BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
karena memiliki wilayah kelautan yang cukup luas dengan bentangan luas
laut mencapai kurang lebih 5,8 juta km² yang terdiri dari perairan kepulauan /
laut Nusantara 2,3 juta km², perairan teritorial 2,8 juta km², perairan
pedalaman dan kepulauan 2,7 km² Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dikelilingi
lebih 17.500 pulau dan panjang pantai 95.181 km. Terdapat perairan umum
diperkirakan mencapai Rp 7.200 triliun per tahun atau enam kali lipat dari
Indonesia masih relatif rendah yaitu 21,7 kg/kapita/tahun. Oleh sebab itu,
dari luasnya perairan Indonesia yaitu kurang lebih dari 70% dari wilayahnya
yang ada memiliki peluang ekspor yang sangat besar di bidang perikanan,
2
salah satunya adalah Tuna. Salah satu faktor yang mendukung ekspor Tuna
berkualitas.
Tuna Steak Beku adalah produk yang dikelola dari tuna segar yang
mempertahankan agar mutu produk tetap baik dan terjamin sehingga suplai
efek racun terhadap makanan hasil olahan seperti produk Tuna Steak Beku.
kurang baik, lingkungan fisik, kimia dan biologi. Salah satu cara untuk
mengetahui mutu dari setiap produk hasil perikanan ekspor maka harus di
sifatnya patogen yang banyak ditemukan pada produk olahan Tuna yaitu
diekspor.
pangan. Hal inilah yang membuat penulis tertarik mempelajari lebih jauh
Pada Produk Tuna Steak Beku Di Balai Pembinaan Dan Pengujian Mutu
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui standar mutu dan kelayakan produk Tuna Steak Beku
untuk ekspor.
makanan.
2. Manfaat
c. Dapat mengetahui ciri dan karakteristik dari bakteri Salmonella serta cara
pencegahannya.
6
BAB II
PERSIAPAN
A. Rencana Kegiatan
B. Jadwal Kegiatan
2. Salmonella
3. Escherichia coli
4. ALT
5. Pengujian air/es
6. Vibrio cholera
7. Vibrio para
8. Staphylococcus
9. Kadar air
10 Kadar abu
.
11 Listeria
.
12 Histamin
8
13 Formalin
.
peningkatan nilai ekspor yang berdampak pada devisa dan pendapatan asli
daerah.
mutu produk perikanan, perlu adanya pemanfaatan sumber daya yang lebih
optimal melalui pengawasan mutu hasil perikanan yang dimulai dari pra
perikanan karena memang harus berada pada pemukiman dan tempat yang
tersendiri agar pada saat melakukan pengujian tidak ada gangguan seperti
keributan.
BAB III
PELAKSANAAN
bulan mulai dari tanggal 01 Februari 2013 sampai 27 Mei 2013 di Balai
B. Metode Pelaksanaan
10
Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapang (PKL) ini adalah
a. Observasi atau terlibat langsung dalam proses pengujian mutu ikan tuna
jawab atau diskusi dengan pembimbing teknis, staf pegawai, dan pihak-
proses pengujian.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai laporan, studi
D. Keadaan Lokasi
1. Aspek Teknis
Makassar terletak didaerah dengan tekstur tanah datar dan terhindar dari
2. Aspek Sosial
terhadap BPPMHP Makassar cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari
Makassar.
3. Aspek Ekonomi
12
D. Kegiatan-kegiatan
Ikan tuna adalah ikan pelagis besar yang menyebar di perairan yang
relatif dalam, memiliki sifat yang bergerak aktif dan sifat pergerakannya
dapat vertikal maupun kearah lainnya. Tuna akan memilih ruang hidup
Phylum : Chordata
Class : Teleostei
Ordo : Perciformes
Family : Scromboidae
Genus : Thunnus
cerutu, mempunyai dua sirip punggung, sirip depan yang biasanya pendek
dan terpisah dari sirip belakang, mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di
belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip dada terletak agak ke atas,
sirip perut kecil, sirip ekor bercagak agak ke dalam dengan jari-jari
badannya ditutupi oleh sisik (kecuali jenis cakalang sama sekali tidak
kecil, berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya,
sebagian besar memiliki sirip tambahan yang berwarna kuning cerah dengan
Tuna Steak Beku berdasarkan SNI 01-4485.1 2006, dapat dilihat pada
Tabel 2.
