Anda di halaman 1dari 7

STUDI KASUS HARMONISA PADA SISI SUMBER

AKIBAT PENGGUNAAN dan PROSES SWITCHING DC CHOPPER

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

Oleh :
Anang Eko Herdiyanto
L2F 300 497

ABSTRAK

Penggunaan konverter berbasis rangkaian elektronik mengakibatkan pembangkitan harmonisa tegangan dan
arus disisi sumber. Salah satu aplikasinya adalah DC Chopper yang digunakan untuk mengkonversikan tegangan
searah tetap menjadi tegangan searah yang dapat divariasikan dengan mengatur waktu membuka dan menutupnya
saklar statis yang terhubung di antara sumber dan beban terpasang.
Pengujian pembangkitan harmonisa tegangan dan arus dilakukan dengan bantuan alat ukur HIOKI 3286-20
untuk mengetahui perbandingan besar kecilnya magnitudo harmonisa tegangan dan arus yang dibangkitkan disisi
sumber (tegangan jala-jala) akibat penggunaan dan proses switching DC Chopper dengan variasi beban terhubung R
dan RL dan pengaturan duty cycle rangkaian kontrol chopper dari 0,1 (minimal) hingga 0,9 (maksimal).
Hasil evaluasi dan analisa dalam studi kasus ini menunjukkan pembangkitan harmonisa tegangan tidak terlalu
signifikan ( 3% pada masing-masing orde harmonik dan  4% pada THDv terhadap nilai fundamental), sedangkan
harmonisa arus disisi sumber menghasilkan kuantitas persentase harmonisa yang sangat signifikan, ( 40% pada
masing-masing orde harmonik dan  30% pada THDi terhadap nilai fundamental). Level distorsi arus termasuk dalam
kategori medium ( 20%  THDi  50%).

I. PENDAHULUAN 1. DC Chopper yang digunakan adalah DC Chopper


Latar Belakang Masalah step down satu fasa.
Konverter daya merupakan perangkat konversi 2. Tegangan DC masukan diperoleh dari rangkaian
energi listrik yang berbasiskan rangkaian elektronik. penyearah tak terkontrol satu fasa.
Salah satu aplikasinya adalah konverter DC-DC yang 3. Sinyal kontrol pemicuan chopper dibuat
berfungsi mengkonversikan sumber tegangan DC yang berdasarkan sistem kontrol PWM.
bernilai konstan menjadi tegangan DC variabel secara 4. Beban yang terhubung pada DC Chopper adalah
langsung. Konverter jenis ini lebih dikenal dengan beban resistif berupa lampu pijar 12V/35W dan
sebutan DC Chopper. Dengan menghubungkan saklar beban induktif berupa lilitan transformator.
statis (chopper) diantara sumber tegangan dan beban 5. Bentuk gelombang tegangan jala-jala dianggap
terpasang dan mengatur waktu penyala-padaman saklar sinus murni.
(ton dan toff) pada rentang frekuensi tetap, maka 6. Evaluasi dan analisa dilakukan hanya pada sisi
tegangan keluaran DC Chopper dapat diatur. masukan dan perbandingan standarisasi.
Penggunaan konverter berbasis elektronik 7. Evaluasi dilakukan dengan analisa tabulasi, grafik,
membuat arus sistem menjadi sangat terdistorsi dengan dan naratif, (tidak disimulasikan).
persentase kandungan harmonisa arus (THDi) yang 8. Tidak membahas masalah filter.
sangat signifikan. Strategi kontrol konverter pada 9. Tidak membahas konstruksi gelombang harmonik.
proses konversi energi listrik juga menyebabkan
pembangkitan harmonisa tegangan ke suplai daya II. DASAR TEORI
sistem. Namun, ternyata studi dan pengukuran Prinsip Dasar DC Chopper
harmonisa tegangan dan arus disisi sumber belum Penggunaan tegangan searah (DC) dalam sistem
banyak dilakukan. tenaga masih sangat dibutuhkan, sehingga peralatan
yang menghasilkan tegangan searah terus
Tujuan Penulisan dikembangkan. Salah satu aplikasinya adalah DC
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Tugas Chopper, dengan tegangan DC keluarannya dapat lebih
Akhir ini adalah untuk meneliti dan mengevaluasi tinggi atau lebih rendah dari tegangan DC masukannya.
pembangkitan harmonisa tegangan dan arus disisi Dalam sistem ketenagaan, DC Chopper diaplikasikan
sumber (tegangan jala-jala) akibat penggunaan dan sebagai rangkaian kontrol motor dan regulator
proses switching DC Chopper, khususnya DC Chopper tegangan DC[17].
jenis step-down satu fasa dengan alat bantu pengukuran S L
HIOKI 3286-20.

