Anda di halaman 1dari 33

PENULISAN KTI

“Depresi”

Disusun oleh :

ROLAND BERNANDO (19.045)

POLITEKNIK “YAKPERMAS” BANYUMAS


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

KATA PENGANTAR

1
Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan karunia Nya kepada kita semua, sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “NUTRISI IBU HAMIL SESUAI USIA
KEHAMILAN”.
Makalah ini berumuskan tentang latar belakang, tujuan, dan rumusan
masalah yang juga nantinya diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga mmakalah ini memberikan informasi
kepada kita semua, semoga Allah SWT selalu meridhoi segala urusan.

Banyumas, Maret 2021

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................1


KATA PENGANTAR .....................................................................................2
DAFTAR ISI ...................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................6
C. Tujuan...................................................................................................6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................7
A. Definisi.................................................................................................7
B. Nutrisi yang Diperlukan Bagi Ibu Hamil..............................................7
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi Ibu Hamil .......................15
D. Akibat Gangguan Gizi pada Pertumbuhan Janin..................................19
E. Perkembangan Janin dalam Kandungan...............................................22
BAB III. PENUTUP ........................................................................................29
Kesimpulan.................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................31

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang

cukup berat. Kekurangan atau kelebihan makanan pada masa hamil dapat

berakibat kurang baik bagi ibu dan janin. Sejak dahulu kala makanan wanita

hamil telah dianggap sangat penting, sebab orang percaya bahwa makanan

yang benar akan memberi dampak yang baik bagi janin. Sehingga masyarakat

membuat berbagai aturan makanan yang boleh dimakan ibu hamil dan

makanan yang ditabukan, yang mana hal tersebut ternyata sama sekali tidak

benar dilihat dari segi kesehatan. Misalnya, ibu hamil tidak boleh makan

banyak-banyak dengan tujuan agar bayinya tidak besar dan mudah dilahirkan.

Pendapat tersebut tidak dapat dibenarkan (Soetjiningsih, 1995).

Gizi ibu pada waktu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin

yang dikandungnya. Angka kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) lebih

tiggi dinegara-negara yang sedang berkembang daripada dinegara-negara yang

sudah maju. Hal ini disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah

mempengaruhi diet ibu. Gizi ibu yang baik diperlukan agar pertumbuhan janin

berjalan pesat dan tidak mengalami hambatan. Dimulai dari satu sel telur yang

setelah dibuahi tumbuh dengan pesat, sehingga diperkirakan pertumbuhan

janin sejak konsepsi sampai lahir (Soetjiningsih, 1995).

4
Sayangnya, masalah gizi pada ibu hamil di Indonesia masih kurang

menguntungkan. Ahli gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr

Elvina Karyadi, MSc, PhD, SpGK, memaparkan, berdasarkan riset kesehatan

dasar 2007, terdapat 13,6 persen wanita usia subur dengan kurang energi

kronis. Selain itu, ada 11,3 persen wanita dewasa yang mengalami anemia.

Bahkan, berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 2001, prevalensi (angka

kejadian) anemia pada ibu hamil mencapai 40,1 persen (Amirullah, tempo.co).

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi

pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada

masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi

yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain bayi

yang dilahirkan sangat 2 tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama

hamil. Dalam masa kehamilan, kebutuhan zat-zat gizi meningkat. Hal ini

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh-kembang janin, pemeliharaan

kesehatan ibu, dan persediaan laktasi baik untuk ibu maupun janin.

Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan anemia, abortus, partus prematurus,

inersia uteri, pendarahan pascapersalinan, sepsis puerperalis, dan lain-lain.

Kelebihan nutrisi karena dianggap makan untuk dua orang dapat berakibat

kegemukan, preeklamsia, janin besar, dan lain-lain (Yulaikhah, 2006).

Masih rendahnya gizi buruk ibu hamil di Indonesia terus meningkat

dari tahun ke tahun, ini yang membuat kajian bagi pemerintah untuk mengatasi

permasalahan ini. Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2007 menunjukkan Angka Kematian Balita sebesar 44/1000, Angka

5
Kematian Bayi 34/1000, dan Angka Kematian Neonatal 19/1000

(neraca.co.id).

B. Rumusan Masalah.

1. Apa pengertian nutrisi ibu hamil?

2. Apa saja nutrisi yang diperlukan ibu hamil?.

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil?

4. Apa akibat gangguan gizi pada pertumbuhan janin?

5. Bagaimana perkembangan janin dalam kandungan?

C. Tujuan.

1. Mengetahui pengertian nutrisi ibu hamil.

2. Mengetahui nutrisi yang diperlukan ibu hamil.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil.

4. Mengetahui akibat gangguan gizi pada pertumbuhan janin.

5. Mengetahui perkembangan janin dalam kandungan.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA.

A. Definisi Nutrisi

Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh agar bisa

menjalankan fungsi nutrisi tersebut sebagai sumber energi. Energi inilah yang

akan membuat makhluk hidup bisa melakukan aktivitas dan kegiatan

sehariharinya. b. Nutrisi adalah kebutuhan utama bagi pasien yang mengalami

malnutrisi, pasien yang mengalami kritis nutrisi enteral.

Menurut Almatsier (2009:3), status gizi sendiri dapat diartikan sebagai

keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat

gizi, dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.