maksimum
b) Cemaran mikroba
c) Cemaran Kimia
d) Fisika :
Salmonella sendiri baru diberikan oleh Daniel Edward Salmon, rekan Smith
Kerajaan : Bakteri
Order : Enterobacteriales
Keluarga : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
diduga genus atau spesies bakteri dari karakteristik koloni pada agar seperti
warna transparan, bentuk tipe koloni (teratur atau tidak teratur), adanya
genus.
18
di dunia ini bersifat patogen maka adanya bakteri ini dalam air atau makanan
air minum atau negatif Salmonella per 25 gram sampel makanan. Penyakit
luar biasa, dan bisa memperburuk dalam waktu yang sangat cepat.
dan air yang tercemar. Ciri-ciri orang yang mengalami Salmonellosis adalah
diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan
sumber organisme ini antara lain air, tanah, serangga, permukaan pabrik,
setelah 24 jam -12 hari dengan ciri-ciri yaitu sakit kepala, pegal-pegal, diare,
Jumlah sel yang tertelan, daya tahan tubuh, umur dan kesehatan penderita,
metode ini adalah untuk mengetahui mutu ataupun kualitas dari suatu produk
4. Sterilisasi Peralatan
21
diutamakan baik alat-alat yang dipakai maupun medianya. Suatu alat atau
bahan dikatakan steril apabila alat atau bahan tersebut bebas dari mikroba
baik dalam bentuk vegetatif maupun spora. Spora pada bakteri Salmonella
dapat mati pada suhu 100°C. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang
Sterilisasi dengan udara panas (kering) digunakan alat yaitu oven (Hot
Air Sterilizer). Temperatur yang digunakan untuk alat ini umumnya 160°C
-180°C selama 2 jam. Sterilisasi dengan cara ini memerlukan waktu yang
lebih lama karena energi panas sulit menetrasi bahan yang disterilkan.
22
Sterilisasi ini bertujuan untuk mensterilkan alat-alat yang terbuat dari kaca
atau gelas seperti cawan petri, pipet, tabung reaksi, labu erlenmeyer, gelas
yaitu :
mensterilkan bahan yang akan digunakan seperi bahan uji (larutan), bahan
media tumbuh. Dalam sterilisasi ini, suhu yang digunakan yaitu 121°C
selama 15 menit.
BPPMHP yaitu :
5. Tekan tombol pada posisi on, ditandai dengan lampu merah menyala.
6. Menutup alat dengan rapat setelah tombol uap air dan yakin bahwa
8. Operasikan alat setelah lampu hijau telah padam disertai bunyi alarm dan
(a) (b)
Gambar 5. (a) Media yang disteril (b) Autoclave
mudah rusak karena panas khususnya fluida biologis seperti, enzim, vitamin,
suatu cairan melalui kertas saring atau filter membran. Penyaringan dapat
polikarbonat. Tipe ini merupakan filter yang paling sering di gunakan. Filter
jumlah bakteri yang terdapat dalam pengujian air. Ukuran membran sangat
5. Preparasi
preparasi terdiri dari preparasi alat, preparasi media dan preparasi contoh.
detergen, lalu bilas dengan air bersih, dan aquadest, dan terakhir bilas
diperoleh dari hasil penyulingan atau filtrasi sehingga dapat dikatakan air
murni tanpa campuran apa pun. Alat-alat juga disterilisasi di oven untuk
alat yang berisi media hasil pengujian harus terlebih dahulu disterilisasi pada
supaya pada saat steril airnya akan keluar, setelah itu keluarkan kemudian
dicuci dengan air sabun lalu bilas dengan air bersih, selanjutnya bilas
27
dengan aquadest dan terakhir bilas dengan alkohol 96% yang telah
suatu substansi yang disebut media. Oleh sebab itu setiap media harus
mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media dan
dipakai sudah jadi dan semua bahannya sudah terkandung dalam satu
3. Reagen Kovac’s
7. Reagen VP
sertifikat mutu hasil perikanan kepada Balai Pembinaan dan Pengujian Mutu
dengan permohonan dengan membawa surat tugas dari kepala Tata Usaha.
