Anda di halaman 1dari 35

BAB VII

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Tujuan Pembelajaran Umum.


Setelah selesai mempelajari Bab VII diharapkan Mahasiswa dapat menganalisis sisfat-sifat
rangkaian arus bolak-balik satu fasa dan mengaplikasikan dalam instalasi tenaga listrik

Tujuan Pembelajaran Khusus.


Setelah selesai mengikuti pembelajaran materi Bab VII, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Dapat menggambarkan dan menghitung gelombang ggl dan tegangan dari sumber satu
fasa.
2. Dapat menghitung nilai impedansi dari beban yang terdiri dari R,L dan C
3. Dapat menggambar diagram phasor impedansi dari ketiga sifat beban.
4. Dapat menjelaskan sifat-sifat beban elektrik.
5. Dapat menghitung nilai arus dan tegangan oada impedansi dari rangkaian arus bolak-balik
satu fasa.
6. Dapat menggambarkan vector tegangan dan arus dari beban satu fasa.
7. Dapat menghitung daya beban satu fasa rangkaian komplek.
8. Dapat menghitung faktor daya dan nilai kompensator untuk perbaikan faktor daya beban
rangkaian satu fasa.

7. RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA


7. 1. Impedansi dan Admitansi
7.1. 1. Impedansi.
Impedansi adalah hambatan pada rangkaian arus bolak-balik yang merupakan
gabungan dua macam atau lebih sifat komponen pasif dengan lambang Z dan satuan
ohm (). Dalam aplikasinya sebuah impedansi dapat menggambarkan dua macam
pengertian, yaitu sebuah impedansi yang merupakan gabungan dari duamacam atau
lebih komponen pasif (R,L,C) dan yang kedua adalah merupakan analogi atau
representasi dari sebuah beban listrik.
Pada bagian ini dijelaskan bermacam-macam impedansi dan sifat-safatnya, yang
meliputi :

7.1.1.1. Rangkaian R dan L seri.


Sebuah rangkaian terdiri dari sebuah resistor yang terpasang seri dengan sebuah
induktor, bila dicatu sumber tegangan sinusoidal akan mempunya hambatan/impedansi
sebesar :

Rangkaian Listrik II
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

R
Z

Gambar. 7. 1. Impedansi R,L seri

Harga impedansi merupakan penjumlahan dari hambatan R dan hambatan dari L, yaitu :
Z = (R + jL)  = (R + j.2.f.L) .
L
= R 2  ( L )2 tn 1 .
R
Harga impedansi dapat dituliskan dalam bentuk lebih umum menjadi :
Z= Z  .

L
dimana : Z = R 2  ( L )2 . adalah besarnya hambatan, dan  = tn 1 . adalah
R
sudut impedansi yang menunjukan sifat dari impedansi.
Diagram phasor impedansi dari rangkaian R dan L seri adalah :

J(imajiner)
L Z

 R
0 Riil(sumbu nyata)

Gambar. 7. 2. Diagram phasor impedansi R dan L seri

Impedansi yang bersifat induktif berada pada kuadran I pada diagram phasor dengan
sudut impedansi positif.

Rangkaian Listrik II 2
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Dengan kata lain, kuadran I pada diagram phasor impedansi adalah tempat
kedudukan impedansi yang bersifat induktif.
Karena impedansi mengandung reaktansi induktif (XL= L), maka impedansi induktif
dipengaruhi oleh frekunsi gelombang tegangan sumber, dimana makin besar frekuensi
harga impedansi semakin besar, seperti terlihat pada gambar 7.2 dan 7.3.

L Z3
 902
Z2
Z1 450

0 R

Gambar 7.3. impedansi fungsi . Ganmbar 7.4. Sudut impedansi fungsi .

Contoh :
Diketahui sebuah rangkaian R dan L seri :

Hitung impedansi untuk :


R=10 1.  = 500 rad/s
2.  = 1000 rad/s
3.  = 2000 rad/s
Vs 4.  = 5000 rad/s
L=10mH

Jawaban :
1. Untuk  = 500 rad/s. j

R = 10  ; L = 500 . 10.10-3  = 5

Z = R + jL = (10 +j5)  L Z

L
Z = R 2  ( L )2 .arc .tn  0 R Riil
R

5
Z = 10 2  52 .arc .tn ..  5 524 0 
10

Rangkaian Listrik II 3
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

2. Untuk  = 1000 rad/s.

R = 10  ; L = 1000 . 10.10-3  = 10

Z = R + jL = (10 +j10)  L Z



L
Z = R 2  ( L )2 .arc .tn  0 R
R
Riil
10
Z = 102  102 .arc .tn ..  10 2450 
10

3. Untuk  = 2000 rad/s.

R = 10  ; L = 2000 . 10.10-3  = 20

Z = R + jL = (10 + j20)  L Z

L
Z = R 2  ( L )2 .arc .tn  
R

20
Z = 10 2  20 2 .arc .tn ..  10 5...0  0 R
10

Riil

4. Untuk  = 5000 rad/s.

R = 10  ; L = 5000 . 10.10-3  = 10 j

Z = R + jL = (10 +j50)  L Z

L
Z = R 2  ( L )2 .arc .tn 
R

2 2 50
Z = 10  50 .arc .tn ..  10 26...0  0 R
10
Riil

6.1.1.2. Rangkaian R dan C seri.

Rangkaian Listrik II 4
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Sebuah rangkaian terdiri dari sebuah resistor yang terpasang seri dengan sebuah
kapasitor, bila dicatu sumber tegangan sinusoidal akan mempunyai
hambatan/impedansi sebesar :

