PADA BY. C
DISUSUN OLEH:
NIM : 2020611002
MALANG
1
2
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
ADULT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (ARDS)
A. DEFINISI
ARDS adalah suatu penyakit yang ditandai oleh kerusakan luas alveolus dan / atau
membran kapiler paru. ARDS selalu terjadi setelah suatu gangguan besar pada system paru,
kardiovaskular, atau tubuh secara luas (Corwin,2006).
ARDS adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat,
biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai
penyebab pulmonal atau nonpulmonal.
ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif kandungan
oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera (Smeltzer,2010).
ARDS merupakan suatu bentuk gagal nafas akut yang berkembang progresif pada
penderita kritis dan cedera tanpa penyakit paru sebelumnya, ditandai dengan adanya
inflamasi parenkim paru dan peningkatan permeabilitas unit alveoli kapiler yang
mengakibatkan hiperventilasi, hipoksemia berat dan infiltrate luas.
ARDS pertama kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun 1967.Diperkirakan
ada 150.000 orang yang menderita ARDS tiap tahunnya dan laju mortalitas tergantung pada
etiologi dan sangat bervariasi. Tingkat mortilitasnya 50 %. Sepsis sistemik merupakan
penyebab ARDS terbesar sekitar 50%, trauma 15 %, cardiopulmonary baypass 15 %, viral
pneumoni 10 % dan injeksi obat 5 %.
B. ETIOLOGI
ARDS dapat terjadi akibat cedera langsung kapiler paru atau alveolus. Namun, karena
kapiler dan alveolus berhubungan sangat erat, maka destruksi yang luas pada salah satunya
biasanya menyebabkan estraksi yang lain. Hal ini terjadi akibat pengeluaran enzim-enzim
litik oleh sel-sel yang mati, serta reaksi peradangan yang terjadi setelah cedera dan kematian
sel. Contoh-contoh kondisi yang mempengaruhi kapiler dan alveolus disajikan di bawah ini.
2
3
Destruksi kapiler, apabila kerusakan berawal di membran kapiler, maka akan terjadi
pergerakan plasma dan sel darah merah ke ruang interstisium. Hal ini meningkatkan jarak
yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbon dioksida untuk berdifusi, sehingga kecepatan
pertukaran gas menurun. Cairan yang menumpuk di ruang interstisium bergerak ke dalam
alveolus, mengencerkan surfaktan dan meningkatkan tegangan permukaan. Gaya yang
diperlukan untuk mengembangkan alveolus menjadi sangat meningkat. Peningkatan
tegangan permukaan ditambah oleh edema dan pembengkakan ruang interstisium dapat
menyebabkan atelektasis kompresi yang luas.
Destruksi Alveolus apabila alveolus adalah tempat awal terjadinya kerusakan, maka luas
permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas berkurang sehingga kecepatan pertukaran gas
juga menurun. Penyebab kerusakan alveolus antara lain adalah pneumonia, aspirasi, dan
inhalasi asap. Toksisitas oksigen, yang timbul setelah 24-36 jam terapi oksigen tinggi, juga
dapat menjadi penyebab kerusakan membran alveolus melalui pembentukan radikal-radikal
bebas oksigen.
Tanpa oksigen, jaringan vaskular dan paru mengalami hipoksia sehingga semakin
menyebabkan cedera dan kematian sel. Apabila alveolus dan kapiler telah rusak, maka reaksi
peradangan akan terpacu yang menyebabkan terjadinya edema dan pembengkakan ruang
interstitium serta kerusakan kapiler dan alveolus di sekitarnya. Dalam 24 jam setelah awitan
ARDS, terbentuk membran hialin di dalam alveolus. Membran ini adalah pengendapan fibrin
putih yang bertambah secara progesif dan semakin mengurangi pertukaran gas. Akhirnya
terjadi fibrosis menyebabkan alveolus lenyap. Ventilasi, respirasi dan perfusi semuanya
terganggu. Angka kematian akibat ARDS adalah sekitar 50%. (Elisabeth J. Cowin, 2006, hal.
420-421).