Vd Dm C RL Vo
Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang tidak
berkaitan langsung dengan judul Tugas Akhir ini, maka
penulis memberikan batasan : Gambar 2.1 Rangkaian Dasar DC Chopper

1
Apabila saklar S ditutup, maka tegangan sumber Vd di
L  VO ……………………………….………….(2.5)
akan terkirim ke beban dan apabila saklar S terbuka, dt
maka beban RL akan terlepas dari sumber. Dengan Ldi  VO dt  VO .toff ………………………………...(2.6)
mengatur perbandingan waktu saat saklar menutup (ton)
dan saat saklar membuka (toff) pada rentang frekuensi Penggabungan persamaan (2.3) dan (2.6) akan
yang tetap, maka tegangan keluarannya dapat diatur. menghasilkan sebuah persamaan baru yang
Tegangan keluaran DC Chopper dapat dihitung dengan mengandung parameter duty cycle (D), yaitu :
persamaan :[17] Vd  VO .ton  VO .t off ………………………………...(2.7)
t on
Vo  .Vd Vd .t on  VO t on  t off   VO .Ts …………….…………(2.8)
t on  t off
 f .t on .Vd ……………………………………...(2.1) Persamaan (2.8) dapat disederhanakan :
VO ton …………………………………...(2.9)
 D
Dari persamaan (2.1) diatas jelas bahwa tegangan Vd ton  toff
keluaran DC Chopper dapat diatur dengan cara : VO  D.Vd …………………………………………(2.10)
1. Mengatur perbandingan waktu on dan waktu off
dengan frekuensi tetap. Harmonisa
2. Mengatur frekuensi dengan waktu on tetap. Harmonisa adalah gangguan yang muncul akibat
terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan. Pada
DC Chopper Step-Down Satu Fasa dasarnya harmonisa adalah gejala pembentukan
Sesuai dengan namanya, tegangan keluaran DC gelombang-gelombang dengan frekuensi berbeda yang
Chopper step-down satu fasa nilainya selalu lebih kecil merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi
dari tegangan DC masukannya[15]. dasar atau frekuensi fundamentalnya, yaitu frekuensi
harmonisa yang timbul pada bentuk gelombang
1. DC Chopper Kondisi ON aslinya, sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi
Jika saklar S pada posisi menutup dalam interval waktu dasar disebut angka urutan harmonik. Apabila
tertentu (ton), maka tegangan Vd akan terkirim ke beban frekuensi dasar ditetapkan sebesar 50 Hz, maka
RL melalui inductor L, sedangkan dioda D mendapat harmonisa keduanya adalah gelombang dengan
prategangan balik sehingga arus tidak mengalir melalui frekuensi sebesar 100 Hz, harmonisa ketiga adalah
dioda. gelombang dengan frekuensi sebesar 150 Hz dan
iL seterusnya. Gelombang-gelombang harmonisa ini akan
L iC ia menumpang pada gelombang murni atau aslinya,
Vd C beban sehingga terbentuk gelombang cacat yang merupakan
jumlah antara gelombang murni sesaat dengan
gelombang harmonisanya.
Gambar 2.2 DC Chopper Kondisi ON Parameter yang memiliki korelasi dengan
permasalahan harmonisa :
Berdasarkan gambar diatas, diperoleh persamaan : 
2
di
V  V  V  L  V …………………………….(2.2) M n

x100% …………………….…….(2.11)
d L O O n 2
dt THD 
M1
Ldi  Vd  VO .dt  Vd  VO .ton …………………...(2.3) dengan :