Berdasarkan pengertian status gizi tersebut status gizi ibu hamil berarti

keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi

sewaktu hamil.

Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

kandungan, apabila status gizi ibuburuk dalam kehamilan akan

mengakibatkan terhambatnya otak janin, abortus, dan sebagainya. Jadi

pemantauan gizi ibu hamil sangatlah diperlukan. (Sri Mulyani, dkk. 2013).

B. Nutrisi yang Diperlukan Bagi Ibu Hamil .

Masa hamil adalah masa penting untuk pertumbuhan oprimal janin dan

persiapan persalinan. Oleh karena penambahan zat-zat gizi berguna untuk:

7
kesehatan ibu hamil, pertumbuhan janin, saat persalinan, persiapan menyusui

dan tumbuh kembang bayi. Pada dasarnya menu makanan ibu hamil, tidak

banyak berbeda dari menu sebelum hamil. Oleh karena itu, diharapkan tidak

ada kesulitan dalam pengaturan menu selama hamil. Selama hamil calon ibu

memerlukan lebih banyak zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena

makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya,

bila makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu

sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok, dan

lain-lain (Lestari, 2013).

Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang

dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar

15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini

dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume

darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang

dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar

40% dan sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya (Sitanggang,

2013).

Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan sebesar

11-13 kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil

meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Asupan makanan

yang dikonsumsi oleh ibu hamil berguna untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, mengganti sel-sel tubuh yang rusak atau mati, sumber

tenaga, mengatur suhu tubuh dan cadangan makanan (Sitanggang, 2013).

8
Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang cukup

mengandung karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein

sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat

pengatur. Kebutuhan nutrien akan meningkat selama hamil, namun tidak

semua kebutuhan nutrien meningkat secara proporsional (Lestari, 2013).

Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zat makanan

yang adekuat, dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer zat-zat

makanan tersebut. Pertumbuhan janin yang paling pesat terutama terjadi pada

stadium akhir kehamilan. Misalnya pada akhir bulan ketiga kehamilan berat

janin hanya sekitar 30 g dan kecepatan maksimum pertumbuhan janin terjadi

pada minggu 32-38. Sehingga dibutuhkan lebih banyak zat-zat makanan pada

stadium akhir kehamilan tersebut (Soetjiningsih, 1995).

1. Karbohidrat.

Janin mempunyai sekitar 9 g karbohidrat pada minggu ke 33 kehamilan,

dan pada waktu lahir meningkat menjadi 34 g. konsentrasi glikogen pada

hati dan otot-otot skelet meningkat pada akhir kehamilan. Metabolisme

karbohidrat ibu hamil sangat kompleks, karena terdapat kecenderungan

peningkatan ekskresi dextrone dalam urine. Hal ini ditunjukkan oleh

frekuensi glukosuria ibu hamil yang relatif tinggi dan adanya glukosuria

pada kebanyak wanita hamil setelah mendapat 100 gram dextrose per

oral. Normalnya, pada wanita hamil tidak terdapat glukosa. Kebutuhan

karbohidrat lebih kurang 65% dari total kalori sehingga perlu

penambahan.

9
2. Protein

Transport protein melalui plasenta terutama asam amino, yang kemudian

disintesis oleh fetus menjadi protein jaringan. Protein dibutuhkan untuk

pertumbuhan janin, uterus, payudara, hormon, penambahan cairan darah

ibu, dan persiapan laktasi. Kebutuhan protein adalah 9 gram/hari.

Sebanyak 1/3 dari protein hewani mempunyai nilai biologis tinggi.

Kebutuhan protein untuk fetus adalah 925 gram selama 9 bulan. Efisiensi

protein adalah 70%. Terdapat protein loss di urine +30%. WHO

menganjurkan intake protein untuk ibu hamil sekitar 1,01 g/kg. BB/hari

dan kalori sekitar 46 kkal/kg.BB/hari untuk rata-rata wanita dengan berat

badan 55 kg. Oleh karena itu tiap-tiap negara dapat membuat

rekomendasi yang khusus yang sesuai dengan pola makanan di negara

tersebut dan keadaan masyarakatnya. Jumlah protein yang dianjurkan

dalam diet harus disesuaikan dengan nilai hayati protein yang dimakan.

Makin rendah nilai hayati protein, makin besar jumlah protein dalam diet

yang diperlukan. Nilai hayati protein, makin besar jumlah 6 protein

dalam diet yang diperlukan. Nilai hayati protein nabati lebih rendah dari

protein hewani.

3. Lemak.

Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan peningkatan terjadi

mulai bulan ke-3 kehamilan. Penambahan lemak tidak diketahui, namun

kemungkinan dibutuhkan untuk proses laktasi yang akan datang.

Sebagian besar dari 500 g lemak tubuh janin ditimbun antara minggu 35-

10
40 kehamilan. Pada stadium awal kehamilan tidak ada lemak yang

ditimbun kecuali lipid esensial dan fosfolipid untuk pertumbuhan

susunan saraf pusat (SSP) dan dinding sel saraf. Sampai pertengahan

kehamilan hanya sekitar 0,5% lemak dalam tubuh janin, setelah itu

jumlahnya meningkat, mencapai 7,8% pada minggu ke-34 dan 16%

sebelum lahir. Pada bulan terakhir kehamilan sekitar 14 g emak per hari

ditimbun. Transport asam lemak melalui plasenta sekitar 40% dari lemak

ibu, sisanya disintesa oleh janin. Baik lemak maupun protein meningkat

dengan cepat pada tiga bulan terakhir kehamilan bersamaan dengan

meningkatnya BB janin. Sebagian besar lemak ditimbun pada daerah

subkutan, oleh karena itu pada bayi atern 80% jaringan lemak tubuh

terdapat pada jaringan subkutan.