Menurut Hudak & Gallo (2007), gangguan yang dapat mencetuskan terjadinya ARDS
adalah:
Sistemik:
o Syok karena beberapa penyebab
o Sepsis gram negative
o Hipotermia
o Hipertermia
o Takar lajak obat (Narkotik, Salisilat, Trisiklik, Paraquat, Metadone, Bleomisin)
3
4
4
5
PaO2 yang sangat rendah kadang-kadang bersifat menetap meskipun konsentrasi oksigen
yang dihirup (FiO2) sudah adekuat. Keadaan ini merupakan indikasi adanya pintas paru
kanan ke kiri melalui atelektasis dan konsolidasi unit paru yang tidak terjadi ventilasi.
Keadaan inilah yang menandakan bahwa paru pasien sudah mengalami bocor di sana-sini,
bentuk yang tidak karuan, serta perfusi oksigen yang sangat tidak adekuat.
Setelah dilakukan perawatan hipoksemia, diagnosis selanjutnya ditegakkan dengan
bantuan beberapa alat. Untuk menginvestigasi adanya gagal jantung dapat dipasang kateter
Swan-Ganz, dari sini dapat dilihat bahwa pulmonary arterial wedge pressure (PAWP) akan
terukur rendah (<18 mmHg) pada ARDS serta meningkat (>20 mmHg) pada gagal jantung.
Jika terdapat emboli paru (keadaan yang menyerupai ARDS) mesti dieksplorasi hingga
pasien stabil sambil mencari sumber trombus yang mungkin terdapat pada pasien, misalnya
dari DVT. Pneumosystis carinii dan infeksi-infeksi paru lainnya patut dijadikan diagnosis
diferensial, terutama pada pasien-pasien imunokompromais.
5
6
Perubahan
status kesehatan
Koping individu
tak efektif
Kurang info
tentang penyakit
6
7
Stress psikologis
Ansietas
E. Manifestasi Klinik
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah:
Penurunan kesadaran mental
Takikardi, takipnea
Dispnea dengan kesulitan bernafas
Terdapat retraksi interkosta
Sianosis
Hipoksemia
Auskultasi paru: ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing
Auskultasi jantung: BJ normal tanpa murmur atau gallop
Tanda dan gejala ARDS menurut Yasmin dan Cristantie, (2003) yaitu:
1. distres pernafasan akut : takipnea dispnea, pernafasan menggunakan otot, aksesori,
sianosis sentral
2. batuk kering dan demam yang terjadi lebih dari beberapa jam sampai seharian
3. krakles halus di seluruh bidah paru
4. perubahan sensorium yang berkisar dari kelam piker dan agitasi sampai koma
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah:
Hipoksemia (pe ↓ PaO2)
Hipokapnia (pe ↓ PCO2) pada tahap awal karena hiperventilasi
Hiperkapnia (pe ↑ PCO2) menunjukkan gagal ventilasi
Alkalosis respiratori (pH > 7,45) pada tahap dini
Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
7
8
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Untuk menegakkan diagnosa ARDS sangat tergantung dari pengambilan anamnesa
klinis yang tepat. Pemeriksaan laboraturium yang paling awal adalah hipoksemia, sehingga
penting untuk melakukan pemeriksaan gas-gas darah arteri pada situasi klinis yang tepat,
kemudian hiperkapnea dengan asidosis respiratorik pada tahap akhir. Pada permulaan, foto
dada menunjukkan kelainan minimal dan kadang-kadang terdapat gambaran edema
interstisial. Pemberian oksigen pada tahap awal umumnya dapat menaikkan tekanan PO2
arteri ke arah yang masih dapat ditolelir. Pada tahap berikutnya sesak nafas bertambah,
sianosis penderita menjadi lebih berat ronki mungkin terdengar di seluruh paru-paru. Pada
saat ini foto dada menunjukkan infiltrate alveolar bilateral dan tersebar luas. Pada saat
terminal sesak nafas menjadi lebih hebat dan volume tidal sangat menurun, kenaikan PCO2
dan hipoksemia bertambah berat, terdapat asidosis metabolic sebab hipoksia serta asidosis
respiratorik dan tekanan darah sulit dipertahankan.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pasang jalan nafas yang adekuat * Pencegahan infeksi
Ventilasi Mekanik * Dukungan nutrisi
TEAP * Monitor system terhadap respon
Pemantauan oksigenasi arteri * Perawatan kondisi dasar
Cairan
Farmakologi (O2, Diuretik, A.B)
I. KOMPLIKASI
8
9
Menurut Hudak & Gallo (2007), komplikasi yang dapat terjadi pada ARDS adalah:
Abnormalitas obstruktif terbatas (keterbatasan aliran udara)
Defek difusi sedang
Hipoksemia selama latihan
Toksisitas oksigen
Sepsis
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Keadaan-keadaan berikut biasanya terjadi saat periode latent saat fungsi paru relatif
masih terlihat normal (misalnya 12 – 24 jam setelah trauma/shock atau 5 – 10 hari setelah
terjadinya sepsis) tapi secara berangsur-angsur memburuk sampai tahapan kegagalan
pernafasan. Gejala fisik yang ditemukan amat bervariasi, tergantung daripada pada
tahapan mana diagnosis dibuat.
