Rangkaian Listrik II
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
R
Z
Harga impedansi merupakan penjumlahan dari hambatan R dan hambatan dari L, yaitu :
Z = (R + jL) = (R + j.2.f.L) .
L
= R 2 ( L )2 tn 1 .
R
Harga impedansi dapat dituliskan dalam bentuk lebih umum menjadi :
Z= Z .
L
dimana : Z = R 2 ( L )2 . adalah besarnya hambatan, dan = tn 1 . adalah
R
sudut impedansi yang menunjukan sifat dari impedansi.
Diagram phasor impedansi dari rangkaian R dan L seri adalah :
J(imajiner)
L Z
R
0 Riil(sumbu nyata)
Impedansi yang bersifat induktif berada pada kuadran I pada diagram phasor dengan
sudut impedansi positif.
Rangkaian Listrik II 2
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Dengan kata lain, kuadran I pada diagram phasor impedansi adalah tempat
kedudukan impedansi yang bersifat induktif.
Karena impedansi mengandung reaktansi induktif (XL= L), maka impedansi induktif
dipengaruhi oleh frekunsi gelombang tegangan sumber, dimana makin besar frekuensi
harga impedansi semakin besar, seperti terlihat pada gambar 7.2 dan 7.3.
L Z3
902
Z2
Z1 450
0 R
Contoh :
Diketahui sebuah rangkaian R dan L seri :
Jawaban :
1. Untuk = 500 rad/s. j
R = 10 ; L = 500 . 10.10-3 = 5
L
Z = R 2 ( L )2 .arc .tn 0 R Riil
R
5
Z = 10 2 52 .arc .tn .. 5 524 0
10
Rangkaian Listrik II 3
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
L
Z = R 2 ( L )2 .arc .tn
R
20
Z = 10 2 20 2 .arc .tn .. 10 5...0 0 R
10
Riil
L
Z = R 2 ( L )2 .arc .tn
R
2 2 50
Z = 10 50 .arc .tn .. 10 26...0 0 R
10
Riil
Rangkaian Listrik II 4
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Sebuah rangkaian terdiri dari sebuah resistor yang terpasang seri dengan sebuah
kapasitor, bila dicatu sumber tegangan sinusoidal akan mempunyai
hambatan/impedansi sebesar :
Z
C
1
1 2
= 2
R ( ) arc .tn C .
C R
Harga impedansi dapat dituliskan dalam bentuk lebih umum menjadi :
Z= Z .
dimana :
1 2 1
Z = R2 ( ) . adalah besarnya hambatan, dan - = arc .tn C .
C
R
adalah sudut impedansi yang menunjukan sifat dari impedansi.
Diagram phasor impedansi dari rangkaian R dan C seri adalah :
J(imajiner)
0 Sumbu riil
1
Z
C
Rangkaian Listrik II 5
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Impedansi yang bersifat kapasitif berada pada kuadran IV pada diagram phasor
dengan sudut impedansi negatif.
Dengan kata lain, kuadran IV pada diagram phasor impedansi adalah tempat
kedudukan impedansi yang bersifat kapasitif.
Karena impedansi mengandung reaktansi kapasitif (XC=1/C), maka impedansi
kapasitif dipengaruhi oleh frekunsi gelombang tegangan sumber, dimana makin
besar frekuensi harga reaktansi semakin kecil, sehingga harga impedansinyapun
makin kecil, seperti terlihat pada gambar 7.7 dan 7.8.
R
0 0
Z1
1/C -90 0
Z2
-j Z3
0
Gambar. 7. 7. Z fungsi Gambar 7. 8. fungsi
Contoh :
Diketahui sebuah rangkaian R dan C seri :
Rangkaian Listrik II 6
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Jawaban :
1. Untuk = 500 rad/s. j
1
R = 10 ; 1/C = = 20 0 Riil
500 x100 x10 6
1 2 1
Z = R2 ( ) .arc .tn
C RC
20
Z = 10 2 20 2 .arc .tn .. 10 5 ....0 Z
10
1 2 1
Z = R2 ( ) .arc .tn Z
C RC
10
Z = 10 2 102 .arc .tn .. 10 2 450 -j
10
5
Z = 102 5 2 .arc .tn .. 5 5 ...0
10
Rangkaian Listrik II 7
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
1 2 1
Z = R2 ( ) .arc .tn 1/C Z
C RC
2
Z = 102 2 2 .arc .tn .. 104.. ...0 -j
10
Dimana :
Rangkaian Listrik II 8
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
1 2
R 2 ( L ) = Z adalah besarnya hambatan.