Z
C

Gambar. 7. 5. Impedansi R,C seri

Harga impedansi merupakan penjumlahan dari hambatan R dan hambatan dari C,


yaitu
1 1
Z= (R  ).  ( R  j )
j C C

1
1 2
= 2
R ( ) arc .tn  C .
C R
Harga impedansi dapat dituliskan dalam bentuk lebih umum menjadi :
Z= Z    .

dimana :

1 2 1
Z = R2  ( ) . adalah besarnya hambatan, dan - = arc .tn  C .
C
R
adalah sudut impedansi yang menunjukan sifat dari impedansi.
Diagram phasor impedansi dari rangkaian R dan C seri adalah :
J(imajiner)
0 Sumbu riil

1
Z
C

Rangkaian Listrik II 5
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Gambar. 7. 6. Diagram phasor impedansi R dan L seri

Impedansi yang bersifat kapasitif berada pada kuadran IV pada diagram phasor
dengan sudut impedansi negatif.
Dengan kata lain, kuadran IV pada diagram phasor impedansi adalah tempat
kedudukan impedansi yang bersifat kapasitif.
Karena impedansi mengandung reaktansi kapasitif (XC=1/C), maka impedansi
kapasitif dipengaruhi oleh frekunsi gelombang tegangan sumber, dimana makin
besar frekuensi harga reaktansi semakin kecil, sehingga harga impedansinyapun
makin kecil, seperti terlihat pada gambar 7.7 dan 7.8.

R
0 0 

Z1
1/C -90 0

Z2
 
-j Z3
0
Gambar. 7. 7. Z fungsi  Gambar 7. 8.  fungsi 

Contoh :
Diketahui sebuah rangkaian R dan C seri :

Hitung impedansi untuk :


R=10 1.  = 500 rad/s
2.  = 1000 rad/s
Vs 3.  = 2000 rad/s
C=100F 4.  = 5000 rad/s

Rangkaian Listrik II 6
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Jawaban :
1. Untuk  = 500 rad/s. j
1
R = 10  ; 1/C =  = 20 0 Riil
500 x100 x10  6 

Z = R – j1/C = (10 –j20)  1/C

1 2 1
Z = R2  ( ) .arc .tn  
C RC

20
Z = 10 2  20 2 .arc .tn ..  10 5  ....0  Z
10

2. Untuk  = 1000 rad/s.


1
R = 10  ; 1/C =  = 10 0 R
1000.x .100.x .10  6
Riil 

Z = R – j1/C = (10 -j10)  1/C

1 2 1
Z = R2  ( ) .arc .tn    Z
C RC

10
Z = 10 2  102 .arc .tn  ..  10 2  450  -j
10

3. Untuk  = 2000 rad/s.


1
R = 10  ; 1/C =  = 5 0 R Riil
2000.x .100.x .10  6

Z = R – j1/C = (10 -j5)  1/C
Z
-j
1 2 1
Z = R2  ( ) .arc .tn  
C RC

5
Z = 102  5 2 .arc .tn  ..  5 5  ...0 
10

Rangkaian Listrik II 7
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

4. Untuk  = 5000 rad/s. j


1
R = 10  ; 1/C = =2
5000.x.100.x .10  6

Z = R – j/C = (10 –j2)  0  riil

1 2 1
Z = R2  ( ) .arc .tn   1/C Z
C RC

2
Z = 102  2 2 .arc .tn  ..  104..  ...0  -j
10

7.1.1.3. Rangkaian R, L dan C seri


Sebuah rangkaian terdiri dari sebuah resistor yang terpasang seri dengan sebuah
induktor dan sebuah kapasitor bila dicatu sumber tegangan sinusoidal akan
mempunyai hambatan/impedansi sebesar :

Gambar. 7. 9. Impedansi R,L dan C seri


Impedansi Z = hambatan R + hambatan L + hambatan C
Z = R + jL + 1/jC = R + jL – j 1/C = R + j(L-1/C) 
Dalam bentuk polar :
1
( L  )
Z= 2 1 2 C 
R  ( L  ) arc .tn
C R

Dimana :

Rangkaian Listrik II 8
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

1 2
R 2  ( L  )  = Z adalah besarnya hambatan.
C

1
( L  )
arc .tn C =  adalah sudut impedansi yang menyatakan
R
sifat Dari persamaan impedansi diatas terdapat selisih antara L (induktif) dengan

1/C (kapasitif), sehingga impedansi dari rangkaian R, L dan C yang terpasang seri
akan menghasilkan tiga kemungkinan, yaitu :
1. Bila L  1/C.
1
( L  )
Z= R 2  ( L 
1 2
) arc .tn C  dengan sudut  positif, yang artinya
C R

impedansi (beban) bersifat induktif dan menempati kuadran I pada diagram


phasornya.
j
L

1
L- Z
C


R riil
1/ωC -j
Gambar 7.9. Digram phasor impedansi R, L, C seri untuk L  1/C.