2. Pengumpulan Data
A. Biodata
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa, diagnosa,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. medical record, dan alamat.
Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan klien.
B. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
RSMRS
- Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit yang
sama ketika klien masuk rumah sakit.
Keluhan utama: Nyeri
Riwayat keluhan utama
P : nyeri
Q : Terus menerus
R : seluruh persendian, dada, dan perut
9
10
S : 4(0-5)
T : saat beraktifitas
Riwayat kesehatan dahulu
- Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
- Riwayat pemakaian obat-obatan
C. Pengkajian primer
Airway
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Jalan napas tidak normal
Terdengar adanya bunyi napas ronchi
Tidak ada jejas badan daerah dada
2) Breathing
Peningkatan frekunsi napas
Napas dangkal dan cepat
Kelemahan otot pernapasan
Kesulitan bernapas: sianosis
3) Circulation
Penurunan curah jantung: gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Pingsan
berkeringat banyak
Reaksi emosi yang kuat
Pusing, mata berkunang – kunang
4) Disability
Dapat terjadi penurunan kesadaran
Triase: merah
D. Pengkajian Sekunder
Aktivitas / istrahat
10
11
11
12
a. Pengelompokan data
Data subyektif
- Klien mengeluh mudah lelah
- Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas
- Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakit
- Klien mengatakan takut akan kondisi penyakitnya
- Klien mengatakan nafsu untuk makan kurang
- Klien mengatakan kesulitan untuk bernapas
- Klien mengatakan merasakan sesak
Data obyektif
- Peningkatan kerja napas (penggunaan otot pernapasan)
- Bunyi napas mungkin crakles, ronchi, dan suara nafas bronchial
- Napas cepat
- Perkusi dada: Dull diatas area konsolidasi
- Penurunan dan tidak seimbangnya ekpansi dada
- Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada yang ditemukan dengan cara
palpasi.
- Sputum encer, berbusa
- Pallor atau cyanosis
- Perubahan berat badan
- Porsi makan tidak dihabiskan
- Cemas
- Ketakutan akan kematian
- Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia)
- Hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
- Heart rate: takikardi biasa terjadi
- Kulit dan membran mukosa: mungkin pucat, dingin.
12
13
b. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Ds : Trauma langsung / tak Tidak efektifnya
- Klien mengatakan kesulitan untuk langsung pada paru jalan napas
bernapas ↓
- Klien mengatakan merasakan Mengganggu mekanisme
sesak pertahanan saluran napas
Do : ↓
- Bunyi napas mungkin crakles, Kehilangan fungsi silia
ronchi, dan suara nafas bronchial jalan napas
- Perkusi dada: Dull diatas area ↓
konsolidasi Tidak efektifnya jalan
- Peningkatan fremitus (tremor napas
vibrator pada dada yang
ditemukan dengan cara palpasi.
- Sputum encer, berbusa
14
15
Intoleransi aktivitas
Ds : Trauma pada paru Gangguan
- Klien mengatakan nafsu untuk ↓ pemenuhan nutrisi
makan kurang Kerusakan membrane
kapiler alveoli
Do : ↓
- Perubahan berat badan Edema alveolar dan
- Porsi makan tidak dihabiskan interstitial
↓
Sesak
↓
Menurunan nafsu makan
↓
Intake nutrisi kurang
↓
Penurunan berat badan
↓
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
↓
Ansietas
c. Prioritas masalah
1) Tidak efektifnya jalan nafas
2) Gangguan pertukaran gas.
