Anda di halaman 1dari 24

CASE BASED DISCUSSION (CBD)

Solutio Plasenta

Disusun Oleh :
Silva Sri Nurwahyuni P17324418021

Jalum 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG

PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin, puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah


melimpahkan Rahmat dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan CBD
mengenai Solutio Plasenta.

Dalam penyusunan CBD ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun,
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, bimbingan orang tua, dosen, sehingga kendala-kendala sebagai penulis dan
penyusun hadapi dapat teratasi.

CBD ini disusun untuk memenuhi tugas individu Praktik Kebidanan I dan agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang Solutio Plasenta , yang disajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, dan referensi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bandung
Prodi Kebidanan Karawang Jalum 2-A. Saya sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang
dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Karawang, 13 Mei 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................4

A. Latar Belakang .................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah .............................................................................4
C. Tujuan ............................................................................................... 5
D. Manfaat ...............................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................6

A. Pengertian Solutio Plasenta.................................................................6


B. Tanda dan gejala…………………......................................................6
C. Faktor penyebab………………………….….....................................7
D. Faktor predisposisi dan patofisiologis (jurnal)………………..........8
E. Pemeriksaan penunjang dan hasilnya………………………….........9
F. Diagnosa…………………………….................................................10
G. Penatalaksanaan di tingkat primer dan rumah sakit………………..11
H. Komplikasi..........................................................................................13
I. Upaya pencegahan..............................................................................14
J. Kewenangan bidan dalam penatalaksanaan (permenkes).................15
K. SOAP..................................................................................................15

BAB III PEMBAHASAN ...........................................................................15

BAB IV PENUTUP .....................................................................................23

A. Simpulan ........................................................................................... 23
B. Saran ................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan pada solutio plasenta lebih berbahaya daripada plasenta previa,
oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina
hampir tidak ada/ tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang
sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat
solutio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan
jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu
berada dalam keadaan syok.
Gejala dan tanda solutio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Dari kasusu solutio plasenta didiagnosis dengan
persalinan premature idoptik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdarahan hebat,
kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini sering
ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.
Seorang ibu yang pernah mengalami solutio plasenta mempunyai resiko tinggi
mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solutio plasenta juga cenderung
menjadikan mordibitas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan solutio plasenta ?
2. Bagaimana Tanda dan gejala pada solutio plasenta ?
3. Apa saja Faktor penyebab solutio plasenta ?
4. Apa saja Faktor predisposisi dan patofisiologis solutio plasenta (jurnal) ?
5. Apa saja Pemeriksaan penunjang dan hasilnya untuk solutio plasenta ?
6. Bagaimana Diagnosa dalam solutio plasenta ?
7. Bagimana Penatalaksanaan solutio plasenta di tingkat primer dan rumah
sakit ?
8. Apa saja Komplikasi yang dapat terjadi akibat solutio plasenta ?
9. Bagaimana Upaya pencegahan dalam solutio plasenta ?
10. Apa saja Kewenangan bidan dalam penatalaksanaan solutio plasenta
menurut (permenkes) ?
11. Bagaimana SOAP dalam kasus solutio plasenta ?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari solutio plasenta
2. Untuk mengetahui Tanda dan gejala pada solutio plasenta
3. Untuk mengetahui Faktor penyebab solutio plasenta
4. Untuk mengetahui Faktor predisposisi dan patofisiologis solutio plasenta
(jurnal)
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang dan hasilnya untuk solutio plasenta
6. Untuk mengetahui Diagnosa dalam solutio plasenta
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan solutio plasenta di tingkat primer dan
rumah sakit
8. Untuk mengetahui Komplikasi yang dapat terjadi akibat solutio plasenta
9. Untuk mengetahui Upaya pencegahan dalam solutio plasenta
10. Untuk mengetahui Kewenangan bidan dalam penatalaksanaan solutio plasenta
menurut (permenkes)
11. Untuk mengetahui SOAP dalam kasus solutio plasenta
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian dari solutio plasenta
2. Mahasiswa dapat memahami Tanda dan gejala pada solutio plasenta
3. Mahasiswa dapat memahami Faktor penyebab solutio plasenta
4. Mahasiswa dapat memahami Faktor predisposisi dan patofisiologis solutio
plasenta (jurnal)
5. Mahasiswa dapat memahami Pemeriksaan penunjang dan hasilnya untuk
solutio plasenta
6. Mahasiswa dapat memahami Diagnosa dalam solutio plasenta
7. Mahasiswa dapat memahami Penatalaksanaan solutio plasenta di tingkat
primer dan rumah sakit
8. Mahasiswa dapat memahami Komplikasi yang dapat terjadi akibat solutio
plasenta
9. Mahasiswa dapat memahami Upaya pencegahan dalam solutio plasenta
10. Mahasiswa dapat memahami Kewenangan bidan dalam penatalaksanaan
solutio plasenta menurut (permenkes)
11. Mahasiswa dapat memahami SOAP dalam kasus solutio plasenta