C
1
( L )
arc .tn C = adalah sudut impedansi yang menyatakan
R
sifat Dari persamaan impedansi diatas terdapat selisih antara L (induktif) dengan
1/C (kapasitif), sehingga impedansi dari rangkaian R, L dan C yang terpasang seri
akan menghasilkan tiga kemungkinan, yaitu :
1. Bila L 1/C.
1
( L )
Z= R 2 ( L
1 2
) arc .tn C dengan sudut positif, yang artinya
C R
1
L- Z
C
R riil
1/ωC -j
Gambar 7.9. Digram phasor impedansi R, L, C seri untuk L 1/C.
2. Bila L = 1/C.
Pada kondisi L = 1/C, .harga impedansi :
1
( L )
Z= 1 2 C
R 2 ( L ) arc .tn
C R
(0)
Z= R 2 ( 0 )2 arc .tn =R
R
Impedansi bersifat resistif, dimana kondisi ini disebut kondisi resonansi.
Rangkaian Listrik II 9
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Diagram phasornya
j
L
Z=R riil
1/C
Gambar 7.10. Digram phasor impedansi R, L, C seri L = 1/C
1
3. Bila L ,
C
Pada kondisi ini sifat induktif terkompensasi oleh sifat kapasitif, sehingga impedansi
bersifat kapasitif dengan sudut impedansi minus dan berada di kuadran IV pada
diagram phasor.
Diagram phasornya
j
L
R
0 Riil
(1/C - L) Z
1/C
-j
Gambar 7.11. Digram phasor impedansi R, L, C seri L < 1/C
Rangkaian Listrik II 10
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Contoh :
Diketahui sebuah rangkaian R , L dan C seri :
C = 100 F
Jawaban
1. Untuk = 500 rad/s
Besarnya resistansi R = 10 ;
Besarnya reaktansi induktif XL = jL = j500x10x10-3 = j5.
1 1 100
Besarnya reaktansi kapasitif Xc = jC j 20
j 500 x100 x10 6 j5
j
L
R
riil
(1/C - L) Z
1/C
-j
Rangkaian Listrik II 11
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
L
R=Z riil
1/C
-j
Rangkaian Listrik II 12
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Diagram phasornya
j
L
(L – 1/C) Z
riil
R
1/C
-j
Suatu rangkaian yang terdiri dari sebuah resistor yang terpasang paralel dengan
sebuah induktor yang dicatu sumber arus bolak-balik sinusoida,
R L Z
Rangkaian Listrik II 13
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
R 2L Z
R 2 (L) 2
riil
R (L) 2
R 2 (L) 2
-j
Contoh :
Bila pada rangkaian gambar 7.11. diketahui harga R = 10 dan harga reaktansi
induktif XL = j10, maka harga impedansinya :
cara 1 :
1 1 1 1 1 0.1
0.1 j 0.1 0.1 2arc .tn 0.1 2 450 mho.
Z R X L 10 j10 0.1
1
Z= 5 2450
0.1 2 45
R( L )2 R 2L
cara 2 : Z =
R 2
( L )2 R j
2
( L )2 .
10( 10 )2 10 2.10
5 j 5 5 2450
Z=
10 2
10 2
j
10 2
10 2
Rangkaian Listrik II 14
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Suatu rangkaian yang terdiri dari sebuah resistor yang terpasang paralel dengan
sebuah induktor yang dicatu sumber arus bolak-balik sinusoida,
R C Z
R 2C
1 (CR) 2
0 riil
Z
-j
Rangkaian Listrik II 15
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Contoh :
Bila pada rangkaian gambar 7.13. diketahui harga R = 10 dan harga reaktansi
induktif XC = -j10, maka harga impedansinya :
1 1 1 1 1 0.1 0
cara 1 : Z R X 10 j10 0.1 j 0.1 0.1 2arc .tn 0.1 0.1 245
C
mho.