2. DC Chopper Kondisi OFF Mn : nilai rms komponen harmonisa tegangan atau arus
Jika saklar S dalam posisi hubung terbuka dalam orde ke-n
interval waktu tertentu (toff), maka beban RL terlepas
dari sumber Vd, namun arus induktor tetap mengalir M1 : nilai rms komponen harmonisa tegangan atau arus
melalui dioda D dan memindahkan energi yang orde ke-1
tersimpan pada induktor ke beban.
Jika tegangan atau arus masukan mengalami
iL distorsi, berarti telah terjadi penyimpangan bentuk
L iC ia
gelombang arus bolak-balik terhadap bentuk
Dfw C beban
gelombang sinus yang merupakan gelombang ideal
dari arus bolak-balik yang dibangkitkan pada sistem
tenaga listrik. THD menunjukkan tingkat kecacatan
Gambar 2.3 DC Chopper Kondisi OFF gelombang secara keseluruhan dibandingkan dengan
bentuk gelombang aslinya dan biasanya dinyatakan
Dari gambar rangkaian 2.3 diatas, sumber tegangannya dalam persentase.
diperoleh dari induktor (VL), maka akan didapatkan
persamaan berikut : 2.4 Harmonisa Dalam Sistem Tenaga Listrik
Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis
VL  VO ………………………………….…………(2.4)
beban yaitu beban linier dan beban non linier. Beban
linier adalah beban yang memberikan bentuk

2
gelombang keluaran yang linier artinya arus yang blok rangkaian catu daya DC dan blok rangkaian uji ke
mengalir sebanding dengan impedansi dan perubahan dua adalah DC Chopper.
tegangan. Sedangkan beban non linier adalah bentuk
gelombang keluarannya tidak sebanding dengan AC Beban
R, RL
tegangan dalam setiap setengah siklus sehingga bentuk
220 VAC
gelombang arus maupun tegangan keluarannya tidak
sama dengan gelombang masukannya (mengalami
Titik
distorsi). Pengukuran

R
Irms
Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian Uji Pertama
AC Beban
V.sin.(wt) Non Linier
AC Chopper Beban
D=0,1-0,9 R, RL
220 VAC

Gambar 2.4 Sistem Yang Mensuplai Beban


Non Linier Titik
Pengukuran

Penggunaan beban non linier, seperti konverter Gambar 3.2 Diagram Blok Rangkaian Uji Ke dua
daya berbasiskan rangkaian elektronik ternyata
menyebabkan pembangkitan harmonisa arus disisi
sumber nilainya sangat signifikan. Sehingga, perlu 3.2 Pengukuran Dengan Alat Ukur HIOKI 3286-20
dilakukan evaluasi dan analisa untuk memperoleh Keseluruhan pengambilan data, baik harmonisa
solusi mengeliminir persentase pembangkitan tegangan maupun arus dilakukan dengan bantuan alat
harmonisa, karena penggunaan beban non linier pada ukur HIOKI 3286-20. Alat ini didesain khusus untuk
berbagai sektor kehidupan akan terus meningkat melakukan fungsi pengukuran terhadap harmonisa
seiring dengan kemajuan teknologi. tegangan dan arus pada rangkaian satu fasa maupun
tiga fasa dengan orde harmonik yang dapat terukur
Analisa Fourier adalah orde pertama sampai orde ke dua puluh.[27]
Teori deret Fourier menyebutkan bahwa semua
bentuk gelombang asalkan gelombang tersebut adalah
periodik dan juga memenuhi syarat-syarat Dirichlet,
maka gelombang tersebut dapat dideretkan menjadi
penjumlahan dari sejumlah sinyal sinus, kosinus, dan
sebuah harga rata-rata atau sinyal konstan.

f(t) = ao + a1 cos 0 t + a2 cos 20t + .........


+ b1sin 0t + b2 sin 20t + .........

 Gambar 3.3 Proses Pengukuran Harmonisa Tegangan


= ao + 
n 1
( an cos n 0t + bn sin n0t ) ….…….(2.12)

nilai a0 didapat dari persamaan


T

a0 
1
f t dt
....................................................(2.13)
T 0

sedangkan nilai an dan bn didapatkan dari : Gambar 3.4 Proses Pengukuran Harmonisa Arus
2T
an   f t cos n. 0 .t.dt ……………………...(2.14) Pengukuran harmonisa tegangan dilakukan dengan
T0
menggunakan kabel probe tegangan, dengan kabel
merah dihubungkan pada kabel fasa rangkaian dan
T
2 kabel hitam dan kuning dihubungkan ke kawat netral
bn  f t sin n. 0 .t .dt …………………………...(2.15)
T 0 (rangkaian satu fasa dua kawat).
Pengukuran harmonisa arus dilakukan dengan
III. PENGUKURAN HARMONISA diSISI menggunakan sensor arus yang berupa clamp yang
MASUKAN DC CHOPPER STEP DOWN dicapitkan pada kabel fasa dari rangkaian yang akan
SATU FASA diukur harmonisa arusnya.
3.1 Blok Diagram Uji Hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
Untuk memudahkan dalam melakukan evaluasi pengukuran adalah bahwa kabel fasa tidak boleh dalam
dan analisa, proses pengujian dilakukan dalam dua keadaan tanpa isolasi. Jika hal tersebut dilakukan,
blok rangkaian uji. Blok rangkaian uji pertama adalah maka akan dapat merusakkan sensor arus.[27]