4. Zat Besi (Fe).

Dibutuhkan untuk pembentukan Hb, terutama hemodilusi, pemasukan

harus adekuat selama hamil untuk mencegah anemia.wanta hamil

memerlukan 800 mg atau 30-50 gram/hari. Anjuran maksimal:

penambahan mulai awal kehamilan, karena pemberian yang hanya pada

trisemester III tidak dapat mengejar kebutuhan ibu/fetus dan juga untuk

cadangan fetus. Kebutuhan zat besi meningkat sehingga dibutuhkan

tambahan 700-800 mg atau 30-60 mg perhari yang didapat dari suplemen

untuk mengganti penggunaan zat besi oleh sum-sum tulang, fetus, dan

plasenta. Ibu hamil yang mengalami anemia akibat kekurangan zat besi

akan berdampak meningkatnya aborsi spontan, kelahiran dini, rendahnya

11
berat badan bayi saat dilahirkan (BBLR), kematian bayi saat dilahirkan,

dan kematian bayi sebelum dilahirkan. Sumber zat besi diperoleh dari

hati, sumsum tulang, telur, daging, ikan, ayam, dan sayuran berwarna

hijau tua.

5. Kalsium (Ca)

Kebutuhan kalsium pada ibu hamil mengalami peningkatankarena

terjadinya peningkatan pergantian tulang (turn over), penurunan

penyerapan kalsium, dan retensi kalsium karena adanya perubahan

hormonal. Kalsium diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi,

vitamin D membantu penyerapan kalsium, kebutuhan 30-40 g/hari untuk

janin, wanita hamil perlu tambahan 600 mg/hari dan total kebutuhan ibu

hamil selama kehamilan adalah 1200 mg/hari. Kalsium dapat diperoleh

dengan mengonsumsi susu, keju, ikan teri, rebon kering, kacang kedelai

kering atau basah, dan brokoli segar.

6. Asam Folat.

Asam folat digunakan untuk pertumbuhan janin dan erythropoiesis ibu

sehingga kebutuhan asam folat pada ibu hamil akan menigkat. Anemia

akibat kekurangan asam folat disebut anemia megaloblastik yang akan

menyebabkan kekurangan oksigen. Bila hal ini berlangsung lama akan

berdampak pada kerusakan oragna-organ tubuh. Rendahnya kadar asam

folat pada wanita hamil menyebabkan kelahiran cacat, gangguan saraf,

atau gangguan perkembangan kecerdasan (retardasi mental). Kebutuhan

asam folat pada wanita hamil sebanyak 280 µg per hari selama

12
kehamilan trisemester I, 660 ug pada trisemester II, dan 470 ug per hari

pada trisemester III bisa didapat dari sayuran hijau, hati, dan ayam. g.

Kolin Kolin merupakan salah satu vitamin B kompleks yang dibutuhkan

oleh ibu hamil, terutama pada minggu kedelapan belas kehamilan.

Vitamin ini dapat meningkatkan kemampuan bayi untuk membentuk

hubungan antarneuron yang sedang tumbuh pesat. Kolin bisa didapat dari

kuning telur, daging tanpa lemak, ragi, kedelai, hati, otak, ginjal, dan

jantung.

7. Vitamin E

Vitamin E berfungsi sebagai anti-oksidan yang dapat melindungi tubuh

dari radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kromosom atau

jaringan sel bayi, terutama paling rawan terjadi pada tahap-tahap awal

kehamilan. Vitamin E dapat ditemukan pada gandum, sayuran hijau, biji-

bijian, kedelai, minyak biji kapas, dan minyak jagung.

8. Vitamin A

Kebutuhan ibu hamil akan vitamin A harus dipenuhi yaitu sekitar 500 SI.

Kekurangan vitamin A selama kehamilan dapat menyebabkan bayi

prematur dan perlambatan pertumbuhan janin serta rendahnya berat

badan bayi saat dilahirkan. Dampak negatif kekurangan vitamin A dapat

dicegah dengan mengonsumsi hati, susu, ikan laut, sayuran, dan buah

berwarna hijau atau kuning.

13
9. Vitamin B1

Kekurangan vitamin B1 akan meingkatkan jumlah kasus kelahiran

sebelum waktunya dan gangguan perkembangan janin. Vitamin B1 bisa

dipenuhi kebutuhannya dengan mengonsumsi biji-bijian, kacang-

kacangan, padi-padian, dan daging.

10. Iodine

Iodine adalah salah satu mineral yang dibutuhkan ibu hamil. Penambahan

kebutuhan iodine pada masa kehamilan adalah 25 µg. kekurangan iodine

pada masa kehamilan akan mengakibatkan kretin (tubuh kerdil) yang

ditunjukkan dengan adanya gangguan mental dan fisik menyerupai

karakteristik anak yang mengalami down syndrome. Bahan makanan

sumber iodine adalah garam dapur yang sudah difortifikasi (diperkaya)

iodine, bahan makanan yang berasal dari laut, serta tumbuhan yang hidup

dekat pantai.

