A. Pendahuluan
Sinambella (2006:99), menyatakan bahwa perilaku kepemimpinan pada saat ini yang menjadi
sorotan masyarakat karena belum sesuai dengan tugas dan fungsinya. Perilaku kepemimpinan di
dalam demokrasi Indonesia merupakan peninggalan dari masa kolonial atau penjajah bangsa
Belanda. Perilaku seorang pemimpin sangat dipengaruhi berbagai kondisi antara lain sejak lahir
hingga terbawa sampai yang menjadi pemimpin dan ada kalanya menjadi pendidikan dan
pengalaman sebagai proses untuk menjadi pemimpin.
Hasil penelitian para ahli, dijelaskan melalui konsep kepemimpinan yang mulai mempelajari
perilaku kemungkinan hasil perilaku ini diperoleh gambaran mengenai kelakuan pemimpin yaitu
itu dimensi utama pemimpin yang dikenal dengan nama konsiderasi dan struktur inisiasi.
B. Konsep Perilaku
Pemahaman perilaku manusia dalam demokrasi telah menjadi semakin penting sebagai urusan
pemimpin, seperti kinerja pegawai pelayanan, kualitas layanan, ketegangan mental (stress)
dan rintisan karir Ivancech & Donelly (1996:5), Skinner dalam Gibson (1995:50), berasumsi
bahwa pengaruh atas perilaku manusia, berasal dari lingkungan, karenanya yang harus
dijadikan fokus perhatian adalah situasi bukan perbedaan individu.
Thoha (1991:186), menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dan interaksi antara
seorang individu dengan lingkungannya, dimana perilaku seseorang itu tidak hanya ditentukan
oleh dirinya sendiri, melainkan ditentukan kan oleh seberapa jauh interaksi antar dirinya
dengan lingkungan.
Perilaku menurut Ndaraha (1997:33), adalah operasionalisasi dan aktualisasi sikap seseorang
atau satu kelompok terhadap suatu situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, alam, teknologi
dan organisasi. Ketika konsep perilaku digabung dengan pemimpin menjadi “perilaku
pemimpin”. Akan tetapi ketika pemimpin berperilaku, maka dapat dikatakan perilaku
kepemimpinan. Menurut House dalam Hicks & Gullet (1996:491), adalah merupakan hal yang
multidimensional. hal ini merupakan bilangan terbatas, dan berubah-ubah menurut kepribadian
pemimpinan, persyaratan tugas ditentukan olehnya beserta para pengikutnya, sifat-sifat,
kepentingan, harapan-harapan pendukungnya, serta lingkungan organisasi dan fisik dalam mana
beserta mereka melakukan operasi.
Ada empat kunci perilaku pemimpin birokrasi yang dapat dikembangkan menuju
profesionalisme, yaitu:
1. Perilaku pemimpin birokrasi yang lebih dekat kepada masyarakat dengan sikap dasar untuk
melayani bukan dilayani.
2. Perilaku pemimpin birokrasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang senantiasa berkembang melalui program metode pengendalian
mutu.
3. Perilaku pemimpin birokrasi dalam mewujudkan mekanisme perencanaan, program
anggaran dengan lebih banyak mendengar dan menyerap aspirasi masyarakat, baik selaku
objek maupun selaku subjek dalam pelaksanaan pembangunan.
4. Perilaku pemimpin birokrasi dalam mewujudkan perampingan dan atau penataan kembali
agar lebih mampu dalam pelayanan publik.