1
Z= 5 2 450
0.1 245 0
R R 2C
cara 2 : Z=
1 ( CR ) 2
j
1 ( CR ) .
2
10 10 0
Z = 1 1 j 1 1 5 j 5 5 2 45
R L C Z
besarnya impedansi :
Rangkaian Listrik II 16
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
1 R
Z = 1 j C 1
1 jR C
1
R
L L
1
R 2 C
R L
Z= j
1
2
1
2
1 R C
2
1 R C
2
L L
Seperti halnya rangkaian RLC seri, impedansi pada rangkaian RLC paralel
mengandung tiga kemungkinan, yaitu bersifat kapasitif, resistif dan induktif.
1
1. Bila C , bagian imajiner dari impedansi berharga positif, sehingga sifat
L
impedansi induktif, dimana :
1
R 2 C
R L
Z= j
1
2
1
2
1 R C
2
1 R C
2
L L
1
2. Bila C , bagian imajiner dari impedansi sama dengan nol, sehingga
L
impedansi bersifat resistif (Z=R).
1
3. Bila C , bagian imajiner dari impedansi berharga negative, sehingga sifat
L
impedansi kapasitif, dimana :
1
R 2 C
R L
Z= j
2
2
1 R 2 C 1 1 R 2 C 1
L L
Rangkaian Listrik II 17
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Contoh :
Sebuah rangkaian RLC paralel :
Solusi :
Cara 1.
1. Untuk ω = 500 rad/s
R = 10 ohm : ωC = 500 x 100 x 10-6 = 0.05 mho ;
1/ ωL = 1/(500 x 10 x 10-3) = 0.2 mho.
1
R 2 C
R L
Z= j Ω
2
2
1 R 2 C 1 1 R 2 C 1
L L
Rangkaian Listrik II 18
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
10 15
Z= j (3.1 j 4.6) ( impedansi kapasitif )
1 2.25 1 2.25
Cara 2.
1. Untuk ω = 500 rad/s
1/R = 0.1 ohm : ωC = 500 x 100 x 10-6 = 0.05 mho ;
1/ ωL = 1/(500 x 10 x 10-3) = 0.2 mho.
1 1 1
j (C )mho
Z R L
1
0.1 j 0.05 0.2 mho 0.1 j 0.15 mho
Z
1 0.1 0.15
jadi Z = 0.1 j 0.15 0.0325 j 0.0325 3.1 j 4.6
Rangkaian Listrik II 19
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
1 1 1
j (C )mho
Z R L
1
0.1 j 0.1 0.1 mho 0.1 mho
Z
1
jadi Z = 10
0.1
7.1.2. Admitansi
Admitansi adalah kebalikan dari impedansi yang diberi lambing Y dengan satuan
mho. Jadi hubungan admitansi dengan impedansi adalah :
1
Y= mho
Z
Sama halnya dengan impedansi yang mempunyai bentuk nyata dan bentuk imajiner,
admitansipun mempunyai bentuk nyata dan bentuk imajiner.
Pada impedansi : Z = R ± jX, sedangkan pada admitansi Y = G ± jB, dimana :
G adalah konduktansi dengan satuan mho, B adalah suseptansi dengan satuan
mho sedangkan tanda + untuk B kapasitif dan tanda – untuk B induktif.
Admitansi banyak digunakan untuk penyederhanaan rangkaian paralel.