2. Bila L = 1/C.
Pada kondisi L = 1/C, .harga impedansi :
1
( L  )
Z= 1 2 C 
R 2  ( L  ) arc .tn
C R

(0)
Z= R 2  ( 0 )2 arc .tn  =R
R
Impedansi bersifat resistif, dimana kondisi ini disebut kondisi resonansi.

Rangkaian Listrik II 9
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Diagram phasornya
j
L

Z=R riil

1/C
Gambar 7.10. Digram phasor impedansi R, L, C seri L = 1/C
1
3. Bila L  ,
C

Harga impedansi adalah :


Z = R + j(L-1/C)  = R – j(1/C - L)
Dalam bentuk polar :
1
(  L )
1
Z= R2  (  L )2 arc .tn  C 
C R

Pada kondisi ini sifat induktif terkompensasi oleh sifat kapasitif, sehingga impedansi
bersifat kapasitif dengan sudut impedansi minus dan berada di kuadran IV pada
diagram phasor.
Diagram phasornya
j
L
R
0  Riil

(1/C - L) Z

1/C
-j
Gambar 7.11. Digram phasor impedansi R, L, C seri L < 1/C

Rangkaian Listrik II 10
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Contoh :
Diketahui sebuah rangkaian R , L dan C seri :

Hitung impedansi untuk :


1.  = 500 rad/s
R =10 2.  = 1000 rad/s
3.  = 2000 rad/s
Vs
L =10mH

C = 100 F

Jawaban
1. Untuk  = 500 rad/s
Besarnya resistansi R = 10  ;
Besarnya reaktansi induktif XL = jL = j500x10x10-3 = j5.
1 1 100
Besarnya reaktansi kapasitif Xc = jC     j 20
j 500 x100 x10  6 j5

Jadi besarnya impedansi Z = R + j(L – 1/C) = 10 + j(5 – 20) = (10 – j15)


15
Dalam bentuk polar Z = 10 2  152 .arc .tn  5 13.... .
10

Pada keadaan diatas impedansi bersifat kapasitif.


Diagram phasor impedansinya :

j
L
R

 riil
(1/C - L) Z

1/C
-j

Rangkaian Listrik II 11
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

2. Untuk  = 1000 rad/s.


Besarnya resistansi R = 10  ;
Besarnya reaktansi induktif XL = jL = j1000x10x10-3 = j10.
1 1 100
Besarnya reaktansi kapasitif Xc = jC     j10
j1000 x100 x10  6 j10

Jadi besarnya impedansi Z = R + j(L – 1/C) = 10 + j(10 – 10) = 10 


Dalam bentuk polar Z = R = 10  .
Pada keadan ini impedansi bersifat reisistif
Diagram phasornya :
j

L

R=Z riil

1/C

-j

3. Untuk  = 500 rad/s


Besarnya resistansi R = 10  ;

Besarnya reaktansi induktif XL = jL = j2000x10x10-3 = j20.


1 1 100
Besarnya reaktansi kapasitif Xc = jC     j 5
j 2000 x100 x10  6 j 20

Jadi besarnya impedansi Z = R + j(L – 1/C) = 10 + j(20 – 5) = (10 + j15)


15
Dalam bentuk polar Z = 10 2  15 2 .arc .tn  5 13.... .
10

Pada kondisi ini impedansi bersifat induktif

Rangkaian Listrik II 12
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Diagram phasornya
j

L
(L – 1/C) Z

 riil
R

1/C

-j

6.1.1.4. Impedansi R dan L paralel.

Suatu rangkaian yang terdiri dari sebuah resistor yang terpasang paralel dengan
sebuah induktor yang dicatu sumber arus bolak-balik sinusoida,

R L Z

Gambar 7.12. Impedansi rangkaian R,L paralel

Besarnya hambatan atau impedansi dari rangkaian RL paralel adalah :


1 1
   R . j L jRL( R  jL )
Z= 1 1 1 1 , atau Z =  .
  j R  j L R 2  ( L ) 2
R j L R L

Hasil dari penyelesaian persamaan diatas :


R( L )2 R 2L
Z=
R 2
 ( L )2  R
 j
2
 ( L )2  .

Rangkaian Listrik II 13
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Terlihat bahwa impedansi dari rangkaian RL paralel mempunyai bagian imajiner


yang positif sehingga sudut impedansi () positif yang artinya sifat impedansi adalah
induktif.
Diagram phasor impedansinya :
j

R 2L Z
 R 2  (L) 2 
 riil
R (L) 2
 R 2  (L) 2 

-j

Gambar.7.13. Diagram phasor impedansi RL paralel

Contoh :
Bila pada rangkaian gambar 7.11. diketahui harga R = 10 dan harga reaktansi
induktif XL = j10, maka harga impedansinya :
cara 1 :

