waktu
perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga hasil akhir menuju well born baby
dan well health mother dapat tercapai.
Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu terkena infeksi serius,
atau menderita diabetes. Wanita diabetik yang hamil memiliki resiko mengalami komplikasi.
Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan
selama masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi diabetik sebelumnya. Meliputi:
a. Aborsi spontan(berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk pada saat
konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan).
b. Hipertensi akibat kehamilan, mengkibatkan terjadinya preeklamsi dan
eklamsi. Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi
setelah minggu ke-20 pada wanita yang memiliki tekanan darah normal. Preeklamsia
merupakan suatu penyakit vasospastik, yang ditandai dengan hemokosentrasi, hipertensi, dan
proteinuria. Tanda dan gejala dari preeklamsi ini timbul saat masa kehamilan dan hilang
dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Kira-kira 85% preeklamsia ini terjadi pada
kehamilan yang pertama. Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan pembuluh
darah otak, gangguan penglihatan (skotoma), perubahan kesadaran mental dan tingkat
kesadaran. Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan
gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat terjadi tanpa didahului ganguan neurologis.
c. Infeksi, terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius; infeksi ini bersifat
serius karena dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin dan ketoasidosis.
Ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni saat efek diabetogenik pada
kehamilan yang paling besar karena resistansi insulin meningkat.Dapat mengancam
kehidupan dan mengakibatkan kematian bayi, mengakibatkan cacat bawaan Ukuran janin
terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan
beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin. Membran ketuban pecah sebelum
adanya tanda-tanda awal persalinan (ketuban pecah dini). Ketika selaput ketuban pecah,
mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. Temperatur ibu dan
lendir vagina sering diperiksa (setiap satu sampai dua jam) untuk penemuan dini infeksi
setelah ketuban ruptur.
d. Mempunyai riwayat hipertensi. Gangguan hipertensi pada awal kehamilan
mengacu berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai
resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan
hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan
pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang
sudah ada sebelum hamil. Hipertensi sementara adalah perkembangan hipertensi selama
masa hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklamsia atau hipertensi kronis lainnya.
Hipertensi kronis didefenisikan sebagai hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau
didiagnosis sebelum kehamilan mencapai 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari
enam minggu pascapartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis.
C. PATOFISIOLOGI
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit penyerta
yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini.
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan
reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada
kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena
ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan
lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta
mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42
minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasental laktogen.
D. INDIKASI
1. Indikasi Janin
a. Kehamilan Lewat Waktu
(penelitian dilakukan oleh peneliti kehamilan lewat waktu di Kanada pada ibu yang
mengalami kehamilan lewat dari 41 minggu yang diinduksi dengan yang tidak diinduksi,
hasilnya menunjukkan angka seksio sesaria pada kelompok yang diinduksi lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok yang tidak diinduksi). Permasalahan kehamilan lewat
waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2
sehingga janin mempunyai risiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin
menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan :
- Pertumbuhan janin makin melambat
- Terjadi perubahan metabolisme janin
- Air ketuban berkurang dan makin kental
- Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia
Risiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan
dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak
defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum.
b. Ketuban Pecah Dini
Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam
kantong amnion. . Untuk itu perlu ditentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi
antara lain bila suhu ibu ≥38°C. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami
infeksi intrauterin. Yang ditakutkan jika terjadi ketuban pecah dini adalah terjadinya
infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Untuk itu jika kehamilan sudah memasuki aterm
maka perlu dilakukan induksi.
c. Janin Mati
d. Restriksi Pertumbuhan Intrauteri
Bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan berisiko/ membahayakan
hidup janin/kematian janin.
e. Isoimunisasi Dan Penyakit Kongenital Janin Yang Mayor
Kelainan kongenital mayor merupakan kelainan yang memberikan dampak besar pada
bidang medis, operatif, dan kosmetik serta yang mempunyai risiko kesakitan dan
kematian tinggi, misalnya : anensefalus, hidrosefalus, hidronefrosis, hidrops fetalis.