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana
plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korfus)
terkelupas atau terlepas sebelum kala III (Achadiat, 2004).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
yang normal dari uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku
pada kehamilan dengan usia kehamilan (masa gestasi) di atas 22 minggu
atau berat janin diatas 500 gr. Proses solusio plasenta dimulai dengan
terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma
retroplasenter (Saefuddin AB, 2006).
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya
pada korpus uteri sebelum bayi lahir. Dapat terjadi pada setiap saat dalam
kehamilan. Terlepasnya plasenta dapat sebagian (parsialis), atau
seluruhnya (totalis) atau hanya rupture pada tepinya (rupture sinus
marginalis) (dr.Handayo,dkk, 2010).
B. Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda klinisnya yang klasik dari solusio plasenta adalah
terjadinya perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina (80%
kasus), rasa nyeri perut dan uterus tegang terus-menerus mirip his partus
prematurus. Sejumlah penderita bahkan tidak menunjukkan tanda atau
gejala klasik, gejala yang lahir mirip tanda persalinan prematur saja. Oleh
karena itu, kewaspadaan atau kecurigaan yang tinggi diperlukan dari pihak
pemeriksa.
a) Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis,
dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak
berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam,
warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa
agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus.
Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba.
Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja
menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.

6
b) Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum
2/3 luas permukaan. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan
seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak
dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian
disusul dengan perdarahan pervaginam.
Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan
sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah
jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup
mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba
tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin
sukar untuk diraba. Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar
didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin
telah terjadi, walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio
plasenta berat.
c) Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya, terjadi sangat
tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan
janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan
sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan
keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja
belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar
kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan
kelainan/gangguan fungsi ginjal.
C. Faktor Penyebab
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas.
Meskipun demikian, beberapa hal di bawah ini diduga merupakan faktor-
faktor yang berpengaruh pada kejadiannya, antara lain sebagai berikut :
a) Hipertensi esensial atau pre eklampsi.
b) Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau
bebas.
c) Trauma abdomen seperti terjatuh tertelungkup, tendangan anak
yang sedang di gendong.
d) Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.

7
e) Uterus yang sangat kecil.
f) Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun)
g) Ketuban pecah sebelum waktunya.
h) Mioma uteri.
i) Defisiensi asam folat.
j) Merokok, alkohol, dan kokain.
k) Perdarahan retroplasenta.
l) Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas.
m) Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak
ada.
n) Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gameli. (Sarwono
Prawirohardjo, 2009)
D. Patofisiologis
a) Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus
yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta
terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit,
hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,
perdarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan
tanda serta gejala pun belum jelas.
Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada
pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya
dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman. Biasanya
perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus
yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih
berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma
retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan
seluruh plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan
menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau
mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ektravasasinya berlangsung hebat, maka seluruh
permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut
uterus couvelaire (perut terasa sangat tegang dan nyeri).