1 1 1 1 1 0.1
     0.1  j 0.1  0.1 2arc .tn  0.1 2  450 mho.
Z R X L 10 j10 0.1

1
Z=  5 2450 
0.1 2  45

R( L )2 R 2L
cara 2 : Z =
R 2
 ( L )2  R j
2
 ( L )2  .
10( 10 )2 10 2.10
 5  j 5  5 2450 
Z=
10 2
 10 2
  j
10 2
 10 2

7.1.1.5. Impedansi rangkaian R dan C paralel.

Rangkaian Listrik II 14
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Suatu rangkaian yang terdiri dari sebuah resistor yang terpasang paralel dengan
sebuah induktor yang dicatu sumber arus bolak-balik sinusoida,

R C Z

Gambar 7.14. Impedansi rangkaian R,C paralel

Besarnya hambatan atau impedansi dari rangkaian RC paralel adalah :


 1 
1 1 R . 
    jC  R
Z= 1  1 1 , atau Z =  .
 jC  1  R . j C  1
R 1 / jC R R  

 j C 

Hasil dari penyelesaian persamaan diatas :


R R 2C
Z=
1  ( CR )  2
 j
1  ( CR )  .2

Terlihat bahwa impedansi dari rangkaian RC paralel mempunyai bagian imajiner


yang negatif sehingga sudut impedansi () negatiftif yang artinya sifat impedansi
adalah kapasitif
Diagram phasor impedansinya :
R

1  (CR) 2 

R 2C 

1  (CR) 2 
0 riil
Z
-j

Gambar 7.15. Diagram phasor impedansi RC paralel

Rangkaian Listrik II 15
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Contoh :
Bila pada rangkaian gambar 7.13. diketahui harga R = 10 dan harga reaktansi
induktif XC = -j10, maka harga impedansinya :

1 1 1 1 1 0.1 0
cara 1 : Z  R  X  10   j10  0.1  j 0.1  0.1 2arc .tn 0.1  0.1 245
C

mho.
1
Z=  5 2  450 
0.1 245 0

R R 2C
cara 2 : Z=
1  ( CR ) 2
 j
1  ( CR )  .
2

10 10 0
Z = 1  1  j 1  1  5  j 5  5 2  45 

7.1.1.6. Impedansi rangkaian R,L,C paralel.


Sebuah rangkaian RLC paralel bila dicatu sumber arus bolak-balik sinusoida:

R L C Z

Gambar 7.16. Rangkaian RLC parallel

Besarnya impedansi dari rangkaian RLC parallel adalah :


Untuk rangkaian paralel berlaku :
1 1 1 1 1 1 1  1 
     j  jC   j  jC  
Z R jL 1 R L R  L  mho
jC

besarnya impedansi :

Rangkaian Listrik II 16
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

1 R
 
Z =  1  j  C  1    
1  jR C 
1 
R   
  L     L  

Persamaan diatas diselesaikan dengan membuat bagian penyebut menjadi bentuk


nyata tidak lagi berupa bentuk kompleks, sehingga impedansi menjadi :
  1    1 
1  jR C    R1  jR C  
R   L     L  
Z=  x  
 1    1    1 
2

1  jR C    1  jR C     1  R  C 
2
 
  L     L      L  

 1 
R 2  C  
R  L 
Z=   j 
 1 
2
   1 
2

1  R  C 
2
  1  R  C 
2
 
  L     L  
 

Seperti halnya rangkaian RLC seri, impedansi pada rangkaian RLC paralel
mengandung tiga kemungkinan, yaitu bersifat kapasitif, resistif dan induktif.
1
1. Bila C , bagian imajiner dari impedansi berharga positif, sehingga sifat
L
impedansi induktif, dimana :
 1 
R 2  C  
R   L
Z=  j 
  1 
2
   1 
2

 1  R  C 
2
  1  R  C 
2
 
   L     L  
  
1
2. Bila  C , bagian imajiner dari impedansi sama dengan nol, sehingga
L
impedansi bersifat resistif (Z=R).
1
3. Bila C , bagian imajiner dari impedansi berharga negative, sehingga sifat
L
impedansi kapasitif, dimana :
 1 
R 2  C  
R  L 
Z=   j 
2
  2

1  R 2  C  1   1  R 2  C  1  
  L     L  
 

Rangkaian Listrik II 17
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Contoh :
Sebuah rangkaian RLC paralel :

Hitung impedansi Z, untuk :


1. = 500 rad/s 2.  = 1000 rad/s
R L C 3.  = 2000 rad/s
Bila R = 10 Ohm ; L 10 mH
C = 100 μF

Solusi :
Cara 1.
1. Untuk ω = 500 rad/s
R = 10 ohm : ωC = 500 x 100 x 10-6 = 0.05 mho ;
1/ ωL = 1/(500 x 10 x 10-3) = 0.2 mho.
 1 
R 2  C  
R  L 
Z=   j Ω
2
  2

1  R 2  C  1   1  R 2  C  1  
  L     L  
 

10 100 0.05  0.2


 j 
Z=

1  100 0.05  0.2 
2

1  100 0.05  0.2
2

10 15
Z=  j   (3.1  j 4.6) ( impedansi induktif )
1  2.25 1  2.25
2. Untuk ω = 1000 rad/s.
R = 10 ohm : ωC = 1000 x 100 x 10-6 = 0.1 mho ;
1/ ωL = 1/(1000 x 10 x 10-3) = 0.1 mho.
 1 
R 2  C  
R  L 
Z=   j Ω
 