2. Indikasi Ibu
Berdasarkan penyakit yang diderita :
a. Kehamilan dengan hipertensi
b. Kehamilan dengan diabetes mellitus
c. Penyakit jantung
d. Penyakit ginjal
e. Keganasan mammae dan portio
Komplikasi Kehamilan :
a. Pre-eklamsia
b. Eklamsia
3. Indikasi Kontra
a. Malposisi dan malpresentasi janin
b. Insufisiensi plasenta
c. Disproposi sefalopevik
d. Cacat rahim, misalnya pernah mengalami sectio caesaria, enukleasi miom.
e. Grade multipara.
f. Gemelli
g. Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidroamnion.
h. Plasenta previa
I. KOMPLIKASI
Induksi persalinan dengan pemberian oksitosin dalam infuse intravena jika perlu
memecahkan ketuban, cukup aman bagi ibu apabila syarat – syarat di penuhi. Kematian
perinatal agak lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi
pula oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan. Kemungkinan
bahwa induksi persalinan gagal dan perlu dilakukan seksio sesarea, harus selalu diperhitungkan.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Hitung darah lengkap dengan diferensial: menentukan adanya anemia dan infeksi, serta
tingkathidrasi.
- Golongan darah dan faktor Rh bila tidak dilakukan sebelumnya.
- Urinalisis: Menunjukkan infeksi traktus urinarius, protein, atau glukosa.
- Rasio lesitin terhadap sfingomielin(rasio L/S): Memastikan pecah ketuban.
- pH kulit kepala: Menandakanderajat hipoksia.
- Ultrasonografi: Menentukan usia gestasi, ukuran janin, adanya gerakan jantung janin, dan
lokasi plasenta.
- Pelvimetri: Mengidentifikasi disproporsi sefalopelvik (CPD) atau posisi janin.
- Tes stres kontraksi atau tes nonstres: Mengevaluasi janin/fungsi plasenta.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah (TD), yang dapat menandakan ansietas atau hipertensi karena
kehamilan (HKK); penurunan TD dapat menandakan hipotensi telentang atau dehidrasi.
2. Makanan/cairan
Penurunan berat badan ibu 2,5-3 1b dapat dihubungkan dengan pascamaturitas atau
penurunan berat badan janin.
3. Neurosensori
Refleks tendon dalam mungkin cepat 3+ pada HKK; adanya klonus menandakan
eksitabilitas berat.
4. Nyeri/ketidaknyamanan
Palpasi uterus dapat menunjukkan pola kontraksi.
5. Keamanan
Dapat mengalami pecah ketuban spontan tanpa kontraksi (pada atau mendekati term).
Peningkatan suhu (infeksi pada adanya pecah ketuban lama). Denyut jantung janin (DJJ)
mungkin lebih dari 160 dpm bila praterm, hipoksik, atau septic. Ukuran janin dapat
menandakan penurunan berat badan; kematian janin. Cairan amnion kehijauan menandakan
distres janin pada presentasi verteks. Fundus dapat lebih rendah dari yang diantisipasi untuk
term, pada retardasi pertumbuhan intrauterus berkenaan dengan keterlibatan vaskular
maternal. Riwayat adanya imunisasi Rh, korioamnionitis, diabetes HKK tidak terkontrol
dengan terapi medis, hipertensi kronis, pascamaturitas, penyakit jantung maternal sianotik,
atau penyakit ginjal.
6. Seksualitas
Persalinan yang tergesa-gesa (atau cepat) pada kehamilan sebelumnya; klien tinggal jauh
dari rumah sakit. Serviks mungkin matang (kira-kira 50% penonjolan dan dilatasi 2-3)
inersia uterus dapat terjadi. Tampilan berdarah mungkin ada pada dilatasi. Peningkatan
perdarahan vagina mungkin menandakan plasenta previa atau abrupsio plasenta. Mungkin
gestasi lebih dari 42 minggu.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit Pengetahuan (proses persalinan) berhubungan dengan kurangnya pemahaman
terhadap sumber-sumber informasi.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman status kesehatan.
3. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan khawatir tentang keamanan janin.
4. Risiko cedera (maternal atau janin) berhubungan dengan metode mekanis atau famakologis.
5. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan komplikasi yang mengancam kehamilan, persepsi
bahwa terdapat keterbatasan/tidak ada pilihan.
7. Gangguan harga diri berhubungan dengan harapan untuk melahirkan anak yang tidak dapat
dipenuhi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Defisit Pengetahuan (proses persalinan) berhubungan dengan kurangnya pemahaman
terhadap sumber-sumber informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien tentang persalinan induksi meningkat.
Kriteria Hasil (NOC) :
- Klien dapat mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut
penanganan yang dianjurkan (induksi persalinan).
- Klien dapat menunjukan kemampuan pemahaman tentang induksi persalinan.
