Anda di halaman 1dari 9

PEDOMAN

PELAYANAN TRIASE KEGAWATDARURATAN

RSUD MOROWALI
BUNGKU
2017
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..............................................................................................


i
Daftar Isi .......................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................


1
A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Tujuan .......................................................................................
1
C. Ruang Lingkup ..........................................................................
1
D. Dasar Hukum ............................................................................
2

BAB II KETENTUAN – KETENTUAN UMUM .............................................


3
A. Pengertian .................................................................................
3
B. Pelaksana .................................................................................
3

BAB III MEKANISME TRIASE .....................................................................


4
BAB IV PENUTUP .......................................................................................
6

ii
Rev.00
iii
Rev.00
PANDUAN TRIASE INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD MOROWALI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kegawatdaruratan memerlukan penanganan secara terpadu,
multidisiplin dan multiprofesi. Pelayanan kegawatdaruratan saat ini sudah
diatur dalam suatu sistem yang dikenal dengan Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Bantuan yang diberikan pada pasien
gawat darurat ini bertujuan untuk penyelamatan nyawa dan mencegah
kecacatan.
Pasien yang datang ke instalasi gawat darurat mempunyai bermacam-
macam masalah, mulai dari yang benar-benar memerlukan penanganan
segera sampai yang sebenarnya dapat ditangani di poliklinik non gawat
darurat. Sumber daya yang bekerja di instalasi gawat darurat harus dapat
bekerja seefisien mungkin agar dapat memberikan pelayanan yang optimal
kepada pasien yang datang ke instalasi gawat darurat. Begitu pula dengan
fasilitas yang tersedia harus digunakan pada pasien yang benar-benar
memerlukan, sesuai dengan tingkat kegawatan yang dialami.
Sebagai unit gawat darurat level III, instalasi gawat darurat RSUD Morowali
memiliki dokter spesialis yang jaga (on call) yang meliputi dokter spesialis
bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam, anak, dan anestesi. Agar
semua sumber daya ini dapat dimanfaatkan dengan efisien perlu ditetapkan
suatu panduan yang dapat memilah pasien sesuai dengan tingkat
kegawatannya.

B. Tujuan
1. Melakukan asesmen dan pemilahan kegawatdaruratan
2. Pasien mendapatkan penanganan sesuai tingkat kegawatdaruratan

C. Ruang Lingkup
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan

1
Rev.00
3. Instalasi Rawat Inap

D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia no 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit.

2
Rev.00
BAB II
KETENTUAN UMUM

A. Pengertian
Triase kegawatdaruratan adalah suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien
untuk menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien,
merupakan suatu proses untuk melakukan asesmen segera terhadap semua
pasien yang datang ke rumah sakit. Ini merupakan fungsi yang sangat
mendasar pada pelayanan pasien gawat darurat dimana banyak pasien
harus ditangani secara bersamaan dengan tingkat kegawatan yang berbeda-
beda. Sistem triase yang efektif bertujuan untuk menentukan pasien yang
perlu penanganan segera mendapatkan perhatian yang benar, ditempatkan
pada lokasi yang benar sesuai dengan derajat kegawatan. Penanganan
kegawatdaruratan dimulai sesuai dengan kebutuhan klinis bukan hanya
tergantung dari waktu kedatangan.
Retriase adalah bentuk kegiatan reasesmen berkelanjutan yang dilakukan
secara simultan untuk mengetahui perubahan klinis, menentukan prioritas
penanganan dan mengarahkan kepada pelayanan yang sesuai.

B. Pelaksana
Petugas yang bertanggungjawab dalam proses triase adalah dokter dan /
atau perawat yang terlatih, sedangkan proses retriase dilakukan oleh dokter
penanggung jawab pelayanan di setiap label.