2
  2

1  R   C 
2 1
  1  R 2  C  1  
  L     L  
 

Rangkaian Listrik II 18
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

10 100 0.1  0.1


 j 
Z=
 1  100 0.1  0.12

1  100 0.1  0.1
2

10 0
Z=  j   10
1 1

3. Untuk ω = 500 rad/s


R = 10 ohm : ωC = 2000 x 100 x 10-6 = 0.2 mho ;
1/ ωL = 1/(2000 x 10 x 10-3) = 0.05 mho.
 1 
R 2  C  
R  L 
Z=   j Ω
 
2
  2

1  R   C 
2 1
  1  R 2  C  1  
  L     L  
 

10 100 0.2  0.05


 j 
Z=
 1  100 0.2  0.05
2
 
1  100 0.2  0.05
2

10 15
Z=  j   (3.1  j 4.6) ( impedansi kapasitif )
1  2.25 1  2.25

Cara 2.
1. Untuk ω = 500 rad/s
1/R = 0.1 ohm : ωC = 500 x 100 x 10-6 = 0.05 mho ;
1/ ωL = 1/(500 x 10 x 10-3) = 0.2 mho.
1 1 1
  j (C  )mho
Z R L
1
 0.1  j  0.05  0.2  mho   0.1  j 0.15 mho
Z
1 0.1 0.15
jadi Z =  0.1  j 0.15   0.0325  j 0.0325   3.1  j 4.6 

2. Untuk ω = 500 rad/s


1/R = 0.1 ohm : ωC = 1000 x 100 x 10-6 = 0.1 mho ;
1/ ωL = 1/(1000 x 10 x 10-3) = 0.1 mho.

Rangkaian Listrik II 19
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

1 1 1
  j (C  )mho
Z R L
1
 0.1  j  0.1  0.1 mho   0.1 mho
Z
1
jadi Z =   10
 0.1

3. Untuk ω = 500 rad/s


1/R = 0.1 ohm : ωC = 2000 x 100 x 10-6 = 0.2 mho ;
1/ ωL = 1/(2000 x 10 x 10-3) = 0.05 mho.
1 1 1
  j (C  ) mho
Z R L
1
 0.1  j  0.2  0.05 mho   0.1  j 0.15 mho
Z
1 0.1 0.15
jadi Z =  0.1  j 0.15   0.0325  j 0.0325   3.1  j 4.6 

7.1.2. Admitansi
Admitansi adalah kebalikan dari impedansi yang diberi lambing Y dengan satuan
mho. Jadi hubungan admitansi dengan impedansi adalah :
1
Y= mho
Z
Sama halnya dengan impedansi yang mempunyai bentuk nyata dan bentuk imajiner,
admitansipun mempunyai bentuk nyata dan bentuk imajiner.
Pada impedansi : Z = R ± jX, sedangkan pada admitansi Y = G ± jB, dimana :
G adalah konduktansi dengan satuan mho, B adalah suseptansi dengan satuan
mho sedangkan tanda + untuk B kapasitif dan tanda – untuk B induktif.
Admitansi banyak digunakan untuk penyederhanaan rangkaian paralel.

7.1.2.1. Admitansi rangkaian RL paralel.

Rangkaian Listrik II 20
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

R L Y

Gambar 7.17. Rangkaian RL parallel

Admitansi dari rangkaian RL parallel adalah :


1 1
Y = G –jB mho =  j mho
R L

Contoh :
Untuk rangkaian RL paralel pada gambar 7.16, diketahui R = 10 Ω dan X L= ωL = 10
Ω, maka harga admitansinya :
Y = G – jB mho
1 1 1 1  0.1
Y=  j mho   j mho  (0.1  j 0.1)mho  0.1 2arc.tn mho
R L 10 10 0.1
Y = 0.1 2  450 mho

7.1.2.2. Admitansi rangkaian RC parallel.

R C Y

Gambar 7.18. Rangkaian R,C paralel


Admitansi dari rangkaian RC parallel adalah :
1
Y = G + jB mho = (  jC ) mho
R
Contoh :
Untuk rangkaian RCparalel pada gambar 7.17, diketahui R = 10 Ω dan XC= 1/ωC
= 10 Ω, maka harga admitansinya :

Rangkaian Listrik II 21
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Y = G + jB mho
1 1 1 1 0.1
Y=  j mho   j mho  (0.1  j 0.1)mho  0.1 2arc.tn mho
R L 10 10 0.1
Y = 0.1 2450 mho

7.1.2.3. Admitansi rangkaian R,L,C paralel.


Sebuah rangkaian RLC paralel bila dicatu sumber arus bolak-balik sinusoida:

R L C Y

Gambar 7.19. Rangkaian RLC parallel

Besarnya impedansi dari rangkaian RLC parallel adalah :


Untuk rangkaian paralel berlaku :
1 1 1 1 1 1  1 
Y      j  jC   j  jC  
R jL 1 R L R   L  mho
jC

1  1 
Jadi G = , dan B =  jC  
R   L

 1  1
Admitansi akan bersifat konduktif bila  jC   , sehingga Y = G = .
 L  R

 1 
Admitansi akan bersifat kapasitif bila  jC   , sehingga Y = G + jB
 L 

 1 
Admitansi akan bersifat induktif bila  jC   , sehingga Y = G – jB
 L 
Contoh :
Sebuah rangkaian RLC paralel :

Hitung impedansi Y, untuk :


1. = 500 rad/s
2.  = 1000 rad/s
3.  = 2000 rad/s
Bila R = 10 Ohm ; L 10 mH
Rangkaian Listrik II 22
C = 100 μF
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

R L C

1. Untuk ω = 500 rad/s


1/R = 0.1 ohm : ωC = 500 x 100 x 10-6 = 0.05 mho ;
1/ ωL = 1/(500 x 10 x 10-3) = 0.2 mho.
1 1
Y   j (C  ) mho
R L
Y  0.1  j  0.05  0.2  mho   0.1  j 0.15 mho

2. Untuk ω = 500 rad/s


1/R = 0.1 ohm : ωC = 1000 x 100 x 10-6 = 0.1 mho ;
1/ ωL = 1/(1000 x 10 x 10-3) = 0.1 mho.

1 1
Y   j (C  ) mho
R L
Y  0.1  j  0.1  0.1 mho   0.1 mho

3. Untuk ω = 500 rad/s


1/R = 0.1 ohm : ωC = 2000 x 100 x 10-6 = 0.2 mho ;
1/ ωL = 1/(2000 x 10 x 10-3) = 0.05 mho.
1 1
Y   j (C  ) mho
R L
Y  0.1  j  0.2  0.05 mho   0.1  j 0.15 mho

7.1.2.4. Rangkaian R dan L seri.


Sebuah rangkaian terdiri dari sebuah resistor yang terpasang seri dengan sebuah
induktor, bila dicatu sumber tegangan sinusoidal akan mempunyai admitansi sebesar :

Rangkaian Listrik II 23
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Gambar. 7. 20. Admitansi R,L seri

1
Y= mho , jadi untuk menghitung admitansi dari rangkaian seri harus dihitung
Z
dulu impedansinya.
Z = (R + jL)  = (R + j.2.f.L) .
L
Z= R 2  ( L )2 tn 1 .
R
Harga impedansi dapat dituliskan dalam bentuk lebih umum menjadi :
Z= Z  .

1 1 1
Jadi Y = Z  Z   Z   mho

Contoh :
Diketahui sebuah rangkaian R dan L seri :

Hitung admitansi untuk :


R=10 1.  = 500 rad/s
2.  = 1000 rad/s
3.  = 2000 rad/s
Vs 4.  = 5000 rad/s
L=10mH

Solusi :
1. Untuk  = 500 rad/s.

R = 10  ; L = 500 . 10.10-3  = 5

Z = R + jL = (10 +j5) 

L
Z = R 2  ( L )2 .arc .tn 
R

Rangkaian Listrik II 24
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

5
Z = 10 2  52 .arc .tn ..  5 524 0 
10

1 1
Y=   0.4 5  240 mho
Z 5 524 0

2. Untuk  = 1000 rad/s.

R = 10  ; L = 1000 . 10.10-3  = 10

Z = R + jL = (10 +j10) 

L
Z = R 2  ( L )2 .arc .tn 
R

10
Z = 102  102 .arc .tn ..  10 2450 
10

1 1
Y=   0.05 2  450 mho
Z 10 245 0

3. Untuk  = 2000 rad/s.

R = 10  ; L = 2000 . 10.10-3  = 20

Z = R + jL = (10 + j20) 

L
Z = R 2  ( L )2 .arc .tn 
R

20
Z = 10 2  20 2 .arc.tn ..  10 5...0 
10
1 1
Y=  ......  0.02 5  .....mho
Z 10 5

4. Untuk  = 5000 rad/s.

R = 10  ; L = 5000 . 10.10-3  = 10

Z = R + jL = (10 +j50) 

L
Z = R 2  ( L )2 .arc .tn 
R

50
Z = 10 2  50 2 .arc .tn ..  10 26...0 
10

Rangkaian Listrik II 25
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

1 1 1
Y=   26 
Z 10 26..... 260

7.1.2.5. Rangkaian R dan C seri.


Sebuah rangkaian terdiri dari sebuah resistor yang terpasang seri dengan sebuah
kapasitor, bila dicatu sumber tegangan sinusoidal akan mempunyai admitansi sebesar
:

Y
C

Gambar. 7. 21. Admitansi R,C seri


1
Y= mho
Z
Harga impedansinya :
1 1
Z= (R  ).  ( R  j )
j C C

1
1 2
= R2  ( ) arc .tn  C .
C R
Harga impedansi dapat dituliskan dalam bentuk lebih umum menjadi :
Z= Z    .