3
IV. EVALUASI dan ANALISA DATA HASIL 4.2.2 Blok Rangkaian DC Chopper
PENGUJIAN HARMONISA diSISI MASUKAN Pengujian parameter harmonisa, baik harmonisa
DC CHOPPER STEP DOWN SATU FASA tegangan maupun harmonisa arus pada blok rangkaian
4.1 Metode Evaluasi dan Analisa DC Chopper dilakukan dengan mengubah duty cyle
Evaluasi dan analisa data dilakukan dengan chopper dari 0,1 (Dmin) sampai dengan 0,9 (Dmax),
membandingkan karakteristik harmonisa tegangan dan dimana tegangan DC masukannya diperoleh dari
arus, THD, dan perbandingan dengan standarisasi yang rangkaian catu daya DC tak terkontrol satu fasa yang
memiliki korelasi dengan parameter harmonisa. sebelumnya merupakan obyek uji pertama.
Karakteristik harmonisa tegangan dan arus pada
4.2 Karakteristik Harmonisa sisi masukan ditampilkan dalam bentuk bar-chart.
4.2.1 Blok Rangkaian Catu Daya DC Grafik tersebut merepresentasikan kandungan
Pengujian dilakukan untuk memperoleh grafik harmonisa tegangan dan arus disisi sumber pada setiap
karakteristik harmonisa tegangan dan arus yang orde harmoniknya akibat penggunaan dan proses
ditampilkan dalam bentuk bar-chart. Grafik tersebut switching DC Chopper.
merepresentasikan kandungan harmonisa tegangan dan
arus disisi sumber pada setiap orde harmoniknya akibat 2,5
penggunaan catu daya DC.
2,0
Berikut ini akan ditampilkan karakteristik
harmonisa tegangan hasil pengujian pada blok 1,5
rangkaian catu daya DC. Magnitudo harmonisa
1,0
tegangan ditampilkan dalam persentase.
0,5

2,5 0,0

D=0,1 D=0,5 D=0,9


2,0

1,5 Gambar 4.3 Karakteristik Harmonisa Tegangan


Dengan Beban R
1,0
2,5
0,5
2,0
0,0
1,5

1,0

Gambar 4.1 Karakteristik Harmonisa Tegangan 0,5

0,0
Sedangkan karakteristik harmonisa arus hasil
D=0,1 D=0,5 D=0,9
pengujian pada blok rangkaian catu daya DC dapat
ditampilkan sebagai berikut, dengan ketentuan
Gambar 4.4 Karakteristik Harmonisa Tegangan
karakteristik harmonisa arus yang ditampilkan hanya
Dengan Beban RL
orde harmonik ganjil saja (3,5,7,9,11,13,15,17,19) :
Sedangkan karakteristik harmonisa arus hasil
0,0600 pengujian pada blok rangkaian DC Chopper
0,0500 ditampilkan dalam satuan Ampere sebagai berikut,
0,0400 dengan ketentuan karakteristik harmonisa arus yang
ditampilkan hanya orde harmonik ganjil saja
0,0300
(3,5,7,9,11,13,15,17,19) :
0,0200
0,0100
0,0000 0,1000
0,0800
Beban R Beban RL 0,0600
0,0400
Gambar 4.2 Karakteristik Harmonisa Arus 0,0200
0,0000
Berbeda dengan karakteristik harmonisa tegangannya,
D=0,1 D=0,5 D=0,9
karakteristik harmonisa arus magnitudonya
ditampilkan dalam satuan Ampere.
Gambar 4.5 Karakteristik Harmonisa Arus
Dengan Beban R

4
4.3 Evaluasi Standarisasi
0,1000
Penggunaan rangkaian DC Chopper yang
0,0800
mendapat suplai tegangan DC dari rangkaian
0,0600 penyearah dan duty cycle chopper diubah dari Dmin
0,0400 sampai Dmax tidak terlalu berpengaruh besar terhadap
0,0200 pembangkitan harmonisa tegangan disisi sumber.
0,0000
Berdasarkan perbandingan dengan standarisasi IEEE
519-1992 dan yang dipakai Swedia, menyatakan
D=0,1 D=0,5 D=0,9 nilainya masih dalam batas yang diijinkan.
Demikian pula dengan pembangkitan harmonisa
arus (dalam Ampere), nilainya juga tidak melebihi dari
Gambar 4.6 Karakteristik Harmonisa Arus standar batas maksimum arus harmonik berdasarkan
Dengan Beban RL standarisasi IEC 555 Kelas D dan IEC 1000-3-2 Kelas
D.