Rangkaian Listrik II 20
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
R L Y
Contoh :
Untuk rangkaian RL paralel pada gambar 7.16, diketahui R = 10 Ω dan X L= ωL = 10
Ω, maka harga admitansinya :
Y = G – jB mho
1 1 1 1 0.1
Y= j mho j mho (0.1 j 0.1)mho 0.1 2arc.tn mho
R L 10 10 0.1
Y = 0.1 2 450 mho
R C Y
Rangkaian Listrik II 21
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Y = G + jB mho
1 1 1 1 0.1
Y= j mho j mho (0.1 j 0.1)mho 0.1 2arc.tn mho
R L 10 10 0.1
Y = 0.1 2450 mho
R L C Y
1 1
Jadi G = , dan B = jC
R L
1 1
Admitansi akan bersifat konduktif bila jC , sehingga Y = G = .
L R
1
Admitansi akan bersifat kapasitif bila jC , sehingga Y = G + jB
L
1
Admitansi akan bersifat induktif bila jC , sehingga Y = G – jB
L
Contoh :
Sebuah rangkaian RLC paralel :
R L C
1 1
Y j (C ) mho
R L
Y 0.1 j 0.1 0.1 mho 0.1 mho
Rangkaian Listrik II 23
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
1
Y= mho , jadi untuk menghitung admitansi dari rangkaian seri harus dihitung
Z
dulu impedansinya.
Z = (R + jL) = (R + j.2.f.L) .
L
Z= R 2 ( L )2 tn 1 .
R
Harga impedansi dapat dituliskan dalam bentuk lebih umum menjadi :
Z= Z .
1 1 1
Jadi Y = Z Z Z mho
Contoh :
Diketahui sebuah rangkaian R dan L seri :
Solusi :
1. Untuk = 500 rad/s.
R = 10 ; L = 500 . 10.10-3 = 5
L
Z = R 2 ( L )2 .arc .tn
R
Rangkaian Listrik II 24
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
5
Z = 10 2 52 .arc .tn .. 5 524 0
10
1 1
Y= 0.4 5 240 mho
Z 5 524 0
L
Z = R 2 ( L )2 .arc .tn
R
10
Z = 102 102 .arc .tn .. 10 2450
10
1 1
Y= 0.05 2 450 mho
Z 10 245 0
L
Z = R 2 ( L )2 .arc .tn
R
20
Z = 10 2 20 2 .arc.tn .. 10 5...0
10
1 1
Y= ...... 0.02 5 .....mho
Z 10 5
L
Z = R 2 ( L )2 .arc .tn
R
50
Z = 10 2 50 2 .arc .tn .. 10 26...0
10
Rangkaian Listrik II 25
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
1 1 1
Y= 26
Z 10 26..... 260
Y
C
1
1 2
= R2 ( ) arc .tn C .
C R
Harga impedansi dapat dituliskan dalam bentuk lebih umum menjadi :
Z= Z .
Contoh :
Diketahui sebuah rangkaian R dan C seri :
Rangkaian Listrik II 26
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Solusi :
1. Untuk = 500 rad/s.
1
R = 10 ; 1/C = = 20
500 x100 x10 6
1 2 1
Z = R2 ( ) .arc .tn
C RC
20
Z = 10 2 20 2 .arc .tn .. 10 5 ....0
10
1 1
Y= 0.02 5......mho
Z 10 5 .....
1 2 1
Z = R2 ( ) .arc .tn
C RC
10
Z = 10 2 102 .arc .tn .. 10 2 450
10
1 1
Y= 0.05 2450 mho
Z 10 2 450
Rangkaian Listrik II 27
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
1
R = 10 ; 1/C = = 5
2000.x .100.x .10 6
1 2 1
Z = R2 ( ) .arc .tn
C RC
5
Z = 102 5 2 .arc .tn .. 5 5 ...0
10
1 1
Y= 0.04 5.....mho
Z 5 5 .....
1 2 1
Z = R2 ( ) .arc .tn
C RC
2
Z = 102 2 2 .arc .tn .. 104.. ...0
10
1 1 1
Y = 26.....mho
Z 2 26 ..... 52
Sebuah rangkaian terdiri dari sebuah resistor yang terpasang seri dengan sebuah
induktor dan sebuah kapasitor bila dicatu sumber tegangan sinusoidal akan
mempunyai admitansi sebesar :
Vs Y
Rangkaian Listrik II 28
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Vs
L
Contoh :
Diketahui sebuah rangkaian R , L dan C seri :
C = 100 F
Jawaban
1. Untuk = 500 rad/s
Besarnya resistansi R = 10 ;
Besarnya reaktansi induktif XL = jL = j500x10x10-3 = j5.