8
Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan
retroplasenter, maka banyak trombosit akan masuk ke dalam
peredaran darah ibu, sehinga terjadi pembekuan intravaskuler
dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan
fibrinogen.Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan
gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi juga pada
alat-alat tubuh yang lainnya. Keadaan janin tergantung dari luasnya
plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar
atau seluruhnya terlepas, akan terjadi anoksia sehingga
mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang
terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau juga akan
mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnya
gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan keadaan janin.
Makin lama penanganan solusio plasenta sampai persalinan selesai,
umumnya makin hebat komplikasinya.
b) Pada solusio plasenta, darah dari tempat pelepasan akan mencari
jalan keluar antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya
keluar dari serviks hingga terjadilah perdarahan keluar atau
perdarahan terbuka. Terkadang darah tidak keluar, tetapi
berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom
retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke
dalam atau perdarahan tersembunyi. Solusio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas
karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah
volume uterus. Umumnya lebih berbahaya karena jumlah
perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.
Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu, namun
dapat juga berasal dari anak.
E. Pemeriksaan penunjang dan hasilnya
a. Pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding
solusio plasenta antara lain hitung sel darah lengkap.
1. Fibrinogen
2. Waktu prothrombin/waktu tromboplastin parsial teraktifasi
untuk mengetahui terjadinya DIC
9
3. Nitrogen urea/kreatinin dalam darah
4. Kleithauer-Betke test untuk mendeteksi adanya sel darah
merah janin di dalam sirkulasi ibu.
b. Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) membantu
menentukan lokasi plasenta (untuk menyingkirkan kemungkinan
plasenta previa). Saat ini lebih dari 50% pasien yang diduga
mengalami solusio plasenta dapat teridentifikasi melalui USG.
c. Pemeriksaan histologik setelah plasenta dikeluarkan dapat
memperlihatkan hematoma retroplasenter.
F. Diagnosa
a. Diagnosis solusio plasenta kadang sukar ditegakkan.
b. Penderita biasanya datang dengan gejala klinis :
1. Perdarahan pervaginam (80%)
2. Nyeri abdomen atau pinggang dan nyeri tekan uterus (70%)
3. Gawat janin (60 %)
4. Kelainan kontraksi uterus (35%)
5. Kelainan premature idiopatik (25%)
6. Dan kematian janin (15%)
c. Syok yang terjadi kadang tidak sesuai dengan banyak perdarahan
d. Pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding
solusio plasenta antara lain hitung sel darah lengkap.
1. Fibrinogen
2. Waktu prothrombin/waktu tromboplastin parsial teraktifasi
untuk mengetahui terjadinya DIC
3. Nitrogen urea/kreatinin dalam darah
4. Kleithauer-Betke test untuk mendeteksi adanya sel darah
merah janin di dalam sirkulasi ibu.
e. Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) membantu
menentukan lokasi plasenta (untuk menyingkirkan kemungkinan
plasenta previa). Saat ini lebih dari 50% pasien yang diduga
mengalami solusio plasenta dapat teridentifikasi melalui USG.
f. Hematom retroplasenter dapat dikenali sekitar 2-15% dari semua
solusio plasenta. Pengenalan hematoma tergantung pada derajat
hematoma (besar dan lamanya) serta keahlian operator.

10
g. Pemeriksaan histologik setelah plasenta dikeluarkan dapat
memperlihatkan hematoma retroplasenter.
h. Penemuan lain yang mungkin adalah adanya ektravasasi darah ke
miometrium, yang tampak sebagai bercak ungu pada tunika serosa
uterus yang dikenal sebagai Uterus Couvelaire.
i. Secara klinis diketahui dari adanya nyeri dan tegang pada uterus.
j. Diagnosis banding lain perdarahan pada trimester ketiga selain
plasenta previa adalah vasa previa, trauma vaginal, serta keganasan
(jarang).
G. Penatalaksanaan ditingkat Primer dan Rumah Sakit
Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta, pada prinsipnya
adalah anak :
1. Mencegah kematian ibu
2. Menghentikan sumber perdarahan
3. Jika janin masih hidup, mempertahankan dan mengusahakan janin
lahir hidup
a. Tingkat Primer (pelayanan tingkat dasar)
Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu penanganan di
tempat pelayanan kesehatan tingkat dasar ialah mengatasi
syok/pre-syok dan mempersiapkan rujukan sebaik-baiknya dan
secepat-cepatnya. Mengingat komplikasi yang dapat terjadi yaitu
perdarahan banyak dan syok berat hingga kematian, atonia uteri,
kelainan pembekuan darah dan oliguria. Maka sikap paling utama
dari bidan dalam menghadapi solusio plasenta adalah segera
melakukan rujukan ke rumah sakit.
Dalam melakukan rujukan, bidan dapat memberikan pertolongan
darurat dengan :
1. Memasang infuse
2. Tampa melakukan pemeriksaan dalam
3. Menyertakan petugas dalam merujuk pasien
4. Mempersiapkan donor darah dari keluarga/masyarakat
5. Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan
dalam pemberian pertolongan pertama.

