Anda di halaman 1dari 3

Nama: Fadillah Nursyah Putri Br Nadeak

NIM: 211301078

Review Kuliah Umum Mata Kuliah Psikologi dan Budaya


26 November 2022

Isi dari negara indonesia sebenarnya berkembang ditandai identitasnya dengan dinamika dari
penduduknya, dalam hal ini interaksinya. Isi utama dari buku yang dibahas merupakan eksplorasi
kaitan konstruksi identitas kebangsaan antar generasi dan etnisitas dengan fokus buku adalah peran
latar belakang budaya dan pengaruh interaksi sosial sebagai faktor sosial dalam mengkonstruksi
identitas kebangsaan generasi muda dari latar belakang yang beragam.
Kesimpulan buku:
1. Jarak sosial memprediksi multikulturalisme, secara negatif. semakin jauh orang
mempersepsikan jaraknya, semakin negatif sikapnya terhadap keberagaman.
2. Jarak sosial memprediksi identitas sosial secara negatif di Jakarta, Jogja dan Medan
sedangkan di kedua kota lain tidak signifikan.
3. Sikap terhadap keberagaman adalah mediator utama untuk identitas nasional kebangsaan

Identitas keindonesiaan bersifat cair, seperti yang diungkapkan aktivis, tokoh sosial juga anak muda
yang memiliki pengalaman berbeda sebagai orang Indonesia.
Guna membaca buku ini adalah:
1. Dikembangkan untuk menjadi modul pelatihan identitas kebangsaaan, toleransi, karena
berangkat dari realita
2. Referensi untuk mengembangkan konsep identitas, dimana kebanyakan referensi selama ini
merupakan buku dari barat sehingga tidak sesuai dengan realita yang ada sebagai orang
Indonesia

Pak Indra Kiling mengatakan bahwa buku ini merupakan hasil kerja yang tidak sederhana, menurut
beliau mungkin penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang tidak singkat juga. Beliau
membedah buku Aku Ini Orang Indonesia dan menuliskan beberapa poin penting yang saya kira
juga sangat bermanfaat dimana beliau juga memberikan pandangannya sebagai peneliti topik
multikulturalisme dari perspektif orang timur. Beberapa poin yang saya pahami yaitu:
● Stigma etnis dapat berkurang apabila kita memiliki pikiran terbuka dalam memahami
etnis-provinsi lain. Contohnya bagaimana kita saja sebagai sesama orang Indonesia
memiliki template tertentu terhadap orang timur.
● Pada buku ada disinggung mengenai kesenjangan dan salah satu faktornya adalah
kesenjangan akses internet dimana memunculkan kesenjangan komprehensif, akses
pendidikan semakin jauh, kesehatan maupun ekonomi juga semakin senjang dengan daerah
Indonesia lainnya.
● Praktik kepercayaan di Indonesia juga semakin dipinggirkan, sulit untuk melakukan praktik
kepercayaan mengingat kepercayaan tersebut tidak difasilitasi dan tidak diakui secara
identitas pada KTP, padahal kepercayaan tersebut mungkin saja kepercayaan yang asli
datangnya dari daerah tersebut.
● Buku ini juga membahas mengenai perempuan, Pak Indra memberikan pandangan mengenai
stigma berlapis pada perempuan di NTT. Perempuan janda disana dipandang sebagai objek
seksualitas. Banyak perempuan yang tidak bisa keluar dari lingkaran kekerasan berpacaran
karena merasa citra tubuh sudah rusak.
● Buku Aku Ini Orang Indonesia juga membahas spesifik konteks identitas etnis, “Aku batak,
Aku Indonesia”. Orang batak tidak lagi mempertanyakan identitasnya sebagai orang
Indonesia, tidak lagi ragu memperkenalkan diri sebagai orang batak. Sedangkan orang NTT
menurut Pak Indra masih dalam perjalanan untuk mencapai tingkat tersebut. Banyak orang
NTT yang menyesuaikan diri dengan norma di perantauan sehingga identitas etnisnya
sebagai orang NTT semakin memudar.

Refleksi
Pemikiran tentang kebangsaan kita itu dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya seperti yang
dikatakan oleh Pak Ai bahwa budaya lokal, kepercayaan menjadi faktor spesifik yang dapat
mempengaruhi pandangan kita. Saya sendiri sebagai orang Indonesia merasa bahwa penyumbang
identitas “Indonesia” adalah orang-orang yang berasal dari bagian barat Indonesia, sehingga tidak
jarang orang Timur merasa “ditinggalkan” dan tidak diikutkan ketika kita sedang membicarakan
apa itu Indonesia.
Setelah mengikuti forum diskusi ini saya menyadari betapa beragamnya Indonesia itu, banyak
sekali hal yang ‘tidak sama’ di antara kita sebagai orang Indonesia. Kemudian bagaimana caranya
kita dapat menyadari dan menghargai keberagaman tersebut? Tentu saja dengan berinteraksi dengan
orang Indonesia yang tak sama dengan kita. Baik tak sama dalam segi etnisitas, kepercayaan,
daerah tinggal, atau mungkin orang-orang dengan bahasa daerah sebagai bahasa ibu mengingat ada
satu hal yang sama-sama kita miliki sebagai orang Indonesia dengan multikulturalismenya adalah
Bahasa Indonesia.
Terlintas juga dalam pikiran saya tentang perkataan Pak Ai dimana beliau menyebutkan bahwa
generasi masa kini lebih suka informasi yang praktis. Bisa melalui cuitan di media sosial, slide, atau
video pendek, sehingga saya kemudian tersadar bahwa memang benar hal-hal tersebut saya sendiri
lakukan dan tanpa sadar saya terlalu nyaman mendapat informasi yang saya sendiri tidak
mengetahui sumber informasi tersebut, atau semakin malas mencari tahu informasi tersebut secara
detail.
Yang paling membekas bagi saya mengenai diskusi forum ini adalah bagaimana kita sebagai orang
Indonesia, sebagai bagian dari kelompok etnis di Indonesia harus bisa menyesuaikan diri dengan
norma-norma yang ada di daerah baru namun bukan berarti kita boleh melupakan identitas kita
sebagai bangsa Indonesia. Bagi saya menjadi berhasil Orang Indonesia adalah ketika saya dapat
dengan bangga mengakui identitas saya sebagai seseorang dengan kebangsaan Indonesia dan ketika
saya berhasil mengajak orang lain juga diri mengakui bahwa walaupun memiliki banyak perbedaan
kita tetap saja Orang Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai