Potensi Hutan Mangroves Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Areal hutan
mangrove di Desa Batu Ampar dari masing-masing setiap titik plot pengamatan. Menurut
Adriyanto Siombo et al (2014) mengatakan pakan lebah hutan pada kawasan hutan lindung
terdapat pada pohon pulai (Alstonia scholaris) termasuk dalam famili Fagaceae dengan nilai
INP paling tinggi sebesar 26,07%.
Nilai Ekonomi Sumber Daya Hutan A. Jasa Hutan Nilai jasa hutan diperoleh dari
pendapatan, keuntungan dan biaya pengganti yang diterima atau dikeluarkan oleh responden
selama 0 2 4 6 8 10 12 14 Indeks Keanekaragaman INP Plot A Plot B Plot C Plot DJURNAL
HUTAN LESTARI (2019) Vol. 7 (1) : 335 – 348 342 kegiatan pemanenan madu hutan.
Menurut Fitriani (2014) mengatakan Kualitas madu secara umum ditentukan oleh jenis lebah,
jenis makanan (nektar), tempat tumbuh, cuaca/iklim.
Inilah modal yang harus dikeluarkan oleh masyarakat dalam upaya melestarikan
ekosistem hutan mangrove khususnya di Desa Batu Ampar apalagi terdapat sarang madu
hutan yang menjadi hasil pendapatan tambahan.
Nilai Manfaat Keberadaan Manfaat keberadaan atau Existence Value (EV) adalah
manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari keberadaan mangrove setelah manfaat lainnya
dihilangkan dari analisis sehingga nilainya merupakan nilai ekonomis keberadaan suatu
komponen ekosistemMenurut Desti dkk (2016) nilai manfaat keberadaan hutan mangrove
yang dilakukan pada 50 responden, dapat diketahui bahwa nilai manfaat keberadaan
sumberdaya mangrove adalah sebesar Rp.5.652.958,- /ha/tahun. Hasil yang didapatkan dalam
penelitian ini pada tabel 4 masih kecil karena tidak mencakup luas kawasan hanya mencakup
tingkat pendapatan masyarakat. Kuisioner dilakukan hanya berfokus pada 10 orang nelayan
yang pertama melakukan kegiatan pemanenan madu hutan di kawasan hutan mangrove Desa
Batu Ampar. Hasil ini menunjukkan bagaimana peran madu hutan dalam meningkatkan taraf
hidup para masyarakat yang memiliki pekerjaan utama sebagai nelayan dalam memanfaatkan
akan suatu komoditas dari hutan mangrove.
Terjadi degradasi lingkungan antar lain dalam bentuk abrasi dan akresi yang
mengakibatkan perubahan garis pantai yang di Desa Tanggultlare, Desa Bulakbaru, dan Desa
Panggung. Pengaruh faktor manusia sangat berperan dalam hal ini karena kegiatan perusakan
ekosistem mangrove guna perluasan tambak .
Nilai ekonomi dari manfaat langsung hutan mangrove sebagai kayu bakar dilihat dari
beberapa faktor seperti biaya pengadaan rata-rata Rp. 59.620 /m3/tahun, pendapatan rata-rata
Rp. 5.440.000/tahun, umur rata-rata 45 tahun, pendidikan rata-rata 6,00 tahun dan jumlah
anggota keluarga rata-rata 4 orang. Manfaat langsung dari hutan mangrove sebesar Rp.
1.442.804/tahun, dimana penggunaan kayu bakar sejumlah 24,2 m3/tahun dengan harga Rp.
59.620/m3. Pendapatan masyarakat tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan mangrove
sebagai kayu bakar. Strategi pengelolaan kawasan mangrove yang mempunyai kemungkinan
besar untuk diterapkan, dirumuskan sebagai berikut :
1. Meningkatkan peran pemerintah melalui kegiatan sosialisasi, pembinaan dan
penyuluhan kepada masyarakat.
2. Peraturan yang tegas terhadap aktivitas konversi kawasan mangrove menjadi
kawasan tambak.
3. Memelihara dan mengembangkan potensi mangrove yang tersedia sebagai dasar
untuk mengelola kawasan tambak maupun non tambak.
4. Meningkatkan pendidikan non formal masyarakat untuk meningkatkan kepedulian
masyarakat tentang pentingnya ekosistem mangrove.