11. Zinc (Seng)

Kebutuhan ibu hamil akan zinc (seng) meningkat 5 mg karena tingkat

zinc yang rendah akan menyebabkan kenaikan tingkat kelahiran tidak

normal. Zinc berperan untuk meningkatkan sistem imun dan

memperbaiki fungsi organ perasa (penglihatan, penciuman, dan

pengecap). Sumber zinc dapat diperoleh dari daging, hati, telur, ayam,

seafood, susu, dan kacang-kacangan.

14
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi Ibu Hamil

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk

ibu hamil. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang

dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Gizi

ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang yag harus dikonsumsi ibu

selama masa kehamilannya, dengan porsi dua kali makan orang yang tidak

hamil (Sitanggang, 2013).

Kesehatan ibu hamil dapat terwujud dengan berperilaku hidup sehat

selama kehamilan yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui asupan gizi

yang baik, memakan tablet zat besi, melakukan senam hamil, perawatan jalan

lahir, menghindari merokok dan makan obat tanpa resep. Melakukan

kunjungan minimal empat kali untuk mendapat informasi dari petugas

kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan (Gulardi H, 2006 dalam

Sitanggang, 2013).

Beberapa faktor yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil adalah

(Sitanggang, 2013):

1. Faktor Langsung

Nutrisi secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit,

khususnya penyakit infeksi. Faktor-faktor tersebut meliputi:

a. Keterbatasan ekonomi, yang berarti tidak mampu membeli bahan

makanan yang berkualitas baik, sehingga mengganggu pemenuhan

gizi.

15
b. Produk pangan, dimana jenis dan jumlah makanan di negara tertentu

atau daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan setempat untuk

jangka waktu yang panjang sehingga menjadi sebuah kebiasaan turun-

temurun.

c. Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan) hendaknya

jangan sampai membuat kadar gizi yang terkandung dalam bahan

makanan menjadi tercemar atau tidak higienis dan mengandung

kuman penyakit.

d. Pembagian makanan dan pangan masyarakat Indonesia umumnya

masih dipengaruhi oleh adat atau tradisi. Misalnya, masih ada

kepercayaan bahwa ayah adalah orang yang harus diutamakan dalam

segala hal termasuk pembagian makanan keluarga.

e. Pengetahuan gizi yang kurang, prasangka buruk pada bahan makanan

tertentu, salah persepsi tentang kebutuhan dan nilai gizi suatu

makanan dapat mempengaruhi status gizi seseorang.

f. Pemenuhan makanan berdasarkan pada makanan kesukaan saja akan

berakibat pemenuhan gizi menurun atau berlebih.

g. Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan makanan yang

dipandang pantas atau tidak untuk dimakan. Tahayul dan larangan

yang beragam didasarkan pada kebudayaan daerah yang berlainan.

Misalnya, ada sebagian masyarakat yang masih percaya ibu hamil

tidak boleh makan ikan.

16
h. Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan

gizi. Selera makan dipicu oleh sistem tubuh (misal dalam keadaan

lapar) atau pun dipicu oleh pengolahan serta penyajian makanan.

i. Suplemen Makanan.

Ada beberapa suplemen makanan yang biasanya diberikan untuk ibu

hamil, antara lain:

1.) Tablet Tambah Darah (TTD) yang mengandung zat besi (Fe) yang

dapat membantu pembentukan sel darah merah yang berfungsi

sebagai pengangkut oksigen dan zat nutrisi makanan bagi ibu dan

janin. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat yang setara dengan 60

mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Tablet Tambah Darah

diminum satu tablet tiap hari di malam hari selama 90 hari

berturut-turut, karena pada sebagian ibu 12 yang hamil merasakan

mual, muntah, nyeri pada lambung, diare, dan susah buang air

besar. Usaha lain untuk menambah asupan zat besi adalah daging

segar, ikan, telur, kacangkacangan, dan sayuran segar yang

berwarna hijau tua.

2.) Kalsium merupakan zat yang dibutuhkan untuk perkembangan

tulang dan gigi bayi, jika asupan kalsium kurang maka kebutuhan

kalsiun diambil dari tulang ibu. Kebutuhan akan 6 kalsium bagi

ibu hamil adalah 950 mg tiap harinya. Asupan Kalsium bisa

didapat dari minum susu, ikan, udang, rumput laut, keju, yoghurt,

17
sereal, jus jeruk, ikan sarden, kacangkacangan, biji-bijian, dan

sayur yang berwarna hijau gelap.

3.) Vitamin juga diperlukan untuk menjaga kesehatan ibu yang hamil.

Beberapa vitamin ibu hamil yang dibutuhkan adalah vitamin C (80

mg) yang berfungsi untuk membantu penyerapan zat besi, vitamin

A (6000 IU), vitamin D (4 mcg). Vitamin ini dapt diperoleh dari

cabe merah, mangga, pepaya, wortel, ubi, aprikot, dan tomat. B.

2. Faktor Tidak Langsung.

a. Pendidikan keluarga.

Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap

pengetahuan tentang gizi yang diperolehnya melalui berbagai

informasi.

b. Faktor budaya.

Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan makanan tertentu

yang jika dipandang dari segi gizi, sebenarnya sangat baik bagi ibu

hamil.

c. Faktor fasilitas kesehatan.

Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status kesehatan

dan gizi ibu hamil, dimana sebagai tempat masyarakat memperoleh

informasi tentang gizi dan informasi kesehatan lainnya, bukan hanya

dari segi kuratif, tetapi juga preventif dan rehabilitatif.

18
D. Akibat Gangguan Gizi pada Pertumbuhan Janin.

Kecukupan gizi bagi ibu hamil sangat penting. Bila gizi ibu kurang,

tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada

masa sebelum hamil telah buruk pula. Keadaan ini dapat mengakibatkan

abortus, Bayi lahir prematur, atau bahkan bayi lahir mati. Pada saat persalinan

dapat mengakibatkan persalinan lama, perdarahan, infeksi dan kesulitan lain

yang mungkin memerlukan 13 pembedahan. Berikut berbagai contoh akibat

defisiensi gizi pada janin (Soetjiningsih, 1995):

1. Kekurangan energi dan protein (KEP)

Meskipun kenaikan berat badan ibu kecil selama trisemester I

kehamilan, namun sangat penting artinya karena pada waktu inilah janin

dan plasenta dibentuk. Kegagalan kenaikan berat badan ibu pada

trisemester I dan II akan meningkatkan bayi BBLR. Hal ini disebabkan

adanya KEP akan mengakibatkan ukuran plasenta kecil dan kurangnya

suplai zat-zat makanan ke janin. Bayi BBLR mempunyai resiko kematian

lebih tinggi dari pada bayi cukup bulan. Kekurangan gizi pada ibu lebih

cenderung mengakibatkan BBLR atau kelainan yang bersifat umum

daripada menyebabkan kelainan anatomik yang spesifik.

Kekurangan gizi pada ibu yang lama dan berkelanjutan selama

masa kehamilan akan berakibat lebih buruk pada janin daripada malnutrisi

akut. Pada saat ini dikembangkan penelitian tentang mekanisme selular

pertumbuhan organ-organ tubuh, yaitu dengan cara mengukur banyaknya

DNA dari organ berbagai indeks dari banyaknya sel dan kandungan

19
protein untuk indeks dari besarnya sel. Pertumbuhan organ tubuh pada

awalnya dimulai dengan pembelahan sel, kemudian diikuti dengan

pembesaran sel. Kalau terdapat gangguan gizi pada saat pembelahan sel,

maka secara bermakna akan mempengaruhi besarnya organ, dimana

perubahan ini tidak bisa normal kembali.

Akibat lain dari KEP adalah kerusakan struktur SSP terutama pada

tahap pertama pertumbuhan otak (hyperplasia) yang terjadi selama dalam

kandungan. Dikaitkan bahwa masa rawan pertumbuhan sel-sel saraf

adalah trisemester III kehamilan sampai sekitar dua tahun setelah lahir.

Kekurangan gizi pada masa dini dari perkembangan otak akan

menghentikan sintesis protein dan DNA.

Akibatnya adalah berkurangnya pertumbuhan otak, sehingga lebih

sedikit sel-sel otak yang berukuran normal. Dampaknya akan terlihat pada

struktr dan fungsi otak pada masa kehidupan mendatang, sehingga

berpengaruh pada intelektual anak. Pemberian suplementasi makanan

kepada ibu hamil akan mengurangi kematian perinatal dan menaikkan

berat badan bayi.

2. Anemia Gizi

Anemia gizi merupakan masalah gizi dengan prevalensi tinggi pada

ibu hamil, terutama dinegara berkembang. Anemia gizi terjadi akibat

kekurangan Fe, asam folat dan vitamin B12. Anemia gizi dapat

mengakibatkan antara lain, kematian janin di dalam kandungan, abortus,

cacat bawaan, BBLR, abruption plasenta, cadangan zat besi yang

20
berkurang pada bayi-bayi dilahirkan sudah dalam keadaan anemia.

Sehingga mortalitas dan morbiditas ibu dan kehamilan perinatal secara

bermakna lebih tinggi.

3. Defisiensi Yodium.

Defisiensi yodium pada ibu hamil dalam trisemester pertama

kehamilan merupakan faktor utama terjadinya kretin endemik. Pemberian

yodium pada wanita didaerah endemik dapat mengurangi angka kejadian

kretin endemik. Akibat lain dari defisiensi yodium bisa mengakibatkan

janin diresorpsi, abortus, lahir mati, atau bayi lahir lemah, masa hamil

yang lebih lama atau partus lama.

4. Defisiensi Seng (Zn)

Defisiensi seng selama kehamilan dapat mengakibatkan hambatan

pada pertumbuhan janin, kehamilan serotinus atau partus lama. Bayi yang

dilahirkan dengan defisiensi Zn, gejalanya mungkin baru akan nampak

setelah anak berada dalam masa pertumbuha cepat.

5. Defisiensi Vitamin A

Defisiensi vitamin A pada masa kehamilan akan mengakibatkan

meningkatnya prevalensi prematuritas dan reterdasi janin.

6. Defisiensi Thiamin

Defisiensi thiamin yang berat dapat mengakibatkan penyakit beri-

beri congenital.

