Anda di halaman 1dari 11

Dayank Ramadhany

1807101030099
Summarry, Brain Mapping, Vignette :

Ny.R 29 tahun, datang ke poliklinik RS dengan keluhan nyeri perut bagian


bawah. Keluhan disertai dengan demam dan pengeluaran darah nifas dari kemaluan
yang berbau. Pasien sebelumnya menjalani operasi caesar sekitar 3 minggu yang
lalu. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, dan suhu
38,7ºC. Pada pemeriksaan didapatkan nyeri tekan uterus, lochea berbau dan
purulen dan subinvolusi uterus.

Apakah yang terjadi pada Ny. R ?

1
ENDOMETRITIS

DEFINISI DAN EPIDEMIOLOGI


Endometritis merupakan infeksi atau peradangan pada endometrium (lapisan dalam
rahim).1 Selain endometrium, peradangan mungkin melibatkan miometrium hingga
parametrium. Endometritis adalah infeksi postpartum yang paling umum. Endometritis 25
kali lebih sering terjadi pada pasien yang menjalani operasi seksio sesarea. Pada pasien
tanpa faktor risiko, setelah persalinan pervaginam, insidensi endometritis sekitar 1% sampai
2%.2
Endometritis dapat dibagi menjadi endometritis terkait kehamilan dan endometritis
yang tidak terkait dengan kehamilan. Kondisi endometritis yang tidak terkait dengan
kehamilan disebut pervic inflammatory disease (PID).3

KLASIFIKASI
1. Endometritis akut
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada
pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf
yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah
infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus. 4
Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen
pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan
fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang
paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.4
Gejalanya:
• Demam

• Lochea berbau: pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar flour yang
purulent
• Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi
• Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyeri.4

Terapi:
• Uterotonika

2
• Istirahat, letak fowler
• Antibiotika
• Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus carsinoma. Dapat
4
diberi estrogen.

2. Endometritis kronik
Endometritis kronik tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu infeksi yang tidak
dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan
fungsional darn endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan
banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu
juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium. Gejala-gejala klinis endometritis
kronika adalah leukorea dan menorargia, sedangkan pengobatannya tergantung dari
penyebabnya.4
Endometritis kronis ditemukan pada:
1. Pada tuberkulosis.
2. Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
3. Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
4. Pada polip uterus dengan infeksi.
5. Pada tumor ganas uterus.
6. Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik. 4

Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital. Pada


pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang meradang
menahun. Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya
benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri. 4
Gejalanya:
Ø Flour albus yang keluar dari ostium
Ø Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi

Terapi:
Ø Perlu dilakukan kuretase.4

Etiopatogenesis
Endometritis terjadi akibat ascending route flora bakteri normal dari serviks dan

3
vagina. Rahim awalnya merupakan organ yang steril sampai kantung ketuban pecah saat
melahirkan. Bakteri lebih mungkin berkoloni di jaringan rahim yang telah mengalami
2
devitalisasi, pendarahan, atau kerusakan (seperti selama operasi caesar).
Antara 60% dan 70% infeksi pada endometritis disebabkan oleh bakteri aerob dan
anaerob, umumnya bersifat polimikroba. Contoh spesies bakteri aerob dan anaerob ditampilkan
pada tabel 1. Jaringan rahim yang rusak akibat operasi caesar sangat rentan terhadap
Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus. Klamidia endometritis sering muncul di
2,4
kemudian hari, tujuh hari atau lebih pascapartum.

DIAGNOSIS1
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Ø Demam >380C dapat disertai menggigil
Ø Nyeri perut bawah
Ø Lokia berbau dan purulent
Ø Nyeri tekan pada uterus
Ø Uterus subinvolusi
Ø Kadang susah BAB
Ø Dapat disertai perdarahan pervaginam dan syok

Pemeriksaan penunjang
Ø Pemeriksaan darah perifer lengkap termasuk hitung jenis leukosit
Ø Golongan darah ABO dan jenis Rh
Ø Gula Darah Sewaktu (GDS)
Ø Analisis urin
Ø Kultur (cairan vagina, darah, dan urin sesuai indikasi)
Ø Ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sisa plasenta
dalam rongga uterus atau massa intra abdomen-pelviks.

