Indonesia membutuhkan narasi dan narator berimajinatif
Di Indonesia minat membaca sangat kurang sehingga narasi dan narator2 juga kurang. Karena masyarakat Indonesia terlalu disibukkan dengan sosial media dan Indonesia memiliki budaya bertutur dalam artinya (berbicara dongeng, suka menceritakan kisah-kisah dari masa ke masa yang dilakukan nenek moyang zaman dahulu) bukan budaya baca. Jadi bagaimana kita membuat budaya baca sekaligus berimajinatif saat membaca? Kita harus mempromosikan kebiasaan membaca dari hal yang sederhana terlebih dahulu. Dan itu dapat diperoleh melalui banyak patfomt seperti youtube dn lain sbagainya.
Selain bernarasi juga perlu berimajinasi, Indonesia membutuhkan narator-narator imajinatif
yang mampu memberikan kesan bahwa yang diceritakan dalam suatu cerita tersebut adalah nyata dan pikiran kita larut dalam cerita tersebut. Ada 2 tokoh yang menjadi acuan yaitu Pak Karno dalam bukunya “Dibawah Bendera Revolusi” dan Obama. Kedua orang tersebut adalah imajinatif narasi, ketika mereka bernarasi maka imajinasinya pikiran kita bermain.
Dalam podcast Gita Wirjawan, Mardigu Wowiek membagikan pengalamanya ketika
berkunjung ke Toko buku di Indonesia, kita disuruh mencari sendiri referensinya tapi di Singapura, dikawal/dilayani 2 org penjaga toko buku tersebut, dijelaskan dan diceritakan serta direferensikan oleh penjaga tokonya dan memberikan pengetahuan, sehingga buku dapat pengetahuan juga dapat. Jika Ini bisa diterapkan di Indonesia, dimana penjaga-toko buku membaca buku2 yang ada kemudian mampu menceritakan dan direferensikan kepada pelanggan sehingga dapat tercipta narator2 imajinatif di indonesia.