4.2 Evaluasi Harmonisa THD


Proses pengukuran harmonisa tegangan dan arus V. PENUTUP
dengan alat ukur HIOKI 3286-20 juga 5.1 Kesimpulan
menginformasikan persentase pembangkitan harmonisa Berdasarkan keseluruhan tahapan penulisan
totalnya (THD). Hasilnya dapat ditampilkan sebagai laporan Tugas Akhir ini, maka dapat diambil beberapa
berikut : kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyearah satu fasa tak terkontrol dengan variasi
beban R dan RL membangkitkan harmonisa
3,4 tegangan disisi sumber dengan persentase tidak
3,2 signifikan (THDv  4%), sama seperti saat
THDv (%)

3,0 penyearah dihubungkan dengan DC Chopper


2,8 dengan variasi beban yang sama dan duty cycle
2,6 diubah-ubah dari Dmin sampai Dmaks persentase
2,4 pembangkitan harmonisa tegangannya juga tidak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 signifikan (THDv  4%) .
Duty Cycle (%) 2. Penyearah satu fasa tak terkontrol dengan variasi
beban R dan RL membangkitkan harmonisa arus
disisi sumber dengan persentase signifikan
Beban R Beban RL
(THDi  25%), nilai ini masih lebih kecil dari saat
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan THDv Terhadap penyearah dihubungkan dengan DC Chopper
Perubahan Duty Cycle dengan variasi beban yang sama dan duty cycle
diubah-ubah dari Dmin sampai Dmaks
(THDi  30%).
38,0 3. Perubahan duty cycle DC Chopper dari Dmin
37,0 sampai Dmaks dengan variasi beban R dan RL
36,0 mengakibatkan persentase pembangkitan
THDi (%)

35,0 harmonisa tegangan total disisi sumber nilainya


34,0 tidak signifikan (2%  THDv  4%) namun dengan
33,0 kondisi yang sama pembangkitan harmonisa arus
32,0
totalnya cukup signifikan (30%  THDi  40%).
31,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
4. Harmonisa tegangan akibat penggunaan dan aksi
switching DC Chopper masih dalam batas yang
Duty Cycle (%)
diperkenankan oleh standarisasi IEEE 519-1992
Beban R Beban RL (THDv  5%) dan yang dipakai di Swedia
(THDv  4%), demikian pula pada setiap orde
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan THDi Terhadap
harmoniknya masih dalam batas yang diijinkan
Perubahan Duty Cycle
menurut Std. IEEE 519-1992 ( 3%).
Grafik diatas menyatakan bahwa pembangkitan 5. Harmonisa arus akibat penggunaan dan aksi
harmonisa tegangan disisi sumber akibat penggunaan switching DC Chopper khususnya pada orde
dan proses switching DC Chopper yang memperoleh harmonik ganjil, nilainya tidak melebihi
tegangan DC dari rangkaian penyearah nilainya tidak standarisasi dari IEC 555 kelas D dan IEC 1000-3-
2 kelas D (masih dalam batas nilai yang
signifikan (2%THD v  4%), sedangkan pembangkitan
diperkenankan).
harmonisa arus disisi sumber nilainya sangat signifikan
6. Persentase THD i akibat penggunaan dan proses
(30%THDi40%). Persentase THDi termasuk switching DC Chopper termasuk dalam kategori
kategori medium (20%  THDi  50%).
medium (20%  THDi  50%).

5
5.2 Saran Power, The Institute of Electrical and
1. Untuk mereduksi tingginya pembangkitan Electronics Engineers, Inc, New York.
harmonisa arus disisi sumber pada rangkaian [15.] Rashid, Muhammad H., Power Electronics
penyearah dapat dilakukan dengan menggunakan Circuits, Devices, and Applications-Second
rangkaian penyearah polyphase dan teknologi Edition, Prentice-Hall International, Inc.
filter aktif dan pasif. [16.] Rusmadi, Dedi, Aneka Catu Daya (Power
2. Akibat proses switching DC Chopper, arus akan Supply), CV. Pionir Jaya Bandung, 2001.
memiliki komponen-komponen frekuensi tinggi [17.] Sen, P. C., Power Electronics, Tata McGraw-
disekitar frekuensi switching-nya, dapat dengan Hill Publishing Company Limited, New Delhi.
mudah dihilangkan dengan filter frekuensi tinggi [18.] Sutrisno, Elektronika Teori dan
sederhana. Penerapannya, Penerbit ITB Bandung.
3. Untuk membatasi pembangkitan harmonisa yang [19.] Thorborg, Kjeld, Power Electronics, Prentice
cukup tinggi, perlu dibuat regulasi yang bersifat Hall.
tidak permanen. [20.] Tse, Chi Kong, Analisis Rangkaian Linier,
4. Sebaiknya tidak saling didekatkan antara kawat Penerbit Erlangga.
telepon dengan saluran tenaga listrik meskipun itu [21.] Van Valkenburg, M. E., Nasution, S. H.,
kawat netral. Analisis Jaringan Listrik Edisi Ketiga,
Penerbit Erlangga, 1994.
[22.] Wasito, S., Vademekum Elektronika Edisi –
DAFTAR PUSTAKA 2, PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2001.
[23.] Wasito, S., Data Sheet Book 1 (Data IC
[1.] Arrilaga, J, Bradley, D. A, Bodger, P. S., Power Linier, TTL, dan CMOS), Penerbit PT. Elex
System Harmonics, John Wiley & Sons, 1985. Media Komputindo, Jakarta, 1995
[2.] Barkhordarian, Vrej, Power MOSFET Basics, [24.] Zuhal, Dasar Tenaga Listrik dan Elektronika
International Rectifier, El Segundo, Ca. Daya, Gramedia, 1995.
[3.] Boldea, Ion and Nasar, S. A., Electric Drives, [25.] ………….. , Elektronika Daya dan
Crc Press. Penggunaan Motor Listrik Retraining D3,
[4.] Dugan, Roger C., McGranaghan, Mark F., PEDC Bandung, 1993.
Beaty, H. Wayne, Electrical Power Systems [26.] ………….., SPICE for Power Electronics and
Quality, Mc. Graw Hill. Electric Power, Prentice Hall International.
[5.] Hayt, William H., Kemmerly, Jack E., Silaban, [27.] …………..., HIOKI 3286-20 Instruction
Pantur, Ph.D, Rangkaian Listrik Jilid 2, Manual Book, HIOKI E. E. Corporation, 2002.
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1982.
[6.] Humpries, James T. and Sheets, Leslie P.,
Industrial Electronics, Breton Publisher,
Massachusetts. Menyetujui/Mengesahkan:
[7.] Jackson, K. G. and Feinberg, R., Kamus
Teknik Listrik, PT. Elex Media Komputindo, Pembimbing I Pembimbing II
Jakarta.
[8.] Kiat Ng, Aik, Thesis For Bachelor of Electrical
and Electronic Engineering (Honours) Degree,
Power Electronics Building Blocks,
Queensland, Australia, 1999. Ir. Agung Warsito, DHET Karnoto, ST
[9.] Lundquist, Johan, Thesis For Degree Of NIP. 131 668 485 NIP. 132 162 547
Licentiate Of Engineering On Harmonic
Distortion in Power Systems, Department of
Electric Power Engineering Chalmer University
of Technology, 2001.
[10.] Malvino, Albert Paul, Ph. D, Prof. M. Barnawi,
Ph. D, M. O. Tjia, Ph. D, Aproksimasi
Rangkaian Semikonduktor, Penerbit Erlangga,
1994.
[11.] Mismail, Budiono, Rangkaian Listrik Edisi
Kedua, Lembaga Penerbitan Universitas
Brawijaya, Malang, 1982.
[12.] Mohan, Ned, Undeland, Tore M., and Robbins,
William P., Power Electronics Converter,
Applications, and Design Second Edition,
John Wiley and Sons, Inc.
[13.] Morris, Noel M. and W. Senior, Frank, Electric
Circuits, MacMillan Work Out Series.
[14.] Paice, Derek A., Power Electronic Converter
Harmonics Multipulse Methods for Clean

6
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0

Beban R Beban RL Std.

2,5000

2,0000

1,5000

1,0000

0,5000

0,0000

Beban R Beban RL Std. IEC 555 D Std. IEC 1000-3-2 D

Anda mungkin juga menyukai