21
7. Defisiensi Kalsium

Defisiensi kalsium pada ibu hamil akan mengakibatkan kelainan

struktur tulang secara menyeluruh pada bayi.

E. Perkembangan Janin dalam Kandungan.

1. Bulan ke-1.

Sperma membuahi ovum, membelah, masuk di uterus dan

menempel pada hari ke-11 (Rochmawati, 2015). Pada minggu pertama

hingga minggu ke-3 sang ibu mungkin belum menyadari bahwa ia

mengandung. Namun pada minggu ke-4, embrio memproduksi hormon

kehamilan (Chorionic Gonadotropin-CG), sehingga apabila Anda

melakukan test kehamilan, hasilnya positif. Janin mulai membentuk

struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukan otak dan tulang

belakang serta jantung dan aorta (urat besar yang membawa darah ke

jantung). Bagian tubuh embrio yang pertama muncul akan menjadi tulang

belakang, otak, dan saraf tulang belakang. Jantung, sirkulasi darah dan

pencernaan juga sudah terbentuk (Nugroho, 2015).

2. Bulan ke-2

Panjang janin 250 mm. Jantung mulai memompa darah. Raut muka

dan bagian utama otak dapat terlihat. Terbentuk telinga, tulang dan otot di

bawah kulit yang tipis (Rochmawati, 2015). Pada minggu ke-5, terbentuk

3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Ectoderm adalah

lapisan yang akan membentuk system saraf yang seterusnya membentuk

22
otak, tulang belakang, kulit serta rambut. Lapisan Mesoderm akan

membentuk organ jantung, buah pinggang, tulang dan organ reproduktif.

Lapisan Endoderm membentuk usus, hati, pankreas dan pundi kencing.

Minggu ke-6, ukuran embrio rata-rata 2-4 mm, jantung bayi mulai

berdetak, sistem pencernaan dan pernafasan mulai dibentuk, pucuk-pucuk

kecil yang akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai tampak.

Minggu ke7, panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gram. Pucuk

lengan mulai membelah menjadi bagian bahu dan tangan yang mungil.

Jantung dan paru-paru telah terbagi menjadi ruang-ruang. Minggu ke-8,

panjang kira-kira 14-20 mm, bayi sudah mulai terbentuk diantaranya

pembentukan lubang hidung, bibir, mulut 16 serta lidah. Matanya juga

sudah kelihatan berada dibawah membran kulit yang tipis (Nugroho,

2015).

3. Bulan ke-3

Panjang janin 7-9 cm. Tinggi rahim di atas simpisis (tulang

kemaluan). Embrio menjadi janin. Denyut jantung terlihat pada USG.

Mulai ada gerakan. Sudah ada pusat tulang, kuku, ginjal mulai

memproduksi urin (Rochmawati, 2015). Pada minggu ke-9, panjangnya

sekitar 22-30 mm dan beratnya sekitar 4 gram. Minggu ke-10, semua

organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak

meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap

menit. Minggu ke-11, panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik

rambut, kuku jari tangan dan kakinya mulai tumbuh. Sesekali di usia ini

23
janin sudah menguap, janin sudah mulai bisa mengubah posisinya.

Minggu ke-12, panjang fetus 6-7 cm berat 14 gram, jari dan kuku mulai

terbentuk, janin bergerak secara spontan, penyempurnaan seluruh organ

tubuh (Nugroho, 2015).

4. Bulan ke-4

Panjang janin 10-17 cm. Berat janin 100 gram. Tinggi rahim

setengah atas simpisis – pubis. Sistem muskuloskeletal sudah matang,

sistem saraf mulai melakukan kontrol. Pembuluh darah berkembang

cepat. Tangan janin dapat menggenggam. Kaki menendang aktif.

Pankreas memproduksi insulin. Kelamin luar sudah dapat ditentukan

jenisnya (Rochmawati, 2015). Pada minggu ke-13 (akhir trimester

pertama), plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan

pembuangan sampah bayi. Kelopak mata bayi merapat untuk melindungi

mata yang sedang berkembang. Janin mencapai panjang 76 mm dan

beratnya 19 gram. Minggu ke-14, kelenjar prostat bayi lakilaki

berkembang dan ovarium turun dari rongga perut menuju panggul.

Minggu ke-15, bayi sudah mampu menggenggam tangannya dan

mengisap ibu jari. Kelopak matanya masih tertutup. Minggu ke-16, bayi

telah mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa mendengar suara

(Nugroho, 2015).

5. Bulan ke-5

Panjang janin 18-27 cm. Berat janin 300 gram. Tinggi rahim

setinggi pusat. Verniks melindungi tubuh. Lanugo menutupi tubuh dan

24
menjaga minyak pada kulit. Terbentuk alis, bulu mata, dan rambut. Janin

membuat jadwal teratur tidur, menelan dan menendang (Rochmawati,

2015). Pada minggu ke-17, lapisan lemak cokelat mulai berkembang,

untuk menjada suhu tubuh bayi setelah lahir, sidik jari mulai terbentuk.

Minggu ke-18, bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui

dinding rahim ibu. Minggu ke-19, tubuh bayi diselimuti vernix caseosa,

semacam lapisan lilin yang 18 melindungi kulit dari luka. Minggu ke-20,

terjadi penyempurnaan jantung dan sistem pernapasan (Nugroho, 2015).