3) Gangguan pemenuhan nutrisi
4) Intoleransi aktivitas
5) Ansietas
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan
cairan di permukaan alveoli
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
5. Cemas/takut berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
16
17
17
18
Kolaborasi:
8. Berikan oksigen,
cairan IV;
tempatkan di kamar
humidifier sesuai
indikasi
9. Berikan
fisiotherapi dada
misalnya: postural
drainase, perkusi
dada/vibrasi jika
ada indikasi
10. Berikan therapi
aerosol, ultrasonik
nabulasasi
11. Berikan
bronchodilator
misalnya:
aminofilin, albuteal
dan mukolitik
18
19
3. Kaji adanya
cyanosis
19
20
4. Observasi adanya
somnolen,
confusion, apatis,
dan
ketidakmampuan
beristirahat
5. Berikan istirahat
yang cukup dan
nyaman
Kolaborasi:
6. Berikan
humidifier oksige
dengan masker
CPAP jika ada
indikasi
7. Berikan
pencegahan IPBB
8. Review X-Ray
dada
9. Berikan obat-
obat jika ada
indikasi seperti
steroids, antibiotic,
bronchodilator dan
ekspektorant
20
21
21
22
sebelum penyapihan
upaya untuk mencegah
produksi CO2 berlebihan
dan menurunkan kemudi
pernapasan
6. Awasi 6. Memberikan
pemeriksaan informasi tentang
laboratorium sesuai dukungan nutrisi adekuat
indikasi, contoh / perlu perubahan
serum, transferrin,
glukosa
22
23
23
24
24
25
Kolaborasi:
9. Memberikan
sedative sesuai 9. Mungkin dibutuhkan
indikasi dan untuk menolong dalam
monitor efek yang mengontrol kecemasan
merugikan dan meningkatkan
istirahat. Bagaimanapun
juga efek samping
25
26
seperti depresi
pernafasan mungkin
batas atau kontraindikasi
penggunaan.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, H. dan A. Mukty. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga
University Press.
Asher M.I. dan P.H. Beadry. 2010. Lung Abscess in Infections of Respiratory Tract. 3rd ed.
Kanada: Prentice Hall Inc.
Bunner, Suddath, dkk . 2009. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 1. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall.2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisin 8. Jakarta: EGC.
Corwin J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn. E. 2010, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi: 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif.2006. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Mediaesculapius
Price, Sylvia. A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Wong, Donna. L. 2007. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI - MALANG
26
27
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Klien
a. Nama :C
b. Umur : 1 hari
c. Jenis kelamin : laki- laki
d. Agama : islam
e. Suku / Bangsa : jawa/indonesia
f. Alamat : tirto
g. No. Register :-
h. Tanggal Masuk RS : 24/05/2021
i. Tanggal Pengkajian : 24/05/2021
j. Diagnosa Medis : ARDS
k. Nama Orang Tua : Ny. P
2. Keluhan Utama :
By C sesak nafas disertasi dengan sianosis pada ekstrimitas paa saat lahir.
Bayi datang diantar keluarga, ibu melahirkan di bidan X. Bayi sianosis, retraksi
dinding dada berlebihan, nadi : 154 x/menit, nafas 78 x/menit, disertai badan panas suhu
tubuh 37,70C. Ibu klien melahirkan di bidan dengan partus normal, usia kehamilan 29
minngu dan status kehamilan G3 P3 Ao, ketuban jernih, ketuban pecah dini tidak terjadi.
Lama persalinan 2 jam dari pembukaan I sampai keluarnya janin. Keadaan umum :
Lemah, Kesadaran : Letargi, Lingkar kepala : 33 Cm, Lingkar dada : 30 Cm, Panjang
badan : 45 Cm, Berat badan : 2400 Gram. Hasil Photo Thorax
Cor : besar dan bentuk baik, Pulmo : Infiltrat di perikardia bilateral dengan gambaran air
Bronchogram, Air diafraghma baik, Therapy : Aminoppillin 2 x 0,2 cc/hari dan Ulcumet
2 x 0,15 cc/hari
b. Riwayat Natal:
-
5. Riwayat Imunisasi
Vaksin hepatitis B
27
28
GENOGRAM
KETERANGAN:
Pasien:
Meninggal:
Perempuan :
Laki- laki:
c. Aspek Spiritual / Sistem Nilai Kepercayaan; orang tua bayi dan bayi agama ismal,
dan orang tua bayi selalu sholat untuk kesembuhan bayi C
9. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
28
29
Makan/minum 2 2
Mandi 2 2
Berpakaian/berdandan 2.................................... 2
Toileting 2.......................................... 2
Mobilitas di tempat tidur 2 2
Berpindah 2 2
Berjalan 2 2
Pemberian Skor: 0 = mandi i, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = tidak mampu
BAK:
- Frekuensi/pola 3x/1 hari ...................................... 2x/hari .......................................