Intervensi (NIC) :
- Pengkajian
a. Cek keakuratan umpan balik untuk memastikan bahwa klien memahami penanganan
yang diajukan dan informasi yang relevan lainnya.
b. Tentukan kebutuhan pengajaran klien.
c. Lakukan penilaian tingkat pengetahuan klien dan pahami isinya.
d. Tentukan kemampuan klien untuk mempelajari informasi khusus.
e. Tentukan motivasi klien untuk memperlajari informasi-informasi yang khusus.
f. Menilai tipe pembelajaran klien.
- Aktifitas Kolaboratif
a. Memberikan informasi dari sumber-sumber komunitas yang dapat menolong klien
dalam mempertahankan program penanganannya.
b. Merencanakan penyesuaian dalam penanganan bersama klien dan dokter untuk
memfasilitasi kemampuan klien mengikuti penanganan yang dianjurkan.
- Aktivitas Lain
a. Berinteraksi kepada klien dengan cara tidak menghakimi untuk memfasilitasi
pengajaran.
- Aktivitas lain
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
b. Dampingi klien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi takut.
c. Beri dorongan kepada klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas.
d. Beri dorongan kepada suami untuk menemani ibu hamil sesuai dengan kebutuhan
- Aktivitas kolaboratif
a. Awali diskusi tentang perawatan klien untuk melihat kembali mekanisme koping
yang dimiliki klien dan buat rencana perawatan.
b. Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan dukungan
yang rasional untuk klien dan keluarga.
- Aktivitas lain
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
b. Bantu klien dalam mengidentifikasikan kekuatan personal.
c. Bantu klien dalam mengembangkan rencana untuk menerima atau mengubah situasi.
d. Nilai dan diskusika respon alternatif terhadap situasi
DAFTAR PUSTAKA
Missouri: Mosby ElsevierHudak dan Gallo. 1997. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume
1.Jakarta: EGC
Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.Missouri: Mosby
Elsevier
D. RANGKUMAN ASKEP IBU BERSALIN DENGAN VACUM EKSTRAKSI
1. Definisi
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi
tenaga negatif (vakum) di kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.
Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang
dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang
kulit kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan
dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai.
Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan interauterin (oleh kontraksi),
tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan), dan gaya tarik (ekstraksi vakum).
2. Botol
Tempat membuat tenaga negative (vakum). Apda tutup botol terdapat manometer, saluran
menuju ke pompa pemghisap, dan saluran menuju ke mangkuk yang dilengkapi dengan
pentil.
3. Karet Penghubung
4. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang
5. Pemegang (extraction handle)
6. Pompa Penghisap (vacuum pump)
3. Indikasi
Kala II lama dengan presentasi kepala belakang/verteks.
Ibu: memperpendek persalinan kala II, penyakit jantung kompensata, penyakit paru
fibrotik.
Janin: adanya gawat janin.
Waktu: persalinan kala lama.
4. Kontra Indikasi
Malpresentasi (dahi, puncak, kepala, muka, bokong).
Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul).
Ibu: ruptur uteri membakat, ibu tak boleh mengejan.
Janin: letak lintang, presentasi muka, presentasi bokong, preterm, kepala menyusul.
5. Syarat Khusus
Pembukaan serviks lengkap atau hampir lengkap.
Presentasi kepala. Kepala janin berada di Hodge III + engaged.
Cukup bulan (tidak prematur).
Tidak ada kesempitan panggul.
Anak hidup dan tidak gawat janin.
Penurunan H III/III+ (Puskesmas H IV / dasar panggul). Kontraksi
baik.
Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan.
Ketuban sudah pecah/ dipecahkan.
6. Etiologi
Ibu: Memperpendek kala II. misalnya: Penyakit jantung kompensata, Penyakit paru- paru fibrotik.
Waktu: kala II yang memanjang.
Janin: Gawat janin (masih kontroversi)
7. Patofisiologi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi
forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung
(eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan
posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat
dilakukan secara normal.
Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep.
Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan
vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan
perdarahan intrakranial.
8. Komplikasi
Komplikasi Ekstraksi vakum
Ibu : Perdarahan akibat atonia uteri/ trauma, Trauma jalan lahir, dan Infeksi
Janin : Ekskoriasi kulit kepala, Sefalhematoma, Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat
direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat
menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat. Nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dpt
menimbulkan alopesia, Pendarahan intrakranial, Jaundice, Fraktur kalvikula, Kerusakan N VI
dan VII.
9. Kriteria Kegagalan
Dalam ½ jam traksi tak berhasil.
Mangkuk terlepas 3 kali.