6. Bulan ke-6

Panjang janin 28-34 cm. Berat rahim 600 gram. Tinggi rahim di

atas pusat. Kerangka berkembang cepat. Berkembangnya sistem

pernafasan (Rochmawati, 2015). Pada minggu ke-21, usus bayi telah

cukup berkembang sehingga ia sudah mampu menyerap atau menelan

gula dari cairan lalu dilanjutkan melalui sistem pencernaan manuju usus

besar. Gerakan bayi semakin pelan karena beratnya sudah 340 gram dan

panjangnya 20 cm. Minggu ke-22, perbandingan kepala dan tubuh

semakin proporsional. Minggu ke-23, beratnya hampir 450 gram. Minggu

ke-24, paru-paru mulai mengambil oksigen meski bayi masih menerima

oksigen dari plasenta. Untuk persiapan hidup di luar rahim, paru-paru

bayi mulai menghasilkan surfaktan yang menjaga kantung udara tetap

mengembang, kepala masih terlihat besar, bulu mata dan alis mulai

tampak, kulit bayi mulai menebal (Nugroho, 2015).

25
7. Bulan ke-7.

Panjang janin 35-38 cm. Berat rahim 1000 gram. Tinggi rahim

antara pertengahan pusat – prosessus xifodeus. Janin bisa bernafas,

menelan dan mengatur suhu. Terbentuk surfaktan dalam paru-paru. Mata

mulai membuka dan menutup. Bentuk janin dua pertiga bentuk saat lahir

(Rochmawati, 2015). Pada minggu ke-25, bayi cegukan, ini tandanya ia

sedang latihan bernafas. Ia menghirup dan mengeluarkan air ketuban. Jika

air ketuban yang tertelan terlalu banyak, ia akan cegukan, bagian hidung

bayi mulai berfungsi. Minggu ke-26, aktifitas otaknya yang berkaitan

dengan pendengarannya dan pengelihatannya sudah berfungsi, bunda

dapat memulai memperdengarkan lagu yang ringan dan mencoba untuk

memberi cahaya lebih disekitar perut, mungkin bunda akan merasakan

anggukan kepala si kecil. Minggu ke-27, paru-paru, hati dan sistem

kekebalan tubuh masih harus dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan,

memiliki peluang 85% untuk bertahan. Minggu ke-28, kepalanya sudah

mengarah ke bawah (Nugroho, 2015).

8. Bulan ke-8

Panjang janin 42,5 cm. Berat rahim 1700 gram. Tinggi rahim dua

pertiga di atas pusat. Simpanan lemak berkembang di bawah kulit. Janin

mulai menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor. Kulit merah dan gerak

aktif (Rochmawati, 2015). Pada minggu ke-29, kelenjar adrenalin bayi

mulai menghasilkan hormon, sensitifitas dari bayi semakin jelas, bayi

sudah bisa mengidentifikasi perubahan suara, cahaya, rasa dan bau. Selain

26
itu otak bayi sudah bisa mengendalikan nafas dan mengatur suhu badan

dari bayi. Minggu ke-30, beratnya sekitar 1400 gram dan panjangnya 27

cm, cairan ketuban (amniotic fluid) di rahim bunda semakin berkurang,

bayi sudah mulai memproduksi air mata. Minggu ke-31, 20 aliran darah

di plasenta memungkinkan bayi menghasilkan air seni, apabila

diperdengarkan musik, bayi akan bergerak. Minggu ke-32, panjang fetus

28 cm, berat 1800 gram, bayi sudah mulai bisa bermimpi, pada usia

kehamilan ini biasanya kepala bayi sudah berada di bawah dan tidak

berputar putar lagi (Nugroho, 2015).

9. Bulan ke-9

Panjang janin 46 cm. Berat rahim 2500 gram. Tinggi rahim setinggi

prosessus xifodeus. Kulit penuh lemak, organ sudah sempurna

(Rochmawati, 2015). Pada minggu ke-33, bayi telah memiliki wajah, bayi

sudah bisa mengambil nafas dalam-dalam walaupun nafasnya masih di

dalam air. Minggu ke-34, tubuh bunda sedang mengirimkan antibodi

melalui darah bunda ke dalam darah bayi yang berfungsi sebagai sistem

kekebalan tubuhnya dan proses ini akan tetap terus berlangsung bahkan

lebih rinci pada saat bunda mulai menyusui, bayi berada di pintu rahim.

Minggu ke-35, pendengaran sempurna, lemak dari tubuh bayi sudah

mulai memadat pada bagian kaki dan tangannya, lapisan lemak ini

berfungsi untuk memberikan kehangatan pada tubuhnya. Minggu ke-36,

kulit bayi sudah semakin halus dan sudah menjadi kulit bayi (Nugroho,

2015).

27
10. Bulan ke-10

Panjang janin 50 cm. Berat rahim 3000 gram. Tinggi rahim dua jari

bawah prossesus xifodeus. Kepala janin masuk PAP (pintu atas panggul),

kuku panjang, testis telah turun. Kulit halus hampir tidak ada lanugo

(Rochmawati, 2015). Pada minggu ke-37, kepala bayi turun ke ruang

pelvik. Bentuk bayi semakin membulat dan kulitnya menjadi merah

jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat dan bertambah 5cm. Kuku

terbentuk dengan sempurna. Bayi sudah bisa melihat adanya cahaya

diluar rahim. Bayi pada saat ini sedang belajar untuk mengenal aktifitas

harian, selain itu bayi juga sedang belajar untuk melakukan pernafasan

walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam air. Minggu ke-38

hingga minggu ke-40, proses pembentukan telah berakhir dan bayi siap

dilahirkan (Nugroho, 2015).