1 1 100
Besarnya reaktansi kapasitif Xc = jC j 20
j 500 x100 x10 6 j5
Rangkaian Listrik II 29
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
1 1 1
Besarnya admitansi Y = 13 .....mho
Z 5 13.... 65
Rangkaian Listrik II 30
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Z1
Z2
Vs Vs Zeq
Zn
Contoh :
Diketahui rangkaian yang terdiri dari 3 buah impedansi yang terhubung seri :
Z1= (8 + j6)Ω
Vs Z2 = 10 530 Zeq
Z3 = (6 + J8)Ω
Rangkaian Listrik II 31
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
6
Zeq = 202 6 2 arc .tn ...............
20
2. Rangkaian paralel.
Impedansi eqivqlen dari bebrapa buah impedansi yang terpasang paralel dapat
dihitung dengan dua cara, yaitu dengan menghitung langsung impedansi
eqivalennya dengan prinsip rangkaian parallel dan menghitung terlebih dahulu
harga admitansinya, baru kemudian dihitung impedansinya.
Vs Z1 Z2 Zn Vs Zeq
1
Z eq
Yeq Ω
Contoh
Bila rangkaian pada gambar 7.22. diketahui Z1 = (8 + j6) Ω = 10 370 Ω ; Z2 =
10 -530 dan Z3 = (6 + j8)Ω = 10 530 Ω.
Maka menghitung impedansi eqivalennya :
Cara 1 :
Rangkaian Listrik II 32
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
1 1
Z eq
1 1 1 1 1 1
..........
Z1 Z 2 Zn 10 370 10 - 530 10 530
1
Z eq
(0.1 - 370 ) (0.1530 ) (0.1 53
1
Z eq
(0.08 j 0.06) (0.06 j 0.08) (0.06 j 0.08)
1 1 1
Z eq ...
(0.2 j 0.06) 0.06 ......
0.2 2 0.062 arc.tn
0 .2
Z eq
Cara 2 :
1 1
Y1 0.1 37 0 (0.08 j 0.06) mho
Z1 10 37
1
Y2 0.1530 (0.06 j 0.08) mho
Zz
1
Y3 0.1 530 (0.06 j 0.08) mho
Z3
Yeq Y1 Y2 Y3 (0.2 j 0.06) ......
1
Z eq ...................
Yeq
Z1 = ( 5 + j 5 ) Ω
Z3 Z2 = ( 6 + j 8 ) Ω
Z2 Z3 = (10 + j 10) Ω
Z4
Z4 = ( - 2 – j 4 ) Ω
Rangkaian Listrik II 33
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA
Langkah penyederhanaan :
1. Hitung Z5 = Z3 seri dengan Z4
= Z3 + Z4 = (10 + j 10) + ( - 2 – j 4 ) Ω
Z5 = ( 8 +j 6 ) Ω = 10 37 0 Ω
25 25 25
= 2450 j
7 7 7
Soal :
1. Hitung impedansi dari rangkaian :
Z1 Z2 Z1 = 5 37 Ω Z2 = 4 +
j3 Ω
Z3
Z3 = 2 Ω Z4 = 6 – j8 Ω
Z4 Z5 Z5 = 6 + j8 Ω
6Ω 8Ω
J8Ω
R3 Z1 = 4 – j3 Ω ;
Z1 Z2 Z4 Z2 = 5 53o Ω
R3 = 4 Ω
Z4 = 4+ j8 Ω
4. Diketahui rangkaian :
1Ω 1Ω
Z1 Z2 Z3 Z4
1Ω 1Ω
Z1 = 10 45o Ω ; Z2 = 4 + j4 Ω ; Z3 = 3 – j4 Ω dan Z4 = 8 + j6
Rangkaian Listrik II 35