10. Penyebab Kegagalan
Tenaga vakum terlalu rendah. Tekanan negative dibuat terlalu cepat. Selaput ketuban melekat.
Bagian janin lahir terjepit dan koordinasi tangan kurang baik.
11. Terapi
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan postpartum biasa, hanya memerlukan
perhatian dan observasi yang lebih ketat karena kemungkinan terjadinya komplikasi lebih
besar, yaitu perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi. Oleh karena itu, perawatan setelah
ekstraksi vacum memerlukan profilaksis pemberian infus sampai terjadi keadaan stabil,
pemberian uterotonika sehingga kontraksi otot rahim menjadi kuat, dan pemberian antibiotika
untuk menghindari infeksi.
Pertimbangan Keperawatan
Dalam membantu wanita yang melahirkan melaluui penggunaan ekstraksi vacum,
perawat berperan sebagai pendukung dan pendidik. Perawat dapat menyiapkan ibu untuk
melahirkan dan mendorongnya untuk tetap aktif dalam proses melahirkan yakni dengan
menganjurkan ibu untuk mendorong saat kontraksi. Denyut jantung janin juga harus sering
dinilai selama prosedur tersebut.
Setelah lahir, bayi harus diobservasi untuk melihat tanda infeksi pada tempat
pemasangan mangkuk dan iritasi serebral (misalnya, akibat pengisapan yang buruk,
ketidakberdayaan). Orang tua perlu diyakinkan bahwa kaput suksedaneum akan hilang setelah
beberapa jam. Para tenaga perawatan neonatus harus menyadari bahwa bayi tersebut dilahirkan
dengan ekstraksi vakum.
12. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Kesadaran dan TTV : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
Keadaan khusus (syarat-syarat ekstraksi vakum) :
Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya pasa multigravida).
Penurunan kepala janin (boleh) pada hodge II.
Kontraksi rahim dan tenaga mengejan.
13. Keuntungan dan Kerugian
Keunggulan dan Kerugian Ekstraksi Vakum
Keunggulan
Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi). Tidak
diperlukan narkosis umum.
Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir.
Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks
belum lengkap.
Trauma pada kepala janin lebih ringan
Kerugian
Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama.
Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam.
Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet
14. Penatalaksanaan
Persiapan Tindakan
Persiapkan ibu dalam posisi litotomi, kosongkan kandung kemih dan rektum, bersihkan vulva
dan perineum dengan antiseptik, dan beri infus bila diperlukan. Siapkan alat-alat yang
diperlukan.
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Suku/ bangsa :
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Register :
Nama Suami :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Suku/ Bangsa :
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Dahulu : Adanya riwayat abortus, SC pada persalinan sebelumnya.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Distosia (kesulitan persalinan), Penyakit jantung,
eklampsia, Fetal distres, Janin berhenti berotasi, Posisi janin oksiput posterior atau
oksiput transverse, Ketidakmampuan mengejan, Keletihan, Kala II yang lama.
c.Riwayat Kesehatan Keluarga : Adanya penyakit keturunan (jantung.
d. Riwayat Obstetri.
e. Riwayat Sosial.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
Eliminasi : Retensi urine, Makanan/cairan.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
II.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.
2. Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap
patogen.
3. Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.
Urin menurun/terkonsentrasi
Penurunan pengisian vena
Perubahan mental
Tujuan :
Mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan.
Kriteria hasil :
TTV stabil,
Pengisian kapiler cepat,
Sensorium tepat, dan
Haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.
Intervensi dan Rasionalisasi
Natrium bikarbonat.
16. Membantu dalam menentukan jumlah
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai
kehilangan darah. Setiap ml darah
indikasi:
membawa 0,5 mgHb. Pada syok lama,
hipoksia jaringan dan asidosis dapat
Hb dan Ht
terjadi sebagai respon terhadap
Kadar pH serum
metabolisme anaerobik.
Trombosit, FDP, fibrinogen, dan APTT.
Diagnosa 2 : Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan
terhadap patogen.
Batasan Karakteristik:
Objektif :
Laserasi kemerahan
Adanya pus pada laserasi
Leukosit meningkat
Tujuan :
Bebas dari infeksi.
Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.
Intervensi dan Rasionalisasi
Batasan Karakteristik :
Objektif :
Adanya perdarahan
Adanya laserasi serviks uteri dan vagina
Tujuan :
Bebas dari cedera
Intervensi dan Rasionalisasi
No. Intervensi Rasionalisasi
1. Mandiri Lepaskan alat prostetik (mis,Menurunkan resiko cedera
lensa kontak, gigi palsu/kawat gigi) dan kecelakaan.
perhiasan.