- Warna & Bau bau khas ...................................... bau khas ....................................
- Kesulitan tidak ada ...................................... tidak ada ....................................
- Upaya mengatasi tidak ada tidak ada ....................................
Pola Perkembangan
30
31
5.Abdomen :
Inspeksi : Abdomen klien tampak simetris kiri dan kanan, perut klien
tampak datar, tidak tampak ada lesi, tidak ada pembengkakan pada abdomen, warna kulit
abdomen sama dengan kulit yang lain.
Auskultasi : bising usus 8x/m
Palpasi: terdengar suara timpani
Perkusi : Hepar tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
6. Genetalia :
Inspeksi :
Palpasi :
7. Ekstremitas : Kekuatan otot ………………………………………………………
Kontraktur …………………………… Pergerakan ……………….
Deformitas ……………………………Pembengkakan …………….
Nyeri/nyeri tekan ……………….
Pus/luka …………………………
Radiologi
Photo Thorax
Cor : besar dan bentuk baik, Pulmo : Infiltrat di perikardia bilateral dengan gambaran air
Bronchogram, Air diafraghma baik
16. Kesimpulan
Malang. 24/05/2021
Pengkaji
A. ANALISIS DATA
MASALAH
NO DATA PENYEBAB
KEPERAWATAN
32
33
33
34
↓
Edema alveolar dan
interstitial
↓
Sesak
↓
Menurunan nafsu
makan
↓
Intake nutrisi kurang
↓
Penurunan berat badan
↓
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
34
35
NAMA
DIAGNOS
DAN
A TUJUAN DAN KRITERIA
NO INTERVENSI TTD
KEPERA HASIL
PERA
WATAN
WAT
1. Gangguan Setelah diberikan tindakan Observasi :
keperawatan selama 2x 24 jam, Monitor frekuensi, irama , kedalaman dan
pertukaran
gas upaya napas
diharapkan gangguan Monitor pola napas( seperti takipnea)
pertukaran gas tidak terjadi, Monitor adanya sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
dengan criteria hasil : Auskultasi bunyi napas
- Pasien dapat memperlihatkan Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
ventilasi dan oksigenasi
Monitor nilai x-ray toraks
yang adekuat Terapeutik:
- Bebas dari gejala distress Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
pernafasan Dokumentasi hasil pemantauan
- RR = 40 x/menit ; HR = 75
– 100 x/menit
Manajemen nutrisi
35
36
36
37
NAMA &
TANDA
NO TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
TANGAN
PERAWAT
1. 25/05/2021 10.00 Observasi :
Memonitor frekuensi, irama , kedalaman dan upaya napas
Memonitor pola napas( seperti takipnea)
Memonitor adanya sumbatan jalan napas
memPalpasi kesimetrisan ekspansi paru
mengAuskultasi bunyi napas
Memonitor saturasi oksigen
Memonitor nilai AGD
Memonitor nilai x-ray toraks
Terapeutik:
megAtur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasi hasil pemantauan
38
39
E. EVALUASI
DIAGN TANGGAL
OSA
N
KEPER
O
AWATA
N
1.
S: - S: -
O: O:
By.C tampak sesak , RR : by C minum susu formula tetapi
78X/M tidak maksimal
Penggunaan otot Kebutuhan nutris
pernapsan
Retraksi dinding dada
berlebihan
Penurunan dan tidak A : masalah belum teratasi
seimbangnya ekpansi P :lajutkan intervensi
dada
dengan sianosis pada
ektrimitas pada saat
lahir
pasien terpasang
ventilator
hasil AGD
39
40
PH:6,47
Pco2: 32 mmHg
A : Masalah belum teratasi
P :Lanjutkan intervensi
Malang, 27/05/2021
Pembimbing Klinik
Mahasiswa
(.......................................................)
MARIA DOMITILA ROSTI
NIM: 2020611002
40
41
41