Sampel yang akan diuji diambil secara acak dari tempat penyimpanan
pada Standar Nasional Indonesia (SNI 2326 : 2010). Setelah itu sampel
diterima dibagian tata usaha untuk dicatat tanggal penerimaan contoh dalam
untuk diberi kode agar produk yang diuji tidak tertukar dengan produk dari
Sampel yang telah diberi label dalam keadaan beku disimpan di talenan
plastik stomacher steril dan tambahkan 225 ml larutan Lactose Broth (LB)
detik, pindahkan larutan tersebut ke dalam botol BOD dan inkubasi selama
6.2. Pengkayaan
medium selama 24 jam ± 2 jam pada suhu 42°C ± 0,2°C pada waterbath
.
35
larutan TTB yang telah diinkunbasi dan menggores ke dalam media Hectoen
tabung RV Broth lalu menggoreskan ke dalam media HE, XLD, dan BSA.
Inkubasi cawan yang berisi media HE, XLD, dan BSA selama 24 jam ± 2 jam
Salmonella.
36
a. Pada media HE, koloni mempunyai ciri-ciri hijau kebiruan sampai biru tua
c. Pada media BSA, koloni coklat, abu-abu, atau hitam dengan atau tanpa
b. Pada media BSA koloni yang tidak khas membentuk koloni berwarna hijau
jarum ose dan inokulasikan pada media Triple Sugar Iron (TSI) dengan cara
menggores pada agar miring dan menusuk pada agar tegak. Dari Triple
Sugar Iron (TSI), tanpa megambil koloni dan dengan menggunakan jarum
39
yang sama, inokulasikan pada media Lysine Iron Agar (LIA) dengan cara
menusuk agar terlebih dahulu kemudian gores pada agar miring. Inkubasi
TSI dan LIA pada inkubator selama 24 jam ± 2 jam pada suhu 35°C ± 1°C.
reaksi Alkalin (merah) pada agar miring dan asam (kuning) pada agar
b. Pada media Lysine Iron Agar (LIA), kultur Salmonella yang tumbuh
tanpa H2S.
40
Hasil reaksi biokimia Salmonella Sp pada TSI dan LIA dapat dilihat
Pengujian Salmonella akan dilanjutkan pada uji biokimia bila TSI agar
menghasilkan Alkalin/K (merah) pada agar miring dan asam (kuning) pada
agar tusuk, terdapat H2S dan tidak ada gas yang terbentuk dan pada LIA
tidak ada gas. Dari hasil pengujian, pada sampel Tuna Steak Beku
Uji biokimia dilakukan jika tiga kultur TSI dari ketiga media selektif (HE,
XLD, dan BSA) yang digoreskan dari media Tetrathionate Broth (TTB) dan
1 ose kultur dari masing-masing presumtif positif TSI agar miring ke dalam
selama 24 jam ± 2 jam pada suhu 35°C ± 1°C. Reaksi positif ditandai dengan
dengan tidak terjadinya perubahan warna. Reaksi Salmonella untuk uji Urea
Salmonella tidak dapat memakan kandungan atau nutrisi yang diperoleh dari
positif, maka bakteri yang terdapat pada media Urea bisa memakan nutrisi
diinkubasi selama 24 jam ke dalam media Phenol Red Dulcitol atau purple
Lactose Broth. Inkubasi selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 35°C ± 1°C.
media akan berubah warna menjadi asam (kuning) dan terbentuk gas dalam
tabung durham. Reaksi negatif, media tidak terjadi perubahan warna (media
tetap ungu).
positif yang ditunjukkan dengan warna asam (kuning) dan terbentuknya gas
ose biakan dari TSI agar miring ke dalam media Tryptone Broth. Inkubasi
selama 24 jam kedalam media KCN Broth. Tutup tabung rapat-rapat dan
Inkubasikan selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 35°C ± 1°C tetapi amati
44
tetapi jika reaksinya negatif ditandai dengan tidak adanya kekeruhan (media
tetap bening). Reaksi Salmonella untuk uji KCN Broth yaitu negatif, tidak
memakan nutrisi pada media KCN tetapi jika reaksinya positif maka bakteri
± 2 jam pada suhu 35°C ± 1°C, tetapi amati setelah 24 jam. Jika media
memberikan reaksi positif akan ditandai dengan perubahan warna dari hijau
45
menjadi biru tetapi jika reaksinya negatif, media akan tetap berwarna hijau.
tambahkan 0,2 ml – 0,3 ml Reagent kovacs’ untuk uji indol. Lalu mengamati
segera setelah penambahan reagen. Jika pada uji ini memberikan reaksi
Reaksi Salmonella pada uji Indol memberikan reaksi negatif (tidak terbentuk
cincin merah pada permukaan media) karena pada media Tryptone Broth
yang kaya akan triptofan tidak dapat menghasilkan Indol tetapi jika reaksinya
46
dan mengamati segera pada latar belakang yang gelap. Jika reaksinya positif
47
penggumpalan pada larutan control tetapi jika reaksinya negatif maka tidak
Agar miring yang telah diinkubasi selama 24 jam – 48 jam ke dalam phenol
red lactose atau purple Lactose Broth dengan menggunakan jarum ose.
Inkubasi selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 35°C ± 1°C, tetapi amati setelah
pembentukan asam (kuning) dan gas pada tabung durham tetapi jika
reaksinya negatif maka media tetap berwarna ungu dan tidak terbentuk gas.
ditunjukkan dengan tidak terbentuknya gas pada tabung durham dan tidak
akhirnya indikator ini berubah warna jadi kuning tetapi bukan Salmonella.
selama 24 jam – 48 jam kedalam Phenol red sucrose atau purple sucrose
Broth. Inkubasi selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 35°C ± 1°C, tetapi amati
setelah 24 jam. Jika media ini memberikan reaksi positif ditandai dengan
terjadinya pembentukan asam (kuning) dan gas pada tabung durham tetapi
jika reaksinya negatif maka media tetap ungu dan tidak terbentuk gas.
49
durham dan warna tetap ungu karena Salmonella tidak dapat memproduksi
akhirnya indikator ini berubah warna jadi kuning tetapi bukan Salmonella.
2 jam pada suhu 35°C ± 1°C ke dalam tabung reaksi kecil yang steril dengan
kocok. Tambahkan 0,2 ml larutan 40% KOH dan mengocok kembali. Amati
hasilnya setelah 4 jam. Jika media memberikan reaksi positif akan terjadi
menjadi coklat karena pada saat penambahan KOH dan alphanaphtol tidak
jam pada suhu 35°C ±1°C dan tambahkan 5 - 6 tetes indikator Methyl Red
kedalam media MR-VP yang telah diinkubasi selama 96 jam. Amati hasilnya
terjadinya warna merah pada media tetapi jika reaksinya negatif akan
indikator Methyl Red yang dapat merubah warna media menjadi merah tetapi
jika reaksinya negatif berarti bakteri tidak dapat memakan nutrisi pada media
Pengujian ini dilakukan dengan cara memindahkan 1 ose dari TSI Agar
miring kedalam media Simmon Citrate Agar miring dengan cara menggores
agar miring. Inkubasikan selama 96 jam ± 2 jam pada suhu 35°C ± 1°C.
dengan perubahan warna dari hijau menjadi biru. Reaksi negatif di tandai
dengan tidak ada atau sedikit sekali pertumbuhan dan tidak terjadi
Variabel bisa negatif atau positif karena spesies Salmonella memiliki spesies
(Tamrin, Mangile erni, Sediati, 2005). Pewarnaan gram biasa juga disebut
Pewarnaan Gram.
gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif berwarna ungu yang
pemucat dan kemudian mengambil zat warna kedua yang berwarna merah.
bakteri gram positif berbeda dengan bakteri gram negatif. Dinding sel yang
lebih tebal pada bakteri gram positif menyusut oleh perlakuan alkohol karena
mencegah larutannya kompleks zat warna ungu (crystal violet) pada langkah
lebih tinggi pada dinding sel dan lipid tersebut dapat larut dalam alkohol.