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

1. Nutrisi ibu hamil adalah kebutuhan zat gizi yang diperlukan seorang

ibu disaat hamil. Nutrisi ibu disaat hamil dapat mempengaruhi status

gizi ibu hamil yang berdampak pada pertumbuhan janin yang

dikandungnya.

2. Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zat makanan

yang adekuat seperti karbohidrat, protein, lemak, zat besi, kalsium,

asam folat, kolin, vitamin E, vitamin A, vitamin B1, iodine, dan zinc

(seng).

3. Faktor yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil terbagi menjadi dua yaitu

faktor langsung seperti keterbatasan ekonomi, produk pangan, sanitasi

makanan, pembagian makanan dan pangan masyarakat, pengetahuan

gizi yang kurang, pemenuhan makanan berdasarkan pada makanan

kesukaan saja, pantangan pada makanan tertentu, selera makan, dan

suplemen makanan. Faktor tidak langsung seperti pendidikan keluarga,

faktor budaya dan faktor fasilitas kesehatan.

4. Kecukupan gizi pada ibu disaat hamil sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan janinnya. Beberapa contoh akibat

defisiensi gizi pada janin diantaranya Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR), kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan,

29
janin diresorpsi, lahir mati, bayi lahir lemah, hambatan pada

pertumbuhan janin, kehamilan serotinus, partus lama, prematuritas dan

reterdasi janin, beri-beri congenital, serta kelainan struktur tulang

secara menyeluruh pada bayi.

5. Perkembangan janin umumnya berlangsung selama 10 bulan.

Semuanya bertahap mulai dari pembentukan otak, tulang belakang,

jantung dan aorta kemudian alat gerak dan indera, sampai timbulnya

gerakan dan berfungsinya organ-organ yang telah terbentuk. Janin

terus tumbuh dan berkembang hingga pada usia 10 bulan normalnya

bayi akan memposisikan dan siap untuk dilahirkan

30
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama

Arta, Dewi. 2010. Kenali 7 Penyebab Bayi Lahir Prematur. (Online),

(http://lifestyle.okezone.com/read/2010/06/24/27/346282/kenali-7-penyebab-bayi-

lahir-prematur) diakses 30 Agustus 2015

Direktorat Bina Gizi. 2011. Makanan Sehat Ibu Hamil. Jakarta: Kementrian

Kesehatan RI.

Lestari, Rina. 2013. Pemenuhan Gizi Ibu Hamil. (Online).

http://rinayarina.pun.bz/files/pemenuhan-gizi-ibu-hamil.pdf, diakses 29 Agustus

2015.

Maharani, Dian. 2014. Apa Saja Penyebab Bayi Lahir Prematur? (Online),

(http://health.kompas.com/read/2014/09/14/150242523/Apa.Saja.Penyebab.

Bayi.Lahir.Prematur) diakses 30 Agustus 2015.

Mayo Clinic Staff. 2014. Diseases and Conditions Premature Birth (Definition).

(Online), (http://www.mayoclinic.org/diseases-

conditions/prematurebirth/basics/definition/con-20020050) diakses 30 Agustus

2015

Mulyani, Sri., Haryanto, Adi. & S, Mamat. 2013. Hubungan Antara Status Gizi

dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester II di Puskesmas

Bandarharjo Semarang Utara: Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, (Online),

1(3),

31
(http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/article/),

diakses 30 Agustus 2015.

Nugroho Sp.OG, dr. 2015. Perkembangan Janin Bayi dalam Kandungan Usia 1-

40 Minggu. (Online), (http://dr-kandungan.com/gambar-proses-bayi-janindi-

dalam-kandungan-perkembangan-pertumbuhan/) diakses 30 Agustus 2015

Rini Hastuti, Saktya. 2014. Bayi Lahir Prematur dan Dampaknya terhadap

Kedisabilitasan. (Online), (http://solider.or.id/2014/10/24/bayi-lahirprematur-dan-

dampaknya-terhadap-kedisabilitasan) diakses 30 Agustus 2015

Rochmawati, Lusa. 2015. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin dalam

Kandungan. (Online), (http://www.kebidanan.org/pertumbuhan-

danperkembangan-janin-dalam-kandungan) diakses 30 Agustus 2015

Rusilanti, 2006. Menu Bergizi Untuk Ibu Hamil. Jakarta: Kawan Pustaka

Sitanggang,

Berliana dan Siti Saidah Nasution. 2013. Faktor-faktor Status Kesehatan pada Ibu

Hamil. (Online). http://download.portalgaruda.org/article.php?

article=58694&val=4130, diakses 29 Agustus 2015

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: ECG Virgianti, Kartika.

2013. Dampak Jangka Panjang Bayu Lahir Prematur. (Online),

(http://www.satuharapan.com/read-detail/read/dampak-jangkapanjang-bayi-lahir-

prematur) diakses 30 Agustus 2015

SOP nutrisi pada ibu hamil

32
33

Anda mungkin juga menyukai