11
6. Section caesaria : indikasi section saesaria dapat dilihat dari
sisi ibu dan /atau anak. Tindakan section caesaria dipilih
bila persalinan diperkirakan tidak akan berakhir dalam
waktu singkat (dengan dilatasi 3-4 cm kejadian solusio
plasenta pada nulipara).
b. Tingkat Rumah sakit
1. Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit, istirahat baring dan
mengukur keseimbangan cairan
2. Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu), dengan perbaikan
: memberikan infuse dan transfuse darah segar
3. Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, COT
(Clot Observation Test/test pembekuan darah), kadar
fibrinogen plasma, urine lengkap, fungsi ginjal
4. Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
5. Terminasi kehamilan : persalinan segera, pervaginam atau
section caesaria. Yang tujuannya adalah untuk
menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya plasenta,
berjutuan agar dapat menghentikan perdarahan.
6. Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit)
diberikan darah segar dalam jumlah besar dan bila perlu
fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan COT
dan hemoglobin.
7. Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapat
menyebabkan nekrosis ginjal (reflek utero ginjal) selaput
ketuban segera dipecahkan.

12
MANAJEMEN SOLUSIO PLASENTA

Diagnosis Solusio Plasenta

< 34 minggu > 34 minggu

Lahirkan

Dg Gangguan Kondisi Tanpa Gangguan Kondisi


Ibu / Fetus Solusio Berat Ibu / Fetus Solusio Berat
(Grade 2 atau 3) (Grade 1)

Lahirkan Konservatif : Perburukan Kondisi Ibu atau


Fetus
•Monitoring Fetus

•Steroid utk maturitas paru


•Pertimbangkan tokolitik jika Pertimbangkan Lahirkan UK
ada konraksi >34 mgg

H. Komplikasi
Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya
dengan kriteria :
a. Komplikasi pada ibu
1. Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya
tekanan darah sampai keadaan syok, perdarahan tidak
sesuai keadaan penderita anemis sampai syok, kesadaran
bervariasi dari baik sampai syok.
2. Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke
dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah
intravaskuler dan diserti hemolisis, terjadinya penurunan
fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu
pembekuan darah.

13
3. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus
ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin
berkurang.
4. Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang
sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga
mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan
karena atonia uteri, kegagalan pembekuan darah menambah
bertanya perdarahan.
5. Koagulopati konsumtif, DIC: solusio plasenta merupakan
penyebab koagulopati konsumtif yang tersering pada
kehamilan.
6. Utero renal reflex
7. Ruptur uteri
b. Komplikasi pada janin
1. Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin, karena
perdarahan yang tertimbun dibelakang plasenta yang
mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin. Rintangan
kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
tergantung pada beberapa sebagian plasenta telah lepas dari
implantasinya di fundus uteri.
2. Kelainan susunan sistem saraf pusat
3. Retardasi pertumbuhan
4. Anemia
I. Upaya Pencegahan
1. Konseling untuk berhenti merokok / terpapar asap rokok
2. Menghindari kokain
3. Menghindari faktor risiko solutio plasenta
4. Wanita dengan hiperhomosisteinemia harus diterapi dengan folat.

14
J. Kewenangan Bidan dalam penatalaksanaan solutio plasenta
(PERMENKES)
Menurut hukum kewenangan bidan yang diatur dalam Permenkes No. 28
tahun 2017, Asuhan kebidanan kehamilan patologis dengan solusio
plasenta ada pada pasal 19 ayat (3) bagian d yang berbunyi penanganan
kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan. Kasus kegawat-
daruratan tersebut adalah solusio plasenta.

