Anda di halaman 1dari 5

Tema : MEMBANGUN MALUKU MELALUI LITERASI UNTUK KESEJAHTERAAN

Sub tema : PERAN LITERASI DIGITAL UNTUK MENINGKATKAN SUMBER DAYA


MANUSIA

Judul : JADIKAN LITERASI SEBAGAI BUDAYA MASYARAKAT MALUKU MENUJU


GENERASI YANG BERAKTER

Pendahuluan
Budaya literasi belum dianggap sebagai suatu hal yang penting. Minat baca sangat
mengkhawatirkan, padahal dari membaca, kemampuan menulis dan berbicara akan meningkat.
Membaca adalah jendela dunia yang membuat manusia dekat dengan karya sastra, buku, karakter
bangsa, dan peradaban. Di era modern ini, anak muda sudah kurang membudayakan literasi.
Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi,ada yang positif dan negatifnya. Disatu sisi
perkembangan teknologi dapat membantu meningkatkan budaya literasi yang dengan mudahnya
akses berita melalui internet.
Tapi di sisi lain, anak muda lebih suka hal instan seperti melihat tayangan berita di youtube
dan bermain media social dengan bahasa kekinian yang dapat menjauhi budi pekerti. Sedangkan
Kesejahteraan berasal dari kata dasar sejahtera.Sejahtera artinya aman, santosa, dan makmur,
selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebaginya).Kesejahteraan adalah
“hal dalam keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, dan ketentraman (kesenangan hidup dan
sebagainya), kemakmuran. Untuk itu kita sebagai siswa di harapkan sebagai generasi penerus
banggsa harus menjadi Masyarakat yang Sejatera di kemudian hari.