1. Membuat ulasan bakteri dengan mengambil dari TSI di atas kaca preparat.
(a) (b)
Gambar 30. (a) Fiksasi panas (b) Pewarnaan dengan Crystal Violet
(c) Pencucian
4. Tambahkan larutan iodine dan biarkan selama 1 menit lalu cuci dengan
larutan.
5. Menambahkan alkohol 96%, tetes demi tetes selama 30 detik atau hingga
zat warna crystal violet tidak nampak lagi mengalir dari gelas preparat
(a) (b)
7. Tiriskan kaca preparat, apabila warna merah pada kaca preparat masih
Bakteri gram positif berwarna biru dan bakteri gram negatif berwarna
merah.
(a) (b)
(merah) yang berbentuk batang pendek tanpa spora Sehingga dari hasil
‘’negatif’’.
59
(a) (b)
Gambar 33. (a) Pengamatan pada mikroskop (b) Bakteri Gram Negatif
Peralatan :
c. Micropippet j. pH meter
2.Aquadest
60
Homogenasi
Pipet 100 µl sampel ke
Sampel 25 g +225 ml dalam mikroplate.
Buffered Peptone Water,
(BOD).
2. Inkubasi selama 24 jam pada inkubator dengan suhu 35°C, lalu menguji
35°C.
dan tutup dengan tissue lalu inkubasi selama 4 jam pada suhu 35°C.
dan tutup dengan tissue lalu inkubasi selama 15 menit di ruang gelap.
(a) (b)
dan tatakannya ke dalam alat elisa dan baca hasilnya segera, secara
visual yaitu jika positif akan terjadi perubahan warna dari biru ke kuning
(a) (b)
Gambar 40. (a) Pipet larutan Stop Solution
(b) Pemindahan ke dalam mikroplate
pembacaan segera.
5. Klik OK Setelah itu kotak dialog pada komputer akan terbuka, kemudian
a) Klik ridawin
b) Klik Salmonella
d) Klik assay
6. klik open, nama file, dan klik OK, maka akan muncul only Raw data
8. Pada saat start diklik maka mikroplate yang diletakkan di Elisa Reader
b) Klik Result
c) Klik Default
d) Klik OK
9. Setelah itu akan muncul Id, kemudian Id tulis nama sampel dan kode
10. Klik edit, lalu tulis kembali kode untuk membuat 3 hasil misalnya
A. 010503
B. 010503
C. 010503
11. Klik next/tanda segi, maka akan muncul kata pilihan yaitu print/tidak,
12. Selanjutnya pada Elisa pilih rida dan klik save maka hasilnya akan
tersimpan
67
BAB IV
A. Masalah
BPPMHP Makassar.
alat tersebut.
Laminary Air Flow (ruang steril) seperti tidak memakai sarung tangan,
B. Pemecahan
68
1. Ada baiknya dibuatkan sumur bor / pompa air sehingga air yang akan
2. Setiap satu tahun perlu adanya penambahan daya listrik agar pengujian
4. Perlu adanya pelatihan setiap kali setahun agar tidak terjadi kesalahan
BAB V
A. Kesimpulan
menyimpulkan bahwa :
1. Mutu dari suatu produk ditentukan oleh jumlah dan jenis mikroorganisme
Makassar sudah sesuai dengan SNI yang meliputi tahap persiapan alat
B. Saran
(ruang steril) dengan menggunakan masker dan sarung tangan agar tidak