BAB III
PEMBAHASAN

FORMAT PENGKAJIAN ANTENATAL CARE

No. Register :040501 Tanggal/waktu Pengkajian:11 juni 2019 /18.00 WIB

Nama Pengkaji:Silva Sri Nurwahyuni Tempat Pengkajian:PMB Bidan Hilda

1. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)

A. BIODATA

Nama klien :Ny. S Nama Suami :Tn. A

Umur :30 Tahun Umur :34 Tahun

Suku Bangsa :Sunda/Indonesia Suku Bangsa : Sunda/Indonesia

Agama :Islam Agama : Islam

Pendidikan :SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Buruh

Golongan Darah :O Golongan Darah :A

Alamat rumah :Desa cikuya Rt 03/04 Alamat rumah : Desa cikuya Rt 03/04

B.KELUHAN: ibu mengaku hamil 26 minggu mengeluh keluar darah dari jalan lahir dan
merasakan sakit hebat di perutnya dan gerakan janin merasa berkurang serta merasa pusing,
lemas, dan pandangan berkunang-kunang.

C. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

Kehamilan ke :2 Bersalin :1 kali Keguguran :0 kali

HPHT :07-12-2019 TP :14-09-2020 Usia kehamilan :26 minggu

15
Siklus Haid :28 hari Lamanya Haid : 7 hari, teratur/tidak teratur

Dismenorchea :Ada/Tidak Banyaknya : 3 x ganti pembalut

Pergerakan janin pertama kali dirasakan :pada saat umur kehamilan 16 minggu

Gerakan janin yang dirasakan dalam 24 jam terakhir : 8 kali, Kuat/Tidak

Imunisasi : TT 1 tanggal :06 -06-2019 Tempat :BPM

TT 2 tanggal :- Tempat :BPM

Periksa hamil : 10 kali Tempat :BPM Oleh :Bidan

Tablet Fe :90 Tablet,Habis/sisa cara minum : diminum dengan air putih


1x sehari disaat malam hari mau tidur

D. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU

Usia Penyulit Anak


Kehamila Jenis Kehamilan & Keadaan Keadaan
No Tahun n persalinan penolong persalinan Nifas L/P BB PB saat lahir H/M ASI
 Dokter  Perdarahan,
 Sectio dan solutio  perdaraha  5
 1  2012  9 bulan sesaria bidan plasenta n L   3,8 0  baik  H  ya
                       
                         
                         

E. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

1. Diet

a. Nutrisi

 Pola makan :2 x sehari porsi sedang


 Jenis makanan yang dikonsumsi :nasi, sayuran, lauk pauk, buah-buahan
 Makanan yang dipantang :tidak ada
 Perubahan pola makan :(nafsu makan menurun) anoreksia
 Alergi terhadap makanan :tidak aa

b. Hidrasi

 Jenis cairan yang dikonsumsi : Air Putih


 Jumlah cairan yang dikonsumsi : 8 gelas sehari

2. Istirahat dan Tidur

 Malam : 5 jam/hari Siang : 1 jam/hari

16
3. Personal Hygiene

 Mandi : 3 x/hari Gosok gigi : 2 x/hari


 Ganti Pakaian : 3 x/hari

4. Aktivitas Seksual

 Adakah perubahan : iya


 Frekuensi : tidak melakukan hubungan seksual
 Keluhan/masalah : nyeri perut yang hebat tidak memungkinkan untuk
berhubungan seksual

5.Eliminasi

 BAK : 5 x/hari Banyaknya :150 ml sehari


 BAB : 1 x/hari konsistensi :lunak

F. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat penyakit yang pernah/ sedang diderita

No Nama Penyakit Sejak Kapan Terapi


1 Anemia 1 tahun yang lalu Konsumsi Fe

2. Riwayat penyakit keluarga

 Hipertensi :iya Anemia : - Asthma : - Lain-lain : -

3. Riwayat Alergi : Tidak ada

4. Perilaku kesehatan

 Penggunaan alcohol/ obat-obatan sejenis : ya / tidak


 Jenisnya :-
 Banyaknya :-
 Waktu mengkonsumsi : -
 Obat-obatan / jamu yang sering dikonsumsi : ada / tidak
 Jenisnya :-
 Banyaknya :-
 Waktu mengkonsumsi :-
 Merokok : ya / tidak
 Jenisnya :-
 Banyaknya :-
 Waktu mengkonsumsi :-