Pembahasan
Literasi membutuhkan kemampuan kognitif(kemampuan berbahasa lain baik secara tulis
maupun lisan). Kemampuan berbahasa yang meliputi lisan maupun tulis dan wawasan kebahasaan
akan terus berperan penting dalam kebiasaan literasi. Literasi kaitannya dalam bidang sastra sangat
erat. Sastra dapat dikatakan sebagai salah satu bidang yang dapat membangun kebiasaan literasi.
Dengan sastra seseorang dapat mengungkapkan berbagai ide dan gagasan melalui bahasa tulis.
Dengan sastra, seseorang mampu menangkap makna melalui teks-teks sastra. Hal ini telah terbukti,
sudah banyak para penulis sastra (baik prosa, puisi, naskah drama) yang telah menuangkan ide,
gagasan, imajinasi dalam lembar-lembar kertas yang dapat dibaca dan dinikmati oleh siapapun.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya budaya literasi, antara lain:
● KEBIASAAN MEMBACA BELUM DIMULAI DARI RUMAH. Aktifitas membaca masih
belum dibiasakan dalam ranah keluarga. Orang tua hanya mengajarkan membaca dan
menulis pada level bisa, belum terbiasa. Padahal, budaya literasi harus dibiasakan sejak
kecil.
● Sarana membaca yang minim. Sarana membaca yang minim ternyata membuat kebiasaan
membaca sulit dilakukan. Sarana tersebut misalnya perpustakaan.
● Kurang motivasi untuk membaca. Kurang minat baca adalah penyebab rendahnya budaya
literasi. Terkadang, beberapa orang merasa tidak mengerti manfaat membaca sehingga tidak
tertarik untuk melakukannya.
● Sikap malas untuk mengembangkan gagasan. Literasi tidak hanya membaca, tetapi
dilanjutkan dengan menulis. Bagaimana dapat terampil menulis jika jarang membaca?
Menulis membutuhkan kosakata yang akan diperoleh dari membaca. Setelah memiliki
bahan untuk menulis, tantangan selanjutnya adalah mengembangkan gagasan. Hal tersebut
membutuhkan waktu yang cukup untuk pengendapan ide. Proses itulah yang biasanya
membuat orang malas menulis.
Dengan demikian ada cara untuk membangun budaya literasi, antara lain:
1. Tumbuhkan kesadaran pentingnya membaca.
2. Budayakan membaca di sekolah.
3. Optimalkan peran perpustakaan.
4. Biasakan hadiah berupa buku.
5. Bentuklah komunitas baca.
6. Biasakan menulis buku harian.
Dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih dan maju membuat
masyarakat dengan sangat mudah mengembangkan suatu literasi.terkhususnya di kalangan anak
muda.dimana mudahnya mencari informasi,maupun menjadi sumber informasi bagi
masyarakat.Anak muda sekarang mungkin tidak asing lagi dengan aplikasi wattpad,webbton
maupun playbook Aplikasi yang berisi cerita,pelajaran akademik dan berisi kisah-kisah yang
menarik. lewat karya yang dibuat kemudian dipublikasikan akan mendapatkan penghasilan dari
pihak aplikasi karena karya yang dibuat mendapat perhatian dari pembaca.
Bagaimana jika ingin membaca novel tidak lagi pergi ke perpustakaan atau membeli di toko
buku tetapi membacanya lewat aplikasi dan gratis mampu mengurangi pengeluaran sebagai pelajar,
dengan teknologi sekarang banyak anak muda membuat cerita khayalan maupun cerita yang di
angkat dari kisah nyata dan mempublikasikan lewat media sosial dengan aplikasi yang ada seperti
wattpad dan webbton Lewat penulisan ini, ingin saya sampaikan bahwa Perkembangan Teknologi
yang semakin canggih membuat anak muda sekarang sangat erat dengan media sosial. Sebagai
Siswa kita harus peka terhadap perkembangan zaman, dengan tidak mengabaikan Literatur-literatur
yang di buat dengan kaitan ilmu pengatahuan dan teknologi. Memang benar di masa ini kita akan
sangat di manjakan dengan Sumber informasi digital yang mana dengan mudah, cepat di akses,
namun apa jadinya jika kita tidak memiliki data, dan akses internet dalam suatu lokasi area tertentu,
bukankah Buku Bacaan, Rumus, Kamus, sumber informasi berupa literatur lah yang kita butuhkan.
Literasi harus menjadi suatu budaya yang sangatlah penting bagi suatu banggsa dengan kata lain
tumbuh kembang suatu banggsa tergantung dari budayanya. Saya contohkan Negara Cina, ada
pepatah mengatakan, carilah ilmu sampai ke Negeri China, kenapa demikian, ternyata negara China
Membudayakan Menulis, dan Membuat penangalan dengan baik, bahkan sebagian besar sejarah
masa kerajaan Nusantara Indonesia berasal dari sumber data China. Dengan demikian apakah kelak
semua data-data dan ilmu pengetahuan kita akan di miliki orang lain karena kita tidak mampu
menjaga dan mengabadikanya dalam bentuk litelatur guna dijadikan sebagai bukti kekayaan literasi
kita. Untuk itu saya harapkan sebagai siswa kita harus lebih memperkaya diri kita dengan ilmu
pengetahuan dengan membudayakan Literasi guna Mensejaterakan Kehidupan kita di masa yang
akan datang. Kerena Setiap Generasi ada masa dan batasanya namun ilmu dan pengetahuan adalah
suatu keabadian. Jangan menuggu hari esok jika hari ini terasa terlambat dalam mebudayakan
literasi bagi kita semua. Seperti yang saya sampaikan di atas jadikan literasi sebagai budaya, maka
dalam penulisan ini saya ingin menambahkan salah satu budaya falsafah orang maluku yaitu Sagu
Salempeng di patah dua. Apa itu sagu salempeng di patah dua :
Makna Sagu Salempeng Patah Dua
Sagu salempeng Patah Dua sebuah Idiom yang berakar dari  Falsafah “hidup orang
basudara” di Maluku yang mencerminkan sikap batin orang Maluku. Semangat orang basudara
adalah energi budaya yang menggerakan orang Maluku untuk mampu membina hidup bersama
yang harmonis dalam perbedaan-perbedaan yang eksistensial. Hal inilah yang membuat Maluku
termaknai sebagai sebuah keluarga besar yang majemuk dan kemajemukan itulah membuatnya
besar.
Kita dapat mengingat kembali salah satu lirik lagu yang menceritakan kehidupan
persaudaraan dan kekeluargaan di Maluku yakni “ Mayang pinang Mayang Kalapa Timbang
Cengkeh di Saparua, Orang bilang Ade deng Kaka Sagu Salempeng Makan Bage Dua ”.
Sagu salempeng Patah Dua dapar diartikan sebagai berikut :
1.      Sagu ( makanan tradisional orang Maluku sejak dulu ). dapat dimaknai sebagai symbol
eksistensi kita sebagai orang Maluku. Kita berbeda dalam banyak hal dan merangkai perbedaan-
perbedaan itu menjadi kehidupan yang harmonis sangatlah sulit. Sagu identitas orang Maluku yang
telah diwariskan oleh orang tatua sejak dulu sampai saat ini dengan maksud agar tidak dilupakan
dalam artian bahwa kita di maluku memiliki perbedaan tetapi Sagu dapat menjadi salah satu
pemersatu perbedaan itu.
2.      Salempeng , bagi orang Maluku diartikan sebagai satu  buah atau hanya satu.
3.      Patah dua , artinya adalah di bagi menjadi dua bagian.
Menurut Prof. Waloly (2005:115) sagu salempeng patah dua dimaknai sebagai kehidupan
yang saling peduli dan berbagi, dengan hubungan-hubungan batiniah yang terbangun dalam cara
hidup orang Maluku.
“sagu salempeng dipata dua”. Idiom budaya Maluku menunjukkan pada dua realitas: konflik
dan akomodasi; baku malawang dan baku polo. Sagu adalah lambang hidup orang Maluku. Dan
ketika ia dibagi dua, itu sebenarnya menunjuk pada adanya krisis hidup. Tetapi krisis hidup itu
kemudian secara sadar membawa pada sebuah tindakan sharing (berbagi) agar basudara lain juga
menikmati hidupnya bersama-sama.
Dapat dikatakan bahwa Sagu salempeng patah dua dimaknai sebagai kehidupan yang saling peduli
dan berbagi dalam hal ini semua hal dalam kehidupan orang Maluku dilakukan atas dasar saling
peduli dan berbagi. Secara sederhana dapat pula dikatakan kesusahan satu orang merupakan
kesusahan semua orang oleh kerena itu harus ditanggung secara bersama atas dasar kehidupan
orang basudara di Maluku
Dengan demikian literasi harus menjadi budaya seperi sagu salempeng di patah dua
demikian ilmu pengetahuan harus saling berbagi bagi generasi ke generasi agar budaya kebaikan itu
akan selalu menjadi ilmu pengetahuan tanpa batas. Kata kuncinnya adalah kita dapat membangun
Maluku dengan Memperkaya diri kita dengan Budaya Literasi menuju sumberdaya manusia yang
berakter menuju sumberdaya manusia yang unggul serta berdaya saing, setara dengan siswa-siswa
di kota-kota besar dan dimanapun berada.