2. Tinjau ulang catatan persalinan, perhatikanDapat menandakan retensi urin atau
frekuensi berkemih, haluaran, penampilan,menunjukkan keseimbangan cairan
dan waktu berkemih pertama. atau dehidrasi pada klien yang sedang
Pantau haluaran dan warna urin setelahbersalin.
3.
insersi kateter indwelling. PerhatikanMenunjukkan tingkat hidrasi, status
adanya darah dan urin. sirkulasi dan kemungkinan trauma
Kolaborasi Dapatkan specimen urin kandung kemih.
4.
untuk analisis rutin, protein, dan beratRisiko meningkat pada klien bila
jenis. proses infeksi atau keadaan hipertensif
ada.
DAFTAR PUSTAKA
Forsep adalah tindakan obstetric yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat cunam. (Abdul Bari, 2000)
Ekstraksi Forcep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan cunam yang
dipasang dikepalanya. Cunam yang umum dipakai adalah cunam Niagle, sedang pada kepala
yang menyusul dipakai cunam piper dengan lengkung panggul agak datar dan tangkai yang
panjang, melengkung keatas dan terbuka. (Bobak, 2004 :798)
Beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada tindakan ekstraksi forcep yaitu:
Pengkajian
1. Identitas Klien
2. .Riwayat Kesehatan
3. Keluhan utama: Biasanya mengeluh nyeri (daerah luka operasi, laserasi jalan lahir),
cemas dll.
4. Riwayat kesehatan sekarang : Pengembangan dari keluhan utama, misalnya: nyeri
yang dikaji dengan PQRST.
5. Riwayat Penyakit Dahulu: Untuk mendapatkan informasi mengenai masalah klien
yang mungkin menyertai dan menyebabkan dilakukan tindakan pembedahan, seperti
ca servik.
6. Riwayat kesehatan keluarga: Adakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit
keturunan seperti hipertensi, DM, jantung. atau riwayat penyakit menular seperti
hepatitis dan TBC dan riwayat persalinan misalnya secsio karena panggul sempit
7. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
- Riwayat Ginekologi
o Riwayat Menstruasi: Usia pertama kali haid, siklus dan lamanya haid, warna dan
jumlah, HPHT dan tapsiran persalinan.
o Riwayat Perkawinan Usia saat menikah dan usia pernikahan, pernikahan ke
berapa bagi klien dan suami.
o Riwayat Keluarga Berencana Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil,
waktu dan lamanya, apakah ada masalah, jenis kontrasepsi yang akan digunakan.
- Riwayat Obstetri
o Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
o Tahun persalinan, tempat persalinan, umur kehamilan, jenis kelamin anak, BB anak,
keluhan saat hamil, dan keadaan anak sekarang.
8. Pemeriksaan Fisik
Head to to atau per sistem.
Sama seperti pemeriksaan ibu hamil lainnya.
Masalah perlu dikaji kesiapan untuk tindakan pembedahan.
9. Pemeriksaan penunjang: Hasil pemeriksaan HB dan leukosit menjadi hal yang harus
diperhatikan untuk melihat adakah tanda anemia dan infeksi.Golongan darah, urine:
untuk menentukan kadar albumin atau glukosa
Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
I. Pre Tindakan
- Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan atau pemasangan alat
forcep dan vakum berhubungan dengan kurang pemajanan / tidak mengenal
informasi, kesalahan interpretasi.
- Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan actual dari kesejahteraan maternal dan janin, transmisi interpersonal
II. Pasca Tindakan
- Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek anesthesi, efek-efek
hormonal, distensi kandung kemih/ andomen atau perlukaan jalanlahir akibat
invasive alat forcep
Perencanaan Keperawatana.
i. Pre Tindakan
- Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan atau pemasangan alat forcep
dan vakum berhubungan dengan kurang pemajanan /tidak mengenal informasi,
kesalahan interpretasi.
Kriteria hasil :
Intervensi
Kriteria hasil :
Klien dapat mengungkapkan rasa takut pada keselamatan klien dan janin.
Klien mendiskusikan perasaan tentang kelahiran sesaria.
Klien tampak benar-benar rileks.
Klien dapat menggunakan sumber/system pendukung dengan efektif.
Intervensi
Kriteria:
Cunningham, Leveno, dkk,2009, Obstetri Williams, Panduan ringkasedisi 21, EGC, Jakarta.