Anda di halaman 1dari 20

Asuhan keperawatan

pada Klien terminal

KELOMPOK 12
 SULKIFARMAN
 NURHIDAYATI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN { STIKES}

ST.FATIMAH MAMUJU TAHUN AJARAN

2016/2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,


akhirnya makalah dengan judul “ keperawatan menjelang ajal dan paliatif ” ini dapat
diselesaikan. Pembuatan makalah ini dimaksudkan sebagai tugas semester 5. Maka
dari pada itu, makalah ini akan menjelaskan semua yang berhubungan dengan
keperawatan menjelang ajal dan paliatif . Hal itu bertujuan untuk memudahkan
pembaca memahami materi tersebut yang sangat berarti pada manusia.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik dalam bentuk penyajian , kelengkapan isi, dan lain-lainnya.
Untuk itu dengan senang hati kami akan menerima segala saran, kritik dari para
pembaca guna memperbaikan makalah ini di kemudian hari.Pembuatan makalah ini
diharapkan dapat berguna bagi pembaca yang ingin mempelajari tentang
keperawatan menjelang ajal dan paliatif lebih dalam. Saya mengharapkan partisipasi
dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi setiap orang
yang membacanya.

Mamuju September 2018

Penulis

i|Page
DAFTAR ISI

Kata pengantar...........................................................................................................i
Daftar isi.....................................................................................................................ii
BAB I pendahuluan
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................2
C. Rumusan masalah.........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Penyakit Terminal.........................................................................3
B. Jenis Penyakit Terminal.................................................................................3
C. Manifestasi Klinik Fisik...................................................................................3
D. Tahap Berduka................................................................................................4
E. Rentang Respon Kehilangan.........................................................................4
F. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian......................................................5
G. Tanda-tanda Meninggal secara klinis Secara tradisional...............................6
H. Macam Tingkat Kesadaran atau Pengertian Pasien dan Keluarganya
Terhadap Kematian........................................................................................6
I. Bantuan yang Dapat Diberikan Saat Tahap Berduka....................................7

BAB III ASKEP PASIEN TERMINAL


A. PengkajianRiwayat Kesehatan....................................................................8
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................8
C. Intervensi Keperawatan................................................................................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.
Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi
proses penyakit terminal ?
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani pasien karena peran
perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari
bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-
sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat
kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan
WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu
unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984).
Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi
kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang komprehensif tersebut
pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien
diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan
yang terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai
fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal
mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan
oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien
terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul
maut.

1|Page
B. Tujuan
1. Mendefinisikan bagaimana kondisi seseorang yang berada pada tahap terminal
2. Mengetahui konsep teori dari kebutuhan terminal atau menjelang ajal.
3. Mengkaji dan memaparkan diagnosa dari kebutuhan terminal.
4. Memberi intervensi serta mengevaluasi pada klien yang menjelang ajal.

C. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Penyakit Terminal
2. Apa Jenis-jenis Penyakit Terminal
3. Bagaimana Manifestasi Klinik Fisik
4. Bagaimana Tahap Berduka
5. Bagaimana Rentang Respon Kehilangan
6. Apa Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian
7. Apa Tanda-tanda Meninggal secara klinis Secara tradisional
8. Macam Tingkat Kesadaran atau Pengertian Pasien dan
Keluarganya Terhadap Kematian
9. Bagaimana Bantuan yang Dapat Diberikan Saat Tahap Berduka
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Terminal


Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak
ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan
oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah suatu proses
yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan
fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Rosa, 1969).
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi
individu (Carpenito, 1999).

B. Jenis Penyakit Terminal


Beberapa jenis penyakit terminal
1. Penyakit-penyakit kanker.
2. Penyakit-penyakit infeksi.
3. Congestif Renal Falure (CRF).
4. Stroke Multiple Sklerosis.
5. Akibat kecelakaan fatal.
6. AIDS.

C. Manifestasi Klinik Fisik


1. Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung
kaki dan ujung jari.
2. Aktivitas dari GI berkurang.
3. Reflek mulai menghilang.
4. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama pada
kaki dan tangan dan ujung-ujung ekstremitas.
5. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.
6. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.
7. Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.
8. Penglihatan mulai kabur.
9. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri
10. Klien dapat tidak sadarkan diri.

D. Tahap Berduka
Dr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang dapat
terjadi pada pasien dengan penyakit terminal :
1. Denial ( pengingkaran )
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat
menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya.
2. Anger ( Marah )
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan
meninggal.
3. Bergaining ( tawar-menawar )
Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba menawar waktu
untuk hidup.
4. Depetion ( depresi )
Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan
segera mati.ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi
bersama keluarga dan teman-teman.
5. Acceptance ( penerimaan)
Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan bahwa
ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
yang belum terselesaikan.

E. Rentang Respon Kehilangan


Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance
1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
2. Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal
d. Perilaku agresif.

3. Fase bergaining / tawar- menawar.


Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan
saya “ seandainya saya hati-hati “.