Jadi harga admitansi :


1 1
Y = Z    mho  Z  mho

Contoh :
Diketahui sebuah rangkaian R dan C seri :

Rangkaian Listrik II 26
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Hitung admitansi untuk :


R=10 1.  = 500 rad/s
2.  = 1000 rad/s
Vs 3.  = 2000 rad/s
C=100F 4.  = 5000 rad/s

Solusi :
1. Untuk  = 500 rad/s.
1
R = 10  ; 1/C =  = 20
500 x100 x10  6

Z = R – j1/C = (10 –j20) 

1 2 1
Z = R2  ( ) .arc .tn  
C RC

20
Z = 10 2  20 2 .arc .tn ..  10 5  ....0 
10
1 1
Y=   0.02 5......mho
Z 10 5  .....

2. Untuk  = 1000 rad/s.


1
R = 10  ; 1/C =  = 10
1000.x .100.x .10  6

Z = R – j1/C = (10 -j10) 

1 2 1
Z = R2  ( ) .arc .tn   
C RC

10
Z = 10 2  102 .arc .tn  ..  10 2  450 
10

1 1
Y=   0.05 2450 mho
Z 10 2  450

3. Untuk  = 2000 rad/s.

Rangkaian Listrik II 27
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

1
R = 10  ; 1/C =  = 5
2000.x .100.x .10  6

Z = R – j1/C = (10 -j5) 

1 2 1
Z = R2  ( ) .arc .tn  
C RC

5
Z = 102  5 2 .arc .tn  ..  5 5  ...0 
10
1 1
Y=   0.04 5.....mho
Z 5 5  .....

4. Untuk  = 5000 rad/s.


1
R = 10  ; 1/C = =2
5000.x.100.x .10  6

Z = R – j/C = (10 –j2) 

1 2 1
Z = R2  ( ) .arc .tn  
C RC

2
Z = 102  2 2 .arc .tn  ..  104..  ...0 
10
1 1 1
Y =   26.....mho
Z 2 26  ..... 52

7.1.2.6. Rangkaian R, L dan C seri

Sebuah rangkaian terdiri dari sebuah resistor yang terpasang seri dengan sebuah
induktor dan sebuah kapasitor bila dicatu sumber tegangan sinusoidal akan
mempunyai admitansi sebesar :

Vs Y

Rangkaian Listrik II 28
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Vs
L

Gambar. 7.22 . Admitansi R,L dan C seri


1
Y= mho , harus dihitung terlebih dahulu harga impedansinya.
Z

Contoh :
Diketahui sebuah rangkaian R , L dan C seri :

Hitung admiyansi untuk :


1.  = 500 rad/s
R =10 2.  = 1000 rad/s
3.  = 2000 rad/s
Vs
L =10mH

C = 100 F

Jawaban
1. Untuk  = 500 rad/s
Besarnya resistansi R = 10  ;
Besarnya reaktansi induktif XL = jL = j500x10x10-3 = j5.
1 1 100
Besarnya reaktansi kapasitif Xc = jC     j 20
j 500 x100 x10  6 j5

Jadi besarnya impedansi Z = R + j(L – 1/C) = 10 + j(5 – 20) = (10 – j15)


 15
Dalam bentuk polar Z = 102  152.arc.tn  5 13  .... .
10
1 1 1
Besarnya admitansi Y =   13.....mho
Z 5 13..... 65

Rangkaian Listrik II 29
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Pada kondisi ini admitansi bersifat kapasitif

2. Untuk  = 1000 rad/s.


Besarnya resistansi R = 10  ;
Besarnya reaktansi induktif XL = jL = j1000x10x10-3 = j10.
1 1 100
Besarnya reaktansi kapasitif Xc = jC     j10
j1000 x100 x10  6 j10

Jadi besarnya impedansi Z = R + j(L – 1/C) = 10 + j(10 – 10) = 10 


Dalam bentuk polar Z = R = 10  .
1 1
Besarnya admitansi = Y =   0.1.mho
Z 10
Pada keadan ini admitansi bersifat konduktif

3. Untuk  = 2000 rad/s


Besarnya resistansi R = 10  ;
Besarnya reaktansi induktif XL = jL = j2000x10x10-3 = j20.
1 1 100
Besarnya reaktansi kapasitif Xc = jC     j 5
j 2000 x100 x10  6 j 20

Jadi besarnya impedansi Z = R + j(L – 1/C) = 10 + j(20 – 5) = (10 + j15)


15
Dalam bentuk polar Z = 10 2  15 2 .arc .tn  5 13.... .
10

1 1 1
Besarnya admitansi Y =   13  .....mho
Z 5 13.... 65

Pada kondisi ini admitansi bersifat induktif

7.1.3. Impedansi rangkaian kompleks.


Pada bagian ini dibahas mengenai impedansi dari rangkaian yang terdiri dari beberapa
buah impedansi yang terhung seri dan parallel.
1. Rangkaian seri :
Impedansi dari beberapa buah impedansi yang terpasang seri :

Rangkaian Listrik II 30
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Z1

Z2
Vs Vs Zeq

Zn

Gambar 7.23. Rangkaian impedansi seri

Impedansi total atau impedansi pengganti (Zeq) adalah :


k n
Zeq = Z1 + Z2 + …………+ Zn = Z
1
k

Contoh :
Diketahui rangkaian yang terdiri dari 3 buah impedansi yang terhubung seri :