3
Rev.00
BAB III
MEKANISME TRIASE

Triase dilakukan saat pasien datang di RSUD Morowali dan merupakan awal dari
penanganan pasien di rumah sakit. Triase merupakan suatu proses yang berjalan
berkelanjutan yang selalu diikuti dengan asesmen dan reasesmen.
Keputusan triase dibuat berdasar respon pasien, tanda dan gejala, bukan
berdasarkan diagnosis. Kategori / label dalam triase diberikan berdasarkan
tingkat kegawatan dan kebutuhan untuk mendapatkan penanganan segera.
Untuk menentukan triase petugas triase harus mempunyai parameter kondisi
pasien dengan kegawatan.

I. Instalasi Gawat Darurat


Sistem Penanganan Gawat Darurat di instalasi gawat darurat pertama kali
dilakukan dengan mengelompokkan pasien sesuai derajat kegawatan
(triase) yang kemudian diberi label.
Dalam triase dikenal 4 macam label berdasar tingkat kegawatan dan
kebutuhan penanganan segera, yaitu :

1. Merah
Pasien yang dikelompokkan ke dalam label merah adalah pasien yang
memiliki kegawatdaruratan yang mengancam jiwa dan harus mendapatkan
penanganan segera, seperti:
- Gangguan / obstruksi jalan napas
- Gangguan pernafasan berat
- Syok oleh karena berbagai sebab
- Gangguan kesadaran berat
- Dan lain lain
Pasien dengan label merah akan ditangani di ruangan label merah oleh
tim dokter spesialis dengan DPJP utama Spesialis Anestesi.

2. Kuning
Adalah kelompok pasien yang memerlukan pengawasan ketat tetapi tidak
ada ancaman kehidupan (life threatening). Penanganan dapat ditunda
sementara akan tetapi dalam waktu tidak terlalu lama (maksimal 30
menit) harus segera ditangani, seperti :

4
Rev.00
- Trauma kepala tanpa gangguan kesadaran berat
- Fraktur multipel tanpa syok
- Trauma thorax tanpa distress pernafasan
- Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung,
trauma abdomen berat, dehidrasi berat).
- Dan lain-lain
Pasien dengan label kuning akan ditangani di ruangan label kuning oleh
DPJP yang sesuai berdasarkan asesmen medis yang dilakukan oleh tim
dokter. Selama penanganan dalam label kuning dilakukan re-triase
secara berkala sesuai kondisi klinis. Bila kondisi memburuk (ada ancaman
kehidupan) segera dibawa ke label merah untuk dilakukan resusitasi.

3. Hijau
Adalah kelompok pasien tidak gawat dan penanganannya dapat ditunda,
seperti :
- ISPA
- Gastritis akut
- Dermatitis
- Dan lain-lain
Pasien dengan label hijau akan ditangani di ruangan label hijau oleh
DPJP. Selama penanganan dalam label hijau dilakukan re-triase sesuai
kondisi klinis sebelum pasien dipulangkan.

4. Hitam
Pasien yang datang tanpa tanda kehidupan (henti napas, henti jantung,
pupil midriasis maksimal) di rumah sakit dibawa ke label merah untuk
memastikan kematian sesuai SPO Penentuan Kematian di IGD.
Selanjutnya jika pasien dipastikan meninggal dibawa ke label hitam dan
dilakukan observasi selama 2 jam sebelum dibawa ke kamar mayat.
Retriase dilaksanakan di label hijau, kuning dan merah, dilaksanakan
dalam waktu tertentu sesuai dengan kondisi pasien.

II. Unit Rawat Jalan


Pasien yang datang berkunjung ke rawat jalan diidentifikasi adakah
kegawatdaruratan. Bila didapatkan tanda-tanda kegawatdaruratan maka
pasien ditransfer ke IGD.

5
Rev.00
BAB IV
PENUTUP

Triase merupakan langkah awal dalam skrining pasien yang mempunyai


kegawatdaruratan. Hasil akhir dari proses pelayanan pasien gawat darurat
sangat ditentukan oleh penanganan pertama paada pasien tersebut yang dimulai
dari triase. Oleh karena itu panduan triase ini sangat penting untuk dipahami dan
dilaksanakan.

6
Rev.00

Anda mungkin juga menyukai