17
5. Riwayat kontrasepsi

 Jenis kontrasepsi : KB suntik 1 bulan


 Alasan :ingin menunda kehamilan dahulu.
 Lama pemakaian : 9 bulan
 Keluhan : Tidak ada
 Rencana KB yang akan datang : KB suntik 1 bulan

G. RIWAYAT SOSIAL

 Kehamilan ini diinginkan atau direncanakan :kehamilan ini diinginkan


 Status perkawinan :SAH Nikah ke :1 lamanya : tahun
 Pengambilan keputusan dalam keluarga :Suami
 Pendamping persalinan :Suami
 Pendonor darah : ibu kandung
 Hubungan klien dengan suami :Harmonis
 Hubungan klien dengan anggota keluarga lain : Harmonis
 Rencana persalinan :Normal tempat :BPM oleh siapa :Bidan

 Keluraga yang tinggal serumah

No Nama L/P Usia Hubungan Pendidikan pekerjaan ket


keluarga
1 Tn. A L 34 Tahun Suami SMA Buruh -
2 Latif L 8 tahun Anak SD Pelajar -

II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum :lemah kesadaran :Composmentis Status emosional:Baik

2. Tanda-tanda vital

 Tekanan darah :150/90 mmHg Nadi : 120 kali/menit, regular/ irregular


 Respirasi : 25 kali/menit, regular /irregular Suhu :36,8 ºC

3. Tinggi badan : 165 Cm

Berat badan sekarang : 60 Kg IMT :55/2,72: 20,2

Berat badan sebelum hamil : 55 Kg

Kenaikan berat badan : 5 Kg

Lingkar lengan : 26 Cm

18
4. Pemeriksaan Fisik

 Kepala
Inspeksi
 Warna rambut :terlihat berwarna hitam menyeluruh
 Kebersihan :telihat bersih tidak ada ketombe

Palpasi

 Keadaan rambut : teraba halus rontok/tidak


 Benjolan :Ada/ tidak
 Muka
Inspeksi
 Oedema :tidak terlihat adanya oedema dimuka
 Pucat atau tidak :terlihat pucat

Palpasi

 Oedema :tidak teraba adanya oedema dimuka

 Mata
Inspeksi
 Konjungtiva :terlihat pucat (anemis)
 Sklera :telihat berwarna putih
 Hidung
Inspeksi
 Kebersihan :lubang hidung terlihat bersih
 Pengeluaran : tidak terlihat adanya pengeluaran
 Polip : tidak terlihat adanya polip
 Telinga
 Kebersihan :kedua lubang telinga telihat bersih
 Pengeluaran :tidak terlihat adanya pengeluaran
 Fungsi pendenganaran : kedua telinga mendengar dengan baik
 Bibir
Inspeksi
 Pucat : terlihat pucat
 Stomatitis :tidak telihat adanya stomatitis
 Gigi
 Caries :tidak telihat adanya caries digigi
 Gigi palsu :ibu mengatakan tidak memakai gigi
palsu
 Lidah
 Warna :telihat berwarna merah muda
 Leher
 Pembengkakan kelenjar tyroid :tidak ada

19
 Pembengkakan KGB :tidak ada
 Pembengkakan vena jugularis : tidak ada
 Dada
Jantung
 Irama: Lubdup Gallop: tidak ada mur-mur: tidak ada

Paru-paru

 Bunyi:vesikuler Ronchi: tidak ada Wheezing:tidak ada

Payudara

Inspeksi : Simestris / tidak : terlihat simetris pada kedua payudara

Bejolan : tidak teraba adanya benjolan

hyperpigmentasi : terlihat pada areola mamae

palpasi : benjolan :tidak teraba adanya benjolan

putting susu : terlihat menonjol

 Abdomen
Inspeksi
 Bentuk perut :tidak terlihat sesuai usia kehamilan
 Sikatrik bekas operasi :ada
 Striae :tidak ada
 Hyperpigmentasi :linea nigra mengalami Hyperpigmentasi