Z1= (8 + j6)Ω

Vs Z2 = 10   530  Zeq

Z3 = (6 + J8)Ω

Besarnya Zeq = Z1 + Z2 + Z3 = (8 + j6)Ω + 10   530  + (6 + J8)Ω


Zeq = (8 + j6)Ω + (6 - J8)Ω +(6 + J8)Ω
Zeq = ( 8 + 6 + 6 ) + j( 6 – 8 + 8 ) = ( 20 + j6 )Ω

Rangkaian Listrik II 31
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

6
Zeq = 202  6 2 arc .tn  ...............
20

2. Rangkaian paralel.
Impedansi eqivqlen dari bebrapa buah impedansi yang terpasang paralel dapat
dihitung dengan dua cara, yaitu dengan menghitung langsung impedansi
eqivalennya dengan prinsip rangkaian parallel dan menghitung terlebih dahulu
harga admitansinya, baru kemudian dihitung impedansinya.

Vs Z1 Z2 Zn Vs Zeq

Gambar 7.24. Rangkaian impedansi paralel

Cara 1. Menghitung langsung impedansinya, dimana :


1
Z eq  
1 1 1
  .......... 
Z1 Z 2 Zn

Cara 2. Melalui perhitungan admitansinya.


Yeq  Y1  Y2  ............  Yn

1
Z eq 
Yeq Ω

Contoh
Bila rangkaian pada gambar 7.22. diketahui Z1 = (8 + j6) Ω = 10  370 Ω ; Z2 =
10  -530 dan Z3 = (6 + j8)Ω = 10  530 Ω.
Maka menghitung impedansi eqivalennya :
Cara 1 :

Rangkaian Listrik II 32
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

1 1
Z eq   
1 1 1 1 1 1
  ..........   
Z1 Z 2 Zn 10 370 10  - 530 10  530
1
Z eq  
(0.1  - 370 )  (0.1530 )  (0.1  53
1
Z eq  
(0.08  j 0.06)  (0.06  j 0.08)  (0.06  j 0.08)
1 1 1
Z eq    ...
(0.2  j 0.06)  0.06 ...... 
0.2 2  0.062 arc.tn
0 .2
Z eq 

Cara 2 :
1 1
Y1    0.1  37 0  (0.08  j 0.06) mho
Z1 10 37
1
Y2   0.1530  (0.06  j 0.08) mho
Zz
1
Y3   0.1  530  (0.06  j 0.08) mho
Z3
Yeq  Y1  Y2  Y3  (0.2  j 0.06)  ......
1
Z eq   ...................
Yeq

3. Rangkaian seri – paralel.


Impedansi eqivalen dari rangkaian seri paralel sama halnya dengan proses
penyederhanaan rangkaian arus searah (dc), yaitu menyederhanakan cabang
rangkaian yang paling ujung (paling jauh dari sumber).
Contoh penyederhanaan untuk menghitung impedansi eqivalen rangkaian gambar
7.25.
Z

Z1 = ( 5 + j 5 ) Ω

Z3 Z2 = ( 6 + j 8 ) Ω
Z2 Z3 = (10 + j 10) Ω
Z4
Z4 = ( - 2 – j 4 ) Ω

Rangkaian Listrik II 33
BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

Ze (Ztotal) Gambar.7. 25. Rangkaian kompleks

Langkah penyederhanaan :
1. Hitung Z5 = Z3 seri dengan Z4
= Z3 + Z4 = (10 + j 10) + ( - 2 – j 4 ) Ω
Z5 = ( 8 +j 6 ) Ω = 10 37 0 Ω

2. Hitung Z6 = Z2 paralel dengan Z5


1 Z 2 .Z 5

= 1  1 Z2  Z5 Ω
Z2 Z5

10530.1037 0 100900 100900


=   
 6  j 8   8  j 6  14  j14 14 2450

25  25 25 
= 2450     j 
7  7 7 

3. Hitung Zeq = Z1 seri dengan Z6


 25 25 
Zeq = Z1 + Z6 = ( 5 + j5 ) +  j  Ω
 7 7 
60 60
Zeq =  j 
7 7

Soal :
1. Hitung impedansi dari rangkaian :

Z1 Z2 Z1 = 5 37 Ω Z2 = 4 +
j3 Ω
Z3
Z3 = 2 Ω Z4 = 6 – j8 Ω

Z4 Z5 Z5 = 6 + j8 Ω

2. Hitung impedansi dan admitansi dari rangkaian :

6Ω 8Ω

Rangkaian Listrik II -j6Ω 34


BAB VII
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

J8Ω

3. Hitung impedansi dan admitansi dari rangkaian :

R3 Z1 = 4 – j3 Ω ;

Z1 Z2 Z4 Z2 = 5 53o Ω
R3 = 4 Ω
Z4 = 4+ j8 Ω
4. Diketahui rangkaian :
1Ω 1Ω

Z1 Z2 Z3 Z4
1Ω 1Ω

Z1 = 10 45o Ω ; Z2 = 4 + j4 Ω ; Z3 = 3 – j4 Ω dan Z4 = 8 + j6

Rangkaian Listrik II 35

Anda mungkin juga menyukai