Penutup.
Akhir kata dapa saya simpulkan dalam penulisan ini saya melihat Maluku di ibaratkan
sebagai seorang manusia yang mengalami pertumbuhan, dan. Literasi di ibarakan seperti Otak yang
berisi ilmu pengetahuan, dengan demikian dapat di katakan Kemampuan Manusia membangun
potensi dirinya dengan Literasi, apalagi kita sebagai siswa generasi muda banggsa, harus menanam
kan budaya Literasi sedari dini agar bisa tumbuh dan bersaing dengan Anak-anak di daerah lain
bahkan belahan dunia lainya, Generasi muda maluku tanpa literasi bagaikan Seseorang yang
berjalan tanpa tujuan dan memori akan Tumbuh Kembangnya. Untuk itu saya berterima kasih
dengan penulisan ini dapat membuat saya dan teman-teman belajar lebih giat dan membudayakan
literasi dalam lingkup penidikan maupun di saat kami berada di masyarakat, pemerintah perlu
membangun perpustakaan, taman baca, komunitas pencinta buku bacaan agar lebih meningkatkan
kami dalam membaca dan menulis. Sekali lagi tulisan ini saya buat bukan sekedar ingin mendapat
penghargaan dan juara namun lebih pada mengajak kita semua agar dapat menjadikan Literasi
bukan sebatas wacana dan omongan tanpa ada upaya untuk di kembangkan. Sekian dan terima
kasih saya sampaikan kepada panitia, dinas perpustakaan dan semua kita yang sudah berkenan
membuat lomba ini, sekiranya lomba ini akan terus di laksanakan, agar lebih bermanfaat bagi siswa
semua.

Anda mungkin juga menyukai