Palpasi

 TFU :23 Cm
 Leopold I :TFU setinggi pusat, teraba lunak, tidak
melenting seperti bokong
 Leopold II :teraba adanya tahanan pada sisi kiri seperti
punggung dan bagian-bagian kecil janin di sisi
kanan
 Leopold III :bagian terendah janin teraba keras dan
melenting seperti kepala
 Leopold IV :bagian bawah belum masuk PAP (convegen)
 Perlimaan :tidak dilakukan
 TBJ :1.705 Gram

Auskultasi

 DJJ : 90 x/menit

20
 Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
 Oedema :Ya / Tidak
 Kuku : bersih / tidak

Palpasi

 Oedema : ya/ tidak


 Capillary refill :kembali dalam 2 detik

Ekstremitas bawah
Inspeksi
 Bentuk :telihat simetris kanan dan kiri
 Oedema :tidak terlihat adanya oedema
 Varises : tidak terlihat adanya varises dikedua
kaki

Palpasi

 Oedema : tidak teraba adanya oedema


 Capillary refill : kembali dalam 2 detik
 Varises : tidak teraba adanya varises dikedua
kaki

Perkusi

 Relex patella : positif menendang pada kedua kaki


 Genetalia
Inspeksi
 Oedema :tidak terlihat adanya oedema
 Varises : tidak terlihat adanya varises
 Pembesaran kelenjar bartholin :tidak telihat adanya pembesaran
 Pengeluaran :terlihat adanya perdarahan pervaginam
berwarna merah tua
 Luka perineum : tidak terlihat adanya luka pada
perineum

Palpasi

 Oedema : tidak teraba adanya oedema


 Varises : tidak teraba adanya varises
 Pembesaran kelenjar bartholin : tidak teraba adanya pembesaran
 Pengeluaran : terlihat keluar darah dari jalan lahir
berwarna merah tua

21
 Anus
Inspeksi
 Haemoroid : tidak terlihat adanya haemoroid

5. Pemeriksaan laboratorium

 Darah : Hb :6,8 gr%


 Urine : Protein :Negatif
Glukosa :Negatif
Albumin :positif

III. ASSESMET (A)

Diagnosa: Ny. S G2P1A0 usia kehamilan 26 minggu dengan suspek solutio plasenta

Masalah potensial :

Bagi ibu : Syok Hipovolemik

Bagi janin : gawat janin, hipoksia pada janin.

Antisipasi masalah potensial : lakukan rujukan ke dokter SpOG

IV. PLANNING (P)

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu diduga mengalami solutio plasenta
atau ibu mengalami plasenta yang lepas sebelum waktunya. Ibu mengerti
2. Melakukan pemasangan infus. Ibu bersedia
3. Melakukan pemasangan oksigen. Ibu bersedia
4. Observasi TTV (TPRS) dan memantau DJJ serta memantau adanya tanda gejala syok
hipovelemik. Ibu bersedia
5. Menganjurkan ibu berbaring posisi miring
6. Melakukan rujukan kedokter SpOG dengan menyertakan surat rujukan dan
menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan
pertolongan pertama, rujukan dengan diantar oleh petugas. Ibu dan keluarga bersedia
7. Mempersiapkan donor dari keluarganya. Ayah kandung sebagai pendonor

22
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan :
1. pada solutio plasenta, darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar
antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks
hingga terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka. Terkadang
darah tidak keluar, tetapi berkumpul dibelakang plasenta membentuk
hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan kedalam
perdarahan tersembunyi.
2. Indikasi sectio saesaria dapat dilihat dari sisi ibu dan / anak. Tindakan sectio
caesaria dipilih bila persalinan diperkirakan tidak akan berakhir dalam waktu
singkat (dengan dilatasi serviks 3 cm pada kejadian solutio plasenta pada
nulipara).
3. Sikap paling utama dari bidan dalam menghadapi solutio plasenta adalah
segera melakukan rujukan kerumah sakit.

B. Saran
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak demi
sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah
berikutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun,Feryanto,Ahmad.2012.Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta:Salemba Medika


Maryunani,Anik.2012.Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan.Jakarta:TIM
Yeyeh,Ai Rukiyah.2010.Asuhan Kebidanan Patologi.Jakarta:Trans Info Media
Obstetric,William.Jakarta

Pembimbing

Irna Trisnawati,SKM,M.KM
NIP:197811022006042013

24

Anda mungkin juga menyukai