4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah,
akhirnya saya harus operasi “

F. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian


Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu:
1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan
yang cepat dari fase akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi
pada kondisi penyakit yang kronik.
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien
dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.
G. Tanda-tanda Meninggal secara klinis Secara tradisional.
Tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi,
respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly,
menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu:
1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
3. Tidak ada reflek.
4. Gambaran mendatar pada EKG.

H. Macam Tingkat Kesadaran atau Pengertian Pasien dan Keluarganya


Terhadap Kematian.
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type:
1. Closed Awareness/Tidak Mengerti.
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan
tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi
perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering
kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan
pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dan
sebagainya.
2. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menentukan segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan
beban yang berat baginya.
3. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka.
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan
adanya ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun
dirasakan getir. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk
berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang
dapat melaksanaan hal tersebut.
I. Bantuan yang Dapat Diberikan Saat Tahap Berduka
Bantuan terpenting berupa emosional.

1. Pada Fase Denial


Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.

2. Pada Fase Marah


Biasansya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya
yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me
rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang
kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai
orang yang dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan menerima
kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien
dalam menumbuhkan rasa aman.

3. Pada Fase Menawar


Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan
mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah
dan takut yang tidak masuk akal.

4. Pada Fase Depresi


Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal
yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non
verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.

5. Pada Fase Penerimaan


Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga
dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima
keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan
dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL

A. PengkajianRiwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang
2. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan
penyakit yang sama
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan klien
4. Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat:
a. Pasien kurang rensponsif
b. Fungsi tubuh melamban
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
d. Rahang cendrung jatuh
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal
f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.
g. Kulit pucat
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas/ ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan
dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan
takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup

2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang


dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang
lain
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan
stres ( tempat perawatan )

4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari


system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri
dalam menghadapi ancaman kematian

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan denga situasi yang
tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek
negative pada gaya hidup.
Criteria Hasil
Klien atua keluarga akan :
1. mengungkapkan ketakutannya yang brhubungan dengan gangguan
2. menceriktakan tentang efek ganmguan pada fungsi normal, tanggungn
jawab, peran dan gaya hidup

No Intervensi Rasional

Bantu klien untuk mengurangi Klien yang cemas mempunbyai


ansietasnya : penyempitan lapang persepsi denagn
1. berikan kepastian dan penurunan kemampuan untuk belajar.
kenyamanan Ansietas cendrung untuk memperburuk
1 2. tunjukkan perasaan tentang masalah. Menjebak klien pada lingkaran
pemahman dan empti, jangan peningkatan ansietas tegang, emosional
menghindari pertanyaan dan nyeri fisik
3. dorong klien untuk
mengungkapkan setiap ketakutan
permasalahan yang berhubungan
dengan pengobtannya
4. identifikasi dan dukung
mekaniosme koping efektif

Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan Beberapa rasa takut didasari oleh
pernyuluhan bila tingkatnya rendah atau informasi yang tidak akurat dan dapat
2
sedang dihilangkan denga memberikan informasi
akurat. Klien dengan ansietas berat
atauparah tidak menyerap pelajaran

Dorong keluarga dan teman untuk Pengungkapan memungkinkan untuk


3 mengungkapkan ketakutan-ketakutan saling berbagi dan memberiakn
mereka kesempatan untuk memperbaiki konsep
yang tidak benar

Berika klien dan keluarga kesempatan Menghargai klien untuk koping efektif
4
dan penguatan koping positif dapat menguatkan renson koping positif
yang akan datang

Diagnosa II
Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi
penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menark diri dari orang lain

No Intervensi Rasional

Berikan kesempatan pada klien da Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan
keluarga untuk mengungkapkan yang dibutuhkan dan bahwa kematian sedang
perasaan, didiskusikan kehilangan menanti dapat menyebabkan menimbulkan
secara terbuka , dan gali makna perasaan ketidak berdayaan, marah dan
1
pribadi dari kehilangan.jelaskan kesedihan yang dalam dan respon berduka
bahwa berduka adalah reaksi yang yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat
umum dan sehat membantu klien dan anggota keluarga
menerima dan mengatasi situasi dan respon
mereka terhdap situasi tersebut

Berikan dorongan penggunaan Stategi koping fositif membantu penerimaan


strategi koping positif yang terbukti dan pemecahan masalah
2
yang memberikan keberhasilan
pada masa lalu

Berikan dorongan pada klien untuk Memfokuskan pada atribut yang positif
3 mengekpresikan atribut diri yang meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan
positif kematian yang terjadi

Bantu klien mengatakan dan Proses berduka, proses berkabung adaptif


menerima kematian yang akan tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan
4
terjadi, jawab semua pertanyaan terjadi di terima
dengan jujur

Tingkatkan harapan dengan Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit


perawatan penuh perhatian, terminal paling menghargai tindakan
menghilangkan ketidak nyamanan keperawatan berikut :
dan dukungan a. Membantu berdandan
5 b. Mendukung fungsi kemandirian
c. Memberikan obat nyeri saat diperlukandan
d. meningkatkan kenyamanan fisik ( skoruka
dan bonet 1982 )
DIAGNOSA III

