Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara maritim dengan luas perairan sekitar 5,8 juta km2, s
ehingga memiliki potensi perikanan baik laut maupun tawar. Indonesia memiliki beragam
spesies ikan, salah satu jenis ikan yang digemari untuk dikonsumsi adalah ikan demersal. Ikan
demersal merupakan ikan yang secara komersial layak untuk diusahakan ataudengan kata lain
menguntungkan. Salah satu jenis ikan demersal yang ada di Indonesia di antaranya adalah
ikan nila. (Salsabila dan Suprapto, 2018)

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas air tawar
yang paling banyak diminati oleh berbagai kalangan baik masyarakat lokal maupun
mancanegara, produksiikan nila mengalami fluktuasi produksi setiap tahunnya. Konsistensi
peningkatan hasil produksi ikan nila dapat dilakukan melalui budidaya secara intensif dengan
memperhatikan berbagai aspek pendukung keberlangsungan hidup ikan tersebut seperti
ketersediaan air, area budidaya, serta kualitas lingkungan yang baik (Mulqan et al., 2017).

Air adalah tempat hidup hewan akuatik seperti ikan. Apabila sumber air tempat
kehidupan akuatik tercemar, maka siklus makanan dalam air terganggu dan ekosistem
air/kehidupan akuatik akan terganggu pula. Organisme yang kecil/lemah seperti plankton
banyak yang mati karena keracunan bahan tercemar, ikan-ikan kecil pemakan plankton
banyak yang mati karena kekurangan makanan, demikian pula ikan-ikan yang lebih besar
(ikan mas) pemakan ikan-ikan yang berukuran kecil bila kekurangan makanan akan mati.
Salah satu contoh air limbah adalah deterjen. (Sahetapy dan Borut, 2018).

Deterjen merupakan gabungan dari berbagai senyawa dimana komponen utama dari
gabungan tersebut adalah surface active agents atau surfaktan zat aktif yang menyebabkan
turunya permukaan tegangan permukaan cairan, khususnya air. Surfaktan deterjen yang paling
sering digunakan adalah LAS atau Linier Alkilbenzen Sulfonat. Limbah deterjen merupakan
salah satu pencemar yang bisa membahayakan kehidupan organisme di perairan, karena
menyebabkan suplai oksigen dari udara sangat lambat akibat busanya yang menutupi
permukaan air (Sahetapy dan Borut, 2018).

Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh toksikan deterjen berdasarkan


lama pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksikan LC50 dan mortalitas pada benih ikan
nila ((Oreochromis niloticus) selama 24 jam.
II. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Uji toksisitas dilaksanakan pada tanggal 11-12 Desember 2019 di


Laboratorium Pengujian Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji toksisitas antara lain
sebagai berikut: Wadah perlakuan, aerator, gelas takar plastik 1 Liter, baskom, erlenmeyer,
gelas ukur, pipet mikrotip, refraktometer, pH meter, termometer air, timbangan analitik,
galon, kertas label, air laut, air tawar, benih ikan Nila, dan deterjen.

C. Prodsedur Praktikum
Praktikum ini dilakukan menggunakan metode eksperimen laboratorium dengan lima
tahap perlakuan yaitu mengamati atau melakukan pengamatan langsung.

Tahap uji persiapan, ikan uji disiapkan ditambak pemeliharaan ikan disekitaran Kota
Kendari. Persiapan air laut disiapkan di wilayah pantai sekitaran Kota Kendari. Kemudian
semuanya dibawah ke Laboratorium pengujian perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas
Universitas Halu Oleo, Kendari.

Tahap uji aklimatisasi, ikan uji diadaptasikan dalam aquarium selama satu hari tanpa
diberikan makan

Tahap uji pengenceran, Untuk membuat larutan stok diambil air laut (40 ppt) sebanyak
1.25 Liter, kemudian ditambahkan 8,75 liter air galon. Larutan stok dengan 5 ppt sebanyak 10
liter ini kemudian diencerkan seusai dengan konsentrasi perlakuan yang dibutuhkan.
Pengenceran dilakukan dengan menggunakan rumus

V1. N1 = V2. N2

Keterangan :
V1 : Volume larutan stok (mL)
N1 : Konsentrasi larutan stok (mg/L)
V2 : Volume larutan uji (mL)
N2 : Konsentrasi perlakuan (mg/L)

Tahap uji perlakuan, ikan diuji dalam lima konsentrasi deterjen dalam wadah yang
masing- masing berisi 10 liter air. Kemudian ditentukan konsentrasi perlakuan larutan
deterjen yakni kontrol (tanpa perlakuan) 0 ppm, 20 ppm, 80 ppm, 140 ppm, dan 200 ppm
dalam masing-masing wadah uji yang telah diaerasi.

Tahap uji toksisitas, dilakukan pengukuran kualitas air pH dan suhu dan pengamatan
tingkah laku ikan uji serta kematian ikan dihitung selama 48 jam.
IV. PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai