Ikan adalah suatu bahan makanan yang sangat mudah membusuk sesaat
setelah tertangkap, ikan akan segera mati, dan akan mengalami perubahan-perubahan
atau kerusakan yang mengakibatkan pembusukan. Kerusakan-kerusakan tersebut
diantaranya kerusakan biologis, kerusakan enzimatis, physis. Ikan segar mengandung
lebih banyak cairan dan lemak, jika dibanding dengan jenis daging lainnya.
Akibatnya bakteri lebih mudah berkembang biak karena penyebab utama
pembusukan ikan adalah enzim dan bakteri (Anggi, 2013).
Pembusukan pada ikan dapat menyebabkan perubahan dalam bau dan rasa
yang berakibat menurunnya mutu ikan. Proses kemunduran mutu kesegaran ikan akan
terus berlangsung jika tidak dihambat. Cepat lambatnya proses tersebut sangat
dipengaruhi oleh banyak hal, baik faktor internal yang lebih banyak berkaitan dengan
sifat ikan itu sendiri maupun eksternal yang berkaitan dengan lingkungan dan
perlakuan manusia. Faktor biologis tidak mudah ditangani karena berkaitan dengan
sifat ikan itu sendiri. Jika fase prerigormortis tidak dapat dipertahankan lebih lama
maka pembusukan oleh aktivitas enzim dan bakteri tersebut menyebabkan perubahan
yang sangat pesat sehingga ikan memasuki fase post rigor. Fase ini menunjukkan
bahwa mutu ikan sudah rendah dan tidak layak untuk dikonsumsi (Saanin, 2003).
Penurunan mutu ikan harus dihambat sejak awal, yaitu sejak ikan ditangkap
atau diangkat dari habitat hidupnya dan tetap dilanjutkan ketika ikan didaratkan,
selama transportasi hingga selama pengolahan. Ada beberapa cara utama untuk
menghambat kemunduran mutu ikan segar yang pertama adalah dengan merusak atau
mematikan agen penyebab kerusakan yaitu enzim dan bakteri. Dengan menggunakan
suhu tinggi pemanasan, pemasakan, biang penyebab kerusakan tersebut tidak aktif
lagi. Namun cara ini tidak hanya terpengaruh terhadap agen penyebab kemunduran
mutu ikan, tetapi juga mengubah sifat asli kesegaran ikan (Saanin, 2003).
Ikan mujair merupakan jenis ikan yang sangat mudah ditemui dikawasan
Aceh Besar. Selain mempunyai cita rasa yang enak ikan mujair juga memiliki
kandungan protein yang tinggi. Untuk tetap menjaga proteinnya, ikan mujair perlu
diolah dengan cara yang tepat, salah satunya adalah dipanggangkan menggunakan
ketumbar. Dengan begitu kebutuhan gizi masyarakat akan protein hewani tercukupi
(Fania, 2016).
Ikan mujair merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih
dengan warna abu-abu, coklat atau hitam. Ikan ini berasal dari Afrika dan pertama
kali di Indonesia ditemukan oleh Bapak Mujair dimuara sungai serang pantai selatan
Blitar Jawa Timur pada tahun 1939. Rempah-rempah yang menjadi tanaman khas
Indonesia yaitu dengan mengunakan ketumbar untuk dapat memberikan aroma yang
dapat menambah citah rasa pada ikan mujair. Protein pada ikan mujair cukup tinggi,
mencapai 20% dan tersusun atas sejumlah asam amino yang mendekati kebutuhan
tubuh manusia (Fania, 2016).
1.2 Tujuan dan Maksud
Ikan mujair ditemukan pada habitat mulai dari air payau, air tawar, hingga air
laut (Luna, 2012). Ikan mujair dapat bertahan pada keadaan payau karena memiliki
toleransi pada salinitas tinggi serta suhu yang berbeda (Froese dan Pauly, 2007). Ikan
ini banyak di daerah rendah, ikan ini jarang ditemukan pada daerah ketinggian dan
dikenal juga sebagai ikan tropis (Van der Waal, 2002). Ikan ini tergolong kedalam
golongan omnivore yaitu mengkonsumsi bahan detritar, diatom, dan invertebrate
(Moek, 1983).
Penyebaran alami ikan mujair adalah di perairan Afrika dan di Indonesia
pertama kali ditemukan oleh Pak Mujair di Muara Sungai Serang Jawa Tmur tahun
1939 (Soeseno,1984). Tersebar hamper diseluruh perairan Indonesia baik waduk,
sungai, maupun rawa-rawa (Allen, 2000).
2.4 Pengaruh Cara Kematian Terhadap Kemunduran Mutu Ikan
Secara umum setiap jenis ikan memiliki pola dan kecepatan penurunan mutu
yang berbeda dengan jenis ikan yang lain. Kecepatan penurunan mutu ikan yang
mengalami luka atau memar lebih cepat dibandingkan dengan ikan kondisi fisik yang
utuh (Metusalach, et al., 2014). Beberapa jenis alat tangkap dalam satu kali operasi
penangkapan dapat pula menangkap berbagai jenis ikan dalam jumlah banyak yang
memungkinkan ikan bertumpuk atau saling berhimpitan mengakibatkan memar dan
luka bahkan ikan menjadi rusak secara fisik (Metusalach, et al., 2014).