Tatalaksana1,6

Ø Antibiotika sampai dengan 48 jam bebas demam:


- Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam

4
- Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam
- Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam
- Jika masih demam 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnosis dan tatalaksana
- Cegah dehidrasi. Berikan minum atau infus cairan kristaloid
- Pertimbangkan pemberian vaksin tetanus toksoid (TT) bila ibu dicurigai
terpapar tetanus
- Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan
serta sisa kotiledon
- Pasien harus dilakukan rawat inap untuk monitoring terapi yang dilakukan

5
SUBINVOLUSIO UTERI

DEFINISI
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim
dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila
pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut subinvolusi. Subinvolusi adalah
kegagalan perubahan fisiologis pada sistem reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada
setiap organ dan saluran yang reproduktif. Subinvolusi merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran
reproduktif, kadang lebih banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang
mengarah ke ukurannya. 2

Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis,
adanya mioma uteri Pada pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih
lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang
terdapat pula perdarahan.2

Tabel 1. Perubahan normal pada uterus selama postpartum.2

6
Gambar1. Tinggi fundus uterus pada masa nifas.2

ETIOLOGI

a. Status gizi ibu nifas buruk (kurang gizi)


b. Ibu tidak menyusui bayinya
c. Kurang mobilisasi
d. Usia
e. Parietas
f. Terdapat bekuan darah yang tidak keluar

g. Terdapat sisa plasenta dan selaputnya dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak
berjalan dengan normal atau terlambat
h. Terjadi infeksi pada endometrium
i. Inflamasi
j. Mioma uteri3

PATOFISIOLOGI
Kekurangan darah pada uterus, karena kekurangan darah bukan hanya kontraksi
dan retraksi yang cukup lama, tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi
ke uterus di dalam perut ibu hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri
dengan pertumbuhan janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke
uterus dapat mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan

7
lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa. Demikian dengan adanya
hal-hal tersebut uterus akan mengalami kekurangan darah sehingga jaringan otot-otot
uterus mengalami atrofi kembali ke ukuran semula. Subinvolusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah yang lebar tidak menutup sempurna,
sehingga perdarahan terjadi terus menerus, menyebabkan permasalahan lainnya baik itu
infeksi maupun inflamasi pada bagian rahim terkhususnya endromatrium. Sehingga
proses involusi yang mestinya terjadi setelah nifas terganggu.3

MANIFESTASI KLINIS
Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4-6 minggu pasca
nifas.2
• Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen atau pelvis dari yang
diperkirakan atau penurunan fundus uteri lambat dan tonus uterus lembek
• Keluaran kochia sering kali gagal berubah dari bentuk rubra ke bentuk serosa, lalu
kebentuk kochia alba
• Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra dalam waktu beberapa hari postpartum atau
lebih dari 2 minggu pasca nifas
• Lochia bisa lebih banyak daripada yang diperkirakan
• Leukore dan lochia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi
• Pucat, pusing, dan tekanan darah rendah
• Bisa terjadi perdarahan postpartum dalam jumlah yang banyak (>500 ml)
• Nadi lemah, gelisah, letih, ektrimitas dingin.

TATA LAKSANA

• Pemberian antibiotik
• Pemberian uterotonika
• Ergometrin per-os atau IM, Ergonovine atau methylergonovine 0,2 mg/3-4 jam dalam
24-48 jam direkomendasikan beberapa ahli.
• Pemberian transfuse
• Dilakukan kerokan bila disebabkan karena tertinggalnya sisa-sisa plasenta.1

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi H, Kurniati ID, Ratnaningrum K. Buku Ajar Ilmu Obstetri Dan Ginekologi. 1st
ed. Semarang: Unimus Press; 2015.

2. Taylor M, Pillarisetty LS. Endometritis. StatPearlPublishing. 2020;

3. Rivlin ME. Endometritis. J MedScape. 2019

4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al.
Williams Obstetrics Edisi Ke-25. Mc Graw Hill Education; 2018.

5. World Health Organization. WHO Recommendations For Prevention And Treatment


Of Maternal Peripartum Infections. 2015.

6. World Health Organization. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas


Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: World Health Organization; 2013.

9
BRAIN MAPPING :

10
VIGNETTE :

Ny.R 29 tahun, datang ke poliklinik RS dengan keluhan nyeri perut bagian


bawah. Keluhan disertai dengan demam dan pengeluaran darah nifas dari kemaluan
yang berbau. Pasien sebelumnya menjalani operasi caesar sekitar 3 minggu yang
lalu. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, dan suhu
38,7ºC. Pada pemeriksaan didapatkan nyeri tekan uterus, lochea berbau dan purulen
dan subinvolusi uterus.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien diatas?
a. Endometriosis
b. Robekan jalan lahir
c. Endometritis
d. Infeksi saluran kemih

Ny. LL berusia 38 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan pengeluaran cairan dari
vagina berwarna merah dan lochea berbau menyengat baru saja melahirkan anak keduanya 9
hari yang lalu dengan berat badan bayi 3400 gram. Ny. K mengatakan ia melahirkan di rumah
bidan desa dekat rumahnya. Tekanan darah 110/70, nadi 82 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit
dan suhu 38,20C. Pada pemeriksaan obstetric didapatkan TFU setinggi pusat, kontraksi uterus
lemah, konsistensi lembek, posisi uterus antefleksi, pengeluaran lochea rubra, jumlah 100 cc
konsistensi cair dan berbau dan perineum rupture grade II.
Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus Ny. LL tersebut?
a. Subinvolusio Uterus
b. Ruptur Uterus
c. Aneurisma Uterus
d. Myoma Uteri

11

Anda mungkin juga menyukai