Anda di halaman 1dari 1

Menceritakan perjalanan panjang (long March) prajurit Divisi Siliwangi yang

diperintahkan pulang dari Yogyakarta ke Jawa Barat. Kala itu, Yogyakarta diserang dan
diduduki pasukan Belanda melalui Agresi Militer.
Adegan Agresi Belanda ini diselingi narasi tentang Perjanjian Renville 18 Januari 1948 yang
mengharuskan tentara Siliwangi hijrah ke Yogyakarta meninggalkan Jawa Barat. Mereka
hijrah membawa keluarga mereka. Belanda kemudian membatalkan Perjanjian Renville
dengan menyerang Yogyakarta pada 19 Desember 1948. Panglima Sudirman akhirnya
memerintahkan: Perintah Siasat Nomor 1, yang intinya Pasukan Siliwangi kembali ke Jawa
Barat.
Pasukan Siliwangi kembali dan ada yang membawa keluarga mereka membuat cerita menjadi
dramatis. Misalnya saja seorang tentara yang istri yang sedang hamil tertembak pesawat
mustang Kerajaan Belanda. Tentara itu meraih senjatanya dan mencoba menembak mustang
itu dan akhirnya ia sendiri tertembak dan gugur di samping istrinya.
Namun adegan yang paling menegangkan di segmen ini ialah pasukan Siliwangi hendak
melalui sebuah kolong jembatan. Konvoi pasukan Belanda berada di atas jembatan karena
sebuah kendaraan mengalami kerusakan. Jika sampai terjadi baku tembak maka korban sipil
di pihak Siliwangi akan jatuh.
Ketika itu Udin, seorang serdadu Siliwangi diberitahu istrinya hendak melahirkan malam itu.
Padahal Sang Istri sedang bereda di seberang kolong. Dia harus merayap bersama seorang
kawannya yang bisa membantu melahirkan ke dalam kolong dan tanpa harus diketahui
Belanda. Bayi berhasil dilahirkan dan tangisannya bisa didengar tentara Belanda. Beruntung
mesin mobil berbunyi menutup suara tangis itu dan mereka berlalu tanpa pertempuran.
Pada segmen Jawa Tengah itu diceritakan lawan utama pasukan Siliwangi di bagian salah
satu tokoh utamanya bernama Anwar berhadapan dengan Van Der Klot, yang diperankan
dengan baik oleh Hamid Arief. Bintang ini memang pas memainkan karakter Belanda dalam
trilogi Pitung, Hamid Arief pemeran Schout Hinne lawan utama Pitung.
Lewat dialog Klot, Lurah NICA dan penduduk desa terungkap bahwa kamu orang Indonesia
boleh merdeka tetapi seratus tahun lagi (karena masih dianggap bodoh). Alasan Belanda
sebetulnya masih ingin menjajah Indonesia karena keserakahan. Segmen Jawa Tengah ini
berakhir dengan tewasnya kedua tokoh antagonis, Van Der Klot dan Lurah NICA itu.

Anda mungkin juga menyukai