Penurunan mutu dan tingginya kerusakan pasca panen diakibatkan oleh cara
penangkapan, cara penanganan yang buruk, panjangnya suplai rantai, tidak
memadainya fasilitas penanganan. Cara Penangkapan (jenis alat tangkap) secara
langsung berhubungan dengan cara matinya ikan dan cara matinya ikan berhubungan
dengan proses-proses fisik dan kimiawi yang berpengaruh dan dialami tubuh ikan
dimana proses tersebut berpengaruh langsung terhadap mutu ikan pasca tangkap
(Metusalach, et al., 2014).
pH pada ikan yang sudah tidak segar biasanya lebih tinggi daripada yang
masih segar, disebabkan oleh senyawa-senyawa yang bersifat basis, misalnya
ammonia, trimetilamin, dan volatile lainnya. Perubahan tekstur ikan dan bau juga
disebabkan pada fase rigormortis pH ikan menurun menjadi 6,2-6,5 dari pH
sebelumnya 6,9-7,2. Tinggi rendahnya pH ikan tergantung dari kekuatan penyangga
(Buffering power) pada daging ikan setelah fase rigormortis mulai berakhir maka pH
akan naik perlahan hingga menjadi basa (Riyantono, et al., 2009)
BAB III METODE PENELITIAN
Alat Kegunaan
Nampan Wadah untuk tempat ikan
Palu Untuk memukul kepala ikan
Stopwatch Untuk menghitung waktu kematian
ikan
Mortar Untuk menghancurkan atau
menghaluskan daging ikan
Pisau Untun menfilet ikan
pH meter Untuk mengukur pH ikan
Timbangan Untuk mengukur berat ikan
Gelas kimia Wadah untuk tempat ikan dan aquades
Gelas ukur Untuk mengukur aquades
Pengaduk Untuk mengaduk larutan
Prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
A. Ikan dipukul dengan palu
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Ikan dipukul kepalanya menggunakan palu
3. Setelah dipukul kepalanya ikan mengalami kematian
4. Kemudian, mengamati ikan yang telah mati tiap fase pre rigor, rigor
mortis, dan post rigornya
5. Mencatat lama dari waktu ikan pada saat telah melewati fase tersebut
yaitu mulai saat pertama hingga berakhir tiap fase tersebut
6. Melakukan analisis pH ikan menggunakan pH meter.
B. Ikan ditusuk medulla oblongatanya menggunakan paku
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam perlakuan
kematian ikan
2. Menusuk ikan pada bagian medulla oblongatanya menggunakan paku
3. Mengamati ikan yang telah mati tiap fase pre rigor, rigor mortis, dan post
rigornya
4. Mencatat lama dan waktu ikan pada saat telah melewati fase tersebut
yaitu mulai saat pertama hingga berakhir tiap fase tersebut
5. Melakukan analisis pH ikan menggunakan pH meter.
C. Ikan dibiarkan mati dengan sendiri
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Membiarkan ikan mati dengan sendirinya
3. Mengamati ikan yang telah mati tiap fase pre rigor, rigor mortis, dan post
rigornya
4. Mencatat lama dan waktu ikan pada saat telah melewati fase tersebut
yaitu mulai saat pertama hingga berakhir tiap fase tersebut
5. Melakukan analisis pH ikan menggunakan pH meter.
Mematahkan lehernya
Melakukan pengamatan
Pengujian pH ikan
Melakukan pengamatan
Pengujian pH ikan
Pengujian pH ikan
Melakukan pengamatan
Pengujian pH ikan
e) Mematahkan kepalanya
Ikan
Melakukan pengamatan
Pengujian pH ikan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
a. Ikan setelah mati akan mengalami pembusukan yang disebabkan aktifitas enzim,
kimiawi, dan bakteri.
b. Fase pre rigor kondisi ikan masih kenyal, banyak mengeluarkan lender, dan
proses kimiawi masih lambat. Nilai ph tertinggi pada fase ini adalah 7,29 pH dari
sampel kelompok 3 dan pH terendah adalah 6,51 pH sampel kelompok 8.
c. Fase rigormortis ikan telah mengalami kejang atau kaku dan otot memendek.
Nilai ph tertinggi pada fase ini adalah 7,26 pH dari sampel kelompok 5 dan pH
terendah adalah 6,69 pH sampel kelompok 8.
d. Fase post rigor daging ikan lunak kembali dan telah mengalami proses
pembusukan, lamanya proses pembusukan tidak tetap. Nilai ph tertinggi pada
fase ini adalah 7,17 pH dari sampel kelompok 2 dan pH terendah adalah 6,43 pH
sampel kelompok 8.
e. Tingkat nilai pH pada ikan yang sudah tidak segar biasanya lebih tinggi (basa)
daripada yang masih segar. Dari 5 perlakuan nilai pH tertinggi pada perlakuan
ikan dipukul benda keras yaitu 7,29 pH sampel kelompok 3 dan pH terendah
pada perlakuan ikan direndam air garam yaitu 6,43 pH sampel kelompok 8.
5.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah kiranya asisten melakukan rapat terlebih
dahulu agar tidak terjadi hal-hal yang menghambat pada saat praktek berlangsung,
seperti intruksi yang berbeda-beda membuat kebingungan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
OLEH :