Perubahan proses keluarga yang berhubunga dengan gangguan kehidupan


takut akan hasil ( kematian ) dan lingkungannya penuh stres ( tempat perawatan )

No Intervensi Rasional

Luangkan waktu bersama keluarga Kontak yang sering dan me ngkmuikasikan


atau orang terdekat klien dan sikap perhatian dan peduli dapat membantu
1 tunjukkan pengertian yang empati mengurangi kecemasan dan meningkatkan
pembelajaran

Izinkan keluarga klien atau orang Saling berbagi memungkinkan perawat


terdekat untuk mengekspresikan untuk mengintifikasi ketakutan dan
2 perasaan, ketakutan dan kekawatiran. kekhawatiran kemudian merencanakan
intervensi untuk mengatasinya

Jelaskan lingkungan dan peralatan


ICU Informasi ini dapat membantu mengurangi
ansietas yang berkaitan dengan ketidak
3
takutan

Jelaskan tindakan keperawatan dan


kemajuan postoperasi yang dipikirkan
4 dan berikan informasi spesifik tentang
kemajuan klien

Anjurkan untuk sering berkunjung dan Kunjungan dan partisipasi yang sering dapat
5 berpartisipasi dalam tindakan perawan meningakatkan interaksi keluarga
berkelanjutan
Konsul dengan atau berikan rujukan Keluarga denagan masalah-masalh seperti
kesumber komunitas dan sumber kebutuhan financial , koping yang tidak
lainnya berhasil atau konflik yang tidak selesai
6
memerlukan sumber-sumber tambahan
untuk membantu mempertahankankan
fungsi keluarga

Diagnosa IV

terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system


pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam
menghadapi ancaman kematia.

No Intervensi Rasional

Gali apakah klien menginginkan untuk Bagi klien yang mendapatkan nilai
melaksanakan praktek atau ritual tinggi pada do,a atau praktek spiritual
keagamaan atau spiritual yang lainnya , praktek ini dapat memberikan
1 diinginkan bila yang memberi arti dan tujuan dan dapat menjadi
kesemptan pada klien untuk sumber kenyamanan dan kekuatan
melakukannya

Ekspesikan pengertrian dan Menunjukkan sikap tak menilai dapat


penerimaan anda tentang pentingnya membantu mengurangi kesulitan klien
2 keyakinan dan praktik religius atau dalam mengekspresikan keyakinan dan
spiritual klien prakteknya

Berikan prifasi dan ketenangan untuk Privasi dan ketenangan memberikan


3 ritual spiritual sesuai kebutuhan klien lingkungan yang memudahkan refresi
dapat dilaksanakan dan perenungan
Bila anda menginginkan tawarkan Perawat meskipun yang tidak
untuk berdo,a bersama klien lainnya menganut agama atau keyakinan yang
4
atau membaca buku ke agamaan sama dengan klien dapat membantu
klien memenuhi kebutuhan spritualnya

Tawarkan untuk menghubungkan Tindakan ini dapat membantu klien


pemimpin religius atau rohaniwan mempertahankan ikatan spiritual dan
5 rumah sakit untuk mengatur kunjungan. mempraktikkan ritual yang penting
Jelaskan ketidak setiaan pelayanan ( Carson 1989 )
( kapel dan injil RS )
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit
atau sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat
dengan proses kematian.
Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap
individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang
ditunjukan oleh pasien terminal.

Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan
menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai
kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa
kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya
dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut
akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami
penderitaan sepanjang hidup.

Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani


hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai
kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu
sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri
yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan
perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
B. Saran
1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien
sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya
dapat meninggal dengan tenang dan damai.

2. Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab


perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social
yang unik.

3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan
klien menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka
citanya dan untuk mempertahankan kualitas hidup pasien
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 1999.


Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.
2. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan jiwa Edisi 8. Jakarta: EGC
3. Depkes RI Pusdiknakes. 995. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan
dan Penyakit kronik dan terminal Jakarta: Depkes RI
4. http://www.sabda.org/c3i/dabda_5_fase_dalam_menghadapi_kematian
5. http://indonesiannursing.com/2008/07/26/gagal-ginjal-kronik/
6. Kemp & Pillitteri (1984) ,Fundamentals of Nursing, Boston :Little Brown&co
7. Kubler-Ross,E.,(1969) ,On Death and Dying, ,London: Tavistock Publication
8. Kircher & Callanan (2003),Near Death Experiences and DeathAwareness in the
Terminally
9. Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical Nursing
Skills. Basic to Advanced Skills, Fourth Ed, 1996. Appleton&Lange, USA.
10. Craven, Ruth F. Fundamentals of nursing : human healt and function.
11. Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and
Practice, Ethics and Values.California : Addison Wesley
12. http://nurse-smw.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
terminal_08.html

http://kikiyogi.blogspot.com/2009/12/terminal-dan-menjelang-ajal.html

http://keperawatanreligionmentariwardhani.wordpress.com

13.

Anda mungkin juga menyukai